Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh Defisit Anggaran terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Defisit anggaran merupakan selisih antara belanja dengan


pendapatan. Defisit anggaran merupakan anggaran yang memang
direncanakan untuk defisit, sebab pengeluaran pemerintah
direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah (Rahardja dan
Manurung, 2004). Defisit anggaran ini biasanya ditempuh jika
pemerintah ingin menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Kaum
Keynesian berpendapat bahwa defisit anggaran mempengaruhi
perekonomian, dimana defisit anggaran akan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan dan konsumsi pada giliran berikutnya,
sehingga secara keseluruhan, defisit anggaran dalam jangka pendek
akan menguntungkan perekonomian (Pamuji, 2008).
Algifari (2009) melakukan penelitian terhadap perekonomian
Indonesia berdasarkan data defisit anggaran pemerintah dan
pertumbuhan ekonomi tahun 1990-2007, hasil penelitian
menunjukkan bahwa defisit anggaran pemerintah berpengaruh
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama dan
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode
berikutnya. Penelitian Swasono dan Martawardaya (2015)
menyimpulkan bahwa defisit fiskal berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama jika melihat
pengaruh dari defisit fiskal periode sebelumnya. Odhiambo, dkk
(2013) melakukan penelitian hubungan defisit anggaran dan
pertumbuhan ekonomi di Kenya, menemukan adanya hubungan
positif antara defisit anggaran dan pertumbuhan ekonomi di Kenya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H1: Defisit anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa defisit anggaran tidak
cukup kuat pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini
menunjukkan bahwa defisit anggaran pada kabupaten/kota di
Sulawesi Selatan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Defisit anggaran pada suatu daerah bisa disebabkan karena
adanya kebijakan dari pemerintah dalam rangka mempercepat
pembangunan, dimana diperlukan investasi yang besar dan dana
yang besar pula. Defisit anggaran diakibatkan adanya pengeluaran
pemerintah yang lebih besar dari pada penerimaan dalam struktur
APBD. Struktur APBD kabupaten/kota di Sulawesi Selatan
menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan belanja pemerintah
selama
tahun 2008 s.d 2014 sebagian besar digunakan untuk belanja yang
bersifat rutin, seperti yang ditunjukkan dalam tabel 6.1 :

Tabel 6.1 Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi


Selatan Tahun 2008 s.d. 2014 (Milyar Rupiah)
Tabel 6.1 menunjukkan bahwa rata-rata belanja pemerintah
kabupaten/kota di Sulawesi Selatan selama tahun 2008 s.d 2014
sebagian besar digunakan untuk belanja pegawai sebesar 55,10
persen dari total belanja daerah atau sebesar Rp367,65 milyar dari
total belanja sebesar Rp667,19 milyar. Sedangkan realisais belanja
modal hanya sebesar 22,63 persen dari total belanja daerah atau
sebesar Rp150,96 milyar dari total belanja sebesar Rp667,19 milyar.
Hal ini berarti bahwa defisit anggaran yang terjadi lebih banyak
disebabkan karena tingginya belanja yang bersifat konsumsi
daripada belanja produktif/investasi.
Pemerintah daerah seharusnya mulai menambah porsi
pengeluaran daerah terhadap sektor belanja modal atau investasi
pemerintah yang langsung mendorong kegiatan-kegiatan produksi
(barang dan jasa) di semua sektor ekonomi. Dengan adanya
penambahan porsi terhadap sektor belanja modal diharapkan
dampak dari kebijakan defisit anggaran ini akan lebih efektif untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi (Efidiono, 2013).
Hasil penelitian ini tidak mendukung teori keynes yang
berpendapat bahwa defisit anggaran dalam jangka pendek akan
menguntungkan perekonomian (Pamuji, 2008). Namun hasil
penelitian ini mendukung teori Ricardian Equivalence yang
bependapat bahwa kebijakan fiskal ekspansif melalui defisit
anggaran tidak mempunyai pengaruh terhadap perekonomian
(Mankiw, 2008).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Pamuji
(2008) yang menganalisis dampak defisit anggaran terhadap
ekonomi makro di Indonesia, yang menyimpulkan bahwa defisit
anggaran akan meningkatkan pendapatan nasional dari sisi
permintaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi suatu negara, dan penelitian Odhiambo, dkk (2013), yang
menemukan adanya hubungan positif antara defisit anggaran dan
pertumbuhan ekonomi di Kenya, serta penilitian Swasono dan
Martawardaya (2015) yang menyimpulkan bahwa defisit fiskal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai