Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN ISU KEBIJAKAN EFISIENSI ANGGARAN

DALAM KERANGKA PENGELOLAAN APBN SERTA


DAMPAKNYA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA

Paper in disusun dalam rangka memenuhi


penugasan mata kuliah pengelolaan keuangan negara
Disusun oleh:
Karno Pandu Wibowo
NIM

: F 1314149

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET

KAJIAN ISU KEBIJAKAN EFISIENSI ANGGARAN DALAM KERANGKA


PENGELOLAAN APBN SERTA DAMPAKNYA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA
ABSTRAK
Kebijakan penghematan anggaran telah dilakukan oleh pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan kemudian diteruskan dengan berbagai kebijakan oleh pemerintahan Presiden
Jokowi. Mmerupakan kebijakan yang cukup berani dan bisa bilang kontroversial. Pemerintah
melakukan pemangkasan anggaran belanja kementerian/lembaga untuk menjaga defisit
anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 tidak
lewat dari 2,5% melaui Inpres Nomor 4 Tahun 2014. Efisiensi Anggaran Belanja Pemerintah
yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah salah satu cara mensiasati defisit anggaran yang
terjadi akibat besarnya subsidi energi dan tidak tercapainya target pendapatan negara. Jika
subsidi energi tinggi sedangkan penerimaan negara yang tak besar, akibatnya belanja negara
harus dikurangi. Jika penerimaan negara tidak bisa digenjot lagi, maka setidaknya ada tiga opsi
yang bisa dilakukan. Ketiga opsi tersebut adalah pemotongan belanja negara, penyesuaian
harga Bahan Bakar Minyak (BBM) atau mengurangi jumlah subsidi BBM dan listrik.
Dalam paper ini, kami akan coba untuk membahas urgensi kebijakan efisiensi anggaran dalam
kerangka pengelolaan APBN serta dampaknya bagi perekonomian indonesia.
Keyword: Efisiensi anggaran, pemotongan belanja, defisit anggaran
PENDAHULUAN
Pada masa pemerintahan Jokowi, kebijakan penghematan anggaran pemerintah terus dilakukan.
Pemerintah gencar menggalakkan gerakan penghematan nasional. Kinerja instansi pemerintah
yang sebelumnya seringkali diukur oleh besarnya penyerapan anggaran, kini dititik beratkan pula
pada efisiensi dan penghematan.
Para menteri Kabinet Kerja beramai-ramai memproklamirkan diri untuk melakukan efisiensi di
masing-masing kementerian yang dipimpinnya. Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang
Brodjonegoro, pemerintah berkomitmen mampu menghemat anggaran negara hingga Rp 1 triliun
jelang akhir 2014 kamarin. Salah satu cara berhemat yang dilakukan kementerian dengan
mengurangi pertemuan-pertemuan di luar kantor atau kota. Sementara untuk tahun 2015 ini,

penghematan dikatakan lebih besar lagi. . Penghematan Anggaran Belanja Pemerintah yang
dilakukan pemerintah Indonesia tersebut adalah salah satu cara mensiasati defisit anggaran yang
terjadi akibat besarnya subsidi energi dan tidak tercapainya target pendapatan negara.
PEMBAHASAN
Berdasar Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003, defisit anggaran
pemerintah adalah selisih kurang antara pendapatan negara dan belanja negara dalam tahun
anggaran yang sama. Hyman (2005, hal 474) mendefinisikan defisit anggaran pemerintah adalah
kelebihan pengeluaran pemerintah dari penerimaan pemerintah yang berupa pajak, fee, dan
pungutan retribusi yang diperoleh pemerintah.
Kebijakan defisit anggaran diperlukan pemerintah karena defisit anggaran diperlukan untuk
mendorong kegiatan ekonomi nasional agar perekonomian terhindar dari kondisi resesi yang
berkepanjangan. Melalui kebijakan pembiayaan defisit anggaran pemerintah dimungkinkan
tercipta lapangan kerja (employment creation). Jika lapangan kerja dapat diciptakan akan
meningkatkan daya beli masyarakat dan permintaan aggregat meningkat. Hal ini akan
merangsang pengusaha untuk meningkatkan produksinya.
Dalam mengendalikan defisit anggaran pada batas-batas yang aman, pemerintah Indonesia
melakukan efisiensi anggaran belanja negara. Hal ini dapat juga terjadi jika pendapatan yang
telah diproyeksi ternyata tidak mencapai targetnya dan pembiayaan telah diambang batas yang
telah ditetapkan.
Dalam kajian ilmiah biasanya para ahli ekonomi cenderung menghitung defisit anggaran negara
itu bukan dari angka absolut, tetapi mengukur dari rasio defisit anggaran negara terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB). Apabila kita menghitung defisit anggaran negara sebagai persentase dari
PDB, maka akan mendapat gambaran berapa persen suatu negara dapat menghimpun dana untuk
menutup defisit tersebut. Kecuali itu, dengan menghitung besarnya persentase defisit anggaran
negara terhadap PDB juga menggambarkan berapa tingkat defisit itu sudah membahayakan
keadaan perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat diukur dengan melihat jumlah Pendapatan
Domestik Bruto di negara tersebut. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar keluaran
total sebuah Negara yaitu nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang di produksi selama

periode waku tertentu oleh faktor-faktor produksi yangberlokasi di dalam sebuah Negara.
Pendekatan pengeluaran untuk menghitung PDB adalah dengan menjumlahkan keempat
komponen pengeluaran dalam bentuk persamaan dibawah ini :
PDB (Y) = C (Y-T) + I (r) + G + Nx (E-M)
Dari persamaan diatas dapat kita ketahui bahwa G atau pengeluaran pemerintah
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besaran PDB. Secara matematis, kenaikan dari
government expenditure diharapkan akan meningkatkan PDB,begitu juga sebaliknya, ketika
government expenditure turun, maka akan mengakibatkan penurunan pada PDB.
Pada tahun 2014, pemerintah Indonesia mengeluarkan instruksi Presiden Nomor 4 tahun
2014 tentang Lagkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga
dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2014. Total
anggaran yang dihemat berdasarkan Inpres ini mencapat 1 Trilyun. Kemudian, muncul kebijakan
baru yang diberlakukan oleh Presiden Republik Indonesia yang baru saja menjabat untuk
melakukan efisiensi anggaran. Hal ini juga dalam rangka efisiensi anggaran Negara.
Bagaimanakah kebijakan ini jika dilihat dari perspektif Ekonomi Makro? Bagaimanakah
pengaruh kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah tersebut terhadap Pendapatan Domestik
Bruto di Indonesia? Pembahasan berikutnya akan menjawab dua pertanyaan ini.
Pendapatan Domestik Bruto merupakan suatu indicator perekonomian di suatu negara
yang menunjukkan apakah perekonomian negara tersebut berjalan cepat atau lambat. PDB yang
tinggi diharapkan diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi
yang baik.
Kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengurangi belanja negara sebagaimana yang
dituangkan dalam Inpres Nomor 4 tahun 2014 dalam rangka penghematan anggaran, bila
dipandang dari kacamata makroekonomi, akan berdampak pada menurunnya permintaan agregat,
dimana belanja yang dilakukan pemerintah tersebut merupakan salah satu factor yang dapat
menggerakkan permintaan agregat.
Dalam jangka pendek, pengurangan belanja tersebut akan mengakibatkan turunnya PDB
di negara tersebut. Namun apabila dari perspektif jangka panjang, kebijakan pemotongan

anggaran tersebut akan menurunkan harga atau menurunkan tingkat inflasi. Hal ini akan
digambarkan pada kurva di bawah ini.

Dilihat dari grafik diatas dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek kurva AS atau
penawaran agregat akan berbentuk garis horizontal dan dalam jangka panjang, kurva AS akan
membentuk garis vertical. Maka titik perpotongan antara Kurva AS jangka pendek, kurva AS
jangka panjang, dan Kurva Agregat demand (AD1) menunjukan titik equilibrium berapa jumlah
produksi atau output dan berapa tingkat harga yang paling menggambarkan kondisi yang paling
ideal.
Kebijakan pemotongan anggaran yang diambil oleh pemerintah dalam rangka
penghematan anggaran ini berakibat pada bergesernya kurva AD1 ke sebelah kiri. Hal ini dapat
dinilai dari sudut pandang jangka pendek, maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek,
kebijakan pemotongan anggaran ini mengakibatkan AD1 bergeser pada posisi AD2 dan
memotong pada titik A. Pada posisi ini, kebijakan pemotongan anggaran mengakibatkan tingkat
keluaran atau output menjadi berkurang. Tentu hal ini harus menjadi perhatian pemerintah.
Seperti yang digambarkan dalam persamaan ekonomi di bagian awal dapat dijabarkan lebih
lanjut bahwa, menurunnya tingkat keluaran output Y, akan mengakibatkan berkurangnya variable
C karena variable C mendapatkan pengaruh dari Y (C = Y-T). selanjutnya penurunan C ini
mengakibatkan Y sebagai output kembali berkurang, demikian seterusnya yang kita kenal
dengan istilah multiplier effect.

Dalam jangka panjang, kebijakan pemotongan anggaran ini sebagaimana digambarkan


pada grafik diatas tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap Y. Kurva LRAS berpotongan dengan
AD2 di titik B. pada posisi ini, Y tidak akan berkurang tetapi menurunkan tingkat harga deflasi.
Kemudian, kebijakan efisiensi anggaran yang akan diterapkan oleh pemerintah di akhir
tahun anggaran ini bisa juga mengakibatkan berkurangnya pengeluaran pemerintah. Hal ini
dikarenakan, dana hasil efisiensi tidak bisa digunakan untuk belanja lain yang lebih produktif
dikarenakan terkendala dengan proses revisi yang telah ditutup.
Dalam jangka pendek, kebijakan efisiensi ini akan mengakibatkan kurva AD1 yang
sebelumnya bergeser pada posisi AD2, makan akan bergeser makin ke kiri dan memotong pada
titik C. pada titik C ini, agregat output turun lebih dalam yang semula turun dari titik Y1 ke titik
Y2, akan semakin turun menjadi titik Y3. Hal ini akan mengakibatkan tingkat keluaran output
berkurang dan mengakibatkan tingkat konsumsi pada persamaan ekonomi diatas kembali
menurun. Penurunan tingkat konsumsi (C) akan kembali mengurangi agregat output dan begitu
seterusnya dan multiplier effect kembali terjadi.
Dalam jangka panjang, kebijakan efisiensi ini mengakibatkan hal yang sama dengan
kebijakan pemotongan anggaran yaitu sama-sama tidak mempengaruhi agregat keluaran, tetapi
membuat tingkat harga menjadi turun.
Menurut Case & Fair (Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro,2009) disebutkan bahwa defisit
anggaran akan cenderung naik ketika GDP turun. Sebaliknya, defisit anggaran akan mengalami
penurunan atau semakin kecil apabila GDP naik.
Baik kebijakan penghematan anggaran maupun efisiensi belanja, pada jangka pendek
akan mengakibatkan tingkat output berkurang. Ketika output berkurang dan mengakibatkan
perekonomian berjalan lambat, pemerintah sebagai institusi yang menjaga jalannya
perekonomian, pasti akan memberikan stimulus fiscal yang dapat mempercepat jalannya
perekonomian. Salah satunya adalah meningkatkan government expenditure yang artinya
berpotensi meningkatkan defisit anggaran apabila tidak diikuti oleh peningkatan penerimaan.
Tentunya, defisit anggaran ini mengakibatkan pemerintah harus mencari sumber pendanaan
untuk membiayai defisit tersebut. Kebijakan hutang ini akan mengakibatkan munculnya beban
pembayaran bunga utang dan pokok utang pada APBN. Tentu harus menjadi perhatian

pemerintah untuk mengelola belanja pembayaran utang tersebut. Jangan sampai belanja
pembayaran utang tersebut malah akan mengurangi pos-pos belanja pemerintah lain yang lebih
memberikan efek eksternalitas kepada masyarakat secara langsung seperti pembangunan
infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
KESIMPULAN
Kebijakan pemotongan anggaran dan efisiensi belanja yang diambil pemerintah ini,
dalam jangka pendek akan mengakibatkan berkurangnya tingkat keluaran secara agregat.
Berkurangnya keluaran agregat berdasarkan pembahasan di atas tentu akan diikuti dengan
kenaikan deficit anggaran pada periode selanjutnya. Apabila kenaikan deficit anggaran tersebut
tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan Negara tersebut, tentu menjadi hal yang perlu
diperhatikan oleh pemerintah. Hal yang dilakukan kemudian adalah pemerintah biasanya akan
mencari sumber pendanaan untuk menutupi deficit anggaran tersebut.
Akibat dari kebijakan pembiayaan tersebut, kemudian akan muncul belanja rutin yang
timbul dari aktivitas pembiayaan tersebut. Pemerintah sebaiknya mengelola dengan baik pos-pos
belanja yang terkait pembiayaan tersebut. Jangan sampai belanja pembayaran utang tersebut
malah membebani anggaran dan mengurangi alokasi belanja pemerintah yang lain yang lebih
memberikan eksternalitas kepada public seperti belanja infrastruktur,kesehatan, dan pendidikan.
Daftar Pustaka
Case & Fair, 2009. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro.Indeks, Jakarta
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.Nota Keuangan 2014
www.anggaran.depkeu.go.id

http://bppk.depkeu.go.id
www.liputan6.com

Surat Edaran MenPAN-RB Nomor 7 tahun 2012


Surat Edaran MenPAN-RB Nomor 18 tahun 2012
Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun 2014
Surat Edaran MenPAN-RB Nomor 10 Tahun 2014
Surat Edaran MenPAN-RB Nomor 11 Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai