: F 1314149
penghematan dikatakan lebih besar lagi. . Penghematan Anggaran Belanja Pemerintah yang
dilakukan pemerintah Indonesia tersebut adalah salah satu cara mensiasati defisit anggaran yang
terjadi akibat besarnya subsidi energi dan tidak tercapainya target pendapatan negara.
PEMBAHASAN
Berdasar Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003, defisit anggaran
pemerintah adalah selisih kurang antara pendapatan negara dan belanja negara dalam tahun
anggaran yang sama. Hyman (2005, hal 474) mendefinisikan defisit anggaran pemerintah adalah
kelebihan pengeluaran pemerintah dari penerimaan pemerintah yang berupa pajak, fee, dan
pungutan retribusi yang diperoleh pemerintah.
Kebijakan defisit anggaran diperlukan pemerintah karena defisit anggaran diperlukan untuk
mendorong kegiatan ekonomi nasional agar perekonomian terhindar dari kondisi resesi yang
berkepanjangan. Melalui kebijakan pembiayaan defisit anggaran pemerintah dimungkinkan
tercipta lapangan kerja (employment creation). Jika lapangan kerja dapat diciptakan akan
meningkatkan daya beli masyarakat dan permintaan aggregat meningkat. Hal ini akan
merangsang pengusaha untuk meningkatkan produksinya.
Dalam mengendalikan defisit anggaran pada batas-batas yang aman, pemerintah Indonesia
melakukan efisiensi anggaran belanja negara. Hal ini dapat juga terjadi jika pendapatan yang
telah diproyeksi ternyata tidak mencapai targetnya dan pembiayaan telah diambang batas yang
telah ditetapkan.
Dalam kajian ilmiah biasanya para ahli ekonomi cenderung menghitung defisit anggaran negara
itu bukan dari angka absolut, tetapi mengukur dari rasio defisit anggaran negara terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB). Apabila kita menghitung defisit anggaran negara sebagai persentase dari
PDB, maka akan mendapat gambaran berapa persen suatu negara dapat menghimpun dana untuk
menutup defisit tersebut. Kecuali itu, dengan menghitung besarnya persentase defisit anggaran
negara terhadap PDB juga menggambarkan berapa tingkat defisit itu sudah membahayakan
keadaan perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat diukur dengan melihat jumlah Pendapatan
Domestik Bruto di negara tersebut. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar keluaran
total sebuah Negara yaitu nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang di produksi selama
periode waku tertentu oleh faktor-faktor produksi yangberlokasi di dalam sebuah Negara.
Pendekatan pengeluaran untuk menghitung PDB adalah dengan menjumlahkan keempat
komponen pengeluaran dalam bentuk persamaan dibawah ini :
PDB (Y) = C (Y-T) + I (r) + G + Nx (E-M)
Dari persamaan diatas dapat kita ketahui bahwa G atau pengeluaran pemerintah
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besaran PDB. Secara matematis, kenaikan dari
government expenditure diharapkan akan meningkatkan PDB,begitu juga sebaliknya, ketika
government expenditure turun, maka akan mengakibatkan penurunan pada PDB.
Pada tahun 2014, pemerintah Indonesia mengeluarkan instruksi Presiden Nomor 4 tahun
2014 tentang Lagkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga
dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2014. Total
anggaran yang dihemat berdasarkan Inpres ini mencapat 1 Trilyun. Kemudian, muncul kebijakan
baru yang diberlakukan oleh Presiden Republik Indonesia yang baru saja menjabat untuk
melakukan efisiensi anggaran. Hal ini juga dalam rangka efisiensi anggaran Negara.
Bagaimanakah kebijakan ini jika dilihat dari perspektif Ekonomi Makro? Bagaimanakah
pengaruh kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah tersebut terhadap Pendapatan Domestik
Bruto di Indonesia? Pembahasan berikutnya akan menjawab dua pertanyaan ini.
Pendapatan Domestik Bruto merupakan suatu indicator perekonomian di suatu negara
yang menunjukkan apakah perekonomian negara tersebut berjalan cepat atau lambat. PDB yang
tinggi diharapkan diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi
yang baik.
Kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengurangi belanja negara sebagaimana yang
dituangkan dalam Inpres Nomor 4 tahun 2014 dalam rangka penghematan anggaran, bila
dipandang dari kacamata makroekonomi, akan berdampak pada menurunnya permintaan agregat,
dimana belanja yang dilakukan pemerintah tersebut merupakan salah satu factor yang dapat
menggerakkan permintaan agregat.
Dalam jangka pendek, pengurangan belanja tersebut akan mengakibatkan turunnya PDB
di negara tersebut. Namun apabila dari perspektif jangka panjang, kebijakan pemotongan
anggaran tersebut akan menurunkan harga atau menurunkan tingkat inflasi. Hal ini akan
digambarkan pada kurva di bawah ini.
Dilihat dari grafik diatas dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek kurva AS atau
penawaran agregat akan berbentuk garis horizontal dan dalam jangka panjang, kurva AS akan
membentuk garis vertical. Maka titik perpotongan antara Kurva AS jangka pendek, kurva AS
jangka panjang, dan Kurva Agregat demand (AD1) menunjukan titik equilibrium berapa jumlah
produksi atau output dan berapa tingkat harga yang paling menggambarkan kondisi yang paling
ideal.
Kebijakan pemotongan anggaran yang diambil oleh pemerintah dalam rangka
penghematan anggaran ini berakibat pada bergesernya kurva AD1 ke sebelah kiri. Hal ini dapat
dinilai dari sudut pandang jangka pendek, maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek,
kebijakan pemotongan anggaran ini mengakibatkan AD1 bergeser pada posisi AD2 dan
memotong pada titik A. Pada posisi ini, kebijakan pemotongan anggaran mengakibatkan tingkat
keluaran atau output menjadi berkurang. Tentu hal ini harus menjadi perhatian pemerintah.
Seperti yang digambarkan dalam persamaan ekonomi di bagian awal dapat dijabarkan lebih
lanjut bahwa, menurunnya tingkat keluaran output Y, akan mengakibatkan berkurangnya variable
C karena variable C mendapatkan pengaruh dari Y (C = Y-T). selanjutnya penurunan C ini
mengakibatkan Y sebagai output kembali berkurang, demikian seterusnya yang kita kenal
dengan istilah multiplier effect.
pemerintah untuk mengelola belanja pembayaran utang tersebut. Jangan sampai belanja
pembayaran utang tersebut malah akan mengurangi pos-pos belanja pemerintah lain yang lebih
memberikan efek eksternalitas kepada masyarakat secara langsung seperti pembangunan
infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
KESIMPULAN
Kebijakan pemotongan anggaran dan efisiensi belanja yang diambil pemerintah ini,
dalam jangka pendek akan mengakibatkan berkurangnya tingkat keluaran secara agregat.
Berkurangnya keluaran agregat berdasarkan pembahasan di atas tentu akan diikuti dengan
kenaikan deficit anggaran pada periode selanjutnya. Apabila kenaikan deficit anggaran tersebut
tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan Negara tersebut, tentu menjadi hal yang perlu
diperhatikan oleh pemerintah. Hal yang dilakukan kemudian adalah pemerintah biasanya akan
mencari sumber pendanaan untuk menutupi deficit anggaran tersebut.
Akibat dari kebijakan pembiayaan tersebut, kemudian akan muncul belanja rutin yang
timbul dari aktivitas pembiayaan tersebut. Pemerintah sebaiknya mengelola dengan baik pos-pos
belanja yang terkait pembiayaan tersebut. Jangan sampai belanja pembayaran utang tersebut
malah membebani anggaran dan mengurangi alokasi belanja pemerintah yang lain yang lebih
memberikan eksternalitas kepada public seperti belanja infrastruktur,kesehatan, dan pendidikan.
Daftar Pustaka
Case & Fair, 2009. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro.Indeks, Jakarta
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.Nota Keuangan 2014
www.anggaran.depkeu.go.id
http://bppk.depkeu.go.id
www.liputan6.com