Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Faiz Alfaghrizi
NIM : 044888168
Prodi : Ilmu Hukum
Fakultas : Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik

1. Dari contoh artikel diatas jelas bahwa penandatangan pinjam pakai tersebut telah
melalui parameter yang harus dipenuhi BMN yang dapat dijadikan objek pinjam pakai,
simpulkan parameter yang dapat dijadikan objek pinjam pakai, baik yang dapat
dilakukan oleh BMN Maupun pengguna barang.

Berdasarkan Lampiran III PMK Nomor 096/PMK.06/2007 tentang pengertian pinjam pakai
BMN dijelaskan bahwa pinjam pakai BMN merupakan penyerahan penggunaan BMN antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu, tanpa menerima
imbalan, setelah jangka waktu berakhir, BMN tersebut diserahkan kembali kepada pemerintah
pusat. Sementara itu dalam lampiran tersebut dijelaskan juga mengenai parameter yang harus
dipenuhi BMN yang dapat dijadikan objek pinjam pakai, yaitu:

a. BMN yang dapat dimanfaatkan untuk pinjam pakai ialah harus dalam kondisi belum
atau tidak digunakan oleh penggguna barang atau pengelola barang, yang mana untuk
penyelenggaraan TUPOKSI pemerintahan.
b. Objek yang dapat dipinjampakaikan ialah berupa tanah atau bangunan yang berada
pada pengelola barang, dan barang tersebut sedang belum atau tidak digunakan untuk
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan.
c. Tanah atau bangunan yang dapat dimanfaatkan untuk objek pinjam pakai adalah
sebagian tanah atau bangunan, yang mana merupakan sisa tanah atau bangunan yang
telah dipakai pengguna barang sebagai alat pendukung untuk penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsinya.
2. Sebelum dilakukan penandatangan atau pembuatan perjanjian, harus ada penilai
terhadap BMN yang dijadikan objek kerjasama, berikan analisis saudara proses
penilaian yang harus dilakukan!

Mengenai penilaian BMN telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014,
dinyatakan bahwa penilaian BMN merupakan proses kegiatan untuk memberikan suatu
pendapat atau opini nilai atas suatu objek penilaian yang berupa BMN pada saat tertentu. Opini
tersebut akan dipergunakan dalam proses pengelolaan BMN sesuai dengan tujuan awal
pelaksanaan penilaian. Tujuan diadakannya penilaian atas BMN sebagaimana yang tercantum
pada pasal 48 Bab VIII, penilaian BMN dilaksanakan dalam rangka; Penyusunan nerasa
pemerintah pusat; Pemanfataan kecuali pemanfaatan dalam bentuk pinjam pakai;
Pemindahtanganan kecuali pemindahtanganan dalam bentuk hibah.

Penilaian atas BMN yang akan difungsikan guna pemanfaatan barang, terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu:

a. Penilaian BMN yang berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka


pemanfaatan atau pemindahtanganan; berdasar pada Pasal 50 yang mengatur
tentang pelaksanaan penilaian BMN yang berupa tanah dan/atau bangunan dalam
rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan. Pasal tersebut menjelaskan bahwa untuk
penilaian BMN dilakukan oleh dua unsur penilai, yakni: Penilai pemerintah; ASN yang
mendapatkan perintah tugas dari kuasa menteri keuangan. Kemudian, penilai publik
yang ditetapkan oleh pengelola barang; yaitu penilai selain penilai pemerintah yang
memiliki izin praktik penilaian dan menjadi anggota asosiasi penilai yang sudah diakui
pemerintah.
b. Penilaian BMN selain Tanah dan/atau Bangunan dalam rangka pemanfaatan
atau pemindahtanganan; Menurut pasal 51 terdapat ketentuan yang berbeda dalam
penilaian atas BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang dijelaskan bahwa penilaian
BMN selain tanah dan/atau bangunan dapat dilakukan oleh tim yang telah ditetapkan
oleh pengguna barang. Selain itu dapat melibatkan penilai yang ditetapkan pengguna
barang. Tim tersebut merupakan panitia penaksir harga yang unsurnya terdiri dari
instansi terkait tidak terkecuali melibatkan penilai pemerintah maupun penilai publik.
c. Penilaian kembali BMN; penilaian ini telah ditetapkan dalam PP No 27 Tahun 2014
terdapat pada pasal 52 bahwasanya dalam kondisi tertentu pengelola barang dapat
melakukan penilaian ulang atas nilai BMN yang telah ditetapkan dalam neraca
pemerintah pusat. Penilaian kembali dapat dilakukan bilamana pemerintah pusat telah
mengeluarkan suatu keputusan untuk penilaian kembali atas BMN yang kemudian
dapat dilaksanakan seluruh entitas pemerintah pusat, hal ini berlaku secara nasional.

Kemudian mengenai penetapan nilai Barang Milik Negara/Daerah dalam rangka penyusunan
neraca Pemerintah Pusat/Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
a. Penilaian Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka Pemanfaatan
atau Pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang, dan
dapat melibatkan Penilai yang ditetapkan oleh Pengguna Barang.
b. Penilaian Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka Pemanfaatan
atau Pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota, dan dapat melibatkan Penilai yang ditetapkan Gubernur
/Bupati/Walikota.
c. Penilaian Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Penilaian Barang
Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan untuk mendapatkan nilai
wajar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Dalam hal Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Pengguna
Barang tanpa melibatkan Penilai, maka hasil Penilaian Barang Milik Negara/Daerah hanya
merupakan nilai taksiran.

Hasil Penilaian Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
oleh:

a. Pengguna Barang, untuk Barang Milik Negara; atau


b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah

Refrensi:

Yos Johan Utama. 2022. BMP Hukum Administrasi Negara Modul 4: Pengelolaan Barang
Milik Negara. Tanggerang: Universitas Terbuka.

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/7602/Lebih-Dekat-dengan-Penilaian-
Penilaian-BMN-dalam-PP-Nomor-27-Tahun-2014.html

Anda mungkin juga menyukai