Narasumber : Pak Kuswanto salah satu pedagang di Pasar Induk Tanjung Selor. T = Pertanyaan PK = Pak Kuswanto
T : Selamat pagi pak, boleh minta waktunya sebentar?
PK : Boleh saja dik, ada apa ya? T : Begini pak, saya salah satu mahasiswa Universitas Terbuka. Saya bermaksud untuk mewawancarai bapak mengenai dampak Covid19 pada pedagang kecil dan menengah pak. Apa boleh saya melakukan wawancara dengan bapak? PK : Boleh saja dik. Kebetulan ini saya lagi istirahat habis makan siang. Adik sudah makan? T : Sudah pak, terima kasih. Kalau boleh, saya ingin langsung saja memulai wawancara kepada bapak. PK : Oh baik silahkan dik! T : Baik pak jadi sejak kapan bapak mulai berdagang di kawasan pasar Induk Tanjung Selor ini pak? PK : Saya mulai buka toko ini tahun 2010an, berarti kurang lebih saya sudah berdagang selama 13 tahunan. T : Apakah bapak membuka toko ini sendiri atau ada yang membantu bapak untuk membangun toko ini bersama? PK : Tentu saja saya tidak sendiri mas. T : Baik pak, lalu dengan siapa saja kah bapak dapat membangun toko ini dari awal hingga saat ini? PK : Sebenarnya saya bersama dengan Istri memulai semuanya dari nol mas, namun seiring perjalanan saya dan istri sempat kesulitan bertahan untuk terus berdagang di masa Covid tahun 2019an, namun beruntung kami di bantu oleh saudara saya dan alhamdulillah dapat terus berlanjut sampai sekarang ini. T : Wah jadi covid memberi dampak juga ya pak pada pedangang sayur mayur dan sembako. Lalu bagaimana caranya bapak bisa bertahan pak pada masa itu? PK : Sangat berdampak mas. Yaa itu tadi beruntung kami di bantu oleh saudara saya untuk memasarkan dagangan kami melalui aplikasi ojek online, terus juga melalui sosial media mas sampai akhirnya keadaan pulih kembali normal. T : baik pak lalu apa yang membuat bapak begitu optimis, dan mengapa bapak memilih ojek online sebagai sarana untuk bisnis bapak? PK : Jadi pedagang memang harus optimis mas. Kalau tidak, ya lebih baik mundur saja. Dan untuk ojek online sebenarnya saya cukup terbantu walaupun hasil yang di dapatkan masa itu tidak seperti pendapatan sejak sebelum covid, saya tetap bersyukur karena dengan adanya wadah tersebut saya sangat terbantu di masa masa tersulit saya sebagai pedangang mas. T : Baik pak saya paham arah penjelasan bapak barusan. Lalu adakah alasan mengapa bapak memilih menjadi pedagang ketimbang menjalani profesi lainnya? PK : Alasan saya mengapa saya memilih berdagang adalah karena saya bisa lebih leluasa mengatur waktu. Sebenarnya alasan semacam ini juga dirasakan oleh sebagian besar pengusaha, freelancer (pekerja paruh waktu), dan semua profesi selain pekerja kantoran. T : Mengapa bisa begitu pak? PK : Begini mas, profesi sebagai pekerja itu harus tahan terhadap tekanan atasan, jadwal bekerja yang ketat, dan terikat dengan segala aturan yang diberlakukan oleh intansi atau perusahaan di tempat ia bekerja. Belum lagi masalah lainnya seperti gaji yang tidak layak, jam kerja yang diluar batas kewajaran, dan sederet masalah lainnya. Dengan kata lain, mereka tak memiliki kebebasan seperti pedagang, pengusaha, dan wirausahawan lainnya. Jika boleh saya mengatakan, jadi pekerja itu harus rela sebagian hidupnya “terjajah” oleh profesi yang ia geluti. T : Tapi bukankah itu memang konsekuensi logis yang harus dijalani para pekerja pak? PK : Benar sekali, dan saya pribadi tak sanggup menanggung beban konsekuensi tersebut. Nah, karena itulah saya lebih memilih untuk berdagang saja. T : Baik pak, ini pertanyaan terakhir saya. Sampai kapan bapak akan menggeluti profesi sebagai pedagang? PK : Insya Allah saya akan terus berdagang sampai akhir hayat saya. Karena berdagang bagi saya bukan hanya usaha untuk mendapatkan uang. Lebih dari itu, berdagang adalah ibadah, belajar, dan sarana untuk memberikan kebermanfaatan bagi banyak orang. T : Luar biasa, semoga usaha bapak semakin sukses ke depannya ya pak. PK : Amiin amin terima kasih mas. T : Baiklah pak, terima kasih atas waktunya, saya pamit yaa pak, sehat sehat selalu. PK : Iya mas sama sama, hati hati di jalan