Anda di halaman 1dari 57

1

Isi Buku

Bab I Deskripsi Lokasi [nama kota]


A. Gambaran Umum
B. Letak Geografis
1. Letak Absolut [nama kota]
2. Letak Relatif [nama kota]
Bab II Geologi dan Geomorfologi [nama kota]
A. Struktur Geologi [nama kota]
1. Fisiografi
2. Stratigrafi
3. Sejarah Geologi
B. Geomorfologi [nama kota]
1. Topografi
2. Bentuk Lahan
Bab III Curah Hujan dan Flora-Fauna [nama kota]
A. Curah Hujan
B. Temperatur
C. Vegetasi Penutup
D. Fauna Endemik
BAB IV Tanah dan Penggunaan lahan
A. Jenis Tanah
B. Penggunaan Lahan
Bab V Penduduk [nama kota]
A. Struktur Penduduk [nama kota]
1. Penduduk menurut umur dan jenis kelamin
2. Penduduk menurut tingkat pendidikan
3. Penduduk menurut pekerjaan
4. Kepadatan Penduduk

2
B. Proses Penduduk [nama kota]
1. Tingkat Kelahiran
2. Tingkat Kematian
3. Migrasi
4. Proyeksi jumlah penduduk
Bab VI Budaya dan Sejarah [nama kota]
A. Sejarah [nama kota]
B. Keragaman Suku dan Agama
C. Tradisi Unik/Khas [nama kota]
Bab VII Potensi Wilayah [nama kota]
A. Potensi Ekonomi
1. Potensi Pertanian dan Peternakan
2. Potensi Industri dan Jasa
3. Potensi Pariwisata
B. Potensi Bencana
1. Bencana Geologis
2. Bencana Hidrometeorologis

3
BAB I
Deskripsi Lokasi Kota Sragen

Gambar 1.1 logo Kota. Sumber : wikipedia.com

Kalian belum tahu kalau Jawa Tengah ada daerah yang di juluki sebagai “Bumi
Sukowati”, yang tak lain adalah Kota Sragen , di juluki “Bumi Sukowati” karena
dulu adalah sebagai pusat pemerintahan pada zaman Kasunan,maka dari mari kita
berjelajah tentang gambaran umum dan letak geografis Kota Sragen , check this :

A. Gambaran Umum
Sragen merupakan salah wilayah yang berada di Provinsi Jawa Tengah,Kota
Sragen yang di juluki “Bumi Sukowati” di karenakan saat Kerajaan Mataram
Kuno yang di perintah oleh Rakai Walaning Pakumbayoni Mengasingkan diri ke
sebuah daerah akibat peperangan,kemudian tempat tersebut dinamakan Sukowati.
Sobat geografer pasti setiap tahu sragen pasti ada suatu daerah ketika menyebut
namanya Kota Sragen, kalau bukan museum yang di nobatkan oleh UNESCO
yaitu Sangiran ,Situs Manusia Purba Sangiran memiliki luas 5.600 hektar. Ini
menjadi terkenal setelah penemuan sisa-sisa Homo erectus dan artefak batu terkait
(dikenal sebagai industri serpihan Sangiran) pada 1930-an. Fosil-fosil ini
menunjukkan proses evolusi manusia selama periode Pleistosen, terutama dari 1,5
hingga 0,4 juta tahun yang lalu. Dihuni selama satu setengah juta tahun terakhir,
Sangiran adalah salah satu situs kunci untuk memahami evolusi manusia. Lebih
banyak penemuan alat-alat batu telah dibuat sejak itu. Oleh karena itu sragen

4
terkenal dengan Sangiran sebagai salah satu ikon dari Kota tersebut, karena setiap
daerah memiliki ciri khas dan keunikan masing – masing.

Gambar 1.2.sangiranr : dokumen pribadi

B. Letak Geografis
1. Letak Absolut Kota Sragen

5
Gambar 1.3 .peta administrasi sragen: dokumen pribadi

Kota Sragen terletak di daerah di wilayah dengan koordinat : 7 ° 15 LS


dan 7 ° 30 LS. 110 ° 45 BT DAN 111 ° 10 BT. Batas wilayah Kabupaten
Sragen adalah :
1) Sebelah Barat: Kabupaten Boyolali,
2) Sebelah Utara: Kabupaten Grobogan ,
3) Sebelah Timur: Kabupaten Ngawi (Propinsi Jawa Timur),
4) Sebelah Selatan: Kabupaten Karanganyar

2. Letak Relatif Kota Sragen

6
Sragen berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur ragen menjadi
gerbang utama sebelah timur Provinsi Jawa Tengah, perkembangan dari
masa ke masa membuat daerah Sragen berkembang pesat, di
manfaatkanya perkemangan dapat di lihat dari aspek lokasi di mana jalur
perbatasan antar provinsi sudah di bangun di sragen, setiap sobat ingin
pergi jawa timur pasti kalian akan melewati Kota Bumi Sukowati ini, nah
ada sebuah lagu kartonyono ngawi di sini juga ada jalur yang di sebut tol
Sragen – Ngawi yang menjadi acuan untuk lokasi relatif sragen , setiap ke
Jawa Timur, pasti akan ikut jalur ini. Lokasi ini cukup strategis dimana
sragen dapat di kenal banyak orang, jadi setiap anda berkunjung ke Jawa
Timur pasti akan melewati sragen, Lokasi relatif Sragen juga terletak di
jalurSsolo – Porwodadi yang menjadikan tempat ini ramai akan kendaraan
yang melintas karena jalur provinsi jawa pasti melewati daerah Sragen.

Gambar 1.4.Jlan tol Sragen : dokumen pribadi

7
BAB II
Geologi dan Geomorfologi Kota Sragen
Geologi Kabupaten Sragen tediri dari dataran tinggi dan dataran
rendah ,Sragen juga di lintasi oleh gunung api yaitu Gunung Lawu yang dulunya
aktif . Struktur geologi yang terdapat di Kabupaten Sragen berupa sesar. Sesar
tersebut terbentuk akibat tektonik yang terjadi pada zaman Tersier-Kuarter.

C. Struktur Geologi Kota Sragen


4. Fisiografi
Fisiografi adalah ilmu geografi yang mempelajari tentang daerah
atau negara berdasarkan segi fisik. Contohnya dari segi garis lintang dan
garis bujur, posisi dengan daerah lain, batuan yang ada dalam bumi,
relief permukaan bumi, serta kaitannya dengan laut.
Kabupaten Sragen memiliki kecamatan dengan tingkat ketinggian
paling tinggi adalah Kecamatan Sambirejo yang tingginya 190 mdpl,
Sedangkan tempat dengan ketinggian terendah adalah Kecamatan
Ngrampal dengan ketinggian 84 mdpl . Secara topografis memang
wilayah Sragen secara umum berupa lembah,dataran tinggi, dataran
rendah.
Kabupaten Sragen melewati jalur/jalan yang menghubungkan
antara Solo dengan Purwodadi , Sragen dengan Karanganyar , Sragen
dengan Boyolali, Sragen dengan Surakarta , dan yang paling menonjol
adalah jalur penghubung anatara Sragen dengan Surabaya. Rute – rute/
jalur tersebut memang strategis dengan di hubungkan menggunakan ,
sistem jalan raya, rel kereta api di setiap wilayah, uniknya didaerah Sragen
tidak dekat dengan Perairan laut sehingga tidak ada pelabuhan, potensi
bencananya pun sedikit,oleh karena jalur penghubung paling menonjol
adalah jalan tol yang menyesuaikan topografi dari kota Sragen
Banyak lintasan gunung api atau zona kendeng bahwa Sragen
adalah zone mid of midle java (zona tengah jawa tengah) yang di lintasi
oleh beberapa gunung api.

8
.
5. Stratigrafi
Stratigrafi adalah cabang ilmu geologi yang berkaitan
dengan definisi dan deskripsi pembagian alami besar dan kecil
batuan, terutama sedimen, dan interpretasi signifikansi mereka
dalam sejarah geologi. Seperti gambar berikut ini :

Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi


Secara regional Zona Kendeng merupakan kompleks antiklin
atau antiklinorium yang memiliki orientasi timur-barat. Zona
Kendeng bagian selatan dibatasi oleh jajaran gunung api yang

9
masuk pada Zona Solo, sedangkan Depresi Randublatung
membatasi bagian utara. Zona Kendeng mencakup mulai dari
Salatiga sampai Mojokerto kemudian menunjam dan tertutup oleh
endapan Sungai Brantas. Zona Kendeng merupakan kelanjutan
dari Pegunungan Serayu. Menurut Bemmelen (1949), daerah Jawa
bagian timur dibagi menjadi 7 zona fisiografi, antara lain: Zona
Volkanik Kuarter, Zona Dataran Aluvial, Zona Antiklinorium
Rembang-Madura, Zona Bogor, Serayu Utara dan Antiklinorium
Kendeng, Zona Depresi Tengah dan Randublatung, Zona
Pegunungan Serayu Selatan dan Zona Pegunungan Selatan.
Stratigrafi penyusun Zona Kendeng merupakan endapan
laut dalam di bagian bawah yang semakin ke atas berubah menjadi
endapan laut dangkal dan akhirnya menjadi endapan non laut.
Menurut Pringgoprawiro (1983) Stratigrafi Zona Kendeng terdiri
atas 7 Formasi batuan, dari tua ke muda sebagai berikut.

1. Formasi Pelang
Ciri litologi terdiri dari perulangan antara napal dan napal
lempungan dengan sisipan-sisipan batugamping bioklastik.
Napalnya berwarna abu-abu kehitaman, kaya akan Foraminifera
Plankton. Sisipan batu gampingnya berwarna coklat tua, tebal 30
cm, mengandung Foraminifera besar dan algae.
2. Formasi Kerek
Ciri litologinya di bagian bawah terdiri dari perulangan
antara napal lempungan, napal dan lempung dengan batupasir tufan
gampingan dan batu pasir tufan diakhiri dengan sisipan kalkarenit
keras setebal 5 m, pada bagian bawah. Bagian tengah terdiri dari
perselingan antara batu lempung dengan endapan. piroklastik.
Bagian atas terdiri dari batu gamping klastik yang ketebalannya
mencapai 150 m. Lingkungan pengendapannya Zona Neritik Luar-
Batial Atas, kedalaman (200-500 m). Di daerah sekitar lokasi tipe

10
formasi ini terbagi menjadi 3 anggota, dari tua ke muda masing-
masing sebagai berikut: a. Anggota Banyuurip
Anggota Banyuurip tersusun oleh perselingan antara napal
lempungan, lempung dengan batupasir tuf gampingan dan batu
pasir tufan dengan total ketebalan 270 m. Di bagian tengahnya
dijumpai sisipan batupasir gampingan dan tufan setebal 5 m,
sedangkan bagian atasnya ditandai dengan adanya perlapisan
kalkarenit pasiran setebal 5 m dengan sisipan tuf halus. b. Anggota
Sentul
Anggota Sentul tersusun atas perulangan yang hampir sama
dengan Anggota Banyuurip, tetapi lapisan yang mengandung tuf
menjadi lebih tebal. Ketebalan anggota Sentul mencapai 500 m.
Anggota Sentul berumur Miosen Atas bagian bawah.
c. Anggota Batugamping Kerek
Merupakan anggota teratas dari Formasi Kerek, tersusun oleh
perselingan antara batugamping tufan dengan perlapisan lempung
dan tuf. Ketebalan anggota ini mencapai 150 m. Umur batu
gamping Formasi Kerek Miosen Atas bagian tengah.
3. Formasi Kalibeng
Formasi ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian bawah dan
bagian atas. Bagian bawah Formasi Kalibeng tersusun oleh napal
tak berlapis setebal 600 m, berwarna putih kekuning-kuningan
sampai abu-abu kebiru-biruan, kaya akan kandungan Foraminifera
Planktonik. Umur Miosen Atas hingga Pliosen Bawah.
Lingkungan pengendapannya laut terbuka, jauh dari pantai, Zona
Neritik LuarBatial Atas (200-500 m). Hubungan stratigrafi dengan
formasi yang lebih tua dan lebih muda adalah selaras dan
berbatasan dengan Formasi Kerek melalui sesar sentuh. Formasi
Kalibeng terbagi menjadi 4 anggota yaitu :

11
a. Anggota Banyak
Litologi penyusunnya terdiri perselingan batu pasir tufan,
batulanau gampingan, batu pasir dan tuf pasir kerikilan. Anggota
banyak berumur Miosen Atas bagian atas. Lingkungan
pengendapannya adalah laut dangkal. Tebal lapisan
400 m
b. Anggota Damar
Litologi penyusunnya adalah konglomerat, batu pasir
kerikilan, batu pasir gampingan bersisipan batu lempung.
Berdasarkan kumpulan fosil umur satuan adalah Miosen Atas-
Pliosen, dengan tebal satuan ini ± 50 m. c. Anggota Kapung
Litologi penyusunnya adalah batu gamping pejal di bagian
bawah, perselingan batu gamping pasiran dan napal di bagian atas.
Berdasarkan kumpulan fosil umur satuan ini adalah Miosen Atas-
Pliosen Awal. Dan lingkungan pengendapannya laut dangkal dan
dipengaruhi kegiatan gunungapi. Tebal lapisan ini ± 300 m.
d. Anggota Klitik
Litologi penyusunnya adalah kalkarenit, batu gamping
tufan, batu pasir tufan dan napal dibagian atas, dan bioklastik
dibagian bawah. Fosil menunjukan umur Pliosen, sedangkan
lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal dan dipengaruhi
kegiatan gunung api. Satuan ini tebalnya di daerah Kali Monggot,
tidak kurang dari 100 m. Sedangkan di utara yaitu di Gunung
Sanggrak lebih kurang 250 m, anggota Klitik setempat menjari
dengan Formasi Kalibeng.
4. Formasi Pucangan
Formasi Pucangan terdiri dari litologi dengan bagian atasnya
adalah batu lempung bersisipan batu pasir tufan dan tanah
diatomea sedangkan bagian bawahnya terdapat breksi. Formasi ini
berumur Plistosen awal dengan lingkungan pengendapan laut
tertutup dalam keadaan reduksi, mungkin danau dekat pantai.

12
5. Formasi Kabuh
Formasi Kabuh terdiri dari bagian atas perselingan antara
komnglomerat, batu pasir tufan dan tuf, kemudian pada bagian
bawah terdapat lemen kalsirudit. Formasi ini berumur Plistosen
tengah, dengan lingkungan pengendapan darat atau sungai.
6. Formasi Notopuro
Formasi ini terdiri atas batuan tuf berselingan dengan batu
pasir tufaan, breksi lahar dan konglomerat vulkanik. Makin ke
atas, sisipan batu pasir tufaan semakin banyak. Sisipan atau
lensa-lensa breksi volkanik dengan fragmen kerakal terdiri
dari andesit dan batu apung juga ditemukan yang merupakan
ciri Formasi Notopuro. Formasi ini terendapkan secara selaras
di atas Formasi Kabuh, tersebar sepanjang Pegunungan
Kendeng dengan ketebalan lebih dari 240 m. Umur dari
formasi ini adalah Plistosen Akhir dan merupakan endapan
lahar di daratan.
7. Endapan undak Bengawan Solo
Endapan ini terdiri dari konglomerat polimik dengan
fragmen napal dan andesit, di samping endapan batu pasir
yang mengandung fosil-fosil vertebrata. Daerah Brangkal dan
Sangiran, endapan undak tersingkap baik sebagai konglomerat
dan batu pasir andesit yang agak terkonsolidasi dan
menumpang di atas bidang erosi pada Formasi Kabuh maupun
Notopuro.

6. Sejarah Geologi
Sejarah geologi Kabupaten Sragen dimulai pada miosen tengah
(N10 – N15) yakni pada formasi Kerek dengan satuan batulanau
karbonatan. Lalu secara tidak langsung diatas formasi ini diendapkan
formasi Kalibeng dengan satuan batupasir tufan pada miosen atas (N17)

13
hingga pliosen (N21). Lalu terjadi proses uplifting lalu diatasnya
diendapkan satuan endapan material lepas berukuran lempung hingga
berangkal pada zaman kwarter.

14
D. Geomorfologi Kabupaten Sragen
3. Topografi
Kabupaten Sragen adalah wilayah dengan ketinggian tempat
yang berbeda-beda antara 71 m sampai 500 m diatas permukaan laut.
Dataran tinggi berada di bagian utara dan tenggara, sedangkan di bagian
tengahnya merupakan lembah yang relatif datar dan dialiri sungai
Bengawan Solo. Ketinggian wilayah Kabupaten Sragen yang dibagi per
kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Sragen diberikan pada
tabel sebagai berikut.

Tabel Ketinggian Di Atas Permukaan Laut Dirinci Per Kecamatan


No Kecamatan Tinggi daerah di atas permukaan
laut (m dpl)

1 Kalijambe 123
2 Plupuh 141
3 Masaran 93
4 Kedawung 116
5 Sambirejo 190
6 Gondang 93
7 Sambungmacan 85
8 Ngrampal 84
9 Karangmalang 86
10 Sragen 86
11 Sidoarjo 86
12 Tanon 97
13 Gemolong 128
14 Miri 115
15 Sumberlawang 126
16 Mondokan 110

15
17 Sukodono 86
18 Gesi 126
19 Tangan 96
20 Jenar 118
Rata-rata 109

Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka, Tahun 2017

16
4. Bentuk Lahan
Proses geomorfologi yang bentuk lahannya dijumpai di
Kabupaten Sragen antara lain proses vulkanik, proses struktural, dan
proses fluvial.
a) Bentuk lahan vulkanik
Kabupaten Sragen merupakan bentuklahan bentukan asal proses
vulkanik. Bentuklahan vulkanik adalah bentuk lahan hasil kegiatan
gunung berapi baik yang tersusun dari bahan gunung api yang
sudah keluar ke permukaan bumi maupun yang membeku dalam
permukaan bumi. Kemungkinan terbentuk pada masa kwarter.
Bentuklahan (landform) yang dibentuk oleh proses-proses vulkanik
seperti kawah, kerucut vulkanik, aliran lava, atau dataran kaki
vulkanik merupakan saksi dari proses-proses geomorfologis yang
terjadi di masa lalu. Lahan dari bentuk lahan/ bentang alam
vulkanik ini memiliki tanah yang subur terjadi karena mineral yang
terkandung pada campuran tanah dari lahar dan abu erupsi gunung
yang ada. Penggunaan lahan ini sangat cocok dengan perkebunan
dan pertanian yang mana sayuran, buah sangat subur jika ditanam
dan kualitas yang dihasilkan sangat baik.

17
Sumber : Dokumen pribadi

b) Bentuk lahan Struktural


Bentuk lahan struktural terjadi akibat pengaruh kuat struktur
geologis. Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses
tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran.

c) Bentuk lahan fluvial


Bentuk lahan fluvial disebabkan karena proses fluvial akibat proses
air yang mengalir baik yang memusat atau aliran permukaan.
Proses fluvial terjadi karena adanya aktivitas erosi, transportasi dan
proses sedimentasi (pengendapan). Terbentuk pada waktu miosen.
Bentuk Lahan asal proses fluvial memiliki pengairan yang cukup
baik. Biasanya banyak masyarakat yang menggunakan lahan
sebagai persawahan. Vegetasi juga bergam namun untuk ditanami

18
padi. Air pendukung yang sebagai pengairan biasanya dari sungai
dan air tanah. Bentuk lahan ini juga banyak yang dijadikan
permukiman.

19
BAB III
Curah Hujan dan Flora-Fauna Kabupaten Sragen

NKRI adalah sebuah wilayah yang memiliki ikilim tropis dengan curah
hujan yang cukup tinggi. Dengan ini kita bisa mengolah data hujan setiap
tahunya , point plus nya kita bisa memanfaatkanya sebagai acuan untuk
menentukan seberapa besar tingkat kerawanan bencana, curah hujan
adalah ketinggian titik air yang terkumpul di titik datar tidak menyerap
maupun mengalir.
Tiiap daerah memiliki ekosistem berbeda sehingga timbul
perebedaan, keunikan, keunggulan dan kekurangan, ada sepesies langka
sepesies punah , di lindungi, setiap daerah memiliki tingkat keunggulan
dan kekurangan dalam keberagaman spesies,ancaman terhadap flora dan
fauna pun juga berbeda, Fauna endemik yang dapat di temukan di
Kabupaten Sragen antara lain adalah macan, alap -alap,burung tilang,
ayam hutan, macan kumbang dan sanca kembang sekaligus kijang.

20
21
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Semarang Tahun 2022

22
E. Curah Hujan Kabupaten Sragen
. Pemetaan curah hujan di Kabupaten Sragen dilakukan dengan
menggunakan data yang dicatat oleh 22 stasiun hujan yang tersebar
di kabupaten tersebut. Nilai curah hujan tahunan didapatkan dari
perhitungan data yang tersedia pada tahun 2017. Curah hujan
tahunan tersebut diinterpolasi spasial untuk mendapatkan gambaran
pola sebaran curah hujan di seluruh wilayah kajian.

Gambar 15. Peta raster hasil interpolasi dan histogram klasifikasi curah hujan
Kabupaten Sragen (analisis, 2018)
Proses interpolasi dilakukan dengan metode spline. Metode ini
menghasilkan gambarna perubahan nilai yang bersifat smooth (halus).
Hasil interpolasi selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan
pemetaan yang menggambarkan kelas curah hujan yang ada di
kabupaten sragen. Nilai tersebut ditampilkan dengan dianalisis secara
tumpangtindih (ovelay) dengan peta administrasi untuk melihat sebaran
curah hujan secara umum di Kabupaten Sragen.
Berdasarkan hasil analisis, tercatat curah hujan tahunan berkisar antara
1.000 mm/tahun hingga 3.400 mm/tahun. Curah hujan tersebut
dikelaskan ke dalam lima kelas seperti yang disajikan dalam gambar di
bawah. Kawasan dataran Sragen dan beberapa wilayah di sisi utara yang
berbukit memiliki curah hujan tahunan yang tinggi. Kecamatan
Sukodono memiliki kecenderungan curah hujan tertinggi di Kabupaten

23
Sragen, utamanya pada daerah bagian selatan. Sebaran spasial curah
hujan tahunan di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 16. Peta Curah Hujan Tahunan Kabupaten Sragen (analisis, 2018)

Sebagian besar wilayah Kabupaten Sragen memiliki curah hujan


yang cenderung rendah hingga menengah. Pada beberapa wilayah
dengan topografi bergunung seperti Sambirejo, curah hujan berkisar
antara 1.500 hingga 2.000 mm/tahun. Hal tersebut juga terjadi pada
wilayah yang berada di lereng Gunung Api Merbabu, yaitu Kecamatan
Miri. Kondisi klimatologis ini dikarenakan wilayah tersebut merupakan
daerah bayangan hujan kedua gunung tersebut. Selain itu, terdapat
daerah yang cenderung kering dengan curah hujan yang rendah seperti
sebagian Kecamatan Sambung Macan dan Jenar. Adapun curah hujan
yang mendominasi adalah berada pada kisaran nilai 1.500 hingga 2.000

24
mm/tahun. Luasan kelas curah hujan di Kabupaten Sragen dapat dilihat
pada tabel 6 di bawah ini.
Luas wilayah berdasarkan curah hujan di Kabupaten Sragen
Kecam Curah Hujan (mm/tahun)
Luas (km2)
atan >3.000 1.500-2.000 2.000-2.500 2.500-3.000
Kalijambe 5,00 14,6 27,9 47,
8 0 58
Plupuh 1,38 44,7 4,48 50,
6 63
Masaran 11,2 25,4 10,1 46,
2 1 3 77
Kedawu 47,2 4,39 51,
ng 3 62
Sambire 27,6 18,6 46,
jo 8 7 36
Gondan 3,38 43,8 47,
g 5 23
Sambung Macan 21,5 21,7 0,02 43,
4 9 35
Ngramp 11,8 27,9 39,
al 0 6 76
Karangmalang 23,4 23,3 46,
6 5 81
Sragen 2 26,5 28,
, 9 91
3
2

Sidoharj 7 15,2 24,9 47,


o , 1 5 88
7
2

Tanon 6 6,01 40,2 52,


, 1 81
5
8

Gemolo 32,0 8,51 40,


ng 2 53
Miri 7,47 48,7 56,
7 24
Sumberlawang 23,9 55,3 79,

25
7 8 36
Mondok 4 0,79 44,9 50,
an , 9 71
9
3

Sukodono 2 0,36 26,4 47,


1 6 90
,
0
8

Gesi 6 0,42 33,4 40,


, 6 69
8
2

Tangen 12,3 38,0 6,59 56,


2 7 97
Jenar 59,0 13,3 72,
4 8 42
Luas 4 149, 430, 365, 994
(km2) 9 03 68 36 ,52
,
4
4

Sumber: Analisis (2018)


Kondisi curah hujan tahunan yang relatif rendah di Kabupaten
Sragen menghasilkan kondisi lahan yang cenderung kering.
Kelangkaan air menjadi salah satu potensi yang perlu diantisipasi.
Fenomena tersebut cukup jelas terjadi pada kawasan yang memiliki
batuan yang tidak mendukung tahanan air. Perencanaan
pengembangan wilayah untuk kebutuhan khusus yang memerlukan
sumberdaya air sebaiknya tidak difokuskan pada daerah dengan
curah hujan yang rendah dan memiliki hidrogeologi yang kurang
mendukung penyimpanan air tanah.

26
F. Temperatur Kabupaten Sragen
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Sragen dapat relatif dingin. Hal ini
berdasarkan ketinggian wilayahnya dari permukaan laut, Kabupaten Sragen
Kondisi tersebut berpengaruh pada suhu dan curah hujan di Kabupaten
Sragen. Keadaan iklim di suatu wilayah dipengaruhi oleh suhu, curah hujan,
ketinggian tempat, musim, angin dan sinar matahari. Kabupaten Sragen
beriklim tropis yang mempunyai dua musim yaitu musim penghujan dan
musim kemarau. Suhu udara di Kabupaten Sragen berkisar antara 16°C –
35°C.
Tabel 3.2 Data Temperatur Kkabupaten Sragen Tahun 2020

Suhu Udara
Temperature (oC)
Bulan/Month
Rata-rata Maks
Min
Average Max

Januari/January 22.00 28.76 33.00

Februari/February 22.00 28.21 31.80

Maret/March 24.00 29.06 33.40

April/April 22.40 29.65 34.60

Mei/May 24.00 30.17 35.40

Juni/June 23.40 30.08 34.20

Juli/July 21.40 29.85 34.20

Agustus/August 21.00 30.37 35.00

September/September 23.60 30.46 35.80

Oktober/October 23.60 29.85 36.00

November/November 23.00 29.50 35.20

Desember/December 23.00 28.25 32.60


Sumber : Bps Kabupaten Sragen Tahun 2020

27
Data temperatur minimum dengan suhu tertinggi terjadi pada bulan
Mei dan bulan Maret sebesar 24°C. Rata-rata temperatur tertinggi di
Kabupaten Srageng terjadi pada bulan September sebesar 30,46°C dan
temperatur maksimum paling tinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 36°C.

Foto-foto di dataran Kabupaten Semarang

28
Gambar 3.5 Hujan di Kabupaten sragen
Sumber : blora .tribunnew.com

G. Vegetasi Penutup
Kabupaten Sragen memiliki potensi yang dalam usaha pertanian.
Vegetasi penutup lahan di Kabupaten Sragen sebagian besar yaitu di
pertanian padi sawah, baik sawah terus menerus maupun sawah dengan
selingan tanaman lain yang memiliki luasan tertinggi yaitu sebesar 25.730 Ha
atau setara 25,2% dari luasan total. Vegetasi penutup berupa kebun campuran
juga dapat dikatakan mendominasi luasan di Kabupaten Sragen dengan luasan
sebesar 21.911 Ha atau 21,5% dari luas keseluruhan Kabupaten Sragen.
Potensi Kabupaten Seragen antara lain sayuran, buah-buahan,
tanaman perkebunan. Sayuran di Kabupaten sragen dapat dikatakan cukup
besar diketahui bahwa jenis komoditas sayur-sayuran unggulan yang banyak
diusahakan di Kabupaten Sragen adalah sawi, tomat, buncis, dan
cabe,kacang,jagung . Sedangkan jenis komoditas buah-buahan unggulan yang
banyak diusahakan adalah pisang dan mangga .

29
Gambar 3.6 Komoditas Sayuran Sawi

30
Gambar 3.7 Komoditas Buah-buahan mangga
Sumber : bibitbuahku.com

H. Fauna Endemik
Fauna endemik setiap daerah memiliki keragaman jenis tapi tidak setiap
daerah memiliki jenis tersebut , daerah sragen yang memiliki daerah ynag
terdiri dari dataran tinggi dan datran rendah sehingga banyak fauna endimik
yang unik , contohny elanh jawa,alap – alap ,macan kumbang ,kijang jawa
dan ular sanca dan kobra jawa .

31
Gambar 3.7 Burung Elang Jawa
Sumber : antara.foto

32
Gambar sanca kembang
Sumber : hewanee.com

Gambar 3.8 macan kumbang


Sumber : jalaksuren.net

33
Gambar kobra jawa

Sumber pertanianku.com

Gambar 3.10 Kijang Jawa


Sumber : kumparan.com

34
BAB IV
Tanah dan Penggunaan Lahan
Tanah adalah komponen alam pembentuk permukaan bumi yang terdiri bahan
organik, mineral dan udara sebagai nutrisi atau tempat hidup tanaman di
dunia.Jenis tanah ini di pengaruhi oleh faktor , iklim,topografi,mineral,setiap
daerah memiliki jenis tanah termasuk penggunaanya juga juga di dukung oleh
faktor manusia dan penggunaan pemukiman , yuk lihat pemukiman di daerah
Sragen

I. Tanah [nama kota]


1. Jenis Tanah dan Kesuburan Tnah Kabupaten Sragen
Tanah merupakan lapukan dari batuan induk yang berada di
bawahnya, yang bersifat lepas-lepas, sehingga sangat mudah terpengaruh
oleh proses transportasi – sedimentasi. Unsur tanah bergantung pada
mineral asal batuan, yang kemudian terubah sesuai dengan kondisi cuaca,
iklim, biotis, dan organis yang berada di lingkungan tanah tersebut.
Kabupaten Sragen sendiri memiliki kompleksitas batuan asal serta
morfologi bentuklahan yang beragam, asal sumber ini kemudian
terlapukkan dan terkena pengaruh eksogenik yang kemudian menjadi
landasan kehidupan yang berada di permukaan dan mempengaruhi apa
yang tumbuh di atasnya.

Pembuatan peta tanah menggunakan beberapa pendekatan seperti


yang tersaji pada gambar 8. Peta lereng dan geologi menjadi data utaman
yang digunakan. Hal tersebut berkaitan dengan aspek pembentuk tanah
yang utama adalah material bahan (lapukan batuan) dan topografi. Peta
tersebut dikontrol oleh interpretasi yang diperdetail pada skala analisi
1:50.000. Pada proses selanjutnya analisis dilakukan dengan
mendasarkan pada dokumen standar pengenalan dan klasifikasi tanah.
Adapun standar klasifikasi yang digunakan adalah Dudol-
Soepraptohardjo (19571961). Selain data-data tersebut Citra Satelit

35
Landsat 8 juga digunakan sebagai data untuk membantu interpretasi
dengan mendasarkan pada hubungan tutupan lahan terhadap jenis tanah
dan proses yang membentuknya.
Secara umum terdapat enam jenis tanah yang terdapat di Kabupaten
Sragen sesuai dengan jenis lapukan asal. Sebaran spasial jenis tanah yang
ada Kabupaten Sragen tersaji pada gambar 10. Peta tanah tentatif yang
dihasilkan selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam penentuan titik
sampel dengan verifikasi lapangan. Sampel tersebut juga didasarkan pada
peta bentuklahan tentatif yang dihasilkan sehingga sampel dapat
mewakili analisis tanah, topografi, geologi dan bentuklahan.

Gambar 9. Sebaran titik sampel di lokasi kajian (titik hijau) (analsis, 2018)

36
. Peta Jenis Tanah Kabupaten Sragen

1. Tanah Aluvial
Tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir
halus yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di
sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun di kanan kiri
aliran sungai besar. Tanah ini banyak mengandung pasir dan liat, tidak
banyak mengandung unsur-unsur zat hara. Ciri-cirinya berwarna kelabu
dengan struktur yang sedikit lepas-lepas dan peka terhadap erosi. Kadar
kesuburannya sedang hingga tinggi tergantung bagian induk dan iklim.
Di Indonesia tanah alluvial ini merupakan tanah yang baik dan
dimanfaatkan untuk tanaman pangan (sawah dan palawija) musiman
hingga tahunan.

37
Tanah alluvial sendiri terbagi menjadi 3, yaitu: Eluvium (endapan yang
belum tertransportasi dari lapukan bahan induknya, Koluvial (endapan
yang bergeser menuruni lereng), dan Aluvium (endapan transportasi
jauh). Sifat dari tanah Alluvial ini kebanyakan diturunkan dari bahan-
bahan yang diangkut dan diendapkan. Teksturnya berkaitan dengan laju
air mendepositkan Alluvium. Oleh karenanya, tanah ini cenderung
bertekstur kasar yang dekat aliran air dan bertekstur lebih halus di dekat
pinggiran luar paparan banjir. Proses pembentukan tanah Alluvial sangat
tergantung dari bahan induk asal tanah dan topografi, tingkat kesuburan
tanah bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga
kasar, serta kandungan bahan organik dari rendah sampai tinggi dan pH
tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin, kejenuhan basa dan
kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung dari bahan
induknya. Tanah Alluvial memiliki kadar pH yang sangat rendah yaitu
kurang dari 4, sehingga sangat sulit untuk dibudidayakan. Tanah Alluvial
atau Inceptisol ini yang masuk kategori bermasalah adalah sulfaquepts,
karena mengandung horizon sulfuric (cat clay) yang sangat masam.
Tahap perkembangan tanah Alluvial memperlihatkan awal perkembangan
yang biasanya lembab atau basa selama 90 hari berturut-turut. Umumnya
mempunyai lapisan kambik, karena tanah ini belum berkembang lebih
lanjut dan juga kebanyakan tanah ini cukup subur. Alluvial atau
Inceptisol merupakan tanahtanah yang memiliki epipedon dan okrik,
horizon albik.
Terdapat perbedaan sifat morfologis pada tanah Aluvial yang
dipersawahan dengan tanah yang tidak dipersawahan. Perbedaan yang
sangat nyata dapat dijumpai pada epipedonnya, dimana pada epipedon
yang tidak pernah dipersawahan berstruktur granular dan warna coklat
tua. Sedangkan epipedon tanah Aluvial yang dipersawahan tidak
berstruktur dan berwarna berubah menjadi kelabu. Tanah Alluvial yang
lahannya sering menjadi penyebab banjir dan mengalami endapan marine
akibat adanya pasang surut air laut, dianggap masih muda dan belum ada

38
perbedaan horizon. Endapan aluvial yang sudah tua dan menampakan
akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk inceptisol, mungkin
lebih berkembang.
Suatu hal yang mencirikan pada pembentukan Alluvial adalah
bahwa sebagian bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya.
Tekstur bahan yang diendapkan pada tempat dan waktu yang sama akan
lebih seragam. Makin jauh dari sumbernya semakin halus butir yang
diangkut. Tanah Alluvial mempunyai kelebihan agregat tanah yang
didalamnya terkandung banyak bahan organik sekitar setengah dari
kapasitas tukar katio (KTK), berasal dari bahan bahan sumber hara
tanaman. Disamping itu juga, bahan organik merupakan sumber energi
dari sebagian besar organism tanah, dalam memainkan peranannya bahan
organik sangat dibutuhkan oleh sumber dan susunanya.
Tanah Alluvial mengalami proses pencucian selama bertahun-
tahun. Tanah ini ditandai dengan memiliki kandungan bahan organik
yang tinggi. Vegetasi kebanyakan lumut yang tumbuh rendah. Tumbuhan
tumbuh dengan lambat, tetapi suatu lahan yang rendah menghambat
dekomposisi bahan organik sehingga menghasilkan tanah yang
mengandung bahan organik dan KTK yang tinggi. Tanah Alluvial
berwarna kelabu muda dengan sifat fisik jika kering akan keras dan pijal
dan lekat jika basah. Kaya akan kandungan fosfor yang mudah larut
dalam sitrat 2% mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan
juga berstruktur pejal yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi
fragmen berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan
asalnya.
Kadar fosfor yang ada dalam tanah Alluvial ditentukan oleh banyak
atau sedikitnya cadangan mineral yang megandung fosfor dan tingkat
pelapukannya. Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal, yaitu
peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan
ketersediaan fosfor. Tingkat kesuburan tanah alluvial sangat tergantung
dengan bahan induk dan iklim. Suatu kecenderungan memperlihatkan

39
bahwa di daerah beriklim basa P dan K relative rendah dan pH lebih
rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan curah hujan rendah di dapat
kandungan P dan K lebih tinggi dan netral.
Permasalahan Tanah Aluvial antara lain: kandungan pH pada tanah
aluvial tergolong rendah (5,3 – 5,8); terjadinya keracunan alumunium
yang sangat tinggi; kandungan alumunium terlarut dalam jumlah cukup
banyak; terdapatnya P terarbsorbsi relatif rendah. Pengelolaan Tanah
Aluvial dengan pemberian pupuk P dapat meningkatkan ketersediaan
hara dalam tanah, serta kapur pertanian dan pupuk kandang sangat
dianjurkan untuk meningkatkan produktivitas tanah aluvial.
2. Tanah Grumusol
Jenis tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa
vulkanik. Kandungan bahan organik di dalamnya tergolong rendah
karena tanah ini terdiri dari batuan kapur. Dapat disimpulkan bahwa tanah
grumusol ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman.
Karakteristik tanah grumusol yang menjadi penciri utama adalah
tanah grumusol bertekstur kering dan mudah pecah terutama saat musim
kemarau. Karena teksturnya yang kering, Tanah Grumusol bagus
ditanami vegetasi kuat seperti kayu jati. Warna dari Tanah Grumusol
adalah hitam. pH tanah ini yaitu netral hingga alkalis. Tanah ini biasanya
berada di permukaan yang tidak lebih dari 300 meter dari permukaan laut
dan memiliki bentuk topografi datar hingga bergelombang.

3. Tanah Mediteran
Menurut USDA, Tanah Mediteran merupakan tanah ordo alfisol.
Alfisol berkembang pada iklim lembab dan sedikit lembab. Curah hujan
rata-rata untuk pembentukan Tanah Alfisol adalah 500 sampai 1300 mm
tiap tahunnya. Alfisol banyak terdapat di bawah tanaman hutan dengan
karakteristik tanah: akumulasi lempung pada horizon Bt, horizon E yang
tipis, mampu menyediakan dan menampung banyak air, dan bersifat
asam. Alfisol mempuyai tekstur lempung dan bahan induknya terdiri atas
kapur sehingga permeabilitasnya lambat.

40
Tanah Mediteran merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras
dan batuan sedimen. Warna tanah ini berkisar antara merah sampai
kecoklatan. Tanah mediteran banyak terdapat pada dasar-dasar dolina dan
merupakan tanah pertanian yang subur di daerah kapur daripada jenis
tanah kapur yang lainnya. Mediteran cocok untuk tanaman palawija, jati,
tembakau, dan jambu mete.

4. Tanah Litosol
Tanah Litosol merupakan jenis tanah yang terbentuk dari batuan
beku yang berasal dari proses meletusnya gunung berapi dan juga
sedimen keras dengan proses pelapukan kimia (dengan menggunakan
bantuan organisme hidup) dan fisika (dengan bantuan sinar matahari dan
hujan) yang belum sempurna. Dan hal ini tentu membuat struktur asal
batuan induknya masih terlihat. dan hal ini pula yang menyebabkan
bahwa Tanah Litosol disebut juga dengan tanah yang paling muda,
sehingga bahan induknya dangkal dan sangat sering terlihat di permukaan
sebagai batuan padat yang padu. Tanah Litosol ini merupakan jenis tanah
yang belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali belum
mengelami perkembangan.
Adapun beberapa karakteristik atau ciri- ciri yang dimiliki oleh
Tanah Litosol antara lain adalah sebagai berikut:
• Tebal hanya mencapai 45 cm saja
• Merupakan jenis tanah baru, dikatakan sebagai anak baru karena
tanah ini terbentuk ketika batuan belum sempurna mengalami
pelapukan.
• Mempunyai penampang yang besar, berbentuk kerikil, pasir, dan
bebatuan kecil
• Megalami perubahan struktur atau profil dari batuan asal
• Mempunyai kandungan unsur hara yang sedikit sekali
• Terbentuk dari proses meletusnya gunung berapi
• Memiliki tekstur tanah yang bervariasi
• Memiliki kesuburan tanah yang bervariasi

41
Tanah Litosol tidak dimanfaatkan secara intens seperti jenis tanah
yang lainnya. Bahkan ada di daerah tertentu yang menjadikan tanah
litosol ini hanya untuk lahan kosong yang dibiarkan untuk ditumbuhi
rerumputan. Hal ini karena tanah litosol merupakan tanah yang
kandungan unsur haranya hanya sedikit saja.

5. Tanah Rendzina
Rendzina merupakan tanah organik diatas bahan berkapur yang
memiliki tekstur lempung seperti vertisol. Tanah Rendzina memiliki
kadar lempung yang tinggi, teksturnya halus dan daya permeabilitasnya
rendah sehingga kemampuan menahan air dan mengikat air tinggi. Tanah
Rendzina berasal dari pelapukan batuan kapur dengan curah hujan yang
tinggi. Tanah jenis ini memiliki kandungan Ca dan Mg yang cukup
tinggi, bersifat basa, berwarna hitam, serta hanya mengandung sedikit
unsur hara.

6. Tanah Regosol
Menurut USDA, Regosol merupakan tanah yang termasuk ordo
Entisol. Secara umum, tanah Entisol adalah tanah yang belum mengalami
perkembangan yang sempurna, dan hanya memiliki horizon A yang
marginal. Contoh yang tergolong Entisol adalah tanah yang berada di
sekitar aliran sungai, kumpulan debu vulkanik, dan pasir. Umur yang
masih muda menjadikan Entisol miskin sampah organik sehingga
keadaannya kurang menguntungkan bagi sebagian tumbuhan.
Secara spesifik, ciri Regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu
sampai kuning, dan bahan organik rendah. Hal tersebut menjadikannya
tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan
baik. Dengan kandungan bahan organik yang sedikit, regosol banyak
dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan.
Secara teknis, tanah yang berada di Kabupaten Sragen menurut
survey lapangan yang dilakukan dan mengacu pada satndarisasi dan

42
klasifikasi DudolSoepraptohardjo (1957-1961) dijelaskan pada tabel di
bawah. Pemerian jenis tanah ini dapat digunakan sebagai dasar
pengenalan di lapangan. Selain itu, pemanfaatan lahan, khususnya untuk
kegiatan usaha tani dan perkebunan dapat mendasarkan pada deskripsi
tersebut. Adapun untuk perencaaan sentra komoditas, memerlukan
pengkajian yang lebih detail terkait dengan daya dukung tanah untuk
komoditas tersebut.

43
Tabel 3. Pemerian Tanah di Kabupaten Sragen
Sifat Penciri
Jenis Bahan
Kedalaman Warna Struktur Tekstur Penting
Tanah Induk
Lainnya
Mediteran Bahan 50 cm dari Kecoklatan Lempung Agak Tanah
Mineral permukaan kasar pertanian yang
tanah hingga subur di daerah
halus kapur
Grumusol Bahan 60 cm dari Gelap atau Lempung Halus Tanah yang
Mineral permukaan Kehitaman Pasiran bermasalah
tanah (kandungan karena menjadi
lempung lekat, licin dan
tinggi) plastis waktu
basah serta
sangat keras
waktu kering
Regosol Bahan 40-50 cm Kelabu Pasiran Kasar Kesuburan
Mineral dari hara yang
permukaan rendah
tanah

Litosol Bahan 40-50 cm Kelabu Pasiran Kasar Kesuburan


Mineral dari hara yang
permukaan rendah
tanah

Rendzina Bahan 60 cm dari Gelap atau Lempung Halus Tanah organik


Mineral permukaan Kehitaman Pasiran diatas bahan
tanah (kandungan berkapur
lempung
tinggi)

Alluvial Bahan 50 cm dari Hitam Lempung Agak Banyak


Mineral permukaan hingga kasar terletak di
tanah Kecoklatan hingga sekitar sungai
halus

Sumber: analisis (2018)

44
J. Penggunaan Lahan [nama kota]
Penggunaan lahan yang ada pada suatu daerah memberikan
pengaruh terhadap kesesuaian lahan dan daya dukungnya utuk
pengembangan wilayah. Secara umum, logika potensi lahan yang
paling besar terdapat pada area dengan lereng yang datar, curah
hujan yang cukup, tanah aluvial dan geologi yang mendukung.
Kecamatan Sragen, Sidoarjo, Masaran, Plupuh dan Sambung Macan
bagian selatan adalah salah satu contoh dimana kesesuaian lahan dan
kemampuan lahan mendukung untuk potensi pemanfaatan yang
besar. Aspek fisik yang ada mendukung untuk pertanian,
permukiman dan berbagai kebutuhan kegiatan/aktifitas
pengembangan wilayah. Pada Kecamatan lain yang memiliki daya
dukung yang lebih kecil seperti hampir keseluruhan Kecamatan di
sisi utara Kabupaten Sragen, masih dapat dikembangkan untuk
potensi khusus seperti industri dan pertanian lahan kering. Sekalipun
demikian penggunaan teknologi dan rekayasa masih dapat
diaplikasikan untuk memperbesar potensi pengembangan yang dapat
dimungkinkan.
Pada peta penggunaan lahan tahun 2022 hasil digitasi menunujkan
warna merah pemukiman , warna hijua terang yaitu sawah, warna hijau
gelap yaitu perkebunan . Peta Persebaran Kecamatan Gemolong dengan
skala 1 : 90.000 dengan di dominasi oleh pemukiman. Beberapa
tujuan tata guna lahan adalah: Untuk memberikan sebuah hak dan
perlindungan pada lingkungan. Dengan adanya tata alokasi lahan akan
mengurangi potensi penyalahgunaan lahan. Membentuk sistem
transportasi yang baik dan efektif dalam sebuah kota.
Kecamatan Gemolong, memiliki topografi wilayah yang datar,
serta memiliki cukup banyak aliran sungai. Hal ini mendorong banyaknya/
luasnya lahan pertanian sawah serta ladang pertanian warga. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa wilayah Kecamatan Gemolong memiliki jenis

45
tanah yang subur. Beberapa komoditas tanaman pertanian sawah ladang
yang dimiliki Kecamatan Gemolong di antaranya, padi sawah, jagung,
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau,
beberapa tanaman buah-buahan (seperti mangga, durian, jeruk, pisang,
papaya dan salak), serta beberapa tanaman perkebunan.

46
47
BAB V
Penduduk Kabupaten Sragen
Penduduk meurupakan komponen penting dalam suatu wilayah di mana penduduk di
gunakan sebagai dasar rancangan perencanaan wilayah sebagai dsar utk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia , maka dari itu jua di perlukan data
kependudukan yang berkualitas,benar,akurat, dan terkini yang meliputi jumlah
penduduk ekonomi,permasalahan ekonomi,feritilias,mortalitas,lingkungan,kondisi
geografis, untuk dari itu mari yuk kita baca sebagai berikut gimana kondisi penduduk
Kabupaten Sragen.

K. Struktur Pendud dan Proses Penduduk Kabupaten Sragen


Jumlah penduduk Sragen berdasarkan data tahun 2016 sebanyak
882.090 jiwa, terdiri dari 432.178 jiwa laki-laki (48,99%) dan 449.912
jiwa perempuan (51,01%). Apabila dilihat penyebarannya, maka
kecamatan yang paling tinggi jumlah penduduknya adalah Kecamatan
Masaran sebesar 73,213 jiwa dari jumlah penduduk yang ada di
Kabupaten Sragen. Sedangkan kecamatan yang terkecil jumlah
penduduknya adalah Kecamatan Gesi sebanyak 19,856 jiwa. Berikut di
bawah ini merupakan data kependudukan di Sragen menurut Badan
Pusat Statistika (BPS).
Tabel 1. Sex Ratio dan Kecamatan di Kabupaten
Sragen, 2016
KECAMATAN Laki-laki Perempuan Jumlah Sex
District Male Female Total Ratio
(1) (2) (3) (4) (5)
L. 01. Kalijambe 24,669 24,277 48,946 1,016

48
02. Plupuh 20,9 22,128 43,048 94
20 5

03. Masaran 36,2 36,928 73,213 98


85 3

04. Kedawung 29,2 30,053 59,301 97


48 3

05. Sambirejo 17,4 95


59 18,256 35,715 6

20,5 95
06. Gondang
60 21,532 42,092 5

07. Sambungmacan 21,6 94


80 22,904 44,584 7

18,3 96
08. Ngrampal
98 19,036 37,434 6

09. Karangmalang 32,8 97


55 33,817 66,672 2

33,8 96
10. Sragen
67 34,980 68,847 8

11. Sidoharjo 25,2 96


61 26,153 51,414 6

24,9 94
12. Tanon
10 26,502 51,412 0

13. Gemolong 22,8 95


45 23,810 46,655 9

49
15,9 96
14. M i r i
67 16,519 32,486 7

15. Sumberlawang 21,3 22,869 44,197 93


28 3

16,5 17,292 33,863 95


16. Mondokan
71 8

17. Sukodono 14,1 15,454 29,559 91


05 3

18. G e s i 9,48 10,374 19,856 91


2 4
M. 19. Tangen
12,744 13,241 25,985 962
20. J e n a r 9
13,0 4
24 13,787 26,811 5
9
Jumlah /Total 432,
449,912 882,090 6
2016* 178
1
Jumlah /Total 430, 448,310 879,027 9
2015* 717 6
1
Jumlah /Total 429, 446,483 875,615 9
2014* 132 6
1
Jumlah /Total 427, 444,709 871,991 9
2013* 282 8
2

50
Jumlah /Total 425, 442,675 868,090 9
2012* 415 8
1
N. Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen

Dilihat dari hasil tabel wilayah kecamatan Gemolong dimana, kepadatan


penduduk di dominasi oleh Kecamatan Gemolong, interpetasi dalam peta
tematik / berdasarkan peta kepadatan penduduk menurut luas wilayah
Gemolong adalah wilayah yang paling padat.
Peta kepadatan penduduk menurut luas pemukiman di dominasi oleh 3
kelurahan/ desa di Kecamatan Gemolong yaitu bagian barat kecamatan
sragwn yaitu Kwangen,Ngembat Padas,kaloran, untuk peta berdasarkan luas
wilayah dapat di lihat semakin gelap warna yang di tunjukan pada peta
wilayah Gemolong maka semakin besar juga kepadatan penduduknya.
Efektivitas Gemolong sebagai pusat pelayanan permukiman dengan
pendekatan tujuan adalah Perkotaan Gemolong telah efektif dan berhasil
menjadi pusat pelayanan permukiman jika dilihat dari sisi dominasi kepadatan
penduduk

51
52
53
BAB VI
Budaya dan Sejarah Kabupaten Sragen
Budaya adalah sebuah ciri khas turun temurun dari suatu wilayah setiap daearha pasti
mememilikisciri khas masing – masing , sehingga budaya tersebut di anggap ciri khas
dans sesuatu yang sakral bagi wilyah tersebut , dsri budaya tersebut masih ada,asal –
usul sejarah,tradisi agama,yuk kita mengenali sejarah kota sragen bumi sukowati
A. Sejarah Kabupaten Semarang
1. Asal-usul Kabupaten Semarang
Kabupaten Sragen memiliki histori di manna saregn terbentuk dari
peperangan masa jaman mataram di mana saat itu mengalami peperangan ,
lalu pada saat itu mataram di pimpiun Oleh Rakai Pannagkaran,kemudian
masa itu masih ada raja yang bawah bukan raja utama, pada abad ke 7 raja
kecil itu yaitu Rakai walaning, ia pergi ke area tanpa perang, demi
menghindari peperangan lalu raja tersebut menetap/menemukan sebuah
wilayah yang anti perang lalu temapt itu dunamakan bumi sukawati,lalu di
namai sragen.

54
B. Keragaman Suku, Budaya, dan Agama Kabupaten Sragen
1. Keragaman Suku
Keragaman suku yang ada di Kabupaten Sragen meliputi suku Jawa, Sunda,
Madura, Arab, Batak hingga Melayu. Sebagian besar penduduk Kabupaten
Semarang merupakan suku asli Jawa.

2. Keragaman Budaya
Salah satu keragaman budaya di sragen yaitu gerabah biasanya di pasarkan di
pasar ada yang di pamerkan sehingga itu sebagaikan kmoditas budaya di
sragen kemudian adal batik sangiran batik ini adalah batik yang bercirka
mnausia purba dimana batik tersbut sering di gunakan simboilik sragen yang
dimana sangiran adalah ciri khas kota sragen , setiap setiap sekolah sekolah ,
pns,dll, pasti setiap hari kamis memakai batik tersebut untuk melestarikan
budaya tersbeut

55
BAB VII
Potensi Wilayah Kabupaten Sragen

O. Potensi Ekonomi
2. Potensi Pertanian
saat ini sragen adalah wilayah kerasidenan dengan komistas pertanian yang
cukup maju karena sebagai mata pencaharian dan kondisi wilayahny adalah
pertanian yang dimana hasil tani tersebut di kespor ke daearh yang
luarvkotasektor pertsnia antara laian,jagung,padi kacang,yang paling besar
adalah padi yang di oleh menajdi beras sehingga banyak selapan atau pabrik
beras yang beropreasi daearah tersbut, disbut juga tani makmur karen potensi
pertaniannya begitu unggul.

3. Potensi Peternakan
Poetensi peterankan begitu besar antara lain , ika,lelel,unggas dan sapi
kamibing,kerbau, membuat sragen menjadi tempat denagan potensi
peterankana yang cukup bagus salah satu paling unggul adalah peternakan lele
yang dimana setiap daerh sragen pasti betrernak lele baiik itu bibitk maupun
dewasa, untuk unggas yang paling dominan adalah ayam potong.
4. Potensi Industri dan Jasa
Potensi dan indsutri kabupaten sragen adalah adalah industri mebel , sragen
dengan komuditas industri mebel yang tinggi,setiap wilayah sragen pasti
ssering dijumpaiinustri mebel sehingga sragen komditas mebel yang
tinggi ,salah satu yang terkenal adala pabrik jokowi yang berpusaat di desa
Banaran ,,banyak orang luar memesan perabotan barang dan jasa kabupaten
Sragen sehingga furniture did aearah saregn cukup bagus

56
5. Potensi Pariwisata
Poetensi pariwisata daearah sragen masih minim karena belum ada oengkajian
lebih lanjut, ada banyak wisata baru di sragen tapi masih tahap perkembangan
salah satunya edupark dan taman air di desa jatibatur, oleh karena itu potensi
untuk daerah sragen masih di kaji kemabli.
P. Potensi Bencana
1. Bencana Geologis
Bencana geologi daearh sragen jarang terjadi paling terjadi di dearah agak
tinggi kontur wilayahnya salah satunya adalah daearah mbukuran
Bisanya tanah longsor
2. Bencana Hidrometeorologis
Bencana hdirometerologi adalah angin ptuing beliung,banjit dan topan,sering
terjadi dearah sragen karen merupakan daearah indosnesia sehingga sering
terjadi hal tersebut setiap msuim hujan pasti dada rumah roboh karena putting
beliung, untuk banjir pasti terjadi di daearh sragen kota ada yang tanggul jebol
atau debit air naik

57

Anda mungkin juga menyukai