Anda di halaman 1dari 40

Laporan Resmi

Elektronika Terintegrasi

Praktikum 4
Rangkaian Difference Amplifier

Nama kelompok:

Fadly Rahman Risfa P27838121009


Hidrotin Aprilia P27838121014
I Made Bayu Mahayana.P P27838121016

Nama asdos:
Nadya Febby Lelunny

Revisi 1 Revisi 2 Paraf asdos

Tgl: Tgl: Tgl:

Jam: Jam: Jam:

Jurusan Teknik Elektromedik


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Surabaya
2021
PRAKTIKUM IV
DIFFERENCE AMPLIFIER

 Tujuan
1. Mengetahui fungsi dari rangkaian Op-amp sebagai Difference Amplifier.
2. Merencanakan dan membandingkan kerja dari rangkaian Op-Amp sebagai
Difference Amplfier

 Alat dan Bahan


1. Resistor

Gambar 1 Resistor
(Sumber: kompasiana.com)

2. LED

Gambar 2 LED
(Sumber: amazon.com)

3. Op-Amp LM741

Gambar 3 Op-Amp LM741


(Sumber: roboelement.com)

Page |1
4. Catu Daya

Gambar 4 Catu Daya


(Sumber: tokopedia.com)

5. Osiloskop

Gambar 5 Osiloskop
(Sumber: shafaamrh.wordpress.com)

6. Generator Sinyal

Gambar 6 Generator Sinyal


(Sumber: Indonesian.alibaba.com)

 Dasar Teori
1. Difference Amplifier
Op-Amp memiliki banyak sekali fungsi, salah satunya sebagai penguat
Differensial. Penguat differensial merupakan penguat yang berfungsi untuk
menguatkan hasil operasi pengurangan terhadap dua sinyal masukan yang diberikan.
Penguat differensial juga sering disebut sebagai penguat substractor. Pada penguat
differensial, sinyal tidak diberikan pada salah satu input Op-Amp melainkan pada
kedua input Op-Amp.

Page |2
Gambar 7 Rangkaian Difference Amplifier
Pada penguat differensial, sinyal diberikan pada kedua input Op-Amp, oleh karena itu
untuk mempermudah analisis rangkaian penguat differensial perlu diterapkan teori
superposisi dengan asumsi setiap sumber bekerja sendiri tanpa pengaruh sumber
yang lain. Dengan demikian, untuk analisis rangkaian menggunakan sumber tegangan
V2, maka sumber tegangan V1 harus dihubung singkat. Kemudian terapkan hukum
Kirchoff arus pada titik cabang A dan B serta asumsi I+ = I- = 0, sehingga gambar
rangkaian penguat differensial menjadi seperti ini.

Gambar 8 Rangkaian Difference Amplifier ketika dihubungkan dengan V1

Dari gambar 10. didapatkan persamaan arus yang mengalir pada titik cabang A,
sebagai berikut:

Persamaan 1 :
If = Ig

Dengan menggunakan teori tegangan titik simpul, persamaan (1) dapat dijabarkan
menjadi:

Persamaan 2 :

Page |3
Karena V+ = VB dan V- = VA , serta asumsi nilai V+ = V- maka dapat dituliskan nilai
VB = VA. Sehingga persamaan (2) menjadi:

Persamaan 3 :

Dengan menyederhanakan persamaan (3), dapat diperoleh persamaan tegangan


keluaran dari penguat differensial ketika V1 dihubung singkat:

Persamaan 4 :

Page |4
Karena nilai dari VB belum diketahui, maka nilai VB perlu dicari terlebih dahulu. Nilai
dari VB dapat diperoleh dengan menerapkan rumus pembagi tegangan pada R2 dan
Rg.

Persamaan 5 :

Dengan mensubtitusikan persamaan (5) ke dalam persamaan (4.11). Didapatkan


persamaan tegangan keluaran dari penguat differensial ketika V1 dihubung singkat:

Persamaan 6 :

Setelah diketahui persamaan tegangan keluaran pada sumber tegangan V2, sekarang
waktunya mencari persamaan tegangan keluaran pada sumber tegangan V1, dengan
cara menghubung singkat sumber tegangan V2. Kemudian terapkan hukum Kirchoff
arus pada titik cabang A dan B serta asumsi I+ = I- = 0, sehingga gambar rangkaian
penguat differensial menjadi seperti Gambar 3.

Gambar 9 Rangkaian Difference Amplifier ketika dihubungkan dengan V2

Karena V2 dihubung singkat dan asumsi I+ = I- = 0 maka pada titik cabang B tidak
terdapat aliran arus (VB = 0), sehingga analisis rangkaian hanya dilakukan pada titik
cabang A. Dari Gambar 3.6. didapatkan persamaan arus yang mengalir pada titik
cabang A, sebagai berikut:

Persamaan 7 :
I1 = If
Page |5
Persamaan 8 :
Dengan menggunakan teori tegangan titik simpul, persamaan (7) dapat dijabarkan
menjadi:

Persamaan 9 :
Karena V+ = VB = 0 dan V- = VA , serta asumsi nilai V+ = V- maka dapat dituliskan
nilai VA = 0. Sehingga persamaan (8) menjadi:

Persamaan 10 :
Dengan menyederhanakan persamaan (9), dapat diperoleh persamaan tegangan
keluaran dari penguat differensial ketika V2 dihubung singkat:

Setelah diketahui persamaan tegangan keluaran dari sumber V1 dan V2, maka
selanjutnya mencari nilai tegangan keluaran total dari penguat differensial, dengan
cara menjumlahkan persamaan (6) dan (10):

Persamaan 11 :

Page |6
Jika nilai R1 = R2 dan Rf = Rg, maka persamaan (11) dapat disederhanakan
menjadi:

Persamaan 12 :

2. Resistor
Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan dalam
Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika menggunakannya. Pada
dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi
atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik
dalam suatu rangkaian Elektronika. Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut dengan hambatan atau tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf “R”.
Satuan hambatan atau resistansi resistor adalah OHM (Ω). Sebutan “OHM” ini
diambil dari nama penemunya yaitu Georg Simon Ohm yang juga merupakan
seorang Fisikawan Jerman.

3. IC LM 741
LM741 adalah salah satu IC (Integrated Circuit) Op-Amp (Operational Amplifier)
yang memiliki 8 pin. IC Op-Amp ini terdapat 2 jenis bentuk, yaitu tabung (lingkaran)
dan kotak (persegi), tetapi yang umum adalah yang berbentuk persegi. Op-Amp
banyak digunakan dalam sistem analog komputer, penguat video / gambar,

Page |7
penguat audio, osilator, detector dan lainnya. LM741 biasanya bekerja pada
tegangan positif / negatif 12 volt, dibawah itu IC tidak akan bekerja. Setiap pin/kaki-
kaki pada IC LM741 mempunya fungsi yang berbeda-beda.

Gambar 10 Keterangan Pin pada IC 741

4. LED
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen
elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan
tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada
jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan
sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada
Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.
Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat
dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda
dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak
menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED (Light
Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu
penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.

5. Catu Daya
Power Supply atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Catu Daya adalah
suatu alat listrik yang dapat menyediakan energi listrik untuk perangkat listrik ataupun
elektronika lainnya. Pada dasarnya Power Supply atau Catu daya ini memerlukan
sumber energi listrik yang kemudian mengubahnya menjadi energi listrik yang
dibutuhkan oleh perangkat elektronika lainnya. Oleh karena itu, Power Supply
kadang-kadang disebut juga dengan istilah Electric Power Converter.

6. Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur Elektronik yang dapat memetakan atau
memproyeksikan sinyal listrik dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat dibaca
dan mudah dipelajari. Dengan menggunakan Osiloskop, kita dapat mengamati dan
menganalisa bentuk gelombang dari sinyal listrik atau frekuensi dalam suatu
Page |8
rangkaian Elektronika. Pada umumnya osiloskop dapat menampilkan grafik Dua
Dimensi (2D) dengan waktu pada sumbu X dan tegangan pada sumbu Y.
Osiloskop banyak digunakan pada industri-industri seperti penelitian, sains,
engineering, medikal dan telekomunikasi. Saat ini, terdapat 2 jenis Osiloskop yaitu
Osiloskop Analog yang menggunakan Teknologi CRT (Cathode Ray Tube) untuk
menampilkan sinyal listriknya dan Osiloskop Digital yang menggunakan LCD untuk
menampilkan sinyal listrik atau gelombang.

7. Generator Sinyal
Function Generator atau Generator Fungsi adalah alat uji elektronik yang dapat
membangkitkan berbagai bentuk gelombang. Bentuk Gelombang yang dapat
dihasilkan oleh Function Generator diantaranya seperti bentuk gelombang Sinus
(Sine Wave), gelombang Kotak (Square Wave), gelombang gigi gergaji (Saw tooth
wave), gelombang segitiga (Triangular wave) dan gelombang pulsa (Pulse). Fungsi
ini sedikit berbeda dengan RF Signal Generator ataupun Audio Signal Generator
yang pada umumnya hanya fokus pada pembangkitan bentuk gelombang sinus.

I. Diagram Skematik

Gambar 11 Diagram Skematik

II. Penjelasan Rangkaian

Pada rangkaian diatas dapat diketahui bahwa input VA masuk pada kaki
inverting, sedangkan input VB masuk pada kaki non inverting. V1 dan V2
merupakan ppembagian tegangan dengan VCC sebesar +12VDC. Keadaan
pertama VA dihubungkan dengan V2 dan VB dihubungkan dengan V1.
Keadaan kedua VA dihubungkan dengan V1 dan VB dihubungkan dengan V2.
Untuk pin 4 diberi tegangan -12V dari power supply dan pin 7 diberi tegangan
+12V dari power supply. Kemudian pin 6 merupakan output, dihubungkan pada
beban yang berupa LED dan resistor. Rf dihubungkan pada pin 6 dan pin 2,
sedangkan pin 6 sebagai outputan.
Page |9
III. Perhitungan
1. Fadly Rahman Risfa
 Kalibrasi osiloskop
A = 2 Vpp F = 1000 Hz
 Amplitudo A = tinggi kotak x Volt/div
2 Vpp = tinggi kotak x 2
tinggi kotak = 2⁄2
tinggi kotak = 1 p-p
1
 Frekuensi =𝑇
1
1000 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 𝑡/𝑑𝑖𝑣
1
1000 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 0,5 𝑥 10−3
10−3
Lebar kotak = 500

Lebar kotak = 2 kotak

 Perhitungan Acl
𝑅𝑓
Acl = 𝑅𝑖𝑛
100
Acl = 47

Acl = 2,12 𝑘𝑎𝑙𝑖


 Pembagian Tegangan
33KΩ + 68KΩ
V1 = 100KΩ+33KΩ+68KΩ 𝑥 12
101KΩ
= 201KΩ 𝑥 12

= 6,02 Vdc
68KΩ
V2 = 100KΩ+33KΩ+68KΩ 𝑥 12
68KΩ
= 201KΩ 𝑥 12

= 4,05 Vdc

 Perhitungan dengan Rumus


Percobaan 1
Vo saat Va ke V2 dan Vb ke V1

Vo = Rf/Rin . (Vb - Va)


= 100KΩ/47KΩ (6,02V – 4,05V)
= 2,12 . (1,9).
= 4,19 V

P a g e | 10
Percobaan 2
Vo saat Va ke V1 dan Vb ke V2

Vo = Rf/Rin . (Vb - Va)


=100KΩ/47KΩ . (4,05V – 6,02V)
=2,12 . (-1,9)
= -4,19 V
 Perhitungan dengan Pengukuran
 Vo saat Va ke V2 dan Vb ke V1
 Va ke V2 = tinggi kotak = 3 V
 Vb ke V1 = tinggi kotak = 4,5 V
 Vo = tinggi kotak = 3,1 V

 Vo saat Va ke V1 dan Vb ke V2
 Va ke V1 = tinggi kotak = 3,4 V
 Vb ke V2 = tinggi kotak = 2 V
 Vo = tinggi kotak = -3 V

2. Hidrotin Aprilia
 Kalibrasi osiloskop
A = 2 Vpp F = 1000 Hz
 Amplitudo A = tinggi kotak x Volt/div
2 Vpp = tinggi kotak x 2
tinggi kotak = 2⁄2
tinggi kotak = 1 p-p
1
 Frekuensi =𝑇
1
1000 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 𝑡/𝑑𝑖𝑣
1
1000 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 0,5 𝑥 10−3
10−3
Lebar kotak = 500

Lebar kotak = 2 kotak

 Perhitungan Acl
𝑅𝑓
Acl = 𝑅𝑖𝑛
100
Acl = 47

Acl = 2,12 𝑘𝑎𝑙𝑖

P a g e | 11
 Pembagian Tegangan
33KΩ + 68KΩ
V1 = 100KΩ+33KΩ+68KΩ 𝑥 12
101KΩ
= 201KΩ 𝑥 12

= 6,02 Vdc
=6V
68KΩ
V2 = 100KΩ+33KΩ+68KΩ 𝑥 12
68KΩ
= 201KΩ 𝑥 12

= 4,05 Vdc
=4V

 Perhitungan dengan Rumus


Percobaan 1
Vo saat Va ke V2 dan Vb ke V1

Vo = Rf/Rin . (Va - Vb)


= 100KΩ/47KΩ (6V – 4V)
= 2,12 . (2).
= 4,24 Vdc

Percobaan 2
Vo saat Va ke V1 dan Vb ke V2

Vo = Rf/Rin . (Vb - Va)


= 100KΩ/47KΩ . (4V – 6V)
= 2,12 . (-2)
= -4,24V
 Perhitungan dengan Pengukuran
 Vo saat Va ke V2 dan Vb ke V1
 Va ke V2 = tinggi kotak = 3,00 V
 Vb ke V1 = tinggi kotak = 4,50 V
 Vo = tinggi kotak = 3,10 V

 Vo saat Va ke V1 dan Vb ke V2
 Va ke V1 = tinggi kotak = 3,40 V
 Vb ke V2 = tinggi kotak = 2,00 V
 Vo = tinggi kotak = -3,00 V

P a g e | 12
3. I Made Bayu Mahayana. P
 Kalibrasi osiloskop
A = 2 Vpp F = 1000 Hz
 Amplitudo A = tinggi kotak x Volt/div
2 Vpp = tinggi kotak x 1
tinggi kotak = 2⁄1
tinggi kotak = 2 p-p
1
 Frekuensi =𝑇
1
1000 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 𝑡/𝑑𝑖𝑣
1
1000 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 0,5 𝑥 10−3
10−3
Lebar kotak = 500

Lebar kotak = 2 kotak

 Perhitungan Acl
𝑅𝑓
Acl = 𝑅𝑖𝑛
100
Acl = 47

Acl = 2,12 𝑘𝑎𝑙𝑖


 Pembagian Tegangan
33KΩ + 68KΩ
V1 = 100KΩ+33KΩ+68KΩ 𝑥 12
101KΩ
= 201KΩ 𝑥 12

=6V

68KΩ
V2 = 100KΩ+33KΩ+68KΩ 𝑥 12
68KΩ
= 201KΩ 𝑥 12

=4V

 Perhitungan dengan Rumus


Percobaan 1
Vo saat Va ke V2 dan Vb ke V1

Vo = Rf/Rin . (Va - Vb)


= 100KΩ/47KΩ (6 V – 4 V)
= 2,12 . (2).
= 4,24 Vdc

P a g e | 13
Percobaan 2
Vo saat Va ke V1 dan Vb ke V2

Vo = Rf/Rin . (Vb - Va)


= 100KΩ/47KΩ . (4 V – 6 V)
= 2,12 . (-2)
= -4,24 V
 Perhitungan dengan Pengukuran
 Vo saat Va ke V2 dan Vb ke V1
 Va ke V2 = tinggi kotak = 3,05 V
 Vb ke V1 = tinggi kotak = 4,5 V
 Vo = tinggi kotak = 3,1 V

 Vo saat Va ke V1 dan Vb ke V2
 Va ke V1 = tinggi kotak = 3,4 V
 Vb ke V2 = tinggi kotak = 2 V
 Vo = tinggi kotak = -3 V

 Langkah Percobaan

a. Rangkai rangkaian yang ditunjuk dalam diagram skematik dan pasang catu
daya.
b. Pertama-tama hubungkan resistor input non inverting (R3) pada titik V1 dan
resistor inverting (R1) pada titik V2 di rangkai sebagai resistor pembagi.
c. Dengan osiloskop, ukur tegangan input DC V1 (VB) dan V2 (VA) catat
hasilnya.
V1 setelah dihubungkan dengan VB =… V

V2 setelah dihubungkan dengan VA =… V

Kemudian ambil bedanya (VB-VA) dan catat hasilnya :

VB-VA= ................... V

d. Sekarang dengan osiloskop, ukur tegangan output Vo dan catat hasilnya.


Vo= .................... V

e. Sekarang balik hubungan input sehingga R1 dihubungkan dengan titik V1,


dan R3 dengan titik V2. Ulangi langkah 3 dan 4 catat hasilnya.
V1 setelah dihubungkan dengan VA = .......... V

V2 setelah dihubungkan dengan VB = .......... V

VB – VA = ........... V
P a g e | 14
Vo =… V

f. Putuskan catu daya dan ubah resistor R1 dan R3 menjadi 47KΩ. Ulangi
percobaan ini dari langkah 1 sampai langkah 5.
g. Dari persamaan yang diberikan dalam dasar-dasar desain, bandingkan
tegangan output yang dihitung dari persamaan ini dengan tegangan output
yang diukur.

Tabel 5.1 Pengukuran Output Difference Amplifier pertama


R1=R3= 47K Saat VA~>V2 Saat VA~>V1
VB~>V1 VB~>V2
Perhitungan VA
VB
Vo
Pengukuran VA
VB
Vo

P a g e | 15
 Hasil dan Analisa

Hasil
1) Foto hasil output dari osiloskop
Tabel 1 Fadly Rahman Risfa

NO SAAT PROTEUS

VA ke V2
1.
VB ke V1

Gambar 12 Percobaan 1

VA ke V1
2.
VB ke V2

Gambar 13 Percobaan 2

P a g e | 16
Tabel 2 Hidrotin Aprilia

NO SAAT PROTEUS

VA ke V2
1.
VB ke V1

Gambar 14 Percobaan 1

VA ke V1
2.
VB ke V2

Gambar 15 Percobaan 2

P a g e | 17
Tabel 3 I Made Bayu Mahayana. P

NO SAAT PROTEUS

VA ke V2
1.
VB ke V1

Gambar 16 Percobaan 1

VA ke V1
2.
VB ke V2

Gambar 17 Percobaan 2

P a g e | 18
 Tabel

Tabel 4 Fadly Rahman Risfa


Saat VA ke V2 Saat VA ke V1
No R1=R3=47K
& VB ke V1 & VB ke V2

1. Perhitungan VA 4,05 V 6,02 V

VB 6,02 V 4,05 V

VO 4,19 V -4,19 V

2. Pengukuran VA 3V 3,4 V

VB 4,5 V 2V

VO 3,1 V -3V

Tabel 5 Hidrotin Aprilia


Saat VA ke V2 Saat VA ke V1
No R1=R3=47K
& VB ke V1 & VB ke V2

1. Perhitungan VA 4V 6V

VB 6V 4V

VO 4,24 V -4,24 V

2. Pengukuran VA 3V 3,4 V

VB 4,5 V 2V

VO 3,1 V -3V

Tabel 6 I Made Bayu Mahayana. P

Saat VA ke V2 Saat VA ke V1
No R1=R3=47K
& VB ke V1 & VB ke V2

1. Perhitungan VA 4,05 V 6,02 V

VB 6,02 V 4,05 V

Page |0
VO 4,17 V -4,17 V

2. Pengukuran VA 3V 3,40 V

VB 4,50 V 2V

VO 3,10 V -3V

 Analisa
Rangkaian difference amplifier adalah selisih tegangan input yang dikuatkan. Input
inverting merupakan DC begitu pula pada input non inverting. Sehingga hasil
outputannya juga menghasilkan garis lurus. Output Difference amplifier ini didapatkan
dengan mencari selisih kedua input (inverting dan non inverting) kemudian
mengalikannya dengan penguat. Besar hambatan resistor mempengaruhi output
pada rangkaian difference amplifier. Semakin besar hambatan pada input maka
output pada rangkaian semakin kecil. Ketika hambatan input kecil maka output pada
rangkaian semakin besar.

 Tugas
1) Bagaimana jika kedua Inputan diberi tegangan berbeda (Tegangan AC dan
Tegangan DC) misal Tegangan AC 2Vpp dan tegangan DC 1VDC?
2) Putuskan catu daya dan ubah resistor R1 dan R3 menjadi 33KΩ. Ulangi percobaan
ini dari langkah 1 sampai langkah 5 proteus.
3) Dari persamaan yang diberikan dalam dasar-dasar desain, bandingkan tegangan
output yang dihitung dari persamaan ini dengan tegangan output yang diukur.
Tabel 5.2 Pengukuran Output Difference Amplifier kedua
R1=R3= 33K Saat VA~>V2 Saat VA~>V1
VB~>V1 VB~>V2

VA
VB
Perhitungan Vo
VA
VB
Diukur Vo
4) Buatlah rangkaian diatas dalam pcb dengan penguatan 1-100 kali.

Page |1
 Jawaban
1. Bagaimana jika kedua inputan diberi tegangan berbeda (Tegangan AC dan
Tegangan DC) misal tegangan AC 2Vpp dan tegangan DC 1VDC?
Jawab :
𝑅2
Pembesaran akan terjadi sesuai 𝑅1 dikali dengan tegangan AC yang masuk dan tidak

dikurangi tegangan DC yang masuk karena tegangan DC hanya menjadi base line.
Ketika VA diberikan 2Vpp maka sinyal outputnya akan memiliki fase berbalik terhadap
sinyal inputnya karena masuk pada kaki inverting. Namun ketika VB yang diberikan
2Vpp maka sinyal outputnya memiliki fase tetap terhadap sinyal inputnya karena
masuk pada kaki non inverting.
 Kondisi VA = 2Vpp dan VB = 1VDC

Gambar 18 Rangkaian Difference Amplifier saat VA = 2Vpp dan VB = 1VDC

Gambar 19 Output saat VA = 2Vpp dan VB = 1VDC

R2
Vout = (VB − VA)
R1
100k
= (1 VDC − 2 Vpp)
47k
Vout = 2,1 VDC − 4,2 Vpp

Page |2
 Kondisi VA = 1VDC dan VB = 2Vpp

Gambar 20 Rangkaian Difference Amplifier saat VA = 1VDC dan VB = 2Vpp

Gambar 21 Output saat VA = 1VDC dan VB = 2Vpp


R2
Vout = (VB − VA)
R1
100k
= (2 Vpp − 1 VDC)
47k
Vout = 4,2 Vpp − 2,1 VDC

2. Putuskan catu daya dan ubah resistor R1 dan R3 menjadi 33KΩ. Ulangi percobaan
ini dari langkah 1 sampai langkah 5 proteus.
Jawab :

Saat VA ke V2 dan Saat VA ke V1 dan


R1= R3 = 33K
VB ke V1 VB ke V2

VA 4,05 VDC 6,02 VDC

Perhitungan VB 6,02 VDC 4,05 VDC

Vo 5,96 VDC - 5,96 VDC

VA 3,2 VDC 3 VDC

Pengukuran VB 4,5 VDC 1,7 VDC

Vo 4,1 VDC -3,8 VDC

Tabel 7 Pengukuran Output Difference Amplifier Ketika R1= R3 = 33K

Page |3
 V1
Rgnd
V1 = × VCC
Rtot
101𝑘
= × 12
201𝑘

V1 = 6,02 VDC
 V2
Rgnd
V2 = × VCC
Rtot
68𝑘
= × 12
201𝑘

V2 = 4,05 VDC

 Output Saat VA ke V2 dan VB ke V1


R2
Vout = (VB − VA)
R1
100k
= (6,02 − 4,05)
33k

Vout = 5,96 VDC

 Saat VA ke V1 dan VB ke V2
R2
Vout = (VB − VA)
R1
100k
= (4,05 − 6,02)
47k

Vout = −5,96 VDC

 Volt/div : 2 Volt Time/div : 0,5 ms

Gambar 18 Output Percobaan 1 saat VA ke V2 dan VB ke V1

Page |4
 Volt/div : 2 Volt Time/div : 0,5 ms

Gambar 19 Output Percobaan 2 saat VA ke V1 dan VB ke V2

3. Dari persamaan yang diberikan dalam dasar-dasar desain, bandingkan tegangan


output yang dihitung dari persamaan ini dengan tegangan output yang diukur.
Jawab:

Grafik 1 Saat VA~V2 dan VB~V1

Saat Va ke V2 dan Vb ke V1
8

6 6,02 5,96
4,5 4,1
4 4,05
3,2
2

0
VA VB Vo

Perhitungan Pengukuran

Grafik 2 Saat VA~V1 dan VB~V2

Saat Va ke V1 dan Vb ke V2
10

5 6,02
3 4,05
1,7
0

-5 -3,8
-5,96
-10
VA VB Vo

Perhitungan Pengukuran

4. Buatlah rangkaian diatas dalam pcb dengan penguatan 1-100 kali.


Jawab:
 Rangkaian Difference Amplifier dengan penguatan 10 kali
Page |5
R2
Vout = (VB − VA)
R1
100k
= (1 VDC − 2 Vpp)
10k

Vout = 10 VDC − 20 Vpp

Gambar 20 Rangkaian dengan Penguatan 10 kali

Gambar 21 Output dengan Penguatan 10 kali

 Skematik Orcad dan rangkaian di PCB

Page |6
 Kesimpulan
1. Fadly Rahman Risfa
Op – Amp difference amplifier adalah rangkaian op – amp yang bekerja sebagai
penguat, yakni dengan memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari kedua
masukkannya (input) hasil penguatan yang ada pada tegangan output op – amp
akan berupa selisih dari tegangan pada output inverting (-) dan tegangan input
non-inverting (+).

2. Hidrotin Aprilia
Op – Amp Difference amplifier merupakan rangkaian yang bekerja sebagai
penguat, yakni dengan menguatkan sinyal yang merupakan selisih dari kedua
input. Kaki penguatan yang ada pada tegangan output akan berupa hasil selisih
dari tegangan pada input inverting (-) dan tegangan pada input non-inverting (+).
𝑅𝑓
rumus ketika R1=R2 dan Rf=Rg Vout = (𝑉2 − 𝑉1) . Ketika R1=R2=Rf=Rg,
𝑅𝑔

maka Vout = V2-V1. Pada saat VA (inverting) lebih besar dari VB (non inverting)
maka output yang keluar negatif. Pada saat VB lebih besar dari VA maka output
yang keluar positif. Jika terdapat perbedaan dua input AC dan DC maka output
DC menjadi tegangan referensi.

3. I Made Bayu Mahayana. P


Op-Amp difference amplifier berfungsi sebagai penguat tegangan dengan
penguatan yakni selisih penguatan antara non-inverting dan inverting. Namun
apabila tegangan input inverting lebih besar di banding non-inverting, maka
output nya akan negative. Apabila kedua input diberi tegangan yang berbeda AC
dan DC, maka tegangan output nya bukan hasil pengurangan antara tegangan
AC dan DC melainkan tegangan AC yang diperbesar, namun tegangan DC
menjadi base line.

Page |7
Daftar Pustaka
1. Rasyid, Abdurrahman. (2020) ” Op-Amp Sebagai Penguat Differensial)”.
Available : https://www.samrasyid.com/2019/08/op-amp-sebagai-penguat
differensial.html
2. Kho,Dickson (2021) “Pengertian Resistor dan Jenis-Jenisnya“
Available : https://teknikelektronika.com/pengertian-resistor-jenis-jenis resistor/
3. Kho, Dickson. (2020) ”Pengertian LED dan Cara kerjanya“.
Available : https://teknikelektronika.com/pengertian-led-light-emitting-diode-
cara-kerja/
4. Kho, Dickson. (2021) ”Pengertian Op-Amp (Operational Amplifier)’’.
Available : https://teknikelektronika.com/pengertian-op-amp-operational-
amplifier/
5. Kho, Dickson. (2020) ”Pengertian Power Supply dan Jenis-jenisnya’’.
Available : https://teknikelektronika.com/pengertian-power-supply-jenis-catu-
daya/
6. Kho, Dickson. (2020) ”Pengertian Osiloskop dan Spesifikasi penentu
kinerjanya’’.
Available : https://teknikelektronika.com/pengertian-osiloskop-spesifikasi-
penentu-kinerjanya/
7. Kho, Dickson. (2020) ”Pengertian Function Generator dan Jenis-jenisnya’’
Available : https://teknikelektronika.com/pengertian-function-generator-jenis-
generator-fungsi/

Page |8
 Lampiran
Laporan sementara

Page |9
P a g e | 10
P a g e | 11
P a g e | 12
P a g e | 13
P a g e | 14
P a g e | 15
P a g e | 16
P a g e | 17
P a g e | 18
P a g e | 19
P a g e | 20

Anda mungkin juga menyukai