Elektronika Terintegrasi
Praktikum 4
Rangkaian Difference Amplifier
Nama kelompok:
Nama asdos:
Nadya Febby Lelunny
Tujuan
1. Mengetahui fungsi dari rangkaian Op-amp sebagai Difference Amplifier.
2. Merencanakan dan membandingkan kerja dari rangkaian Op-Amp sebagai
Difference Amplfier
Gambar 1 Resistor
(Sumber: kompasiana.com)
2. LED
Gambar 2 LED
(Sumber: amazon.com)
3. Op-Amp LM741
Page |1
4. Catu Daya
5. Osiloskop
Gambar 5 Osiloskop
(Sumber: shafaamrh.wordpress.com)
6. Generator Sinyal
Dasar Teori
1. Difference Amplifier
Op-Amp memiliki banyak sekali fungsi, salah satunya sebagai penguat
Differensial. Penguat differensial merupakan penguat yang berfungsi untuk
menguatkan hasil operasi pengurangan terhadap dua sinyal masukan yang diberikan.
Penguat differensial juga sering disebut sebagai penguat substractor. Pada penguat
differensial, sinyal tidak diberikan pada salah satu input Op-Amp melainkan pada
kedua input Op-Amp.
Page |2
Gambar 7 Rangkaian Difference Amplifier
Pada penguat differensial, sinyal diberikan pada kedua input Op-Amp, oleh karena itu
untuk mempermudah analisis rangkaian penguat differensial perlu diterapkan teori
superposisi dengan asumsi setiap sumber bekerja sendiri tanpa pengaruh sumber
yang lain. Dengan demikian, untuk analisis rangkaian menggunakan sumber tegangan
V2, maka sumber tegangan V1 harus dihubung singkat. Kemudian terapkan hukum
Kirchoff arus pada titik cabang A dan B serta asumsi I+ = I- = 0, sehingga gambar
rangkaian penguat differensial menjadi seperti ini.
Dari gambar 10. didapatkan persamaan arus yang mengalir pada titik cabang A,
sebagai berikut:
Persamaan 1 :
If = Ig
Dengan menggunakan teori tegangan titik simpul, persamaan (1) dapat dijabarkan
menjadi:
Persamaan 2 :
Page |3
Karena V+ = VB dan V- = VA , serta asumsi nilai V+ = V- maka dapat dituliskan nilai
VB = VA. Sehingga persamaan (2) menjadi:
Persamaan 3 :
Persamaan 4 :
Page |4
Karena nilai dari VB belum diketahui, maka nilai VB perlu dicari terlebih dahulu. Nilai
dari VB dapat diperoleh dengan menerapkan rumus pembagi tegangan pada R2 dan
Rg.
Persamaan 5 :
Persamaan 6 :
Setelah diketahui persamaan tegangan keluaran pada sumber tegangan V2, sekarang
waktunya mencari persamaan tegangan keluaran pada sumber tegangan V1, dengan
cara menghubung singkat sumber tegangan V2. Kemudian terapkan hukum Kirchoff
arus pada titik cabang A dan B serta asumsi I+ = I- = 0, sehingga gambar rangkaian
penguat differensial menjadi seperti Gambar 3.
Karena V2 dihubung singkat dan asumsi I+ = I- = 0 maka pada titik cabang B tidak
terdapat aliran arus (VB = 0), sehingga analisis rangkaian hanya dilakukan pada titik
cabang A. Dari Gambar 3.6. didapatkan persamaan arus yang mengalir pada titik
cabang A, sebagai berikut:
Persamaan 7 :
I1 = If
Page |5
Persamaan 8 :
Dengan menggunakan teori tegangan titik simpul, persamaan (7) dapat dijabarkan
menjadi:
Persamaan 9 :
Karena V+ = VB = 0 dan V- = VA , serta asumsi nilai V+ = V- maka dapat dituliskan
nilai VA = 0. Sehingga persamaan (8) menjadi:
Persamaan 10 :
Dengan menyederhanakan persamaan (9), dapat diperoleh persamaan tegangan
keluaran dari penguat differensial ketika V2 dihubung singkat:
Setelah diketahui persamaan tegangan keluaran dari sumber V1 dan V2, maka
selanjutnya mencari nilai tegangan keluaran total dari penguat differensial, dengan
cara menjumlahkan persamaan (6) dan (10):
Persamaan 11 :
Page |6
Jika nilai R1 = R2 dan Rf = Rg, maka persamaan (11) dapat disederhanakan
menjadi:
Persamaan 12 :
2. Resistor
Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan dalam
Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika menggunakannya. Pada
dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi
atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik
dalam suatu rangkaian Elektronika. Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut dengan hambatan atau tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf “R”.
Satuan hambatan atau resistansi resistor adalah OHM (Ω). Sebutan “OHM” ini
diambil dari nama penemunya yaitu Georg Simon Ohm yang juga merupakan
seorang Fisikawan Jerman.
3. IC LM 741
LM741 adalah salah satu IC (Integrated Circuit) Op-Amp (Operational Amplifier)
yang memiliki 8 pin. IC Op-Amp ini terdapat 2 jenis bentuk, yaitu tabung (lingkaran)
dan kotak (persegi), tetapi yang umum adalah yang berbentuk persegi. Op-Amp
banyak digunakan dalam sistem analog komputer, penguat video / gambar,
Page |7
penguat audio, osilator, detector dan lainnya. LM741 biasanya bekerja pada
tegangan positif / negatif 12 volt, dibawah itu IC tidak akan bekerja. Setiap pin/kaki-
kaki pada IC LM741 mempunya fungsi yang berbeda-beda.
4. LED
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen
elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan
tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada
jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan
sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada
Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.
Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat
dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda
dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak
menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED (Light
Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu
penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.
5. Catu Daya
Power Supply atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Catu Daya adalah
suatu alat listrik yang dapat menyediakan energi listrik untuk perangkat listrik ataupun
elektronika lainnya. Pada dasarnya Power Supply atau Catu daya ini memerlukan
sumber energi listrik yang kemudian mengubahnya menjadi energi listrik yang
dibutuhkan oleh perangkat elektronika lainnya. Oleh karena itu, Power Supply
kadang-kadang disebut juga dengan istilah Electric Power Converter.
6. Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur Elektronik yang dapat memetakan atau
memproyeksikan sinyal listrik dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat dibaca
dan mudah dipelajari. Dengan menggunakan Osiloskop, kita dapat mengamati dan
menganalisa bentuk gelombang dari sinyal listrik atau frekuensi dalam suatu
Page |8
rangkaian Elektronika. Pada umumnya osiloskop dapat menampilkan grafik Dua
Dimensi (2D) dengan waktu pada sumbu X dan tegangan pada sumbu Y.
Osiloskop banyak digunakan pada industri-industri seperti penelitian, sains,
engineering, medikal dan telekomunikasi. Saat ini, terdapat 2 jenis Osiloskop yaitu
Osiloskop Analog yang menggunakan Teknologi CRT (Cathode Ray Tube) untuk
menampilkan sinyal listriknya dan Osiloskop Digital yang menggunakan LCD untuk
menampilkan sinyal listrik atau gelombang.
7. Generator Sinyal
Function Generator atau Generator Fungsi adalah alat uji elektronik yang dapat
membangkitkan berbagai bentuk gelombang. Bentuk Gelombang yang dapat
dihasilkan oleh Function Generator diantaranya seperti bentuk gelombang Sinus
(Sine Wave), gelombang Kotak (Square Wave), gelombang gigi gergaji (Saw tooth
wave), gelombang segitiga (Triangular wave) dan gelombang pulsa (Pulse). Fungsi
ini sedikit berbeda dengan RF Signal Generator ataupun Audio Signal Generator
yang pada umumnya hanya fokus pada pembangkitan bentuk gelombang sinus.
I. Diagram Skematik
Pada rangkaian diatas dapat diketahui bahwa input VA masuk pada kaki
inverting, sedangkan input VB masuk pada kaki non inverting. V1 dan V2
merupakan ppembagian tegangan dengan VCC sebesar +12VDC. Keadaan
pertama VA dihubungkan dengan V2 dan VB dihubungkan dengan V1.
Keadaan kedua VA dihubungkan dengan V1 dan VB dihubungkan dengan V2.
Untuk pin 4 diberi tegangan -12V dari power supply dan pin 7 diberi tegangan
+12V dari power supply. Kemudian pin 6 merupakan output, dihubungkan pada
beban yang berupa LED dan resistor. Rf dihubungkan pada pin 6 dan pin 2,
sedangkan pin 6 sebagai outputan.
Page |9
III. Perhitungan
1. Fadly Rahman Risfa
Kalibrasi osiloskop
A = 2 Vpp F = 1000 Hz
Amplitudo A = tinggi kotak x Volt/div
2 Vpp = tinggi kotak x 2
tinggi kotak = 2⁄2
tinggi kotak = 1 p-p
1
Frekuensi =𝑇
1
1000 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 𝑡/𝑑𝑖𝑣
1
1000 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 0,5 𝑥 10−3
10−3
Lebar kotak = 500
Perhitungan Acl
𝑅𝑓
Acl = 𝑅𝑖𝑛
100
Acl = 47
= 6,02 Vdc
68KΩ
V2 = 100KΩ+33KΩ+68KΩ 𝑥 12
68KΩ
= 201KΩ 𝑥 12
= 4,05 Vdc
P a g e | 10
Percobaan 2
Vo saat Va ke V1 dan Vb ke V2
Vo saat Va ke V1 dan Vb ke V2
Va ke V1 = tinggi kotak = 3,4 V
Vb ke V2 = tinggi kotak = 2 V
Vo = tinggi kotak = -3 V
2. Hidrotin Aprilia
Kalibrasi osiloskop
A = 2 Vpp F = 1000 Hz
Amplitudo A = tinggi kotak x Volt/div
2 Vpp = tinggi kotak x 2
tinggi kotak = 2⁄2
tinggi kotak = 1 p-p
1
Frekuensi =𝑇
1
1000 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 𝑡/𝑑𝑖𝑣
1
1000 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 0,5 𝑥 10−3
10−3
Lebar kotak = 500
Perhitungan Acl
𝑅𝑓
Acl = 𝑅𝑖𝑛
100
Acl = 47
P a g e | 11
Pembagian Tegangan
33KΩ + 68KΩ
V1 = 100KΩ+33KΩ+68KΩ 𝑥 12
101KΩ
= 201KΩ 𝑥 12
= 6,02 Vdc
=6V
68KΩ
V2 = 100KΩ+33KΩ+68KΩ 𝑥 12
68KΩ
= 201KΩ 𝑥 12
= 4,05 Vdc
=4V
Percobaan 2
Vo saat Va ke V1 dan Vb ke V2
Vo saat Va ke V1 dan Vb ke V2
Va ke V1 = tinggi kotak = 3,40 V
Vb ke V2 = tinggi kotak = 2,00 V
Vo = tinggi kotak = -3,00 V
P a g e | 12
3. I Made Bayu Mahayana. P
Kalibrasi osiloskop
A = 2 Vpp F = 1000 Hz
Amplitudo A = tinggi kotak x Volt/div
2 Vpp = tinggi kotak x 1
tinggi kotak = 2⁄1
tinggi kotak = 2 p-p
1
Frekuensi =𝑇
1
1000 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 𝑡/𝑑𝑖𝑣
1
1000 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 0,5 𝑥 10−3
10−3
Lebar kotak = 500
Perhitungan Acl
𝑅𝑓
Acl = 𝑅𝑖𝑛
100
Acl = 47
=6V
68KΩ
V2 = 100KΩ+33KΩ+68KΩ 𝑥 12
68KΩ
= 201KΩ 𝑥 12
=4V
P a g e | 13
Percobaan 2
Vo saat Va ke V1 dan Vb ke V2
Vo saat Va ke V1 dan Vb ke V2
Va ke V1 = tinggi kotak = 3,4 V
Vb ke V2 = tinggi kotak = 2 V
Vo = tinggi kotak = -3 V
Langkah Percobaan
a. Rangkai rangkaian yang ditunjuk dalam diagram skematik dan pasang catu
daya.
b. Pertama-tama hubungkan resistor input non inverting (R3) pada titik V1 dan
resistor inverting (R1) pada titik V2 di rangkai sebagai resistor pembagi.
c. Dengan osiloskop, ukur tegangan input DC V1 (VB) dan V2 (VA) catat
hasilnya.
V1 setelah dihubungkan dengan VB =… V
VB-VA= ................... V
VB – VA = ........... V
P a g e | 14
Vo =… V
f. Putuskan catu daya dan ubah resistor R1 dan R3 menjadi 47KΩ. Ulangi
percobaan ini dari langkah 1 sampai langkah 5.
g. Dari persamaan yang diberikan dalam dasar-dasar desain, bandingkan
tegangan output yang dihitung dari persamaan ini dengan tegangan output
yang diukur.
P a g e | 15
Hasil dan Analisa
Hasil
1) Foto hasil output dari osiloskop
Tabel 1 Fadly Rahman Risfa
NO SAAT PROTEUS
VA ke V2
1.
VB ke V1
Gambar 12 Percobaan 1
VA ke V1
2.
VB ke V2
Gambar 13 Percobaan 2
P a g e | 16
Tabel 2 Hidrotin Aprilia
NO SAAT PROTEUS
VA ke V2
1.
VB ke V1
Gambar 14 Percobaan 1
VA ke V1
2.
VB ke V2
Gambar 15 Percobaan 2
P a g e | 17
Tabel 3 I Made Bayu Mahayana. P
NO SAAT PROTEUS
VA ke V2
1.
VB ke V1
Gambar 16 Percobaan 1
VA ke V1
2.
VB ke V2
Gambar 17 Percobaan 2
P a g e | 18
Tabel
VB 6,02 V 4,05 V
VO 4,19 V -4,19 V
2. Pengukuran VA 3V 3,4 V
VB 4,5 V 2V
VO 3,1 V -3V
1. Perhitungan VA 4V 6V
VB 6V 4V
VO 4,24 V -4,24 V
2. Pengukuran VA 3V 3,4 V
VB 4,5 V 2V
VO 3,1 V -3V
Saat VA ke V2 Saat VA ke V1
No R1=R3=47K
& VB ke V1 & VB ke V2
VB 6,02 V 4,05 V
Page |0
VO 4,17 V -4,17 V
2. Pengukuran VA 3V 3,40 V
VB 4,50 V 2V
VO 3,10 V -3V
Analisa
Rangkaian difference amplifier adalah selisih tegangan input yang dikuatkan. Input
inverting merupakan DC begitu pula pada input non inverting. Sehingga hasil
outputannya juga menghasilkan garis lurus. Output Difference amplifier ini didapatkan
dengan mencari selisih kedua input (inverting dan non inverting) kemudian
mengalikannya dengan penguat. Besar hambatan resistor mempengaruhi output
pada rangkaian difference amplifier. Semakin besar hambatan pada input maka
output pada rangkaian semakin kecil. Ketika hambatan input kecil maka output pada
rangkaian semakin besar.
Tugas
1) Bagaimana jika kedua Inputan diberi tegangan berbeda (Tegangan AC dan
Tegangan DC) misal Tegangan AC 2Vpp dan tegangan DC 1VDC?
2) Putuskan catu daya dan ubah resistor R1 dan R3 menjadi 33KΩ. Ulangi percobaan
ini dari langkah 1 sampai langkah 5 proteus.
3) Dari persamaan yang diberikan dalam dasar-dasar desain, bandingkan tegangan
output yang dihitung dari persamaan ini dengan tegangan output yang diukur.
Tabel 5.2 Pengukuran Output Difference Amplifier kedua
R1=R3= 33K Saat VA~>V2 Saat VA~>V1
VB~>V1 VB~>V2
VA
VB
Perhitungan Vo
VA
VB
Diukur Vo
4) Buatlah rangkaian diatas dalam pcb dengan penguatan 1-100 kali.
Page |1
Jawaban
1. Bagaimana jika kedua inputan diberi tegangan berbeda (Tegangan AC dan
Tegangan DC) misal tegangan AC 2Vpp dan tegangan DC 1VDC?
Jawab :
𝑅2
Pembesaran akan terjadi sesuai 𝑅1 dikali dengan tegangan AC yang masuk dan tidak
dikurangi tegangan DC yang masuk karena tegangan DC hanya menjadi base line.
Ketika VA diberikan 2Vpp maka sinyal outputnya akan memiliki fase berbalik terhadap
sinyal inputnya karena masuk pada kaki inverting. Namun ketika VB yang diberikan
2Vpp maka sinyal outputnya memiliki fase tetap terhadap sinyal inputnya karena
masuk pada kaki non inverting.
Kondisi VA = 2Vpp dan VB = 1VDC
R2
Vout = (VB − VA)
R1
100k
= (1 VDC − 2 Vpp)
47k
Vout = 2,1 VDC − 4,2 Vpp
Page |2
Kondisi VA = 1VDC dan VB = 2Vpp
2. Putuskan catu daya dan ubah resistor R1 dan R3 menjadi 33KΩ. Ulangi percobaan
ini dari langkah 1 sampai langkah 5 proteus.
Jawab :
Page |3
V1
Rgnd
V1 = × VCC
Rtot
101𝑘
= × 12
201𝑘
V1 = 6,02 VDC
V2
Rgnd
V2 = × VCC
Rtot
68𝑘
= × 12
201𝑘
V2 = 4,05 VDC
Saat VA ke V1 dan VB ke V2
R2
Vout = (VB − VA)
R1
100k
= (4,05 − 6,02)
47k
Page |4
Volt/div : 2 Volt Time/div : 0,5 ms
Saat Va ke V2 dan Vb ke V1
8
6 6,02 5,96
4,5 4,1
4 4,05
3,2
2
0
VA VB Vo
Perhitungan Pengukuran
Saat Va ke V1 dan Vb ke V2
10
5 6,02
3 4,05
1,7
0
-5 -3,8
-5,96
-10
VA VB Vo
Perhitungan Pengukuran
Page |6
Kesimpulan
1. Fadly Rahman Risfa
Op – Amp difference amplifier adalah rangkaian op – amp yang bekerja sebagai
penguat, yakni dengan memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari kedua
masukkannya (input) hasil penguatan yang ada pada tegangan output op – amp
akan berupa selisih dari tegangan pada output inverting (-) dan tegangan input
non-inverting (+).
2. Hidrotin Aprilia
Op – Amp Difference amplifier merupakan rangkaian yang bekerja sebagai
penguat, yakni dengan menguatkan sinyal yang merupakan selisih dari kedua
input. Kaki penguatan yang ada pada tegangan output akan berupa hasil selisih
dari tegangan pada input inverting (-) dan tegangan pada input non-inverting (+).
𝑅𝑓
rumus ketika R1=R2 dan Rf=Rg Vout = (𝑉2 − 𝑉1) . Ketika R1=R2=Rf=Rg,
𝑅𝑔
maka Vout = V2-V1. Pada saat VA (inverting) lebih besar dari VB (non inverting)
maka output yang keluar negatif. Pada saat VB lebih besar dari VA maka output
yang keluar positif. Jika terdapat perbedaan dua input AC dan DC maka output
DC menjadi tegangan referensi.
Page |7
Daftar Pustaka
1. Rasyid, Abdurrahman. (2020) ” Op-Amp Sebagai Penguat Differensial)”.
Available : https://www.samrasyid.com/2019/08/op-amp-sebagai-penguat
differensial.html
2. Kho,Dickson (2021) “Pengertian Resistor dan Jenis-Jenisnya“
Available : https://teknikelektronika.com/pengertian-resistor-jenis-jenis resistor/
3. Kho, Dickson. (2020) ”Pengertian LED dan Cara kerjanya“.
Available : https://teknikelektronika.com/pengertian-led-light-emitting-diode-
cara-kerja/
4. Kho, Dickson. (2021) ”Pengertian Op-Amp (Operational Amplifier)’’.
Available : https://teknikelektronika.com/pengertian-op-amp-operational-
amplifier/
5. Kho, Dickson. (2020) ”Pengertian Power Supply dan Jenis-jenisnya’’.
Available : https://teknikelektronika.com/pengertian-power-supply-jenis-catu-
daya/
6. Kho, Dickson. (2020) ”Pengertian Osiloskop dan Spesifikasi penentu
kinerjanya’’.
Available : https://teknikelektronika.com/pengertian-osiloskop-spesifikasi-
penentu-kinerjanya/
7. Kho, Dickson. (2020) ”Pengertian Function Generator dan Jenis-jenisnya’’
Available : https://teknikelektronika.com/pengertian-function-generator-jenis-
generator-fungsi/
Page |8
Lampiran
Laporan sementara
Page |9
P a g e | 10
P a g e | 11
P a g e | 12
P a g e | 13
P a g e | 14
P a g e | 15
P a g e | 16
P a g e | 17
P a g e | 18
P a g e | 19
P a g e | 20