Skripsi Oke Bismillah
Skripsi Oke Bismillah
Diusulkan Oleh:
Diusulkan Oleh:
NOVIRA HIDAYANI USADA
NIM. 20174323058
i
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Diusulkan Oleh
Ketua Prodi
Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medik
Wahdaniah, SKM,M.Kes.
NIDN. 4013097004
ii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
iii
BIODATA PENULIS
RIWAYAT PENDIDIKAN
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Penulis
v
ABSTRAK
Asam urat adalah produk buangan yang dihasilkan dari metabolisme atau
pemecahan purin. Asam urat sebenarnya merupakan antioksidan dari manusia
dan hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan dalam darah akan mengalami
pengkristalan. Peningkatan kadar asam urat dapat disebabkan oleh beberapa
faktor risiko, diantaranya: risiko usia, jenis kelamin, obesitas dan hipertensi.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan faktor risiko dengan
kadar asam urat pada pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
Peneltian ini menggunakan desain Cross Sectional dengan Teknik
pengambilan sampel Accidental Sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur. Sampel dalam penelitian ini
adalah pasien yang melakukan pemeriksaan asam urat di Puskesmas Saigon
Kota Pontianak Timur. Sampel yang diikutsertakan adalah 42 orang dengan
kriteria bersedia menjadi responden dan usia responden 40-60 tahun.
Hasil penelitian pada variabel usia didapatkan nilai p = 0,650 yang artinya H1
ditolak, tidak terdapat hubungan antara usia dan asam urat. Pada variabel jenis
kelamin didapatkan nilai p = 0,259 yang artinya H 1 ditolak, tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin dan asam urat. Pada variabel obesitas nilai p =
0,023 yang artinya H1 diterima, terdapat hubungan antara obesitas dan asam urat.
Dan pada variabel hipertensi nilai p = 1,000 yang artinya H1 ditolak, tidak
terdapat hubungan antara hipertensi dan asam urat.
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya
yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penyusunan
skripsi yang berjudul Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Peningkatan
Kadar Asam Urat Pada Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak
Timur 2021 dapat terselesaikan.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Terapan (S.Tr) pada Poltekkes Kemenkes Pontianak. Dalam penyusunan
skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Peneliti
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Sutriswanto, SKM, M.Kes (Epid)
selaku pembimbing utama dan Ibu Laila Kamilla, S.Si., M.Kes selaku
pembimbing kedua yang telah penuh kesabaran dan perhatian dalam
memberikan bimbingan hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, perkenankan pula peneliti mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz, M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Bapak Hendra Budi Sungkawa, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Wahdaniah, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
4. Bapak Slamet, S.Si., M.Kes selaku penguji atas kesediaannya untuk menguji
Skripsi ini.
5. Bapak Asep Sabolakna, Pg.Dip.Sc., MT selaku penguji atas kesediaannya
untuk menguji skripsi ini.
6. Ibu dan Bapak tersayang dan tercinta telah memberikan semangat, doa dan
dukungan dalam menyelesaikan pendidikan ini.
7. Bapak/Ibu Dosen, Instruktur dan Staf Jurusan Analis Kesehatan serta semua
pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
viii
8. Kakak Shinta dan Kakak Ria selaku pembimbing lapangan di Puskesmas
Saigon kota Pontianak Timur.
9. Abang dan kakak tingkat serta rekan seangkatan yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini disadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini.
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
BIODATA PENULIS..................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN............................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
ABSTRACT..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 5
1. Tujuan Umum .................................................................... 5
2. Tujuan Khusus.................................................................... 5
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 5
B. Manfaat Penelitian.................................................................... 5
1. Bagi Penulis........................................................................ 5
2. Bagi Institusi Pendidikan.................................................... 5
C. Keaslian Penelitian.................................................................... 6
x
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep......................................................................20
B. Definisi Operasional.................................................................21
C. Hipotesis...................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Penelitian Yang Pernah Dilakukan.............................................. 6
Tabel 3.1 Definisi Operasional Faktor Risiko Yang Berhubungan
Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Pada Pasien Di
Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur .................................. 21
Tabel 4.1 Prosedur Pemeriksaan Kadar Asam Urat ............................. 28
Tabel 5.1 Hasil Deskriptif Hubungan Kadar Asam Urat Dengan Pasien
Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur ............................. 31
Tabel 5.2 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Berdasarkan
Usia Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.......... 32
Tabel 5.3 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Berdasarkan
Jenis Kelamin Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak
Timur........................................................................................... 32
Tabel 5.4 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Berdasarkan
Obesitas Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur. . . 33
Tabel 5.5 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Berdasarkan
Hipertensi Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak
Timur........................................................................................... 33
Tabel 5.6 Hasil Chi Square Usia Dengan Kadar Asam Urat Pasien Di
Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur................................... 34
Tabel 5.7 Hasil Chi Square Jenis Kelamin Dengan Kadar Asam Urat
Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.................. 34
Tabel 5.8 Hasil Chi Square Obesitas Dengan Kadar Asam Urat Pasien
Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.............................. 35
Tabel 5.9 Hasil Chi Square Hipertensi Dengan Kadar Asam Urat
Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.................. 35
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2 Kerangka Teori Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Peningkatan Kadar Asam Urat Di Puskesmas Saigon Kota
Pontianak Timur..................................................................... 19
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Faktor Risiko Yang Berhubungan
Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Di Puskesmas
Saigon Kota Pontianak Timur................................................ 20
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular adalah penyakit yang dianggap tidak dapat
ditularlan atau disebarkan dari seseorang kepada orang lain, sehingga bukan
merupakan sebuah ancaman bagi orang lain. Kebanyakan penyakit tidak
menular merupakan bagian penyakit degeneratif dan mempunyai prevelensi
tinggi pada orang yang berusia lanjut (Irwan, 2018). Penyakit degeneratif
adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan terhadap jaringan
atau organ tubuh. Proses dari kerusakan ini dapat disebabkan oleh
penggunaan seiring dengan pertambahan usia, aktivitas fisik ataupun pola
hidup yang tidak sehat, mengakibatkan penurunan derajat kesehatan yang
biasanya diikuti dengan penyakit seperti asam urat (Graha, 2019).
Penyakit asam urat atau radang sendi sudah dikenal sejak zaman Yunani
kuno. Penyakit tersebut dikenal sebagai penyakit gout atau pirai. Kata gout
berasal dari bahasa latin guttan yang berarti tetesan (Yenrina, Krisnatuti, &
Rasjmida, 2014). Asam urat adalah produk buangan yang dihasilkan dari
metabolisme atau pemecahan purin. Asam urat sebenarnya merupakan
antioksidan dari manusia dan hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan
dalam darah akan mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan asam
urat (Sujarwati, 2017).
Berdasarkan survei WHO (World Health Organization), Indonesia
merupakan Negara Terbesar ke-4 di dunia yang penduduknya menderita asam
urat (Saragih, Gultom, & Sipayung, 2020). Menurut Laporan Nasional
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018, penyakit sendi seperti nyeri akibat
asam urat yang tinggi atau hiperurisemia akut maupun kronis penduduk di
wilayah provinsi Kalimantan Barat yaitu 13.035 kasus (Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat, 2018). Kasus radang sendi serupa rematik di Kota
Pontianak pada tahun 2019 adalah 16.102 kasus (Dinas Kesehatan Kota
Pontianak, 2019). Didapatkan data asam urat pada tahun 2018-2019 dari
Puskesmas Saigon Pontianak Timur ada 319 kasus di tahun 2018 dan
1
2
meningkat menjadi 907 kasus di tahun 2019 kemudian menurun lagi pada
tahun 2020 menjadi 576 kasus.
Hiperurisemia pada obesitas pembuangan asam urat melalui urine akan
terhambat, hal ini terjadi karena obesitas dapat menyebabkan timbunan lemak
dalam tubuh meningkat. Simpanan lemak dalam tubuh akhirnya meningkat.
Pembuangan asam urat melalui urine akan terhambat karena lemak akan
dibakar menjadi kalori dan akan meningkatkan keton darah (ketosis). Pada
tubuh seseorang sebenarnya telah memiliki asam urat dalam bentuk normal.
Terjadinya hiperurisemia apabila jumlah produksi asam urat didalam tubuh
seseorang itu berlebih dan ekskresi asam urat melalui ginjal dalam bentuk
urine menurun. Dari berbagai macam studi mengelompokkan bahwa obesitas
dan hiperurisemia mempunyai hubungan yang terikat. Sesuai penelitian yang
telah dikerjakan oleh Purwaningsih pada tahun 2010 dimana menyatakan
bahwa risiko hiperurisemia tertinggi pada postur tubuh obesitas daripada
postur tubuh non obesitas. Artinya bahwa obesitas mempunyai risiko lebih
banyak mengalami hiperurisemia. Selain itu adanya hubungan antara
hiperurisemia dengan obesitas, dimana terganggunya proses reabsorbsi asam
urat di ginjal pada individu obesitas yaitu terjadi peningkatan kadar leptin
dalam tubuh, hal tersebut seiring terjadi dengan meningkatnya kadar asam
urat dalam darah. Oleh sebab itulah pada orang dengan obesitas terjadi
resistensi terhadap leptin yang mengakibatkan tingginya nafsu makan serta
seringnya merasa lapar.
Gambaran hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Purwaningsih 2010
menyatakan bahwa seorang obesitas atau memiliki IMT ≥ 25 kg/m2
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan munculnya
hiperurisemia serta memberikan beban yang lebih berat untuk menopang
sendi tubuhnya, sehingga seorang obesitas memiliki risiko 2,7 mengalami
hiperurisemia lebih besar daripada seorang dengan IMT ≤ 25 kg/m2 sebab
leptin yang memiliki fungsi meregulasi kandungan asam urat dalam darah
(Rohman, Sari, & Permatasari, 2015).
Peningkatan kadar asam urat lebih sering terjadi pada laki-laki terutama
yang berusia di atas 30 tahun karena laki-laki umumnya sudah mempunyai
3
kadar asam urat yang tinggi di dalam darahnya. Kadar asam urat pada wanita
umumnya rendah dan baru meningkat setelah menopause. Hal ini disebabkan
perempuan mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan
asam urat melalui urin. Sementara itu, kadar asam urat pada pria cenderung
lebih tinggi dibandingkan perempuan karena pria tidak memiliki hormon
estrogen (Marsianus Toda et al., 2018).
Faktor risiko yang mempengaruhi seseorang menderita asam urat adalah
pada usia. Penyakit Hiperurisemia lebih sering menyerang di atas umur 40
tahun, karena kadar asam urat cenderung meningkat dengan bertambahnya
usia. Pada usia ini, mengalami penurunan kemampuan yaitu tak seenergik
seseorang yang berusia 20 tahun karena mempunyai masalah dengan otot atau
persendian. Namun angka kejadian Hiperurisemia menjadi sama antara kedua
jenis kelamin setelah usia 60 tahun. Prevalensi Hiperurisemia meningkat
dengan bertambahnya usia dan mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun
(Firdayanti, Susanti, & Setiawan, Muhammad, 2019).
Tekanan darah atau hipertensi juga termasuk dari faktor risiko dari asam
urat. Sejumlah studi telah mengungkapkan adanya kaitan erat antara
hiperurisemia dan hipertensi. Hiperurisemia memicu kerusakan dan
penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan tekanan meningkat permanen
(Lingga Lanny, 2012). Penyakit hipertensi pada dasarnya adalah penyakit
yang dapat merusak pembuluh darah. Hipertensi menyebabkan pembuluh
darah pada ginjal mengerut atau menyempit (vasokonstriksi), sehingga aliran
nutrisi ke ginjal terganggu dan mengakibatkan kerusakan sel-sel ginjal
(Kadir, 2018). Asam urat di dalam tubuh yang normalnya dibuang melalui
ginjal. Air seni seseorang akan mengandung banyak asam urat jika orang itu
mempunyai kadar asam urat tinggi di dalam darahnya. Jika seseorang
mempunyai kerusakan ginjal maka pembuangan asam urat akan berkurang
sehingga kadar asam urat di dalam darahnya menjadi meningkat (Kertia,
2009).
Menurut (Leokuna & Malinti, 2020) pada penelitian ini indeks massa
tubuh diukur berdasarkan jenis kelamin didapati presentase indeks massa
tubuh pada laki-laki dengan kategori overweight lebih sedikit yaitu 6
4
orang ( 17%) dari pada perempuan yaitu 8 orang (23%). Namun, persentasi
obesitas pada laki-laki lebih tinggi dengan jumlah 17 orang (49%) dan
perempuan 10 orang (29%). Dilihat dari segi kadar asam urat dari ke 70
responden sebagian besar memiliki kadar asam urat normal. Kadar asam
urat normal pada perempuan lebih banyak jumlahnya yaitu 29 orang
(83%) dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah 20 orang (57%).
Sedangkan presentasi kadar asam urat yang tinggi lebih banyak didapati pada
laki-laki dengan jumlah 15 orang (43%), dan pada perempuan yaitu 6 orang
(17%). Menurut (Rini, 2017) hasil penelitian yang didapatkan analisis
hubungan jenis kelamin dengan kadar asam urat menggunakan Person
Product, 96,40% lansia berjenis kelamin perempuan memiliki kadar asam urat
tinggi dan 92,90% lansia memiliki asupan asam urat tinggi dengan kadar
asam urat tinggi. Menurut (Umami, 2015) diketahui bahwa kelompok dengan
peningkatan kadar asam urat darah atau hiperuresemia yang mengalami
hipertensi sebanyak 26 sampel (100%), sedangkan kelompok hiperuresemia
yang bukan hipertensi sebanyak 2 sampel (7,7%). Kelompok dengan kadar
asam urat normal ditemukan pada 24 sampel bukan hipertensi (92,3%)
sedangkan tidak ditemukan sampel hipertensi pada kelompok dengan kadar
asam urat normal.
Dengan uraian di atas, banyak faktor yang berhubungan dengan
peningkatan kadar asam urat walau tidak semua yang menderita
hiperurisemia memiliki empat faktor tersebut. Maka dari itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
karena terdapat banyak kasus setiap tahunnya dengan proposal yang berjudul
Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kadar Asam Urat pada Pasien
di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas rumusan
masalah dari penelitian ini yaitu apakah faktor risiko yaitu usia, jenis kelamin,
obesitas dan hipertensi berhubungan dengan peningkatan kadar asam urat
pada pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor risiko hubungan dengan peningkatan kadar
asam urat pada pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan usia terhadap peningkatan kadar asam
urat di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
b. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin terhadap peningkatan kadar
asam urat di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
c. Untuk mengetahui hubungan obesitas terhadap peningkatan kadar
asam urat di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
d. Untuk mengetahui hubungan hipertensi terhadap peningkatan kadar
asam urat di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
e. Untuk menganalisis hubungan usia, jenis kelamin, obesitas dan
hipertensi terhadap peningkatan kadar asam urat di Puskesmas Saigon
Kota Pontianak Timur
D. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini, maka ruang
lingkup penelitian dibatasi pada bidang Kimia Klinik serta melihat faktor
risiko yang berhubungan dengan kadar asam urat pada pasien di Puskesmas
Saigon Kota Pontianak Timur 2021.
E. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan menambah wawasan serta pemahaman
tentang faktor risiko yang berhubungan dengan asam urat.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah pengetahuan dan kepustakaan untuk mahasiswa
Politeknik Kesehatan Pontianak Jurusan Analis Kesehatan.
3. Bagi Puskesmas
Untuk memperbaiki dan meningkatkan implementasi pemeriksaan
asam urat di Puskemas Saigon Kota Pontiank Timur.
6
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Penelitian yang pernah dilakukan
Penulis/ Jenis
Judul Penelitian Kesimpulan
Tahun Penelitian
Leokuna Hubungan Indeks Ekperimen Berdasarkan jenis kelamin didapati
& Massa Tubuh dengan presentase indeks massa tubuh
Malinti/2 Kadar Asam Urat pada laki-laki dengan kategori
020 pada Orang Dewasa di overweight lebih sedikit yaitu 6
orang ( 17%) dari pada perempuan
Oesapa Timur
yaitu 8 orang (23%). Namun,
persentasi obesitas pada laki-laki
lebih tinggi dengan jumlah 17 orang
(49%) dan perempuan 10 orang
(29%). Dilihat dari segi kadar asam
urat dari ke 70 responden sebagian
besar memiliki kadar asam urat
normal. Menurut tabel diatas
kadar asam urat normal pada
perempuan lebih banyak jumlahnya
yaitu 29 orang (83%)
dibandingkan dengan laki-laki
dengan jumlah 20 orang (57%).
Sedangkan presentasi kadar asam
urat yang tinggi lebih banyak
didapati pada laki-laki dengan
jumlah 15 orang (43%), dan pada
perempuan yaitu 6 orang (17%).
A. Asam Urat
1. Definisi Asam Urat
Asam urat adalah produk akhir atau produk buangan yang dihasilkan
dari metabolisme/pemecahan purin. Asam urat sebenarnya merupakan
antioksidan dari manusia dan hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan
dalam darah akan mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan gout.
Asam urat mempunyai peran sebagai antioksidan bila kadarnya tidak
berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya berlebih asam urat akan
berperan sebagai prooksidan (Sujarwati, 2017).
Asam urat dihasilkan dari pemecahan dan sisa-sisa pembuangan dari
bahan makanan tertentu yang mengandung nukleotida purin atau berasal
dari nukleotida purin yang diproduksi oleh tubuh. Mekanisme yang
menyebabkan terjadinya kelebihan asam urat dalam darah, yaitu adanya
kelebihan produksi asam urat di dalam tubuh dan penurunan ekskresi asam
urat melalui urin (Yenrina et al., 2014).
Zat asam urat ini biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urine
dalam kondisi normal. Namun dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu
mengeluarkan zat asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan
dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun
pada persendian-persendian ditempat lainnya termasuk di ginjal itu sendiri
dalam bentuk kristal-kristal (Sandjaya, 2014).
Penumpukan kristal-kristal asam urat pada persendian inilah yang
akhirnya menyebabkan persendian menjadi nyeri dan bengkak atau
meradang. Adapun penumpukan kristal- kristal asam urat pada ginjal akan
menyebabkan terjadinya batu ginjal. Berdasarkan pengertian asam urat
inilah maka dapat kita disimpulkan bah wa penyakit asam urat adalah
penyakit yang terjadi akibat kelebihan asam urat dalam darah yang
kemudian menumpuk dan tertimbun dalam bentuk kristal-kristal pada
persendian (Sandjaya, 2014).
8
9
2. Metabolisme Purin
Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Yang
termasuk kelompok purin adalah Adenosin dan Guanosin. Saat DNA
dihancurkan, purin pun akan dikatabolisme Hasil buangannya berupa asam
urat. Purin termasuk komponen non-esensial bagi tubuh, artinya purin dapat
diproduksi oleh tubuh sendiri. Apabila kita mengkonsumsi makanan yang
mengandung purin, maka purin tersebut akan langsung dikatabolisme oleh
usus. Urat (bentuk ion dari asam urat), hanya dihasilkan oleh jaringan tubuh
yang mengandung xantin oxidase, yaitu terutama di hati dan usus. Produksi
urat bervariasi tergantung konsumsi makanan mengandung purin, kecepatan
pembentukan. biosintesis dan penghancuran purin di tubuh. Normalnya, 2/3
-3/4 urat diekskresi (dibuang) oleh ginjal melalui urin. Sisanya melalui
saluran cerna. Berarti semakin banyak makanan yang mengandung tinggi
purin di konsumsi makan makin tinggi kadar asam urat yang diserap
(Damayanti, 2013).
Penyakit asam urat disebabkan oleh kondisi hiperurikemi, yaitu keadaan
di mana kadar asam urat dalam darah di atas normal. Kadar asam urat
normal pada pria berkisar 3,5-7mg/dL, sedangkan pada wanita 2,6-6mg/dL.
Asam urat sendiri adalah hasil metabolisme purin dan kemudian
diekskresikan melalui ginjal. Peningkatan kadar asam urat bisa disebabkan
oleh produksi asam urat yang berlebihan (karena konsumsi makanan kaya
purin) atau turunnya ekskresi (karena adanya kelainan pada ginjal). Asam
urat yang berlebihan dalam tubuh cenderung mengumpul pada sendi dan
berubah bentuk menjadi kristal-kristal asam urat berbentuk jarum. Serangan
gout muncul akibat reaksi inflamasi karena adanya sel-sel darah putih yang
menganggap kristal ini adalah benda asing. Bagian sendi yang terkena akan
terasa sakit karena adanya kristal dan kulit yang menjadi sangat sensitif.
Serangan gout biasanya timbul secara mendadak/akut, kebanyakan
menyerang pada malam hari. Kebanyakan gout muncul sebagai serangan
kambuhan. Jika gout menyerang, sendi-sendi yang terserang tampak merah,
mengkilat, bengkak, kulit atasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang
sangat hebat, dan persendian sulit digerakan. Serangan pertama gout pada
10
umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki, dan
seringkali hanya satu sendi yang diserang (Damayanti, 2013).
Namun, ciri-ciri tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti pada
tumit, lutut, siku dan lain-lain. Dalam kasus encok kronis, dapat timbul
tofus, yaitu endapan seperti kapur di kulit yang membentuk suatu tonjolan
atau benjolan yang menandai pengendapan kristal asam urat. Tofus sering
timbul pada daun telinga, siku, tumit belakang dan punggung tangan. Tidak
semua kondisi hiperurikemi kemudian berkembang menjadi gout.
Kemunculan gout dapat dipengaruhi oleh konsumsi alkohol berlebih dalam
jangka waktu lama, obesitas, kurangnya aktivitas fisik dan penggunaan
diuretik. Penyakit tertentu seperti leukimia, diabetes, hipertensi, gangguan
ginjal dan anemia hemolitik juga bisa memunculkan gout. Selain itu,
kandungan hormon estrogen yang tinggi pada wanita ikut membantu
ekskresi asam urat lewat urin. Oleh karena itu, kebanyakan penderita gout
arthritis adalah pria umur 30-an dan wanita yang sudah mengalami
menopause (Damayanti, 2013).
3. Pembentukan Purin di dalam Tubuh
Zat gizi yang digunakan dalam pembentukan purin di dalam tubuh yaitu
glutamin, glisin, format, aspartat, dan CO2. Sintesis nukleotida purio tidak
tergantung pada sumber eksogen asam nukleat dan nukleotida dari bahan
pangan, Mamalia sebagian besar hewan vertebrata yano lebih rendah
mampu menyintesis nukleotida purin di dalam tubuhnya. Oleh karena itu,
makhluk tersebut disebut sebagai prototrofik (Yenrina et al., 2014).
Sintesis purin pada manusia dan mamalia bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan terhadap pembentukan asam nukleat. Selain itu, nukleotida purin
juga berperan dalam adenosin trifosfat (ATP). Adenosin monofosfat siklik
(CAMP), dan guanosin monofosfat siklik (CGMP) sebagai koenzim pada
flavin adenin dinukleotida (FAD), nikotinamida adenin dinukleotida (NAD),
dan nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADP). Adapun tempat
terpenting dalam sintesis purin, yaitu hati (Yenrina et al., 2014).
11
menjadi adenosin. Kemudian adenosin akan diubah menjadi adenin dan isonine
yang oleh ensimadenin deaminase dan phosphorylase keduanya diubah
menjadi hipoxantine. Oleh xantin oksidase hipoxantin diubah menjadi xantin
dan akhirnya xantin diubah menjadi asamurat. Adenosin, selain dari
metabolisme purin, juga dapat berasal jaringan yang mengalami hipoksia.
Tidak seperti mamalia lain, manusia tidak mempunyai enzim urikase sehingga
asam urat tidak bisa diubah menjadi allantoin, dan asam urat akan langsung
diekskresi melalui fitrasi glomerulus. Metabolisme purin itu sendiri mempunyai
pengertian sendiri. Purin adalah protein yang termasuk dalam golongan
nucleoprotein. Selain didapat dari makanan, purin juga berasal dari
penghancuran sel – sel tubuh yang sudah tua. Pembuatan atau sintesa purin
juga bisa dilakukan oleh tubuh sendiri dari bahan – bahan seperti CO 2, Glisin,
Glutamin, asam asparat, dan asam folat. Diduga metabolisme purin diangkut ke
hati, kemudian mengalami oksidasi menjadi asam urat. Kelebihan asam urat
dibuang melalui ginjal dan usus. Asam urat merupakan asam lemah yang pada
pH normal akan terionisasi di dalam darah dan jaringan menjadi ion urat.
Dengan berbagai kation yang ada, ion urat akan membentuk garam dan 98%
asam urat ekstraseluler akan membentuk garam monosodium urat (MSU). Pada
pembentukan kristal antara lain konsentrasi MSU di tempat terjadinya
kristal,temperatur lokal, ada tidaknya zat yang mempertahankan kelarutan asam
urat di dalam cairan sendi seperti proteoglikan, serta berkurangnya jumlah air
dalam cairan sendi. Kelarutan garam urat dan asam urat sangat penting pada
pembentukan kristal. Garam urat lebih mudah larut di dalam plasma, cairan
sendi, dan urin. Kelarutan asam urat di urin akan meningkat bila p > 4.
Umumnya darah manusia dapat menampung asam urat sampai tingkat tertentu.
Bila kadar asam urat plasma melebihi daya larutnya, misalnya >7 mg/dl, maka
plasma darah menjadi sangat jenuh. Keadaan ini disebut hiperurisemia. Pada
keadaan hiperurisemia, darah tidak mampu lagimenampung asam urat sehingga
terjadi pengendapan kristal urat diberbagai organ seperti sendi dan ginjal. Guna
mempertahankan konsentrasi asam urat darah dalam batas-batas normal, asam
urat harus dikeluarkan dari tubuh (Purwani, Anggraini, & Semarang, 2019)
13
Uricase
Urid acid + O2 + 2 H2O Albumin + CO2 + H2O2
17
peroksidase
2 H2O + DBHS + PAP N-(4-antipyrl)-3-chloro-5-
sulfonate-p-benzoquinonimine +
HCL + 4 H2O
D. Kerangka Teori
Metabolisme Purin
Asam urat
Faktor risiko
A. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Faktor Risiko :
Kadar asam urat
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Obesitas
4. Hipertensi
Variabel Pengganggu
1. Asupan purin
2. Konsumsi obat-obatan
3. Diabetes Melitus
4. Aktivitas Fisik
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Faktor Risiko yang Berhubungan dengan
Peningkatan Kadar Asam Urat pada Pasien di Puskesmas
Saigon Pontianak Timur
Variabel Defisini Cara Alat Ukur Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur Ukur
Variabel bebas
Usia Kurun waktu yang Observasi Kartu 1. Tidak Nominal
dimulai dari saat identitas berisiko
kelahiran seseorang ( dibawah
sampai dengan 40 tahun )
waktu perhitungan
saat observasi 2. Berisiko
(Usia menginjak (40 - 60
usia risiko diatas 40 tahun)
tahun)
C. Hipotesis
Dalam penelitian ini, menggunakan hipotesis alternatif yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. H1 : Ada hubungan usia dengan peningkatan kadar asam urat pada pasien
di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
2. H1 : Ada hubungan jenis kelamin dengan peningkatan kadar asam urat
pada pasien di Puskesmas Saigon Pontianak Timur.
3. H1 : Ada hubungan obesitas dengan peningkatan kadar asam urat pada
pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
4. H1 : Ada hubungan hipertensi dengan peningkatan kadar asam urat pada
pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Cross Sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan
antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana
melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada
waktu yang sama. Arti dari “suatu saat” bukan berarti semua responden
diukur atau diamati pada saat bersamaan, tetapi artinya dalam penelitian cross
sectional setiap responden hanya diobeservasi satu kali saja dan pengukuran
variabel responden dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut, kemudian
peneliti tidak melakukan tindak lanjut (Riyanto, 2017). Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan metode survey dengan
pendekatan observasional dan melakukan pemeriksaan asam urat.
N 48 48 48
n= = = = = 42,8 = 43
1 + (N x e2) 1 + (48 x 0,052) 1 + (48 x 0,0025) 1,12
Keterangan:
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e : Tingkat Absolut yang Dikehendaki (0,05)
Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 43 sampel.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
cara sampling aksidental adalah suatu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat dipakai sebagai sampel, jika dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok untuk dijadikan sebagai sumber data (Siyoto
& Sodik, 2015). Sampel adalah pasien yang datang ke Puskesmas Saigon
Kota Pontianak Timur yang melakukan periksaan asam urat.
f. Prosedur Kerja
1) Pengambilan Darah Vena
Pengambilan darah vena dilakukan pada vena fossa cubiti
dengan cara sebagai berikut:
a) Dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
melakukan pengambilan darah vena
b) Tangan dicuci dan digunakan sarung tangan (handscoon)
c) Posisi pasien diatur, pasang tourniquet 3-4 inci di atas fossa
antecubiti. Palpasi daerah tusukan ke arah vertikal dan
horizontal untuk mencari pembuluh darah besar dan untuk
menentukan kedalaman, arah, serta ukuran. Vena median cubiti
merupakan pilihan pertama yang diikuti vena cephalica. Vena
basilika harus dihindari jika memungkinkan. Tourniquet
dilepaskan dan minta pasien membuka kepalan tangannya
d) Situs tusukan dibersihkan dengan isopropil alkohol 70% dalam
lingkaran konsentris bergerak keluar dan biarkan kering
e) Pemasangan tourniquet diulangi, disiapkan jarum suntik
f) Daerah yang ditentukan ditusuk dengan mendorong barrel
(tabung) jarum suntik
g) Darah diisap dengan menarik plunger sampai volume 3 ml
h) Dipasang kasa steril di atas tusukan, tarik jarum dari tusukan
i) Kasa steril ditekan kemudian dipasang plester di atas kasa
j) Jarum dibuang ke dalam kontainer benda tajam (Kiswari, 2014).
2) Pembuatan Serum
a) Darah dibiarkan membeku terlebih dahulu dalam wadah
penampung pada suhu kamar selama 30 menit
b) Memutar bekuan darah dengan sentrifuge selama 5 menit
dengan kecepatan 3000 rpm
c) Memisahkan serum dari sel-sel darah dengan cara mengambil
bagian atas atau supernatan. Serum yang berwarna kuning
jernih (Riviana et al., 2019).
28
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate
tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean
atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabel. Misalnya distribusi frekuensi responden berdasarkan: umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2018). Dalam
analisis univariat data diolah untuk mengambil hasil tiap variabel dari
faktor risiko usia, jenis kelamin, berat badan dan hipertensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel.
Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antar variabel
(Sujarweni, 2014). Uji yang digunakan ialah Chi Square secara
komputerisasi menggunakan program SPSS.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan kadar asam
urat pada pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien di Puskesmas Kota Saigon Pontianak Timur.
Penelitian ini dilakukan selama 12 hari. Responden penelitian berjumlah 43
orang. Reseponden adalah pasien yang datang ke Puskesmas Saigon Pontianak
Timur.
1. Analisis Univariat
a. Deskriptif Hasil Pemeriksaan Kadar Asam Urat Pada Pasien di
Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Tabel 5.1 Hasil Deskriptif Hubungan Kadar Asam Urat Dengan
Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
N Minimum Maximum Mean
Usia 43 18 71 51.05
Obesitas 43 17 36 25.88
Hipertensi 43 110 181 142.49
Asam Urat 43 5 11 6.86
Valid N (listwise) 43
Dari tabel di atas dapat menunjukkan bahwa usia terendah yang
didapatkan adalah 18 tahun, usia tertinggi 71 tahun dan nilai rata-rata 51
tahun. Pada obesitas didapatkan terendah 17, nilai tertingi yaitu 36 dan
nilai rata-rata yaitu 26. Pada hipertensi didapatkan nilai terendah yaitu
110, nilai tertinggi yaitu 181 dan nilai rata-rata yaitu 142. Pada asam urat
didapatkan nilai terendah 5, nilai tertinggi yaitu 11 dan nilai rata-rata
yaitu 6,8.
32
(Sujarweni, 2014). Uji yang digunakan ialah Chi Square secara komputerisasi
menggunakan program SPSS. Hasil pengujian dapat dilihat dibawah ini:
a. Hubungan Usia dengan Kadar Asam Urat pada Pasien di Puskesmas
Saigon Kota Pontianak Timur
Tabel 5.6 Hasil Chi Square Usia Dengan Kadar Asam Urat Pasien
Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Value df Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .179 1
=N of Valid Cases 43
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 4,42.
b. Computed only for a 2x2 table
Hasil dari uji chi square di atas didapatkan p = 0,728 karena nilai p >
0,05 yang menunjukan tidak adanya hubungan antara usia dan kadar
asam urat.
b. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kadar Asam Urat pada Pasien di
Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Tabel 5.7 Hasil Chi Square Jenis Kelamin Dengan Kadar Asam Urat
Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Value df Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .332 1
Continuity Correction b
.022 1
Fisher's Exact Test .674
N of Valid Cases 43
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,33.
b. Computed only for a 2x2 table
Hasil dari uji chi square di atas didapatkan p = 0,674 karena nilai p >
0,05 yang menunjukan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dan
kadar asam urat.
35
Hasil dari uji chi square di atas didapatkan p = 0,248 karena nilai p >
0,05 yang menunjukan tidak adanya hubungan antara hipertensi dan
kadar asam urat.
B. PEMBAHASAN
Penelitian faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan kadar asam
urat pada pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur. Sampel yang
diambil secara sampling aksidental adalah pasien yang datang ke Puskesmas
Saigon Kota Pontianak Timur untuk melakukan pemeriksaan asam urat.
36
Hasil penelitian diuji dengan menggunakan uji statistik chi square untuk
menganalisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Pembacaan
dapat dilakukan dengan membandingkan nilai p dengan nilai α yakni 0,05.
1. Hubungan Usia dengan Kadar Asam Urat
Hasil analisis hubungan usia dengan kadar asam urat didapatkan nilai p =
0,728 > α 0,05 yang artinya H1 ditolak karena tidak terdapat hubungan
antara usia dengan kadar asam urat pada pasien di Puskesmas Saigon Kota
Pontianak Timur.
Pada variabel usia ditemukan 14 responden tidak berisiko dan 19 responden
berisiko yang mengalami asam urat tinggi. 5 responden tidak beisiko dan 5
responden berisiko yang memiliki kadar asam urat normal. Dapat dilihat
dari analisis bivariat bahwa variabel usia tidak terbukti sebagai faktor risiko,
hal ini dapat disebabkan karena responden yang menjaga pola makan dan
tidak sering mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin
sehingga tubuh tidak memproduksi purin yang berlebihan yang
menyebabkan kadar asam urat meningkat dalam tubuh. Dan didapatkan juga
responden yang berumur 60 tahun dengan kadar asam urat sebesar 9 mg/dl,
hal ini dapat terjadi karena umur responden yang sudah tua sehingga terjadi
penurunan metabolisme seiring dengan bertambahnya usia responden.
Berbeda dengan hasil penelitian (Karuniawati, 2018) dapat disimpulkan
bahwa usia 48-75 tahun lebih banyak memiliki kadar asam urat yang lebih
tinggi sebanyak 22,9%. Hasil analisa data dengan chi square diperoleh nilai
sig sebesar 0,040 dimana lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
ada hubungan antar usia dengan kadar asam urat yang tinggi. Penelitian ini
dilakukan dengan melihat faktor usia dengan kadar asam urat pada wanita
dewasa. Adapaun jumlah responden sebanyak 48 orang dengan total
responden dilihat dari karakteristik usia sebagian besar berada pada rentang
48-75 tahun yaitu sebanyak 58,3 %. Adapun responden yang memiliki kadar
asam urat > 6 mg/dl sebanyak 20 orang atau 41,7%.
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kadar Asam Urat
Hasil analisis hubungan usia dengan kadar asam urat didapatkan nilai p =
0,674 > α 0,05 yang artinya H1 ditolak karena tidak terdapat hubungan
37
antara jenis kelamin dengan kadar asam urat pada pasien di Puskesmas
Saigon Kota Pontianak Timur.
Pada variaebel jenis kelamin ditemukan 26 responden perempuan dan 7
responden laki-laki yang mengalami asam urat tinggi. 7 responden
perempuan dan 3 responden laki-laki yang memiliki kadar asam urat
normal. Hasil penelitian yang didapat berbeda dengan hasil penelitian Rini
2017, hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di Posyandu Peduli Insani
Mendungan Desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo
menggunakan uji Chi Square menunjukan hasil bahwa ada hubungan antara
jenis kelamin dengan kadar asam urat pada lansia (p=0.003). Kadar asam
urat yang tinggi pada umumnya banyak menyerang pada laki-laki. Kadar
asam urat pada perempuan tidak meningkat sampai setelah menopause
karena hormon estrogen membantu meningkatkan eksresi asam urat melalui
ginjal. Peningkatan kadar asam urat pada perempuan akan meningkat
setelah menopause. Kadar asam urat juga akan meningkat seiring
bertambahnya usia.
3. Hubungan Obesitas dengan Kadar Asam Urat
Hasil analisis hubungan usia dengan kadar asam urat didapatkan nilai p =
0,028 > α 0,05 yang artinya H1 diterima karena terdapat hubungan antara
obesitas dengan kadar asam urat pada pasien di Puskesmas Saigon Kota
Pontianak Timur.
Pada variabel obesitas ditemukan 17 responden tidak obesitas dan 16
responden obesitas yang mengalami asam urat tinggi. 1 responden tidak
obesitas dan 9 responden obesitas yang memiliki kadar asam urat normal.
Analisis bivariat pada variabel obesitas ditemukan adanya hubungan dengan
persentase 64,0% yang mengalami asam urat tinggi. Obesitas berkaitan
dengan peningkatan resiko asam urat. Hal ini diduga karena terjadinya
peningkatan kadar leptin pada penderita obesitas. Leptin adalah suatu
asam amino yang berfungsi dalam mengatur nafsu makan. Tingginya kadar
leptin pada obesitas dapat mengakibatkan resistensi leptin, apabila resistensi
leptin terjadi di ginjal maka akan terjadi gangguan diuresis berupa
penambahan volume penyimpanan urine. Penyimpanan urine inilah yang
38
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Faktor Risiko dengan Kadar Asam
Urat pada Pasien di Puskesmas Saigon Pontianak Timur dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pada variabel usia didapatkan nilai p = 0,728 > 0,05 bermakna H1 ditolak
yang artinya tidak adanya hubungan antara usia dengan kadar asam urat.
2. Pada variabel jenis kelamin didapatkan nilai p = 0,674 > 0,05 bermakna H 1
ditolak yang artinya tidak adanya hubungan antara usia dengan kadar asam
urat.
3. Pada variabel obesitas didapatkan nilai p = 0,028 < 0,05 bermakna H 1
diterima yang artinya adanya hubungan antara usia dengan kadar asam urat.
4. Pada variabel hipertensi didapatkan nilai p = 0,248 > 0,05 bermakna H1
ditolak yang artinya tidak adanya hubungan antara usia dengan kadar asam
urat.
B. Saran
1. Bagi Penelitian Selanjutnya
Menambah jumlah sampel dengan menambahkan faktor risiko asam urat
yang lain seperti asupan purin, aktivitas fisik, dan diabetes meillitus
sehingga semakin banyak untuk diketahui faktor apa saja yang
menyebabkan peningkatan kadar asam urat.
2. Bagi Puskesmas
Pihak Puskesmas untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait
dengan faktor yang mempengaruhi kadar asam urat darah terutama
membatasi asupan purin yang berpengaruh terhadap kadar asam urat.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, M. S. (2012). Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Asam Urat (1st
ed.; A. M. S, Ed.). Jakarta: Niaga Swadaya.
Damayanti, D. (2013). Sembuh Total Diabetes Asam Urat Hipertensi Tanpa obat
(1st ed.; W. T, Ed.). Yogyakarta: Pinang Merah Publisher.
Febrianti, E., Asrori, A., & Nurhayati, N. (2019). Hubungan Antara Peningkatan
Kadar Asam Urat Darah Dengan Kejadian Hipertensi Di Rumah Sakit
Bhayangkara Palembang Tahun 2018. Jurnal Analis Kesehatan, 8(1), 17.
Karuniawati, B. (2018). Hubungan Usia Dengan Kadar Asam Urat Pada Wanita
Dewasa. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 9(2), 19–22.
Kiswari, R. (2014). Hematologi & Transfusi (S. Carolina & R. Astikawati, Eds.).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lingga Lanny, P. (2012). Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat (1st ed.; Tinton,
Ed.). Jakarta Selatan: PT Agro Medika Pustaka.
Lusiana, N., Prasetyaning, L., Mustika, I., & Andriana, F. (2019). Korelasi Usia
dengan Indeks Massa Tubuh, Tekanan darah Sistol-Diastol, Kadar Glukosa,
Kolesterol, dan Asam Urat. Jurnal Human Care, 102.
Marsianus Toda, E. S., Natalia, L., & Astuti, A. T. (2018). Hubungan obesitas
dengan kejadian hiperurisemia di Puskesmas Depok III, Sleman, Yogyakarta.
Ilmu Gizi Indonesia, 1(2), 113.
Prawira, A. D., Santoso, B., & Ariyadi, T. (2017). Perbedaan Kadar Asam Urat
(Metode Enzymatic Colorimetri) Menggunakan Sampel Serum dan Plasma
(K2EDTA). Muhammadiyah University of Semarang.
Purwani, P., Anggraini, H., & Semarang, U. M. (2019). gambaran kadar asam urat
pada pasien usia lebih dari 50 tahun di puskesmas trucuk i klaten. Jurnal
Analis Kesehatan, 50–51.
Riviana, O., Studi, P., Iv, D., Kesehatan, J. A., Kesehatan, P., & Kesehatan, K.
(2019). Pengaruh Kadar Hemoglobin Dalam Serum Terhadap Hasil
Pemeriksaan Asam Urat. Jurnal Analis Kesehatan.
Sandjaya, H. (2014). Buku Sakti Pencegahan & Penangkal Asam Urat (1st ed.; A.
MK, Ed.). Yogyakarta: Mantra Books.
Saragih, M., Gultom, R., & Sipayung, R. (2020). Penanganan Asam Urat dengan
Latihan Senam Ergonomik pada Lansia di Kelurahan Gaharu Kecamatan
Medan Timur. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4.
Sukmamei, E. M. (2018). Perbedaan Kadar Asam Urat Serum Alat Semi Auto
Chemistry Analyzer dan POCT. Jurnal Analis Kesehatan.
Yenrina, R., Krisnatuti, D., & Rasjmida, D. (2014). Diet Sehat Untuk Penderita
Asam Urat (1st ed.; F. Ainurrohmah, Ed.). Jakarta: Niaga Swadaya.
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Persetujuan Komisi Etik
Lampiran 3 Petunjuk Penggunaan Reagen KIT
Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5 Kesediaan Sebagai Responden
Lampiran 6 Penjelasan Sebelum Penelitian
Lampiran 7 Hasil Pemeriksaan Asam Urat
Lampiran 8 Hasil Pemeriksaan Hipertensi
Lampiran 9 Perhitungan Indeks Massa Tubuh
BB
Rumus IMT=
TB2
Lampiran 10 Rekaptulasi Hasil Pemeriksaan
Lampiran 11 Hasil Serum Kontrol
Lampiran 11 Hasil Uji Statistik
1. Hasil Deskriptif Hubungan Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kadar Asam Urat Pada Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak
Timur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Berisiko 19 44.2 44.2 44.2
Berisiko 24 55.8 55.8 100.0
Total 43 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 33 76.7 76.7 76.7
Laki-Laki 10 23.3 23.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Obesitas 18 41.9 41.9 41.9
Obesitas 25 58.1 58.1 100.0
Total 43 100.0 100.0
5. Statistik Frekuensi Responden Menurut Hipertensi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Hipertensi 11 25.6 25.6 25.6
Hipertensi 32 74.4 74.4 100.0
Total 43 100.0 100.0
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia * Asam 43 100.0% 0 0.0% 43 100.0%
Urat
Jenis Kelamin 43 100.0% 0 0.0% 43 100.0%
* Asam Urat
Obesitas * 43 100.0% 0 0.0% 43 100.0%
Asam Urat
Hipertensi * 43 100.0% 0 0.0% 43 100.0%
Asam Urat
b. Chi Square
c. Risk Estimate
AU
Normal Tinggi Total
JK Perempuan Count 7 26 33
Expected Count 7.7 25.3 33.0
% within JK 21.2% 78.8% 100.0%
% within AU 70.0% 78.8% 76.7%
% of Total 16.3% 60.5% 76.7%
Laki-Laki Count 3 7 10
Expected Count 2.3 7.7 10.0
% within JK 30.0% 70.0% 100.0%
% within AU 30.0% 21.2% 23.3%
% of Total 7.0% 16.3% 23.3%
Total Count 10 33 43
Expected Count 10.0 33.0 43.0
% within JK 23.3% 76.7% 100.0%
% within AU 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 23.3% 76.7% 100.0%
b. Chi Square
AU
Normal Tinggi Total
Obesitas Tidak Count 1 17 18
Obesitas Expected Count 4.2 13.8 18.0
% within Obesitas 5.6% 94.4% 100.0%
% within AU 10.0% 51.5% 41.9%
% of Total 2.3% 39.5% 41.9%
Obesitas Count 9 16 25
Expected Count 5.8 19.2 25.0
% within Obesitas 36.0% 64.0% 100.0%
% within AU 90.0% 48.5% 58.1%
% of Total 20.9% 37.2% 58.1%
Total Count 10 33 43
Expected Count 10.0 33.0 43.0
% within Obesitas 23.3% 76.7% 100.0%
% within AU 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 23.3% 76.7% 100.0%
b. Chi Square
c. Risk Estimate
AU
Normal Tinggi Total
Hipertensi Tidak Count 4 7 11
Hipertensi Expected Count 2.6 8.4 11.0
% within Hipertensi 36.4% 63.6% 100.0%
% within AU 40.0% 21.2% 25.6%
% of Total 9.3% 16.3% 25.6%
Hipertensi Count 6 26 32
Expected Count 7.4 24.6 32.0
% within Hipertensi 18.8% 81.3% 100.0%
% within AU 60.0% 78.8% 74.4%
% of Total 14.0% 60.5% 74.4%
Total Count 10 33 43
Expected Count 10.0 33.0 43.0
% within Hipertensi 23.3% 76.7% 100.0%
% within AU 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 23.3% 76.7% 100.0%
b. Chi Square
c. Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Hipertensi (Tidak 2.476 .544 11.272
Hipertensi / Hipertensi)
For cohort AU = Normal 1.939 .669 5.618
For cohort AU = Tinggi .783 .486 1.262
N of Valid Cases 43
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian
1. Proses sentrifuge sampel darah menjadi serum