Anda di halaman 1dari 80

SKRIPSI

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN


KADAR ASAM URAT PADA PASIEN DI PUSKESMAS SAIGON KOTA
PONTIANAK TIMUR

Diusulkan Oleh:

NOVIRA HIDAYANI USADA


NIM. 20174323058

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN PONTIANAK JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI
LABORATORIUM MEDIS
2022
SKRIPSI

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN


KADAR ASAM URAT PADA PASIEN DI PUSKESMAS SAIGON KOTA
PONTIANAK TIMUR

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana


Terapan Teknologi Laboratorium Medis

Diusulkan Oleh:
NOVIRA HIDAYANI USADA
NIM. 20174323058

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI SARJANA TERAPAN
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN


KADAR ASAM URAT PADA PASIEN DI PUSKESMAS SAIGON KOTA
PONTIANAK TIMUR

Diusulkan Oleh

NOVIRA HIDAYANI USADA


NIM. 20174323058

Telah disetujui di Pontianak


Pada Tanggal, Maret 2022

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Sutriswanto, SKM, M.Kes (Epid) Laila Kamilla, S.Si., M.Kes


NIDN 4028037501 NIDN 4007077202

Ketua Prodi
Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medik

Wahdaniah, SKM,M.Kes.
NIDN. 4013097004

ii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN


KADAR ASAM URAT PADA PASIEN DI PUSKESMAS SAIGON KOTA
PONTIANAK TIMUR

Telah ditetapkan dan disusun oleh

NOVIRA HIDAYANI USADA


NIM. 20174323058

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


Pada tanggal : 20 Mei 2022

Susunan Tim Penguji


Tanda Tangan

1. Ketua : Sutriswanto, SKM, M.Kes (Epid) ………………


NIDN : 4028037501
2. Anggota 1 : Slamet, S.Si., M.Kes ………………
NIDN : 4009106501
3. Anggota 2 : Asep Sabolakna, Pg.Dip.Sc., MT ………………
NIP : 19712151998031000
4. Anggota 3 : Laila Kamilla, S.Si., M.Kes ………………
NIDN : 4007077202

Pontianak, September 2022


Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Pontianak

Hendra Budi Sungkawa, SKM, M.Kes


NIP. 196912051992031004

iii
BIODATA PENULIS

Nama : Novira Hidayani Usada


Tempat/Tgl Lahir : Pontianak, 11 Mei 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Husin Hamzah Gg. Berdikari 1 No. A5
Nomor Hp : 085249987845

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD : SD SWASTA MUJAHIDIN PONTIANAK


2. SMP : SMP NEGERI 16 PONTIANAK
3. SMA : SMA NEGERI 8 PONTIANAK

iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini Saya :

Nama : Novira Hidayani Usada


NIM : 20174323058
Program Studi : Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis
Jurusan : Analis Kesehatan
Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Menyatakan Bahwa Saya Tidak Melakukan Kegiatan Plagiat Dalam Skripsi


Saya Yang Berjudul:

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENINGKATAN KADAR ASAM URAT DI PUSKESMAS SAIGON
KOTA PONTIANAK TIMUR
Apabila Suatu Saat Terbukti Saya Melakukan Tindakan Plagiat Maka Saya
Akan Bersedia Menerima Sanksi Sesuai Ketentuan Yang Berlaku.

Demikian Surat Pernyataan Ini Saya Buat Dengan Sebenar-Benarnya.

Pontianak, Maret 2022

Penulis

Novira Hidayani Usada


NIM. 20174323058

v
ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENINGKATAN KADAR ASAM URAT PADA PASIEN DI PUSKESMAS
SAIGON KOTA PONTIANAK TIMUR

Novira Hidayani Usada1), Sutriswanto1) ,Laila Kamilla1)


Politeknik Kesehatan Kemenkes Kota Pontianak
email: viraa.usada@gmail.com

Asam urat adalah produk buangan yang dihasilkan dari metabolisme atau
pemecahan purin. Asam urat sebenarnya merupakan antioksidan dari manusia
dan hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan dalam darah akan mengalami
pengkristalan. Peningkatan kadar asam urat dapat disebabkan oleh beberapa
faktor risiko, diantaranya: risiko usia, jenis kelamin, obesitas dan hipertensi.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan faktor risiko dengan
kadar asam urat pada pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
Peneltian ini menggunakan desain Cross Sectional dengan Teknik
pengambilan sampel Accidental Sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur. Sampel dalam penelitian ini
adalah pasien yang melakukan pemeriksaan asam urat di Puskesmas Saigon
Kota Pontianak Timur. Sampel yang diikutsertakan adalah 42 orang dengan
kriteria bersedia menjadi responden dan usia responden 40-60 tahun.
Hasil penelitian pada variabel usia didapatkan nilai p = 0,650 yang artinya H1
ditolak, tidak terdapat hubungan antara usia dan asam urat. Pada variabel jenis
kelamin didapatkan nilai p = 0,259 yang artinya H 1 ditolak, tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin dan asam urat. Pada variabel obesitas nilai p =
0,023 yang artinya H1 diterima, terdapat hubungan antara obesitas dan asam urat.
Dan pada variabel hipertensi nilai p = 1,000 yang artinya H1 ditolak, tidak
terdapat hubungan antara hipertensi dan asam urat.

Kata kunci : Faktor risiko, asam urat


Daftar Pustaka : 29 (2009 - 2020)

vi
ABSTRACT

RELATIONSHIP OF RISK FACTORS ASSOCIATED WITH


INCREASED URIC ACID LEVELS IN PATIENTS AT SAIGON
PUSKESMAS, EAST PONTIANAK CITY

Novira Hidayani Usada1), Sutriswanto1) ,Laila Kamilla1)


Health Ministry of Health Polytechnic Pontianak
email: viraa.usada@gmail.com

Uric acid is a waste product resulting from the metabolism or breakdown of


purines. Uric acid is actually an antioxidant from humans and animals, but if in
excessive amounts in the blood will experience crystallization and can cause
gout. Increased uric acid levels can be caused by several risk factors, including:
the risk of age, gender, obesity and hypertension.
This study aims to explain the relationship of risk factors with uric acid
levels in patients at the Saigon Health Center, East Pontianak City.
This research uses a cross sectional design with accidental sampling
technique. The population in this study were patients at the Saigon Health
Center, East Pontianak City. The sample in this study were patients who did a
uric acid examination at the Saigon Health Center, East Pontianak City. The
sample included is 42 people with the criteria of being willing to be respondents
and the age of the respondents is 40-60 years.
The results of the study on the age variable obtained p value = 0.650 which
means H1 is rejected, there is no relationship between age and uric acid. In the
gender variable, the p value = 0.259, which means that H1 is rejected, there is no
relationship between gender and gout. In the obesity variable, the p value =
0.023, which means that H1 is accepted, there is a relationship between obesity
and gout. And on the hypertension variable, the value of p = 1,000, which means
that H1 is rejected, there is no relationship between hypertension and gout.

Keyword : Risk Factor, Urid Acid


Bibliography : 29 (2009 - 2020)

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya
yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penyusunan
skripsi yang berjudul Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Peningkatan
Kadar Asam Urat Pada Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak
Timur 2021 dapat terselesaikan.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Terapan (S.Tr) pada Poltekkes Kemenkes Pontianak. Dalam penyusunan
skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Peneliti
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Sutriswanto, SKM, M.Kes (Epid)
selaku pembimbing utama dan Ibu Laila Kamilla, S.Si., M.Kes selaku
pembimbing kedua yang telah penuh kesabaran dan perhatian dalam
memberikan bimbingan hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, perkenankan pula peneliti mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz, M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Bapak Hendra Budi Sungkawa, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Wahdaniah, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
4. Bapak Slamet, S.Si., M.Kes selaku penguji atas kesediaannya untuk menguji
Skripsi ini.
5. Bapak Asep Sabolakna, Pg.Dip.Sc., MT selaku penguji atas kesediaannya
untuk menguji skripsi ini.
6. Ibu dan Bapak tersayang dan tercinta telah memberikan semangat, doa dan
dukungan dalam menyelesaikan pendidikan ini.
7. Bapak/Ibu Dosen, Instruktur dan Staf Jurusan Analis Kesehatan serta semua
pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.

viii
8. Kakak Shinta dan Kakak Ria selaku pembimbing lapangan di Puskesmas
Saigon kota Pontianak Timur.
9. Abang dan kakak tingkat serta rekan seangkatan yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini disadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Pontianak, Maret 2022

Peneliti

ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
BIODATA PENULIS..................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN............................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
ABSTRACT..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 5
1. Tujuan Umum .................................................................... 5
2. Tujuan Khusus.................................................................... 5
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 5
B. Manfaat Penelitian.................................................................... 5
1. Bagi Penulis........................................................................ 5
2. Bagi Institusi Pendidikan.................................................... 5
C. Keaslian Penelitian.................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Asam Urat................................................................................. 8
1. Definisi Asam Urat............................................................. 8
2. Metabolisme Purin.............................................................. 9
3. Pembentukan Purin di dalam Tubuh...................................10
4. Pembentukan Asam Urat....................................................11
5. Metabolisme Asam Urat.....................................................11
B. Faktor Risiko Asam Urat..........................................................13
1. Usia.....................................................................................13
2. Jenis Kelamin......................................................................13
3. Obesitas...............................................................................14
4. Hipertensi............................................................................15
C. Metode Pemeriksaan Asam Urat..............................................16
1. Metode Enzymatic Colorymetric (Uricase)........................16
2. PTA Kimia..........................................................................16
3. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) ........17
4. Point of Care Testing (POCT) ...........................................17
D. Kerangka Teori.........................................................................19

x
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep......................................................................20
B. Definisi Operasional.................................................................21
C. Hipotesis...................................................................................22

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian......................................................................23
B. Populasi dan Sampel.................................................................23
1. Populasi...............................................................................23
2. Sampel................................................................................23
3. Teknik Pengambilan Sampel..............................................24
C. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................24
1. Waktu Penelitian.................................................................24
2. Tempat Penelitian...............................................................24
D. Jenis Data Penelitian.................................................................25
1. Data Primer.........................................................................25
2. Data Sekunder.....................................................................25
E. Teknik dan Instrumen Pengambilan Data.................................25
1. Teknik Pengumpulan Data..................................................25
2. Instrumen Pengumpulan Data.............................................25
3. Cara Kerja...........................................................................26
F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data...................................29
1. Teknik Pengolahan Data.....................................................29
2. Penyajian Data....................................................................29
G. Analisis Data.............................................................................30
1. Analisis Univariat...............................................................30
2. Analisis Bivariat..................................................................30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil...........................................................................................31
1. Analisis Univariat...............................................................31
2. Analisis Bivariat..................................................................33
B. Pembahasan................................................................................35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan...............................................................................40
B. Saran.........................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Penelitian Yang Pernah Dilakukan.............................................. 6
Tabel 3.1 Definisi Operasional Faktor Risiko Yang Berhubungan
Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Pada Pasien Di
Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur .................................. 21
Tabel 4.1 Prosedur Pemeriksaan Kadar Asam Urat ............................. 28
Tabel 5.1 Hasil Deskriptif Hubungan Kadar Asam Urat Dengan Pasien
Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur ............................. 31
Tabel 5.2 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Berdasarkan
Usia Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.......... 32
Tabel 5.3 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Berdasarkan
Jenis Kelamin Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak
Timur........................................................................................... 32
Tabel 5.4 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Berdasarkan
Obesitas Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur. . . 33
Tabel 5.5 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Berdasarkan
Hipertensi Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak
Timur........................................................................................... 33
Tabel 5.6 Hasil Chi Square Usia Dengan Kadar Asam Urat Pasien Di
Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur................................... 34
Tabel 5.7 Hasil Chi Square Jenis Kelamin Dengan Kadar Asam Urat
Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.................. 34
Tabel 5.8 Hasil Chi Square Obesitas Dengan Kadar Asam Urat Pasien
Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.............................. 35
Tabel 5.9 Hasil Chi Square Hipertensi Dengan Kadar Asam Urat
Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.................. 35

xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2 Kerangka Teori Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Peningkatan Kadar Asam Urat Di Puskesmas Saigon Kota
Pontianak Timur..................................................................... 19
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Faktor Risiko Yang Berhubungan
Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Di Puskesmas
Saigon Kota Pontianak Timur................................................ 20

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Permintaan Data


Lampiran 2 Surat Persetujuan Kode Etik
Lampiran 3 Petunjuk Penggunaan Reagen KIT
Lampiran 4 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 Kesediaan Sebagai Responden
Lampiran 5 Penjelasan Sebelum Penelitian
Lampiran 6 Hasil Pemeriksaan Asam Urat
Lampiran 7 Hasil Pemeriksaan Hipertensi
Lampiran 8 Perhitungan Indeks Massa Tubuh
Lampiran 9 Rekaptulasi Hasil Pemeriksaan
Lampiran 10 Hasil Uji Statistik
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular adalah penyakit yang dianggap tidak dapat
ditularlan atau disebarkan dari seseorang kepada orang lain, sehingga bukan
merupakan sebuah ancaman bagi orang lain. Kebanyakan penyakit tidak
menular merupakan bagian penyakit degeneratif dan mempunyai prevelensi
tinggi pada orang yang berusia lanjut (Irwan, 2018). Penyakit degeneratif
adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan terhadap jaringan
atau organ tubuh. Proses dari kerusakan ini dapat disebabkan oleh
penggunaan seiring dengan pertambahan usia, aktivitas fisik ataupun pola
hidup yang tidak sehat, mengakibatkan penurunan derajat kesehatan yang
biasanya diikuti dengan penyakit seperti asam urat (Graha, 2019).
Penyakit asam urat atau radang sendi sudah dikenal sejak zaman Yunani
kuno. Penyakit tersebut dikenal sebagai penyakit gout atau pirai. Kata gout
berasal dari bahasa latin guttan yang berarti tetesan (Yenrina, Krisnatuti, &
Rasjmida, 2014). Asam urat adalah produk buangan yang dihasilkan dari
metabolisme atau pemecahan purin. Asam urat sebenarnya merupakan
antioksidan dari manusia dan hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan
dalam darah akan mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan asam
urat (Sujarwati, 2017).
Berdasarkan survei WHO (World Health Organization), Indonesia
merupakan Negara Terbesar ke-4 di dunia yang penduduknya menderita asam
urat (Saragih, Gultom, & Sipayung, 2020). Menurut Laporan Nasional
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018, penyakit sendi seperti nyeri akibat
asam urat yang tinggi atau hiperurisemia akut maupun kronis penduduk di
wilayah provinsi Kalimantan Barat yaitu 13.035 kasus (Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat, 2018). Kasus radang sendi serupa rematik di Kota
Pontianak pada tahun 2019 adalah 16.102 kasus (Dinas Kesehatan Kota
Pontianak, 2019). Didapatkan data asam urat pada tahun 2018-2019 dari
Puskesmas Saigon Pontianak Timur ada 319 kasus di tahun 2018 dan

1
2

meningkat menjadi 907 kasus di tahun 2019 kemudian menurun lagi pada
tahun 2020 menjadi 576 kasus.
Hiperurisemia pada obesitas pembuangan asam urat melalui urine akan
terhambat, hal ini terjadi karena obesitas dapat menyebabkan timbunan lemak
dalam tubuh meningkat. Simpanan lemak dalam tubuh akhirnya meningkat.
Pembuangan asam urat melalui urine akan terhambat karena lemak akan
dibakar menjadi kalori dan akan meningkatkan keton darah (ketosis). Pada
tubuh seseorang sebenarnya telah memiliki asam urat dalam bentuk normal.
Terjadinya hiperurisemia apabila jumlah produksi asam urat didalam tubuh
seseorang itu berlebih dan ekskresi asam urat melalui ginjal dalam bentuk
urine menurun. Dari berbagai macam studi mengelompokkan bahwa obesitas
dan hiperurisemia mempunyai hubungan yang terikat. Sesuai penelitian yang
telah dikerjakan oleh Purwaningsih pada tahun 2010 dimana menyatakan
bahwa risiko hiperurisemia tertinggi pada postur tubuh obesitas daripada
postur tubuh non obesitas. Artinya bahwa obesitas mempunyai risiko lebih
banyak mengalami hiperurisemia. Selain itu adanya hubungan antara
hiperurisemia dengan obesitas, dimana terganggunya proses reabsorbsi asam
urat di ginjal pada individu obesitas yaitu terjadi peningkatan kadar leptin
dalam tubuh, hal tersebut seiring terjadi dengan meningkatnya kadar asam
urat dalam darah. Oleh sebab itulah pada orang dengan obesitas terjadi
resistensi terhadap leptin yang mengakibatkan tingginya nafsu makan serta
seringnya merasa lapar.
Gambaran hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Purwaningsih 2010
menyatakan bahwa seorang obesitas atau memiliki IMT ≥ 25 kg/m2
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan munculnya
hiperurisemia serta memberikan beban yang lebih berat untuk menopang
sendi tubuhnya, sehingga seorang obesitas memiliki risiko 2,7 mengalami
hiperurisemia lebih besar daripada seorang dengan IMT ≤ 25 kg/m2 sebab
leptin yang memiliki fungsi meregulasi kandungan asam urat dalam darah
(Rohman, Sari, & Permatasari, 2015).
Peningkatan kadar asam urat lebih sering terjadi pada laki-laki terutama
yang berusia di atas 30 tahun karena laki-laki umumnya sudah mempunyai
3

kadar asam urat yang tinggi di dalam darahnya. Kadar asam urat pada wanita
umumnya rendah dan baru meningkat setelah menopause. Hal ini disebabkan
perempuan mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan
asam urat melalui urin. Sementara itu, kadar asam urat pada pria cenderung
lebih tinggi dibandingkan perempuan karena pria tidak memiliki hormon
estrogen (Marsianus Toda et al., 2018).
Faktor risiko yang mempengaruhi seseorang menderita asam urat adalah
pada usia. Penyakit Hiperurisemia lebih sering menyerang di atas umur 40
tahun, karena kadar asam urat cenderung meningkat dengan bertambahnya
usia. Pada usia ini, mengalami penurunan kemampuan yaitu tak seenergik
seseorang yang berusia 20 tahun karena mempunyai masalah dengan otot atau
persendian. Namun angka kejadian Hiperurisemia menjadi sama antara kedua
jenis kelamin setelah usia 60 tahun. Prevalensi Hiperurisemia meningkat
dengan bertambahnya usia dan mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun
(Firdayanti, Susanti, & Setiawan, Muhammad, 2019).
Tekanan darah atau hipertensi juga termasuk dari faktor risiko dari asam
urat. Sejumlah studi telah mengungkapkan adanya kaitan erat antara
hiperurisemia dan hipertensi. Hiperurisemia memicu kerusakan dan
penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan tekanan meningkat permanen
(Lingga Lanny, 2012). Penyakit hipertensi pada dasarnya adalah penyakit
yang dapat merusak pembuluh darah. Hipertensi menyebabkan pembuluh
darah pada ginjal mengerut atau menyempit (vasokonstriksi), sehingga aliran
nutrisi ke ginjal terganggu dan mengakibatkan kerusakan sel-sel ginjal
(Kadir, 2018). Asam urat di dalam tubuh yang normalnya dibuang melalui
ginjal. Air seni seseorang akan mengandung banyak asam urat jika orang itu
mempunyai kadar asam urat tinggi di dalam darahnya. Jika seseorang
mempunyai kerusakan ginjal maka pembuangan asam urat akan berkurang
sehingga kadar asam urat di dalam darahnya menjadi meningkat (Kertia,
2009).
Menurut (Leokuna & Malinti, 2020) pada penelitian ini indeks massa
tubuh diukur berdasarkan jenis kelamin didapati presentase indeks massa
tubuh pada laki-laki dengan kategori overweight lebih sedikit yaitu 6
4

orang ( 17%) dari pada perempuan yaitu 8 orang (23%). Namun, persentasi
obesitas pada laki-laki lebih tinggi dengan jumlah 17 orang (49%) dan
perempuan 10 orang (29%). Dilihat dari segi kadar asam urat dari ke 70
responden sebagian besar memiliki kadar asam urat normal. Kadar asam
urat normal pada perempuan lebih banyak jumlahnya yaitu 29 orang
(83%) dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah 20 orang (57%).
Sedangkan presentasi kadar asam urat yang tinggi lebih banyak didapati pada
laki-laki dengan jumlah 15 orang (43%), dan pada perempuan yaitu 6 orang
(17%). Menurut (Rini, 2017) hasil penelitian yang didapatkan analisis
hubungan jenis kelamin dengan kadar asam urat menggunakan Person
Product, 96,40% lansia berjenis kelamin perempuan memiliki kadar asam urat
tinggi dan 92,90% lansia memiliki asupan asam urat tinggi dengan kadar
asam urat tinggi. Menurut (Umami, 2015) diketahui bahwa kelompok dengan
peningkatan kadar asam urat darah atau hiperuresemia yang mengalami
hipertensi sebanyak 26 sampel (100%), sedangkan kelompok hiperuresemia
yang bukan hipertensi sebanyak 2 sampel (7,7%). Kelompok dengan kadar
asam urat normal ditemukan pada 24 sampel bukan hipertensi (92,3%)
sedangkan tidak ditemukan sampel hipertensi pada kelompok dengan kadar
asam urat normal.
Dengan uraian di atas, banyak faktor yang berhubungan dengan
peningkatan kadar asam urat walau tidak semua yang menderita
hiperurisemia memiliki empat faktor tersebut. Maka dari itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
karena terdapat banyak kasus setiap tahunnya dengan proposal yang berjudul
Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kadar Asam Urat pada Pasien
di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas rumusan
masalah dari penelitian ini yaitu apakah faktor risiko yaitu usia, jenis kelamin,
obesitas dan hipertensi berhubungan dengan peningkatan kadar asam urat
pada pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor risiko hubungan dengan peningkatan kadar
asam urat pada pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan usia terhadap peningkatan kadar asam
urat di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
b. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin terhadap peningkatan kadar
asam urat di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
c. Untuk mengetahui hubungan obesitas terhadap peningkatan kadar
asam urat di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
d. Untuk mengetahui hubungan hipertensi terhadap peningkatan kadar
asam urat di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
e. Untuk menganalisis hubungan usia, jenis kelamin, obesitas dan
hipertensi terhadap peningkatan kadar asam urat di Puskesmas Saigon
Kota Pontianak Timur
D. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini, maka ruang
lingkup penelitian dibatasi pada bidang Kimia Klinik serta melihat faktor
risiko yang berhubungan dengan kadar asam urat pada pasien di Puskesmas
Saigon Kota Pontianak Timur 2021.
E. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan menambah wawasan serta pemahaman
tentang faktor risiko yang berhubungan dengan asam urat.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah pengetahuan dan kepustakaan untuk mahasiswa
Politeknik Kesehatan Pontianak Jurusan Analis Kesehatan.
3. Bagi Puskesmas
Untuk memperbaiki dan meningkatkan implementasi pemeriksaan
asam urat di Puskemas Saigon Kota Pontiank Timur.
6

F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Penelitian yang pernah dilakukan
Penulis/ Jenis
Judul Penelitian Kesimpulan
Tahun Penelitian
Leokuna Hubungan Indeks Ekperimen Berdasarkan jenis kelamin didapati
& Massa Tubuh dengan presentase indeks massa tubuh
Malinti/2 Kadar Asam Urat pada laki-laki dengan kategori
020 pada Orang Dewasa di overweight lebih sedikit yaitu 6
orang ( 17%) dari pada perempuan
Oesapa Timur
yaitu 8 orang (23%). Namun,
persentasi obesitas pada laki-laki
lebih tinggi dengan jumlah 17 orang
(49%) dan perempuan 10 orang
(29%). Dilihat dari segi kadar asam
urat dari ke 70 responden sebagian
besar memiliki kadar asam urat
normal. Menurut tabel diatas
kadar asam urat normal pada
perempuan lebih banyak jumlahnya
yaitu 29 orang (83%)
dibandingkan dengan laki-laki
dengan jumlah 20 orang (57%).
Sedangkan presentasi kadar asam
urat yang tinggi lebih banyak
didapati pada laki-laki dengan
jumlah 15 orang (43%), dan pada
perempuan yaitu 6 orang (17%).

Rini/2017 Hubungan Jenis Eksperimen Dari hasil penelitian yang dilakukan


Kelamin dan Asupan di Posyandu Peduli Insani
Purin dengan Kadar Mendungan Desa Pabelan
Asam Urat pada Lansia Kecamatan Kartasura Kabupaten
di Posyandu Peduli Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa
Insani Mendungan Desa jenis kelamin lansia di dominasi oleh
Pabelan Kecamatan perempuan 79.10%. Rata-rata
Kartasura Kabupaten asupan purin lansia sebesar 590.17
Sukoharjo mg/hari dan 53.70% lansia memiliki
persen asupan dalam kategori cukup.
Rata-rata kadar asam urat lansia
sebesar 5.68mg/dL. Kadar asam urat
tinggi banyak ditemukan pada
perempuan 40.30% dengan asupan
purin tinggi 38.80%. Ada hubungan
jenis kelamin dan asupan purin
dengan kadar asam urat pada lansia
di Posyandu Peduli Insani
Mendungan Desa Pabelan
Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo.
Helmina Hubungan Antara Eksperime Diketahui bahwa kelompok dengan
Robiyatul Peningkatan Kadar n peningkatan kadar asam urat darah
Umami/2 Asam Urat Darah atau hiperuresemia yang
7

015 Dengan Kejadian mengalami hipertensi sebanyak 26


Hipertensi Di RSUD sampel (100%), sedangkan
Sukoharjo kelompok hiperuresemia yang
bukan hipertensi sebanyak 2
sampel (7,7%). Kelompok dengan
kadar asam urat normal ditemukan
pada 24 sampel bukan hipertensi
(92,3%) sedangkan tidak
ditemukan sampel hipertensi pada
kelompok dengan kadar asam urat
normal.
Penelitian yang dilakukan di sini berbeda dengan penelitian di atas
dalam hal responden, faktor risiko, waktu dan lokasi penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asam Urat
1. Definisi Asam Urat
Asam urat adalah produk akhir atau produk buangan yang dihasilkan
dari metabolisme/pemecahan purin. Asam urat sebenarnya merupakan
antioksidan dari manusia dan hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan
dalam darah akan mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan gout.
Asam urat mempunyai peran sebagai antioksidan bila kadarnya tidak
berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya berlebih asam urat akan
berperan sebagai prooksidan (Sujarwati, 2017).
Asam urat dihasilkan dari pemecahan dan sisa-sisa pembuangan dari
bahan makanan tertentu yang mengandung nukleotida purin atau berasal
dari nukleotida purin yang diproduksi oleh tubuh. Mekanisme yang
menyebabkan terjadinya kelebihan asam urat dalam darah, yaitu adanya
kelebihan produksi asam urat di dalam tubuh dan penurunan ekskresi asam
urat melalui urin (Yenrina et al., 2014).
Zat asam urat ini biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urine
dalam kondisi normal. Namun dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu
mengeluarkan zat asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan
dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun
pada persendian-persendian ditempat lainnya termasuk di ginjal itu sendiri
dalam bentuk kristal-kristal (Sandjaya, 2014).
Penumpukan kristal-kristal asam urat pada persendian inilah yang
akhirnya menyebabkan persendian menjadi nyeri dan bengkak atau
meradang. Adapun penumpukan kristal- kristal asam urat pada ginjal akan
menyebabkan terjadinya batu ginjal. Berdasarkan pengertian asam urat
inilah maka dapat kita disimpulkan bah wa penyakit asam urat adalah
penyakit yang terjadi akibat kelebihan asam urat dalam darah yang
kemudian menumpuk dan tertimbun dalam bentuk kristal-kristal pada
persendian (Sandjaya, 2014).

8
9

2. Metabolisme Purin
Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Yang
termasuk kelompok purin adalah Adenosin dan Guanosin. Saat DNA
dihancurkan, purin pun akan dikatabolisme Hasil buangannya berupa asam
urat. Purin termasuk komponen non-esensial bagi tubuh, artinya purin dapat
diproduksi oleh tubuh sendiri. Apabila kita mengkonsumsi makanan yang
mengandung purin, maka purin tersebut akan langsung dikatabolisme oleh
usus.  Urat (bentuk ion dari asam urat), hanya dihasilkan oleh jaringan tubuh
yang mengandung xantin oxidase, yaitu terutama di hati dan usus. Produksi
urat bervariasi tergantung konsumsi makanan mengandung purin, kecepatan
pembentukan. biosintesis dan penghancuran purin di tubuh. Normalnya, 2/3
-3/4 urat diekskresi (dibuang) oleh ginjal melalui urin. Sisanya melalui
saluran cerna. Berarti semakin banyak makanan yang mengandung tinggi
purin di konsumsi makan makin tinggi kadar asam urat yang diserap
(Damayanti, 2013).
Penyakit asam urat disebabkan oleh kondisi hiperurikemi, yaitu keadaan
di mana kadar asam urat dalam darah di atas normal. Kadar asam urat
normal pada pria berkisar 3,5-7mg/dL, sedangkan pada wanita 2,6-6mg/dL.
Asam urat sendiri adalah hasil metabolisme purin dan kemudian
diekskresikan melalui ginjal. Peningkatan kadar asam urat bisa disebabkan
oleh produksi asam urat yang berlebihan (karena konsumsi makanan kaya
purin) atau turunnya ekskresi (karena adanya kelainan pada ginjal). Asam
urat yang berlebihan dalam tubuh cenderung mengumpul pada sendi dan
berubah bentuk menjadi kristal-kristal asam urat berbentuk jarum. Serangan
gout muncul akibat reaksi inflamasi karena adanya sel-sel darah putih yang
menganggap kristal ini adalah benda asing. Bagian sendi yang terkena akan
terasa sakit karena adanya kristal dan kulit yang menjadi sangat sensitif.
Serangan gout biasanya timbul secara mendadak/akut, kebanyakan
menyerang pada malam hari. Kebanyakan gout muncul sebagai serangan
kambuhan. Jika gout menyerang, sendi-sendi yang terserang tampak merah,
mengkilat, bengkak, kulit atasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang
sangat hebat, dan persendian sulit digerakan. Serangan pertama gout pada
10

umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki, dan
seringkali hanya satu sendi yang diserang (Damayanti, 2013). 
Namun, ciri-ciri tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti pada
tumit, lutut, siku dan lain-lain. Dalam kasus encok kronis, dapat timbul
tofus, yaitu endapan seperti kapur di kulit yang membentuk suatu tonjolan
atau benjolan yang menandai pengendapan kristal asam urat. Tofus sering
timbul pada daun telinga, siku, tumit belakang dan punggung tangan. Tidak
semua kondisi hiperurikemi kemudian berkembang menjadi gout.
Kemunculan gout dapat dipengaruhi oleh konsumsi alkohol berlebih dalam
jangka waktu lama, obesitas, kurangnya aktivitas fisik dan penggunaan
diuretik. Penyakit tertentu seperti leukimia, diabetes, hipertensi, gangguan
ginjal dan anemia hemolitik juga bisa memunculkan gout. Selain itu,
kandungan hormon estrogen yang tinggi pada wanita ikut membantu
ekskresi asam urat lewat urin. Oleh karena itu, kebanyakan penderita gout
arthritis adalah pria umur 30-an dan wanita yang sudah mengalami
menopause (Damayanti, 2013).
3. Pembentukan Purin di dalam Tubuh
Zat gizi yang digunakan dalam pembentukan purin di dalam tubuh yaitu
glutamin, glisin, format, aspartat, dan CO2. Sintesis nukleotida purio tidak
tergantung pada sumber eksogen asam nukleat dan nukleotida dari bahan
pangan, Mamalia sebagian besar hewan vertebrata yano lebih rendah
mampu menyintesis nukleotida purin di dalam tubuhnya. Oleh karena itu,
makhluk tersebut disebut sebagai prototrofik (Yenrina et al., 2014).
Sintesis purin pada manusia dan mamalia bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan terhadap pembentukan asam nukleat. Selain itu, nukleotida purin
juga berperan dalam adenosin trifosfat (ATP). Adenosin monofosfat siklik
(CAMP), dan guanosin monofosfat siklik (CGMP) sebagai koenzim pada
flavin adenin dinukleotida (FAD), nikotinamida adenin dinukleotida (NAD),
dan nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADP). Adapun tempat
terpenting dalam sintesis purin, yaitu hati (Yenrina et al., 2014).
11

4. Pembentukan Asam Urat


Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, baik purin
yang berasal dari bahan pangan maupun dari hasil pemecahan purin asam
nukleat tubuh. Dalam serum, urat berbentuk natrium urat, sedangkan dalam
saluran urin, urat berbentuk asam urat. Pada manusia normal, 18-20% dari
asam urat yang hilang dipecah oleh bakteri menjadi CO, dan amonia (NH3)
di usus serta diekskresikan melalui feses (Yenrina et al., 2014).
Asam urat dapat diabsorbsi melalui mukosa usus dan diekskresikan
melalui urin. Pada manusia, sebagian besar purin dalam asam nukleat yang
dimakan langsung diubah menjadi asam urat tanpa terlebih dahulu digabung
dengan asam nukleat tubuh (Yenrina et al., 2014).
Peningkatan kadar asam urat dalam serum dapat disebabkan oleh
meningkatnya produksi asam urat atau menurunnya pengeluaran asam urat.
Apabila produksi asam urat meningkat, akan terjadi peningkatan pool asam
urat, hiperurisemia, dan pengeluaran asam urat melalui urin meningkat
(Yenrina et al., 2014).
Penderita hipertensi dan hiperkolesterolemia cenderung berisiko terkena
hiperurisemia. Penyebabnya adalah beberapa obat antihipertensi, terutama
thiazide yang diduga secara tidak langsung mempengaruhi metabolisme
lemak yang pada akhirnya mengurangi pengeluaran asam urat (Yenrina et
al., 2014).
5. Metabolisme Asam Urat
Sintesa Asam Urat dalam tubuh berasal dari metabolisme protein pada
manusia asam urat merupakan hasil produk akhir dari metabolisme, dimana
purin adalah bagian penting dari asam urat nukleat. Pemecahan purin dalam
tubuh berlangsung dengan kontinyu. Metabolisme asam urat dan purin
melalui jalur umum yang dengan menggunakan oksidasi sontin menjadi
asam urat. Kadar asam urat dalam darah sedikit dipengaruhi oleh varian
kandungan purin diet dan menggambarkan stabilitas antara produksi
endogen dan sekresi tubulus ke urin. Purin berasal dari metabolisme
makanan dan asam nukleat endogen, dan didegradasi menjadi asam urat
melalui ensim xantin oksidase. Sebelum menjadi asam urat, purin diubah
12

menjadi adenosin. Kemudian adenosin akan diubah menjadi adenin dan isonine
yang oleh ensimadenin deaminase dan phosphorylase keduanya diubah
menjadi hipoxantine. Oleh xantin oksidase hipoxantin diubah menjadi xantin
dan akhirnya xantin diubah menjadi asamurat. Adenosin, selain dari
metabolisme purin, juga dapat berasal jaringan yang mengalami hipoksia.
Tidak seperti mamalia lain, manusia tidak mempunyai enzim urikase sehingga
asam urat tidak bisa diubah menjadi allantoin, dan asam urat akan langsung
diekskresi melalui fitrasi glomerulus. Metabolisme purin itu sendiri mempunyai
pengertian sendiri. Purin adalah protein yang termasuk dalam golongan
nucleoprotein. Selain didapat dari makanan, purin juga berasal dari
penghancuran sel – sel tubuh yang sudah tua. Pembuatan atau sintesa purin
juga bisa dilakukan oleh tubuh sendiri dari bahan – bahan seperti CO 2, Glisin,
Glutamin, asam asparat, dan asam folat. Diduga metabolisme purin diangkut ke
hati, kemudian mengalami oksidasi menjadi asam urat. Kelebihan asam urat
dibuang melalui ginjal dan usus. Asam urat merupakan asam lemah yang pada
pH normal akan terionisasi di dalam darah dan jaringan menjadi ion urat.
Dengan berbagai kation yang ada, ion urat akan membentuk garam dan 98%
asam urat ekstraseluler akan membentuk garam monosodium urat (MSU). Pada
pembentukan kristal antara lain konsentrasi MSU di tempat terjadinya
kristal,temperatur lokal, ada tidaknya zat yang mempertahankan kelarutan asam
urat di dalam cairan sendi seperti proteoglikan, serta berkurangnya jumlah air
dalam cairan sendi. Kelarutan garam urat dan asam urat sangat penting pada
pembentukan kristal. Garam urat lebih mudah larut di dalam plasma, cairan
sendi, dan urin. Kelarutan asam urat di urin akan meningkat bila p > 4.
Umumnya darah manusia dapat menampung asam urat sampai tingkat tertentu.
Bila kadar asam urat plasma melebihi daya larutnya, misalnya >7 mg/dl, maka
plasma darah menjadi sangat jenuh. Keadaan ini disebut hiperurisemia. Pada
keadaan hiperurisemia, darah tidak mampu lagimenampung asam urat sehingga
terjadi pengendapan kristal urat diberbagai organ seperti sendi dan ginjal. Guna
mempertahankan konsentrasi asam urat darah dalam batas-batas normal, asam
urat harus dikeluarkan dari tubuh (Purwani, Anggraini, & Semarang, 2019)
13

B. Faktor Risiko Asam Urat


Faktor risiko adalah salah satu bagian dari ilmu Epidemiologi pada
penyakit menular di sebut etiologi sedangkan pada penyakit tidak menular di
sebut faktor risiko (Irwan, 2017). Faktor risiko asam urat antara lain:
1. Usia
Penyakit gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin
yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-
ulang. Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat
monosodium dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang
rawan sendi, insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada
usia lebih dari 30 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada wanita.
Theodore Fields, MD, profesor dan ahli sendi yang mengatakan bahwa
semakin tua seseorang, risiko menderita asam urat akan semakin besar
(Karuniawati, 2018). Peningkatan kadar asam urat lebih sering terjadi pada
laki-laki terutama yang berusia di atas 30 tahun karena laki-laki umumnya
sudah mempunyai kadar asam urat yang tinggi di dalam darahnya. Kadar
asam urat pada wanita umumnya rendah dan baru meningkat setelah
menopause. Hal ini disebabkan perempuan mempunyai hormon estrogen
yang ikut membantu pembuangan asam urat melalui urin. Sementara itu,
kadar asam urat pada pria cenderung lebih tinggi dibandingkan perempuan
karena pria tidak memiliki hormon estrogen. Penyakit Hierurisemia lebih
sering menyerang laki-laki di atas umur 40 tahun, karena kadar asam urat
pada pria cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada usia ini, pria
mengalami penurunan kemampuan yaitu tak seenergik pria yang berusia 20
tahun karena mempunyai masalah dengan otot atau persendian seperti asam
urat. Namun angka kejadian Hiperurisemia menjadi sama antara kedua jenis
kelamin setelah usia 60 tahun. Prevalensi Hiperurisemia pada pria meningkat
dengan bertambahnya usia dan mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun
(Firdayanti, Susanti, & Setiawan, Muhammad, 2019).
2. Jenis Kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena penyakit asam urat
daripada wanita. Hal ini karena wanita memiliki hormon estrogen di
14

dalam tubuhnya yang dapat menurunkan risiko penumpukan asam urat


(Aminah, 2012). Hormon estrogen adalah hormon yang memiliki peranan
penting dalam metabolisme asam urat di dalam tubuh manusia. Kadar
estrogen pada perempuan dapat mengalami kenaikan dan penurunan
sejalan dengan usia selama siklus reproduksi. Kadar asam urat pada
perempuan pun masih bervariasi antara premenopause dan
postmenopause, karena kadar estradiol darah berubah dengan cepat selama
masa transisi menopause maka kadar asam urat meningkat setelah
menopause. Peranan hormon estrogen dalam metabolisme asam urat, yaitu
hormon yang bersifat urikosurik. Terdapat 3 bentuk estrogen yaitu
estradiol, estriol dan estron. Estradiol memiliki reseptor khusus pada ginjal
yang mampu mempengaruhi membran tubulus ginjal sehingga
meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin sehingga perempuan
mampu mempertahankan kadar asam urat yang lebih rendah dibanding
laki-laki (Pangestu, 2019).
3. Obesitas
Obesitas dapat didefinisikan sebagai akibat dari pola makan yang
berlebihan. Obesitas adalah suatu keadaan terjadinya penimbunan jaringan
lemak tubuh secarà berlebihan. Dengan kata lain, obesitas dapat diartikan
sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan
lemak tubuh secara berlebihan. Sementara itu, obesitas dan kelebihan berat
badan sebagai dua istilah yang digunakan untuk menyatakan adanya
kelebihan berat badan (Sudargo, Kusmayanti, Rosiyani, & Freitag, 2014).
Hiperurisemia pada obesitas pembuangan asam urat melalui urine
akan terhambat, hal ini terjadi karena obesitas dapat menyebabkan timbunan
lemak dalam tubuh meningkat. Simpanan lemak dalam tubuh akhirnya
meningkat. Pembuangan asam urat melalui urine akan terhambat karena
lemak akan dibakar menjadi kalori dan akan meningkatkan keton darah
(ketosis). Pada tubuh seseorang sebenarnya telah memiliki asam urat dalam
bentuk normal. Terjadinya hiperurisemia apabila jumlah produksi asam urat
didalam tubuh seseorang itu berlebih dan ekskresi asam urat melalui ginjal
dalam bentuk urine menurun. Dari berbagai macam studi mengelompokkan
15

bahwa obesitas dan hiperurisemia mempunyai hubungan yang terikat. Sesuai


penelitian yang telah dikerjakan oleh Purwaningsih pada tahun 2010 dimana
menyatakan bahwa risiko hiperurisemia tertinggi pada postur tubuh obesitas
daripada postur tubuh non obesitas. Artinya bahwa obesitas mempunyai
risiko lebih banyak mengalami hiperurisemia. Selain itu adanya hubungan
antara hiperurisemia dengan obesitas, dimana terganggunya proses reabsorbsi
asam urat di ginjal pada individu obesitas yaitu terjadi peningkatan kadar
leptin dalam tubuh, hal tersebut seiring terjadi dengan meningkatnya kadar
asam urat dalam darah. Oleh sebab itulah pada orang dengan obesitas terjadi
resistensi terhadap leptin yang mengakibatkan tingginya nafsu makan serta
seringnya merasa lapar. Gambaran hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh
Purwaningsih 2010 menyatakan bahwa seorang obesitas atau memiliki IMT
≥ 25 kg/m2 merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
munculnya hiperurisemia serta memberikan beban yang lebih berat untuk
menopang sendi tubuhnya, sehingga seorang obesitas memiliki risiko 2,7
mengalami hiperurisemia lebih besar daripada seorang dengan IMT ≤ 25
kg/m2 sebab leptin yang memiliki fungsi meregulasi kandungan asam urat
dalam darah (Rohman et al., 2015).
4. Tekanan Darah
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan
tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. Hiperurisemia telah dihubungkan
dengan penyakit kardiovaskuler dan sering dijumpai pada penderita
hipertensi, penyakit ginjal, dan sindrom metabolik, Frederick Akbar
Mohamed, orang yang pertama kali meneliti tentang hipertensi esensial
menyebutkan bahwa hipertensi sering berhubungan dengan asam urat,
hubungan hipertensi dengan hiperurisemia adalah hipertensi akan berakhir
dalam penyakit mikrovaskuler dengan hasil akhirnya berupa iskemi jaringan
yang akan meningkatkan sintesis asam urat melalui degradasi ATP menjadi
adenin dan xantin. Asam urat yang berlangsung lama dapat menyebabkan
16

penyakit ginjal kronis dengan perubahan tubuler (Lusiana, Prasetyaning,


Mustika, & Andriana, 2019). Sejumlah studi telah mengungkapkan adanya
kaitan erat antara hiperurisemia dan hipertensi. Hiperurisemia memicu
kerusakan dan penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan tekanan
meningkat permanen (Lingga Lanny, 2012). Penyakit hipertensi pada
dasarnya adalah penyakit yang dapat merusak pembuluh darah, jika
pembuluh darahnya ada pada ginjal, maka tentu saja ginjalnya mengalami
kerusakan. Hipertensi menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengerut
atau menyempit (vasokonstriksi), sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu
dan mengakibatkan kerusakan sel-sel ginjal (Kadir, 2018). Asam urat di
dalam tubuh yang berlebih normalnya dibuang melalui ginjal. Air seni
seseorang akan mengandung banyak asam urat jika orang itu mempunyai
kadar asam urat tinggi di dalam darahnya. Jika seseorang mempunyai
kerusakan ginjal maka pembuangan asam urat akan berkurang sehingga
kadar asam urat di dalam darahnya menjadi meningkat (Kertia, 2009).
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), tekanan darah normal bagi
orang dewasa adalah 120/80 mmHg. Angka 120 hhmHg menunjukkan
tekanan sistolik, yaitu tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh
tubuh.
C. Metode Pemeriksaan Asam Urat
Metode umum untuk pemeriksaan asam urat adalah metode Enzymatic
colorymetric (Uricuse), PTA Kimia (phosphotungstie acid) dan metode yang
berdasár Kromiatogrufi HPLC (High Performance Liquid Chromatography).
1. Metode Enzymatic Colorymetric (Uricase)
Pemeriksaan asam urat memakai metode enzimatik, dengan memakai
Uricase. H2O2 akan bereaksi dengan katalis peroksidase. 3,5-dichloro-2-
hydroxybenzenesulfonic acid (DCHBS) dan 4-aminoplhenazone (PAP)
yang membentuk quinoneimine warna merah-violet/merah muda sebagai
indikator. Uricase akan mengoksidasi asam urat, sehingga terbentuk
allantoin, hidrogen peroksida dan karbondioksida. Prinsip reaksi :

Uricase
Urid acid + O2 + 2 H2O Albumin + CO2 + H2O2
17

peroksidase
2 H2O + DBHS + PAP N-(4-antipyrl)-3-chloro-5-
sulfonate-p-benzoquinonimine +
HCL + 4 H2O

Metode enzimatik fotometri mempunyai kelebihan berupa harga


reagen yang lebih murah tetapi, kekurangannya metode enzimatik
fotometri memerlukan sampel dalam jumlah besar karena menggunakan
serum atau plasma (Prawira, Santoso, & Ariyadi, 2017).
2. PTA Kimia (Phosphotungstic acid)
Metode yang populer untuk memeriksa asam urat adalah dengan
menggunakan metode Henry Caraway, metode ini berdasarkan pada
oksidasi asam urat pada larutan bebas protein, dengan mereduksi asam
phosphotungstic menjadi tungsten biru (Prawira et al., 2017).
3. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Metode HPLC menggunakan pertukaran ion atau reversed-phase
column yang digunakan untuk memisahkan dan mengukur asam urat. The
column effluent dilihat dengan panjang gelombang 293 nm untuk melihat
eluting asam urat (Prawira et al., 2017).
4. POCT (Point of Care Testing)
POCT atau Point of Care Testing adalah pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan di dekat pasien di luar laboratorium sentral, baik pasien
rawat jalan maupun pasien rawat inap. POCT disebut juga “near patient
testing”, “patient self testing”, “rapid testing”, atau “bedsite testing”.
POCT banyak digunakan secara mandiri oleh pasien. Pemeriksaan
menggunakan POCT memberikan hasil yang lebih cepat, sehingga dapat
meningkatkan kepuasan pasien. Biaya pemeriksaan lebih murah, dan
dokter lebih puas karena tidak harus menunggu hasil pemeriksaan
laboratorium. Tetapi hasil pemeriksaan POCT dinilai kurang akurat dan
harus tetap diverifikasi, sehingga menambah biaya. Penyebab ketidak
akuratan hasil antara lain seorang analis tidak kompeten dan
berpengalaman, pengguna tidak mematuhi prosedur penggunaan alat,
menggunakan reagen tidak mempunyai bahan kontrol, kurang supervisi,
dan tidak melakukan pemantapan mutu. Prinsip alat POCT Easy Touch
18

Uric Acid Test Strips adalah menggunakan katalis digabung dengan


teknologi biosensor yang spesifik terhadap pengukuran asam urat. Strip
pemeriksaan dirancang dengan cara tertentu sehingga saat darah diteteskan
pada zona reaksi dari strip katalisator asam urat memicu oksidasi asam
urat dalam darah. Intensitas elektron yang terbentuk diukur oleh sensor
Easy Touch dan sebanding dengan konsentrasi asam urat dalam darah
(Sukmamei, 2018).
19

D. Kerangka Teori

Metabolisme Purin

Pembentukan purin di dalam Tubuh

Asam urat

Faktor risiko

Jenis Kelamin Usia Obesitas Hipertensi

Metode pada Pemeriksaan Asam Urat

HPLC Uricase POCT PTA Kimia

Gambar 2.2 Kerangka Teori Faktor Risiko yang Berhubungan dengan


Kadar Asam Urat Pasien di Puskesmas Saigon Pontianak
Timur
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat

Faktor Risiko :
Kadar asam urat
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Obesitas
4. Hipertensi

Variabel Pengganggu
1. Asupan purin
2. Konsumsi obat-obatan
3. Diabetes Melitus
4. Aktivitas Fisik

Keterangan : : Dilakukan penelitian


: Tidak dilakukan penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Faktor Risiko yang Berhubungan


dengan Peningkatan Kadar Asam Urat pada Pasien di
Puskesmas Saigon Pontianak Timur
21

B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Faktor Risiko yang Berhubungan dengan
Peningkatan Kadar Asam Urat pada Pasien di Puskesmas
Saigon Pontianak Timur
Variabel Defisini Cara Alat Ukur Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur Ukur
Variabel bebas
Usia Kurun waktu yang Observasi Kartu 1. Tidak Nominal
dimulai dari saat identitas berisiko
kelahiran seseorang ( dibawah
sampai dengan 40 tahun )
waktu perhitungan
saat observasi 2. Berisiko
(Usia menginjak (40 - 60
usia risiko diatas 40 tahun)
tahun)

Jenis Perbedaan bentuk Observasi Kartu 1. Perempuan Nominal


Kelamin dan fungsi biologi identitas 2. Laki-Laki

Obesitas Nilai yang diambil Pengukuran Timbangan 1. Tidak Nominal


dari perbandingan berat badan dan obesitas
antara berat badan (kg) dan stadiometer dengan
(BB) dan tinggi tinggi
IMT ≤25
badan (TB) badan (m)
kg/m2
2. Obesitas
IMT ≥25
kg/m2
Hipertensi Tekanan darah Observasi Tensimeter 1. Tidak Nominal
lebih dari 120/80 Hipertensi
mmHg 2. Hipertensi
Variabel terikat
Kadar Nilai normal kadar Uricase- Fotometer 1. Normal Nominal
asam urat asam urat pada PAP P:2,5-6,0
perempuan 2,5-6,0 mg/dl
mg/dl dan nilai L:3,5-7,2
normal pada laki- mg/dl )
laki 3,5-7,2 mg/dl 2. Tinggi
P: >6,0
mg/dl
L: >7,2
mg/dl )
22

C. Hipotesis
Dalam penelitian ini, menggunakan hipotesis alternatif yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. H1 : Ada hubungan usia dengan peningkatan kadar asam urat pada pasien
di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
2. H1 : Ada hubungan jenis kelamin dengan peningkatan kadar asam urat
pada pasien di Puskesmas Saigon Pontianak Timur.
3. H1 : Ada hubungan obesitas dengan peningkatan kadar asam urat pada
pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
4. H1 : Ada hubungan hipertensi dengan peningkatan kadar asam urat pada
pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Cross Sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan
antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana
melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada
waktu yang sama. Arti dari “suatu saat” bukan berarti semua responden
diukur atau diamati pada saat bersamaan, tetapi artinya dalam penelitian cross
sectional setiap responden hanya diobeservasi satu kali saja dan pengukuran
variabel responden dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut, kemudian
peneliti tidak melakukan tindak lanjut (Riyanto, 2017). Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan metode survey dengan
pendekatan observasional dan melakukan pemeriksaan asam urat.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan seluruh objek (manusia, binatang percobaan,
data laboraturium, dll) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik
yang ditentukan (Riyanto, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien asam urat sebanyak 572 orang di tahun 2020 dibagi dengan 12
bulan dan mendapatkan hasil kira-kira 48 orang setiap bulannya di
Puskesmas Saigon di Jalan Tanjung Raya 2, Saigon, Kecamatan
Pontianak Timur, Kota Potianak.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat
mewakili atau representative populasi. Sampel sebaiknya memenuhi
kriteria yang dikehendaki, sampel yang dikehendaki merupakan bagian
dari populasi target yang akan diteliti secara langsung, kelompok ini
meliputi subjek yang memenuhi kriteria (Riyanto, 2017). Sampel dalam
penelitian ini adalah pasien yang melakukan pemeriksaan asam urat di
24

Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur yang memenuhi kriteria sebagai


berikut :
a. Bersedia sebagai responden.
b. Responden yang datang saat penelitian untuk melakukan pemeriksaan
asam urat.
Dengan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin:

N 48 48 48
n= = = = = 42,8 = 43
1 + (N x e2) 1 + (48 x 0,052) 1 + (48 x 0,0025) 1,12

Keterangan:
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e : Tingkat Absolut yang Dikehendaki (0,05)
Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 43 sampel.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
cara sampling aksidental adalah suatu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat dipakai sebagai sampel, jika dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok untuk dijadikan sebagai sumber data (Siyoto
& Sodik, 2015). Sampel adalah pasien yang datang ke Puskesmas Saigon
Kota Pontianak Timur yang melakukan periksaan asam urat.

C. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2021 s/d Mei 2022.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur.
25

D. Jenis Data Penelitian


1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga
sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data
primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup
discussion-FGD) dan penyebaran kuesioner (Siyoto & Sodik, 2015). Data
primer dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari hasil pengamatan
atau observasi dengan pengukuran kadar asam urat pada serum
menggunakan alat DIRUI DR7000D.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik
(BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain (Siyoto & Sodik, 2015). Data
sekunder dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari hasil jurnal dan
data dari Puskesmas Saigon Pontianak Timur.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian (Siyoto & Sodik, 2015).
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data
yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan
data, misal metode wawancara yang instrumennya pedoman wawancara.
Metode angket atau kuesioner, instrumennya berupa angket atau kuesioner.
Metode tes, instrumennya adalah soal tes, tetapi metode observasi,
instrumennya bernama chek-list (Siyoto & Sodik, 2015). Instrumen pada
26

penelitian ini berupa lembar observasi, Photometer Dirui DR 7000D,


Tensimeter dan Timbangan Berat Badan.
3. Cara Kerja
a. Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah
Uricase-PAP.
b. Prinsip Pemeriksaan
Uricase
Urid acid + 2H2O + O2 Urid acid+ H2O2
POD
H2O2 + 4-aminoantipyrine + Aniline color of the original material
Quinoneimine
pigment+ H2O
c. Alat
1) Photometer Dirui DR 7000
2) Centrifuge
3) Spuit 3 cc
4) Tourniquet
5) Mikropipet
6) Tabung reaksi
7) Rak tabung reaksi
8) Stopwatch
9) Tisu
10) Kapas alcohol
11) Hand gloves
12) Tip biru dan tip kuning
13) Plester
d. Reagen
1) Kit reagen asam urat dirui
2) Kontrol serum
e. Bahan Pemeriksaan : serum
27

f. Prosedur Kerja
1) Pengambilan Darah Vena
Pengambilan darah vena dilakukan pada vena fossa cubiti
dengan cara sebagai berikut:
a) Dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
melakukan pengambilan darah vena 
b) Tangan dicuci dan digunakan sarung tangan (handscoon) 
c) Posisi pasien diatur, pasang tourniquet 3-4 inci di atas fossa
antecubiti. Palpasi daerah tusukan ke arah vertikal dan
horizontal untuk mencari pembuluh darah besar dan untuk
menentukan kedalaman, arah, serta ukuran. Vena median cubiti
merupakan pilihan pertama yang diikuti vena cephalica. Vena
basilika harus dihindari jika memungkinkan. Tourniquet
dilepaskan dan minta pasien membuka kepalan tangannya 
d) Situs tusukan dibersihkan dengan isopropil alkohol 70% dalam
lingkaran konsentris bergerak keluar dan biarkan kering 
e) Pemasangan tourniquet diulangi, disiapkan jarum suntik 
f) Daerah yang ditentukan ditusuk dengan mendorong barrel
(tabung) jarum suntik 
g) Darah diisap dengan menarik plunger sampai volume 3 ml
h) Dipasang kasa steril di atas tusukan, tarik jarum dari tusukan 
i) Kasa steril ditekan kemudian dipasang plester di atas kasa 
j) Jarum dibuang ke dalam kontainer benda tajam (Kiswari, 2014).
2) Pembuatan Serum
a) Darah dibiarkan membeku terlebih dahulu dalam wadah
penampung pada suhu kamar selama 30 menit
b) Memutar bekuan darah dengan sentrifuge selama 5 menit
dengan kecepatan 3000 rpm
c) Memisahkan serum dari sel-sel darah dengan cara mengambil
bagian atas atau supernatan. Serum yang berwarna kuning
jernih (Riviana et al., 2019).
28

3) Penanganan Serum Kontrol


a) Serbuk kontrol ditambah 5 ml aquabidest steril lalu didiamkan tidak
lebih dari 30 menit. Kemudian botol digoyang agar larut sempurna,
hindari terjadi buih.
b) Kemudian larutan kontrol dimasukan dalam 10 mikrotube yang
bersih. Setiap mikrotube berisi 0,5 ml larutan kontrol, lalu tabung
ini ditutup rapat dan dimasukkan ke dalam freezer.
c) Setiap hari diambil 1 mikrotube di dalam freezer dan biarkan
mencair sendirinya dalam suhu kamar. Setelah itu digunakan untuk
kontrol.
d) Kemudian ukur serum kontrol dengan photometer Dirui DR7000,
lihat hasil pada layar komputer, lalu cocokan dengan nilai range,
jika masuk ke dalam range maka pemeriksaan sampel dapat
dilanjutkan.
4) Prosedur Pemeriksaan Asam Urat
Tabel. 4.1 Prosedur pemeriksaan kadar asam urat
Bahan / Reagen Blanko Standard Kontrol Serum
Reagen R1 500 µl 500 µl 500 µl 500 µl
Reagen R2 125 µl 125 µl 125 µl 125 µl
Standart - 10 µl - -
Kontrol - - 10 µl -
Sampel - - - 10 µl
Homogenkan, inkubasi selama 5 menit. Baca absorbansi sampel terhadap
blanko reagen dalam 30 menit.
5) Menghidupkan Alat Dirui DR 7000
a) Pengoperasian harian
b) Tekan tombol ON / OFF (belakang alat)
c) Ikuti perintah(masukkan aquadest)
d) Tunggu setelah 20 menit, lalu tekan EXIT
e) Setelah itu akan muncul CLEAR DATA
f) Tekan EXIT maka dilayar akan muncul MENU
g) Pilih/tekan 1(sample testing)
h) Pilih parameter pemeriksaan (misalnya Urid Acid), lalu tekan
ENTER.
i) Mengikuti perintah alat dari parameter pemeriksaan untuk asam
urat.
29

j) Setelah selesai pemeriksaan tekan EXIT sampai tampilan MENU,


lalu tekan tombol ON/OFF.

F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data


1. Teknik Pengolahan Data
a. Editing
Editing yaitu penyuntingan dilakukan secara langsung oleh peneliti
terhadap kuesioner / formulir inspeksi sanitasi makanan jajanan yang
diisi, serta hasil pemeriksaan bakteriologi makanan dari laboratorium.
Tujuan dari editing ini adalah untuk memastikan bahwa data yang
diperoleh yaitu kuesionernya semua telah diisi, relevan dan dapat dibaca
dengan baik (Riyanto, 2017). Kegiatan editing meliputi, pemeriksaan
data, apakah jawaban atau tulisan bisa dibaca dan cukup jelas, apakah
jawaban relevan dengan pertanyaan dan jawaban yang konsisten.
b. Coding
Coding yaitu hasil jawaban setiap pertanyaan diberi kode sesuai
dengan petunjuk coding. Pemberian kode dilakukan untuk
menyederhanakan data yang diperoleh (Riyanto, 2017). Pemberian kode
ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer.
c. Entering
Entering merupakan data yang telah terkumpul dan tersusun secara
tepat dimasukkan ke program komputer untuk dianalisis (Sinaga, 2017).
Dari hasil pengukuran kadar asam urat, dihitung dan ditulis dalam
bentuk data, selanjutnya dimasukkan dalam bentuk tabel.
d. Cleaning
Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah
dientry apakah ada kesalahan atau tidak (Riyanto, 2017).
2. Penyajian Data
Data yang telah diperoleh selanjutbnya disajikan dan diolah dalam
bentuk tabel.
30

G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate
tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean
atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabel. Misalnya distribusi frekuensi responden berdasarkan: umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2018). Dalam
analisis univariat data diolah untuk mengambil hasil tiap variabel dari
faktor risiko usia, jenis kelamin, berat badan dan hipertensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel.
Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antar variabel
(Sujarweni, 2014). Uji yang digunakan ialah Chi Square secara
komputerisasi menggunakan program SPSS.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan kadar asam
urat pada pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien di Puskesmas Kota Saigon Pontianak Timur.
Penelitian ini dilakukan selama 12 hari. Responden penelitian berjumlah 43
orang. Reseponden adalah pasien yang datang ke Puskesmas Saigon Pontianak
Timur.
1. Analisis Univariat
a. Deskriptif Hasil Pemeriksaan Kadar Asam Urat Pada Pasien di
Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Tabel 5.1 Hasil Deskriptif Hubungan Kadar Asam Urat Dengan
Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
N Minimum Maximum Mean
Usia 43 18 71 51.05
Obesitas 43 17 36 25.88
Hipertensi 43 110 181 142.49
Asam Urat 43 5 11 6.86
Valid N (listwise) 43
Dari tabel di atas dapat menunjukkan bahwa usia terendah yang
didapatkan adalah 18 tahun, usia tertinggi 71 tahun dan nilai rata-rata 51
tahun. Pada obesitas didapatkan terendah 17, nilai tertingi yaitu 36 dan
nilai rata-rata yaitu 26. Pada hipertensi didapatkan nilai terendah yaitu
110, nilai tertinggi yaitu 181 dan nilai rata-rata yaitu 142. Pada asam urat
didapatkan nilai terendah 5, nilai tertinggi yaitu 11 dan nilai rata-rata
yaitu 6,8.
32

b. Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat berdasarkan Usia Pasien di


Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Tabel 5.2 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Berdasarkan
Usia Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Asam Urat
Normal Tinggi Total
Usia Tidak Berisiko 5 14 19
( <40 tahun )
Berisiko 5 19 24
Total 10 33 43
Dari tabel di atas dapat menunjukkan bahwa responden dengan usia
tidak berisiko yang memiliki kadar asam urat normal sebanyak 5 orang
dan yang mengalami kadar asam urat tinggi sebanyak 14 orang.
Sedangkan responden yang usia berisiko yang memiliki kadar asam urat
normal sebanyak 5 orang dan yang mengalami kadar asam urat tinggi
sebanyak 19 orang.
c. Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat berdasarkan Jenis Kelamin Pasien
di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Tabel 5.3 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Berdasarkan
Jenis Kelamin Pasien Di Puskesmas Saigon Kota
Pontianak Timur
Asam Urat
Normal Tinggi Total
Jenis Kelamin Perempuan 7 26 33
Laki-laki 3 7 10
Total 10 33 43
Dari tabel di atas dapat menunjukkan bahwa responden dengan jenis
kelamin perempuan yang memiliki kadar asam urat normal sebanyak 7
orang dan yang mengalami kadar asam urat tinggi sebanyak 3 orang.
Sedangkan responden yang jenis kelamin laki-laki yang memiliki kadar
asam urat normal sebanyak 3 orang dan yang mengalami kadar asam urat
tinggi sebanyak 7 orang.
33

d. Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat berdasarkan Obesitas Pasien di


Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Tabel 5.4 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Berdasarkan
Obesitas Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak
Timur
Asam Urat
Normal Tinggi Total
Obesitas Tidak Obesitas (IMT ≤ 25 kg/m )2
1 17 18
Obesitas IMT >25 kg/m2) 9 16 25
Total 10 33 43
Dari tabel di atas dapat menunjukkan bahwa responden dengan tidak
obesitas yang memiliki kadar asam urat normal sebanyak 1 orang dan
yang mengalami kadar asam urat tinggi sebanyak 17 orang. Sedangkan
responden yang obesitas yang memiliki kadar asam urat normal sebanyak
9 orang dan yang mengalami kadar asam urat tinggi sebanyak 16 orang.
e. Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat berdasarkan Hipertensi Pasien
Pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Tabel 5.5 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Berdasarkan
Hipertensi Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak
Timur
Asam Urat
Normal Tinggi Total
Hipertensi Tidak Hipertensi (≤120/80 4 7 11
mmHg)
Hipertensi ( >120/80 mmHg) 6 26 32
Total 10 33 43
Dari tabel di atas dapat menunjukkan bahwa responden dengan tidak
hipertensi yang memiliki kadar asam urat normal sebanyak 4 orang dan
yang mengalami kadar asam urat tinggi sebanyak 7 orang. Sedangkan
responden yang hipertensi yang memiliki kadar asam urat normal
sebanyak 6 orang dan yang mengalami kadar asam urat tinggi sebanyak
26 orang.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel.
Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antar variabel
34

(Sujarweni, 2014). Uji yang digunakan ialah Chi Square secara komputerisasi
menggunakan program SPSS. Hasil pengujian dapat dilihat dibawah ini:
a. Hubungan Usia dengan Kadar Asam Urat pada Pasien di Puskesmas
Saigon Kota Pontianak Timur
Tabel 5.6 Hasil Chi Square Usia Dengan Kadar Asam Urat Pasien
Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Value df Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .179 1

Continuity Correctionb .004 1

Fisher's Exact Test .728

=N of Valid Cases 43
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 4,42.
b. Computed only for a 2x2 table
Hasil dari uji chi square di atas didapatkan p = 0,728 karena nilai p >
0,05 yang menunjukan tidak adanya hubungan antara usia dan kadar
asam urat.
b. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kadar Asam Urat pada Pasien di
Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Tabel 5.7 Hasil Chi Square Jenis Kelamin Dengan Kadar Asam Urat
Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Value df Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .332 1
Continuity Correction b
.022 1
Fisher's Exact Test .674
N of Valid Cases 43
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,33.
b. Computed only for a 2x2 table
Hasil dari uji chi square di atas didapatkan p = 0,674 karena nilai p >
0,05 yang menunjukan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dan
kadar asam urat.
35

c. Hubungan Obesitas dengan Kadar Asam Urat pada Pasien di Puskesmas


Saigon Kota Pontianak Timur
Tabel 5.8 Hasil Chi Square Obesitas Dengan Kadar Asam Urat
Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Value df Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 5.435 1
Continuity Correction b
3.863 1
Fisher's Exact Test .028
N of Valid Cases 43
a. Computed only for a 2x2 table
Hasil dari uji chi square di atas didapatkan p = 0,028 karena nilai p <
0,05 yang menunjukan adanya hubungan antara obesitas dan kadar asam
urat.
d. Hubungan Hipertensi dengan Kadar Asam Urat pada Pasien di
Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Tabel 5.9 Hasil Chi Square Hipertensi Dengan Kadar Asam Urat
Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur
Value df Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.423 1
Continuity Correction b
.607 1
Fisher's Exact Test .248
N of Valid Cases 43
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,56.
b. Computed only for a 2x2 table

Hasil dari uji chi square di atas didapatkan p = 0,248 karena nilai p >
0,05 yang menunjukan tidak adanya hubungan antara hipertensi dan
kadar asam urat.

B. PEMBAHASAN
Penelitian faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan kadar asam
urat pada pasien di Puskesmas Saigon Kota Pontianak Timur. Sampel yang
diambil secara sampling aksidental adalah pasien yang datang ke Puskesmas
Saigon Kota Pontianak Timur untuk melakukan pemeriksaan asam urat.
36

Hasil penelitian diuji dengan menggunakan uji statistik chi square untuk
menganalisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Pembacaan
dapat dilakukan dengan membandingkan nilai p dengan nilai α yakni 0,05.
1. Hubungan Usia dengan Kadar Asam Urat
Hasil analisis hubungan usia dengan kadar asam urat didapatkan nilai p =
0,728 > α 0,05 yang artinya H1 ditolak karena tidak terdapat hubungan
antara usia dengan kadar asam urat pada pasien di Puskesmas Saigon Kota
Pontianak Timur.
Pada variabel usia ditemukan 14 responden tidak berisiko dan 19 responden
berisiko yang mengalami asam urat tinggi. 5 responden tidak beisiko dan 5
responden berisiko yang memiliki kadar asam urat normal. Dapat dilihat
dari analisis bivariat bahwa variabel usia tidak terbukti sebagai faktor risiko,
hal ini dapat disebabkan karena responden yang menjaga pola makan dan
tidak sering mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin
sehingga tubuh tidak memproduksi purin yang berlebihan yang
menyebabkan kadar asam urat meningkat dalam tubuh. Dan didapatkan juga
responden yang berumur 60 tahun dengan kadar asam urat sebesar 9 mg/dl,
hal ini dapat terjadi karena umur responden yang sudah tua sehingga terjadi
penurunan metabolisme seiring dengan bertambahnya usia responden.
Berbeda dengan hasil penelitian (Karuniawati, 2018) dapat disimpulkan
bahwa usia 48-75 tahun lebih banyak memiliki kadar asam urat yang lebih
tinggi sebanyak 22,9%. Hasil analisa data dengan chi square diperoleh nilai
sig sebesar 0,040 dimana lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
ada hubungan antar usia dengan kadar asam urat yang tinggi. Penelitian ini
dilakukan dengan melihat faktor usia dengan kadar asam urat pada wanita
dewasa. Adapaun jumlah responden sebanyak 48 orang dengan total
responden dilihat dari karakteristik usia sebagian besar berada pada rentang
48-75 tahun yaitu sebanyak 58,3 %. Adapun responden yang memiliki kadar
asam urat > 6 mg/dl sebanyak 20 orang atau 41,7%.
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kadar Asam Urat
Hasil analisis hubungan usia dengan kadar asam urat didapatkan nilai p =
0,674 > α 0,05 yang artinya H1 ditolak karena tidak terdapat hubungan
37

antara jenis kelamin dengan kadar asam urat pada pasien di Puskesmas
Saigon Kota Pontianak Timur.
Pada variaebel jenis kelamin ditemukan 26 responden perempuan dan 7
responden laki-laki yang mengalami asam urat tinggi. 7 responden
perempuan dan 3 responden laki-laki yang memiliki kadar asam urat
normal. Hasil penelitian yang didapat berbeda dengan hasil penelitian Rini
2017, hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di Posyandu Peduli Insani
Mendungan Desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo
menggunakan uji Chi Square menunjukan hasil bahwa ada hubungan antara
jenis kelamin dengan kadar asam urat pada lansia (p=0.003). Kadar asam
urat yang tinggi pada umumnya banyak menyerang pada laki-laki. Kadar
asam urat pada perempuan tidak meningkat sampai setelah menopause
karena hormon estrogen membantu meningkatkan eksresi asam urat melalui
ginjal. Peningkatan kadar asam urat pada perempuan akan meningkat
setelah menopause. Kadar asam urat juga akan meningkat seiring
bertambahnya usia.
3. Hubungan Obesitas dengan Kadar Asam Urat
Hasil analisis hubungan usia dengan kadar asam urat didapatkan nilai p =
0,028 > α 0,05 yang artinya H1 diterima karena terdapat hubungan antara
obesitas dengan kadar asam urat pada pasien di Puskesmas Saigon Kota
Pontianak Timur.
Pada variabel obesitas ditemukan 17 responden tidak obesitas dan 16
responden obesitas yang mengalami asam urat tinggi. 1 responden tidak
obesitas dan 9 responden obesitas yang memiliki kadar asam urat normal.
Analisis bivariat pada variabel obesitas ditemukan adanya hubungan dengan
persentase 64,0% yang mengalami asam urat tinggi. Obesitas berkaitan
dengan peningkatan resiko asam urat. Hal ini diduga karena terjadinya
peningkatan kadar leptin pada penderita obesitas. Leptin adalah suatu
asam amino yang berfungsi dalam mengatur nafsu makan. Tingginya kadar
leptin pada obesitas dapat mengakibatkan resistensi leptin, apabila resistensi
leptin terjadi di ginjal maka akan terjadi gangguan diuresis berupa
penambahan volume penyimpanan urine. Penyimpanan urine inilah yang
38

akhirnya terjadi gangguan pengeluaran asam urat melalui urine, sehingga


kadar asam urat dalam darah menjadi tinggi. Hiperurisemia dapat
disebabkan oleh peningkatan konsumsi makanan yang tinggi purin dan
gangguan pada ekskresi asam urat. Rendahnya aktivitas fisik dan
peningkatan konsumsi kalori mengakibatkan terjadinya obesitas
(Marsianus Toda, Natalia, & Astuti, 2018).
4. Hubungan Hipertensi dengan Kadar Asam Urat
Hasil analisis hubungan usia dengan kadar asam urat didapatkan nilai p =
0,248 > α 0,05 yang artinya H1 ditolak karena tidak terdapat hubungan
antara hipertensi dengan kadar asam urat pada pasien di Puskesmas Saigon
Kota Pontianak Timur.
Pada variabel hipertensi ditemukan 7 responden tidak hipertensi dan 26
responden hipertensi yang mengalami asam urat tinggi. 4 responden tidak
hipertensi dan 6 responden hipertensi yang memiliki kadar asam urat
normal. Hipertensi menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengerut atau
menyempit (vasokonstriksi), sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan
mengakibatkan kerusakan sel-sel ginjal (Kadir, 2018). Hasil penelitian yang
didapatkan berbeda dari Umami 2015 diketahui bahwa kelompok dengan
peningkatan kadar asam urat darah atau hiperuresemia yang mengalami
hipertensi sebanyak 26 sampel (100%), sedangkan kelompok hiperuresemia
yang bukan hipertensi sebanyak 2 sampel (7,7%). Kelompok dengan kadar
asam urat normal ditemukan pada 24 sampel bukan hipertensi (92,3%)
sedangkan tidak ditemukan sampel hipertensi pada kelompok dengan kadar
asam urat normal. Penyakit hipertensi pada dasarnya adalah penyakit yang
dapat merusak pembuluh darah. Hipertensi akan mengganggu kinerja ginjal,
bahkan menyebabkan terjadi penyakit ginjal kronis. Penurunan fungsi ginjal
merupakan penyebab langsung terhambatnya ekskresi asam urat. (Febrianti,
Asrori, & Nurhayati, 2019)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Faktor Risiko dengan Kadar Asam
Urat pada Pasien di Puskesmas Saigon Pontianak Timur dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pada variabel usia didapatkan nilai p = 0,728 > 0,05 bermakna H1 ditolak
yang artinya tidak adanya hubungan antara usia dengan kadar asam urat.
2. Pada variabel jenis kelamin didapatkan nilai p = 0,674 > 0,05 bermakna H 1
ditolak yang artinya tidak adanya hubungan antara usia dengan kadar asam
urat.
3. Pada variabel obesitas didapatkan nilai p = 0,028 < 0,05 bermakna H 1
diterima yang artinya adanya hubungan antara usia dengan kadar asam urat.
4. Pada variabel hipertensi didapatkan nilai p = 0,248 > 0,05 bermakna H1
ditolak yang artinya tidak adanya hubungan antara usia dengan kadar asam
urat.
B. Saran
1. Bagi Penelitian Selanjutnya
Menambah jumlah sampel dengan menambahkan faktor risiko asam urat
yang lain seperti asupan purin, aktivitas fisik, dan diabetes meillitus
sehingga semakin banyak untuk diketahui faktor apa saja yang
menyebabkan peningkatan kadar asam urat.
2. Bagi Puskesmas
Pihak Puskesmas untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait
dengan faktor yang mempengaruhi kadar asam urat darah terutama
membatasi asupan purin yang berpengaruh terhadap kadar asam urat.
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, M. S. (2012). Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Asam Urat (1st
ed.; A. M. S, Ed.). Jakarta: Niaga Swadaya.

Damayanti, D. (2013). Sembuh Total Diabetes Asam Urat Hipertensi Tanpa obat
(1st ed.; W. T, Ed.). Yogyakarta: Pinang Merah Publisher.

Dinas Kesehatan Kota Pontianak. (2019). Profil Kesehatan. Pontianak: Dinas


Kesehatan Kota Pontianak.

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. (2018). Laporan Nasional Riskesdas


2018. Jakarta.

Febrianti, E., Asrori, A., & Nurhayati, N. (2019). Hubungan Antara Peningkatan
Kadar Asam Urat Darah Dengan Kejadian Hipertensi Di Rumah Sakit
Bhayangkara Palembang Tahun 2018. Jurnal Analis Kesehatan, 8(1), 17.

Firdayanti, Susanti, & Setiawan, Muhammad, A. (2019). Perbedaan Jenis


Kelamin Dan Usia Terhadap Kadar Asam Urat Pada Penderita
Hiperurisemia. Jurnal Medika Udayana, 8(12), 2597–8012.

Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular (1st ed.; I. S. Alim, Ed.).


Yogyakarta: Absolute Media.

Irwan. (2018). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (1st ed.; U. P. Hastanto,


Ed.). Yogyakarta: Deepublish.

Kadir, A. (2018). Hubungan Patofisiologi Hipertensi dan Hipertensi Renal. Jurnal


Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 5(1), 15.

Karuniawati, B. (2018). Hubungan Usia Dengan Kadar Asam Urat Pada Wanita
Dewasa. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 9(2), 19–22.

Kertia, N. (2009). Asam Urat (2nd ed.; I. Risdiyanto, Ed.). Yogyakarta: PT


Bentang Pustaka.

Kiswari, R. (2014). Hematologi & Transfusi (S. Carolina & R. Astikawati, Eds.).
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Lingga Lanny, P. (2012). Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat (1st ed.; Tinton,
Ed.). Jakarta Selatan: PT Agro Medika Pustaka.

Lusiana, N., Prasetyaning, L., Mustika, I., & Andriana, F. (2019). Korelasi Usia
dengan Indeks Massa Tubuh, Tekanan darah Sistol-Diastol, Kadar Glukosa,
Kolesterol, dan Asam Urat. Jurnal Human Care, 102.
Marsianus Toda, E. S., Natalia, L., & Astuti, A. T. (2018). Hubungan obesitas
dengan kejadian hiperurisemia di Puskesmas Depok III, Sleman, Yogyakarta.
Ilmu Gizi Indonesia, 1(2), 113.

Notoadmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (3rd ed.; R. Cipta,


Ed.). Jakarta: Asdi Mahasatya.

Pangestu, R. A. B. dan L. N. (2019). Status Menopause dapat Meningkatkan


Kadar Asam Urat (Exploring The Experience Of The Nurse Cheaf Carriying
Out Management Function). Journals of Ners Community, 10(November),
140–156.

Prawira, A. D., Santoso, B., & Ariyadi, T. (2017). Perbedaan Kadar Asam Urat
(Metode Enzymatic Colorimetri) Menggunakan Sampel Serum dan Plasma
(K2EDTA). Muhammadiyah University of Semarang.

Purwani, P., Anggraini, H., & Semarang, U. M. (2019). gambaran kadar asam urat
pada pasien usia lebih dari 50 tahun di puskesmas trucuk i klaten. Jurnal
Analis Kesehatan, 50–51.

Riviana, O., Studi, P., Iv, D., Kesehatan, J. A., Kesehatan, P., & Kesehatan, K.
(2019). Pengaruh Kadar Hemoglobin Dalam Serum Terhadap Hasil
Pemeriksaan Asam Urat. Jurnal Analis Kesehatan.

Riyanto, A. (2017). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan (II; A. Fiddarain,


Ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.

Sandjaya, H. (2014). Buku Sakti Pencegahan & Penangkal Asam Urat (1st ed.; A.
MK, Ed.). Yogyakarta: Mantra Books.

Saragih, M., Gultom, R., & Sipayung, R. (2020). Penanganan Asam Urat dengan
Latihan Senam Ergonomik pada Lansia di Kelurahan Gaharu Kecamatan
Medan Timur. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4.

Sinaga, M. (2017). Riset Kesehatan (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish.


Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian (1st ed.; Ayup, Ed.).
Sleman: Literasi Media Publishing.

Sujarwati, Y. N. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Personal Hygiene Pada


Lansia Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Di Panti Werdha Mojopahit
Mojokerto Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9, 44–45.

Sujarweni, V. W. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan (1st ed.; Dharna,


Ed.). Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Sukmamei, E. M. (2018). Perbedaan Kadar Asam Urat Serum Alat Semi Auto
Chemistry Analyzer dan POCT. Jurnal Analis Kesehatan.
Yenrina, R., Krisnatuti, D., & Rasjmida, D. (2014). Diet Sehat Untuk Penderita
Asam Urat (1st ed.; F. Ainurrohmah, Ed.). Jakarta: Niaga Swadaya.
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Persetujuan Komisi Etik
Lampiran 3 Petunjuk Penggunaan Reagen KIT
Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5 Kesediaan Sebagai Responden
Lampiran 6 Penjelasan Sebelum Penelitian
Lampiran 7 Hasil Pemeriksaan Asam Urat
Lampiran 8 Hasil Pemeriksaan Hipertensi
Lampiran 9 Perhitungan Indeks Massa Tubuh
BB
Rumus IMT=
TB2
Lampiran 10 Rekaptulasi Hasil Pemeriksaan
Lampiran 11 Hasil Serum Kontrol
Lampiran 11 Hasil Uji Statistik
1. Hasil Deskriptif Hubungan Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kadar Asam Urat Pada Pasien Di Puskesmas Saigon Kota Pontianak
Timur

N Minimum Maximum Mean


Usia 43 18 71 51.05
Jenis Kelamin 43 1 2 1.23
Obesitas 43 17 36 25.88
Hipertensi 43 110 181 142.49
Asam Urat 43 5 11 6.86
Valid N (listwise) 43

2. Statistik Frekuensi Responden Menurut Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Berisiko 19 44.2 44.2 44.2
Berisiko 24 55.8 55.8 100.0
Total 43 100.0 100.0

3. Statistik Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 33 76.7 76.7 76.7
Laki-Laki 10 23.3 23.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

4. Statistik Frekuensi Responden Menurut Obesitas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Obesitas 18 41.9 41.9 41.9
Obesitas 25 58.1 58.1 100.0
Total 43 100.0 100.0
5. Statistik Frekuensi Responden Menurut Hipertensi

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Hipertensi 11 25.6 25.6 25.6
Hipertensi 32 74.4 74.4 100.0
Total 43 100.0 100.0

6. Statistik Frekuensi Responden Menurut Asam Urat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Normal 10 23.3 23.3 23.3
Tinggi 33 76.7 76.7 100.0
Total 43 100.0 100.0

7. Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia * Asam 43 100.0% 0 0.0% 43 100.0%
Urat
Jenis Kelamin 43 100.0% 0 0.0% 43 100.0%
* Asam Urat
Obesitas * 43 100.0% 0 0.0% 43 100.0%
Asam Urat
Hipertensi * 43 100.0% 0 0.0% 43 100.0%
Asam Urat

8. Hasil Uji Chi Square Usia * Asam Urat


a. Crosstab
AU
Normal Tinggi Total
Usia Tidak Count 5 14 19
Berisiko Expected Count 4.4 14.6 19.0
% within Usia 26.3% 73.7% 100.0%
% within AU 50.0% 42.4% 44.2%
% of Total 11.6% 32.6% 44.2%
Berisiko Count 5 19 24
Expected Count 5.6 18.4 24.0
% within Usia 20.8% 79.2% 100.0%
% within AU 50.0% 57.6% 55.8%
% of Total 11.6% 44.2% 55.8%
Total Count 10 33 43
Expected Count 10.0 33.0 43.0
% within Usia 23.3% 76.7% 100.0%
% within AU 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 23.3% 76.7% 100.0%

b. Chi Square

Asymptotic Exact Exact


Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .179 a
1 .673
Continuity Correction b
.004 1 .953
Likelihood Ratio .178 1 .673
Fisher's Exact Test .728 .473
Linear-by-Linear .174 1 .676
Association
N of Valid Cases 43
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 4.42.
b. Computed only for a 2x2 table

c. Risk Estimate

95% Confidence Interval


Value Lower Upper
Odds Ratio for Usia (Tidak 1.357 .328 5.608
Berisiko / Berisiko)
For cohort AU = Normal 1.263 .427 3.733
For cohort AU = Tinggi .931 .664 1.305
N of Valid Cases 43
9. Hasil Uji Chi Square Jenis Kelamin * Asam Urat
a. Crosstab

AU
Normal Tinggi Total
JK Perempuan Count 7 26 33
Expected Count 7.7 25.3 33.0
% within JK 21.2% 78.8% 100.0%
% within AU 70.0% 78.8% 76.7%
% of Total 16.3% 60.5% 76.7%
Laki-Laki Count 3 7 10
Expected Count 2.3 7.7 10.0
% within JK 30.0% 70.0% 100.0%
% within AU 30.0% 21.2% 23.3%
% of Total 7.0% 16.3% 23.3%
Total Count 10 33 43
Expected Count 10.0 33.0 43.0
% within JK 23.3% 76.7% 100.0%
% within AU 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 23.3% 76.7% 100.0%

b. Chi Square

Asymptotic Exact Exact


Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .332 a
1 .564
Continuity Correction b
.022 1 .882
Likelihood Ratio .319 1 .572
Fisher's Exact Test .674 .425
Linear-by-Linear .324 1 .569
Association
N of Valid Cases 43
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 2.33.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Risk Estimate

95% Confidence Interval


Value Lower Upper
Odds Ratio for JK (Perempuan / .628 .128 3.078
Laki-Laki)
For cohort AU = Normal .707 .223 2.239
For cohort AU = Tinggi 1.126 .723 1.752
N of Valid Cases 43

10. Hasil Uji Chi Square Obesitas * Asam Urat


a. Crosstab

AU
Normal Tinggi Total
Obesitas Tidak Count 1 17 18
Obesitas Expected Count 4.2 13.8 18.0
% within Obesitas 5.6% 94.4% 100.0%
% within AU 10.0% 51.5% 41.9%
% of Total 2.3% 39.5% 41.9%
Obesitas Count 9 16 25
Expected Count 5.8 19.2 25.0
% within Obesitas 36.0% 64.0% 100.0%
% within AU 90.0% 48.5% 58.1%
% of Total 20.9% 37.2% 58.1%
Total Count 10 33 43
Expected Count 10.0 33.0 43.0
% within Obesitas 23.3% 76.7% 100.0%
% within AU 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 23.3% 76.7% 100.0%

b. Chi Square

Asymptotic Exact Exact


Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 5.435a 1 .020
Continuity Correctionb 3.863 1 .049
Likelihood Ratio 6.247 1 .012
Fisher's Exact Test .028 .021
Linear-by-Linear 5.308 1 .021
Association
N of Valid Cases 43
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 4.19.
b. Computed only for a 2x2 table

c. Risk Estimate

95% Confidence Interval


Value Lower Upper
Odds Ratio for Obesitas (Tidak .105 .012 .921
Obesitas / Obesitas)
For cohort AU = Normal .154 .021 1.112
For cohort AU = Tinggi 1.476 1.077 2.021
N of Valid Cases 43

11. Hasil Uji Chi Square Hipertensi * Asam Urat


a. Crosstab

AU
Normal Tinggi Total
Hipertensi Tidak Count 4 7 11
Hipertensi Expected Count 2.6 8.4 11.0
% within Hipertensi 36.4% 63.6% 100.0%
% within AU 40.0% 21.2% 25.6%
% of Total 9.3% 16.3% 25.6%
Hipertensi Count 6 26 32
Expected Count 7.4 24.6 32.0
% within Hipertensi 18.8% 81.3% 100.0%
% within AU 60.0% 78.8% 74.4%
% of Total 14.0% 60.5% 74.4%
Total Count 10 33 43
Expected Count 10.0 33.0 43.0
% within Hipertensi 23.3% 76.7% 100.0%
% within AU 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 23.3% 76.7% 100.0%

b. Chi Square

Asymptotic Exact Exact


Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.423a 1 .233
Continuity Correction b
.607 1 .436
Likelihood Ratio 1.336 1 .248
Fisher's Exact Test .248 .214
Linear-by-Linear 1.390 1 .238
Association
N of Valid Cases 43
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.56.
b. Computed only for a 2x2 table

c. Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Hipertensi (Tidak 2.476 .544 11.272
Hipertensi / Hipertensi)
For cohort AU = Normal 1.939 .669 5.618
For cohort AU = Tinggi .783 .486 1.262
N of Valid Cases 43
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian
1. Proses sentrifuge sampel darah menjadi serum

Pemindahan darah dari masukkan sampel ke dalam


spuit ke tabung sentrifuge

Tutup sentrifuge, Serum yang berwarna


kemudian set kecepatan kuning jernih
dan waktu. Jika sudah
ready tekan start
2. Pemipetan Reagen dan Sampel ke dalam Tabung

Pemipetan R1 sebanyak Pemipetan R2 sebanyak


500 ul 125 ul

Pemipetan sampel Homogenkan, inkubasi


sebanyak 10 ul selama 5 menit
3. Pengerjaan sampel di Alat Dirui 7000D

Pilih pemeriksaan AU Jika sudah ada tulisan


kemudian tekan enter “please pump sample”
operasikan sampel jangan
lupa lap bagian pipet dg
tissue

Tunggu alat beroperasi Hasil keluar dilayar dan


untuk mengeluarkan hasil terprint hasilnya

Anda mungkin juga menyukai