Anda di halaman 1dari 4

NAMA:NUR ADILLA PUTR

1. Tn Jmmy SH, (ber-NPWP) memiliki penghasilan sebagai konsultan hukum pada

beberapa perusahaan . Telah menerima beberapa imbalan atas jasa penasehat hukum

pada bulan januari 2022 sebesar 45.000.000 pada bulan februari 2022 40.000.000, maret

2022 55.000.000, Tn Jimy berstatus menikah tanpa tanggungan hitung besarnya

pemotongan pph pasal 21 masa maret 2022 (gunakan tariff pajak terbaru dalam hitungan)

Jawab:

Penghasilan Tn. Jimmy Rp140.000.000

Biaya Gaji (6.000.000)

Penghasilan Netto Rp134.000.000

PTKP K/0(58.500.000)PKPRp75.500.000

PPh ps 21 yg terutang:

5% x Rp60.000.000 Rp3.000.000

15% x Rp15.500.000 Rp2.325.000

Rp5.325.000

2. PT Aneka Sparepart melakukan impor sparepart untuk kegiatan usahanya dengan nilai

Cost $1.000, Insurance $ 50, Freight US$ 200, Bea masuk 20% dengan nilai kurs KMK

Rp 14.000 perdolar. Apabila PT Aneka Sparepart memiliki Angka Pengenal Impor ( API)

berapakah PPh pasal22 yang harus dibayar oleh PT Aneka Sparepart?

Jawab:

Untuk menghitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Aneka Sparepart, kita perlu

mengetahui nilai pabean (Customs Value) dari impor sparepart tersebut.


Customs Value dapat dihitung dengan rumus berikut:

 Customs Value = Cost + Insurance + Freight

Dalam kasus ini, Cost = $1.000, Insurance = $50, dan Freight = $200. Jadi,

 Customs Value = $1.000 + $50 + $200 = $1.250

Selanjutnya, kita perlu mengonversi nilai Customs Value ke dalam rupiah dengan

menggunakan nilai kurs yang diberikan:

 Customs Value (dalam Rupiah) = Customs Value x Kurs KMK

 Dalam kasus ini, Kurs KMK = Rp 14.000 per dolar. Jadi,

 Customs Value (dalam Rupiah) = $1.250 x Rp 14.000 = Rp 17.500.000

Selanjutnya, kita dapat menghitung PPh Pasal 22 dengan menggunakan rumus berikut:

 PPh Pasal 22 = Customs Value x Tarif PPh Pasal 22

Tarif PPh Pasal 22 untuk impor adalah 2,5%. Jadi,

 PPh Pasal 22 = Rp 17.500.000 x 2,5% = Rp 437.500

Jadi, PT Aneka Sparepart harus membayar PPh Pasal 22 sebesar Rp 437.500 untuk impor

sparepart tersebut.

Pembahasan:

Pajak merupakan suatu pungutan yang wajib dari rakyat untuk negara dan sumber

pendapatan terbesar dari suatu negara. Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36


tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau

pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak dan berkaitan dengan

kegiatan perdagangan barang.

3. Tn Peterson, seorang konsultan IT berkebangsaan Jerman,dipekerjakan selama 4 bulan

oleh PT Software Indonesia untuk membuat program ERP pada perusahaannya. Fee

Edward Alexander 25.000 USD dibayar sebelum pekerjaan dilaksanakan.( KMK adalah

Rp 14.000/USD).

1. Jelaskan jenis pajak terhutang atas fee Tn Peterson

Jawab : Berdasarkan UU No 36 Tahun 2008, PPh 26 merupakan pajak penghasilan yang

dipotong dari sebuah badan usaha yang melakukan transaksi pembayaran baik berupa

gaji, bunga, dan royalti kepada wajib pajak luar negeri.

2. Hitunglah pajak terhutangnya?

Jawab:

Penghasilan Bruto = Rp373.275.000

PTKP (K/0) = Rp54.000.000

Penghasilan Kena Pajak = Rp 319.275.000

PPh Terutang:

= Tarif PPh x Penghasilan Kena Pajak

= 10% x Rp 319.275.000

= Rp 31.927.500

3. Apabila dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda ( P3B) antara Indonesia dan

Jerman menjelaskan untuk pekerjaan Tn Peterson dikenakan tarif pajak 10%, jelaskan

dan hitung pajak terhutangnya?


Jawab :

Pajak Berganda terjadi saat pajak dikenakan oleh dua atau lebih negara pada objek pajak

yang sama, subjek pajak yang sama dan periode yang identik yang mengakibatkan pajak

yang dibebankan kepada wajib pajak lebih besar dari tarif pajak domisili yang seharusnya

ditanggung. Dengan kata lain, penghindaran pajak berganda terjadi ketika beban pajak

yang ditanggung oleh wajib pajak atas penghasilan yang diterima sama persis dengan

tarif pajak negara domisili atau secara total beban pajak yang ditanggungkan sama seperti

tarif negara domisili.

Apabila Indonesia dan Singapura tidak memiliki tax treaty, maka atas transaksi tersebut

dikenakan tarif pajak sebesar 20% di Indonesia. Tarif tersebut lebih besar 3% dari tarif

pajak domisili ABCD Ltd. di Singapura yang seharusnya ditanggung oleh ABCD Ltd.

Hal inilah yang disebut dengan pajak berganda. Apabila Indonesia dan Singapura

memiliki tax treaty dan perjanjian tersebut dapat berlaku secara efektif, atas transaksi

tersebut dikenakan tarif pajak sebesar 10% di Indonesia. ABCD Ltd. kemudian dapat

menyerahkan bukti potong pajak atas dividen saat kembali ke Singapura dan selanjutnya

hanya akan dikenakan pajak sebesar sisa dari selisih tarif pajak domisili yang seharusnya

ditanggung dengan tarif pajak yang disepakati dalam P3B yaitu sebesar 7% di Singapura

(17%-10%). Hal inilah yang disebut dengan penghindaran pajak berganda.

Anda mungkin juga menyukai