Anda di halaman 1dari 2

1502174131 – Putu Dea Anggita Yanti

Setiap orang pernah yang namanya dihadapi oleh dua pilihan atau bahkan lebih dalam
hidup mereka. Setiap pilihan tentu saja memiliki resiko masing-masing, dan bukannya harus
menghindar terdahap pilihan yang kita miliki tapi kita harus dapat bijak dalam menentukan
keputusan saat menentukan pilihan kita, karena setiap pilihan yang kita tentukan pasti ada
pelajaran dibaliknya, baik yang membuat kita menyesal dan kemudian memperbaikinya atau
bahkan pilihan yang kita tentukan malah membawa kita 10 langkah lebih maju serta tentu saja
bersyukur atas pilihan yang kita tentukan.
Dihadapi oleh pilihan antara tetap memegang komitmen di BEM FKB Universitas
Telkom sebagai kepala departemen atau mengelola Urban Village dikelas karena dipercayai
sebagai Kepala Divisi Marketing. Kejadian ini terjadi saat semester 4, masa-masa dimana saya
menjabat sebagai kepala departemen BEM FKB dan dipercaya sebagai penanggung jawab salah
satu projek besar BEM FKB yaitu OLAF (One Love Award for FKB). Tentu saja awalnya saya
sangat senang, hingga akhirnya hari pemilihan kepala divisi Urban Village pun datang dan saya
dipilih untuk menjadi salah satu kepala divisi marketing. Saya tidak bisa menolak tawaran itu
karena ego saya yang besar dan saya ingin membuktikan bahwa saya tetap bisa fokus di BEM
walaupun di kelas (Urban Village) saya juga memiliki tanggung jawab yang besar.
Ternyata pilihan yang saya ambil memang tidak seperti apa yang saya pikirkan diawal.
Menjadi kepala departemen dan kepala divisi Urban Village tidak semudah membalikkan telapak
tangan, banyak hal yang saya korbankan, seperti waktu luang, kumpul bersama teman dan
banyak lagi. Lama kelamaan saya pun merasa lalai dan malah sempat selama satu bulan
menghilang dari tanggung jawab saya sebagai kepala departemen BEM FKB. Saya merasa
kecewa dan berharap semua ini dapat terulang kembali diawal, andai saja saya menolak menjadi
kepala divisi marketing pasti saya tidak akan meninggalkan tugas saya di BEM FKB. Namun,
mengeluh bukan solusi yang tepat. Jadi, sebelum terlambat saya mencoba mengatur strategi agar
semuanya dapat kembali normal dalam kendali saya.
Diawali dengan kembali fokus dan memenuhi tanggung jawab saya menjadi PJ OLAF
sampai akhirnya puncak OLAF pada 23 September 2019 dan acara tersebut berlangsung dengan
meriah dan sesuai rencana. Kemudian, dilanjutkan dengan tugas saya sebagai kepala divisi
marketing saya tuntaskan. Walau memang semuanya tidak berjalan sesuai rencana namun
keputusan untuk menjadi Kepala Departemen BEM FKB dan menjadi Kepala Divisi Marketing
Urban Village merupakan keputusan terbesar dan terbaik dalam perjalanan hidup saya. Saya
merasa bersyukur karena banyak belajar dari hal tersebut, saya semakin bisa mengatur waktu,
belajar mengerjakan tugas walau dikejar dengan deadline, lebih bertanggung jawab, memiliki
pikiran yang terbuka dan masih banyak lagi. Disini saya sangat berterimakasih kepada Saya
(Dea) karena pada saat itu telah mecoba semaksimal mungkin dan mempertanggung jawabkan
keputusan yang telah saya ambil.

Anda mungkin juga menyukai