Anda di halaman 1dari 4

UPDATE KRISIS UKRAINA

Setelah Overrun, Mungkinkah F-16 TS-


1603 Kembali Mengudara?
indomiliter | 16/03/2017 | Berita Matra Udara, Berita Update Alutsista, Dari Ruang Tempur, Jet
Tempur | 52 Comments

Setelah 27 tahun mengawal dirgantara Indonesia, hari Selasa (14/3/2017), jet tempur strategis
(latih) F-16B Fighting Falcon dengan nomer TS-1603 mengakhiri masa pengabdiannya. Sayangnya
akhir dari masa pengabdian jet tempur yang ikut mengusir black flight F/A-Hornet di atas Bawean
tahun 2003 ini tidak mulus, pesawat mengalami kecelakaan overrun akibat brake malfunction di
runway 36 Lanud Roesmin Nurjadi, Pekanbaru. Meski tidak ada korban jiwa dari kedua pilot (Mayor
Pnb Andri dan Lettu Pnb Marko), pesawat yang berjasa mencetak puluhan fighters TNI AU
mengalami kerusakan serius, dan berdampak langsung pada tingkat kesiapan tempur TNI AU,
terlebih pada area yang berbatasan dengan Singapura.

Baca juga: BAK-12 Arresting Cable Mobile: Kabel Penahan Laju Jet Tempur F-16 TNI AU
Mengenai kondisi pesawat, Harian Kompas  (15/3/2017) menyebut F-16 TS-1603 mengalami total
lost, sementara Pihak Dinas Penerangan TNI AU lewat Direct Message di akun Twitter @_TNIAU
menjelaskan bahwa sampai saat ini tengah dilakukan pemeriksaan pada airframe, fuselage, dan
komponen lainnya untuk memastikan tingkat kerusakan, sehingga nantinya baru dapat dipastikan
apakah F-16 TS-1603 masih bisa diperbaiki dan diterbangkan lagi atau tidak. Teknisi di skadron
secara sekilas menyimpulkan bahwa pesawat masih bisa digunakan.

Dirunut dari sejarahnya, F-16B (tandem seat) TS-1603 resmi digunakan TNI AU sejak Mei 1990.
Pesawat ini didatangkan dengan cara ferry flight dari Amerika Serikat. Proyek pengadaannya
disebut sebagai Bima Sena I yang mencakup total pengadaan 12 unit F-16 A/B dengan nilai per unit
pesawat mencapai US$32 juta. Berbeda dengan F-16 C/D Block 52ID yang menggunakan
mainframe Block 25, maka F-16 A/B yang awalnya menjadi arsenal Skadron Udara 3 ini mengusung
Block 15 OCU (Optional Capability Upgrade).

Dengan label OCU, F-16 A/B Block 15 OCU berbeda dengan versi awal dari F-16 produksi awal. F-
16 A/B Block 15 OCU dibuat dengan memenuhi standar Operational Capability Upgrade yang
mencakup mesin F100-PW-220 turbofans dengan kontrol digital, kemampuan menembakkan AGM-
65, AMRAAM, dan AGM-119 Penguin, serta pembaruan pada kokpit, komputer, dan jalur data.
Berat maksimum lepas landasnya bertambah menjadi 17.000 kg. Meski begitu, F-16 A/B Block 15
OCU yang diterima TNI AU belum punya kemampuan untuk menembakkan rudal canggih seperti
AIM-120 AMRAAM (Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile) atau rudal BVR (Beyond Visual
Range). Kemampuan bisa melepaskan rudal AMRAAM baru saat ini bisa dilakukan pada generasi
pesawat hibah upgrade F-16 C/D Block 52ID.
Limelight Media
Ikut dalam paket OCU juga terdiri dari kelengkapan radar Westinghouse AN/APG-66 Pulse-doppler,
mesin Pratt & Whitney F100-PW-200 turbofan, dengan 14.670 lbf (64.9 kN), 23.830 lbf (106,0 kN)
dengan afterburner. Hadirnya F-16 A/B Block 15 untuk TNI AU membawa titik pembaharuan
tersendiri, meski tetap masih tertinggal dari F-16 milik Singapura, F-16 A/B memperkenalkan TNI AU
pada adopsi jet tempur fly by wire yang punya kapabilitas meluncurkan rudal AGM-65G Maverick
dan rudal udara ke udara AIM-9P4 Sidewinder yang mampu menguber sasaran dari segala arah.

Baca juga: Raytheon AGM-65K2 Maverick – Rudal Udara ke Permukaan Tercanggih Untuk F-


16 TNI AU

Kini, F-16 TS-1603 yang berada di shelter Skadron Udara 16 tengah dalam inspeksi dan
penyelidikan terkait sebab musababnya, sebagai jet tempur yang berperan dalam program latih
(konversi), F-16 TS-1603 juga beberapa kali ditumpangi tamu VIP dalam joy flight, diantara yang
pernah dibawa terbang dengan TS-1603 adalah mantan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Walau telah mengalami kerusakan pada beberapa komponen, besar harapan jika pesawat memang
harus ‘pensiun’ maka  bisa dimanfaatkan sebagai suku cadang untuk F-16 lainnya.

Tags:alutsista, F-16, MEF, Skadron Udara 16, Skadron Udara 3, TNI AU

Anda mungkin juga menyukai