Anda di halaman 1dari 2

Asma Dan COPD

1. Apa beda antara asma dan COPD dilihat dari penyakitnya?


Asma pada umumnya menyebabkan episode mengi dan rasa yang mengikat pada dada,
sedangkan, gejala COPD biasanya terjadi secara konstan, berupa sesak dan batuk yang
disertai dahak. Penyebab COPD adalah kerusakan paru-paru dalam jangka panjang. PPOK
mencakup dua penyakit, yaitu emfisema dan bronkitis kronis. Asma adalah penyakit yang
menyerang bagian paru-paru yang disebut tabung bronkial (saluran udara).
2. Obat yang diperlukan untuk pasien asma:
- Agonis β2- adrenergik (Agonisβ2-adrenergikaksi pendek (short acting β2 agonis/SABA)
untuk meredakan gejala secara akut dan Agonis β2-adrenergik aksi panjang (long acting β2
agonis/LABA) sebagai kontrol tambahan jangka panjang untuk pasien yang telah
mengkonsumsi inhalasi kortikosteroid dosis rendah -sedang sebelum ditingkatkan menjadi
dosis sedang atau tinggi.) - Antagonis kolinergik / muskarinik = bronkospasmus, terapi
penunjang asma bronkial, asma akut, dan sebagai obat alternatif untuk pasien yang
intoleransi dengan agonis β2-adrenergik - Metilsantin = Menghambat enzim fosfodiesterase,
Menghambat perubahan siklik AMP, Meningkatkan kadar cAMP, Meningkatkan efek
bronkodilatasi - Kortikosteroid = inflamasi, mengurangi gejala asma, terapi PPOK - Penstabil
sel mast = profilaksis asma persisten ringan pada anak-anak dan dewasa tanp melihat
etiologinya. Nedokromil dapat menurunkan dosis steroid inhaler pada beberapa pasien. -
Antagonis reseptor leukotrien & inhibitor sintesis leukotrien = Pengobatan jangka panjang
simptomatik asma ringan – sedang. - Antibodi monoklonal anti IgE = untuk pengobatan
asma yang tidak dapat ditangani dengan baik oleh kortikosteroid hirup dosis tinggi. -
Inhibitor Fosfodiesterase-4 (PDE-4) = untuk mengurangi resiko eksaserbasi pada pasien
dengan PPOK berat yang terkait dengan bronkitis kronis dan riwayat dari eksaserbasi
Rhinitis Alergi
1. Rhinitis adalah inflamasi pada membran mukosa hidung yang disebabkan oleh paparan
materi alergenik yang terhirup kemudian
mengawali respon imunologik spesifik, diperantarai oleh IgE.
2. Antihistamin paling banyak digunakan untuk mengobati bersin dan rinore (gejala rinitis
alergi yang disebabkan oleh pelepasan histamin). Contoh obat : CTM
Agonis α-adrenergik (dekongestan) Dekongestan topikal dan sistemik merupakan zat
simpatomimetik yang bekerja pada reseptor α-adrenergik pada mukosa hidung
menyebabkan vasokontriksi (menyempitkan arteriol yang berdilatasi pada mukosa hidung),
menciutkan mukosa yang membengkak, dan memperbaiki ventilasi. Contoh obat :
Pseudoefedrin
Kortikosteroid intranasal secara efektif meredakan bersin, rinorea,ruam dan kongesti nasal
dengan efek samping yang minimal. Contoh obat : beklometason dipropionat
penstabil sel mast (kromolin) Zat ini berfungsi mencegah degranulasisel mast yang dipicu
oleh antigen dan pelepasan mediator termasuk histamin. Contoh obat : kromolin
Antikolinergik  yaitu Obat semprot hidung ipatrium bromida merupakan zat antikolinergik
yang berguna dalam rinitis alergi perennial. Contoh obat : Chlorpheniramine
Montelukast dalah antagonis reseptor leukotrien untuk rhinitis musiman.

Anda mungkin juga menyukai