Anda di halaman 1dari 4

4.

Naskah Drama Lupa Jadwal Masuk Sekolah

Prolog:

Siang itu lima sekawan yakni Danu, Diba, Dita, Didit, dan Dadang sepakat untuk mengerjakan tugas
sepulang sekolah bersama.

Dialog:

Dita: Nanti kita kerjakan tugas di tempat biasa ya teman-teman.

Didit: Di balai desa atau di rumah Danu?

Dita: Di balai desa saja.

Diba: Baiklah teman-teman, kalau begitu saya pulang ganti baju dan makan dulu baru saya ke balai desa.

Setelah mereka semua pulang ke rumah masing-masing dan jam menunjukkan pukul empat sore, Diba,
Dita, dan Didit segera berangkat menuju balai desa. Hanya Danu yang tidak berangkat karena sepulang
sekolah ia tertidur pulas dan lupa jika sudah sepakat mengerjakan tugas.

Di Balai Desa

Didit: Danu mana ya? Sudah hampir jam lima dia tak kunjung datang.

Diba: Jangan-jangan dia lupa jika sekarang kita akan mengerjakan tugas?

Dita: Atau mungkin dia mengira kalau kita akan mengerjakan tugas di rumahnya. Sebaiknya kita ke
rumahnya mungkin dia sudah menunggu kita.
Dadang: Mungkin dia ada urusan tetapi lupa memberitahu kita. Kita tunggu saja disini sembari
menyelesaikan separuh tugas.

Mereka berempat mengerjakan tugas bersama terlebih dahulu sembari menunggu kedatangan Danu.
Setelah jam tangan Dadang menunjukkan angka pukul 5:30 sore, terlihat dari jauh anak laki-laki
terengah-engah berlari membawa tas.

Didit: Tuh kan, Danu baru kemari.

Diba: Eh.. iya. Tetapi kenapa dia berlari seperti dikejar hantu dan memakai seragam sekolah?

Danu: Teman-teman? Sedang apa kalian sepagi ini di balai desa? Apa kalian tidak takut terlambat ke
sekolah?

Seketika Dita, Diba, Didit dan Dadang tertawa terbahak-bahak.

Dita : Ini masih sore, Danu. Pasti kamu baru bangun tidur kan?

Diba : Makanya Dan, kita dilarang tidur sampai hampir petang.

Epilog:

Wajah Danu memerah disertai rasa malu dan menyesal.

Suatu hari lima sekawan sedang bermain bola di lapangan desa tempat mereka tinggal. Mereka memang
sering bermain bola sore hari di lapangan tersebut. Saat ini, mereka sedang beristirahat di pinggir
lapangan.
Bayu: Dod, kamu dibawakan bekal apa oleh ibumu? (sambil membuka kotak bekalnya).

Dodi: Aku dibawakan bekal ayam goreng ini. Kalau kamu, Bay?

Bayu: Aku dibawain bekal udang besar sama bundaku. Soalnya kemarin ayahku menangkap udang
bersama ayah Ehsan.

Dodi: Jadi, bekalmu juga juga pakai udang, San?

Ehsan: Iya, Dod. Aku sama dengan Bayu (tersenyum semringah).

Dodi: Waaahhh enaknya... aku juga suka sekali udang. Kalau kamu, Ham?

Ilham: Aku dibawakan sayur daun ubi dengan ikan sambal, Dod. Makanan kesukaanku.

Dodi: Wahhh, itu juga tak kalah enaknya. Kalau kamu, Ton?

Anton: (tersenyum meringis) Aku tidak membawa bekal. Ibuku pagi-pagi sekali sudah bekerja karena
abangku akan masuk SMA. Oleh karena itu, ayah dan ibu harus giat mencari uang. Jadi, ibuku tak sempat
memasakkan aku dan membawakanku bekal (sedih).

Dodi: Ya sudah, Ton. Kamu masih bisa kok makan bersama kami.

Anton: Maksudnya?

Ehsan: Bagaimana kalo kita ramai-ramai makannya biar Anton juga bisa makan, makanan kita.
Ilham: Bagaimana caranya?

Ehsan: Begini saja, bagaimana kalo kita memakan menggunakan daun pisang? Jadi, makanan kita
nantinya dituang ke daun pisang itu. Biar kita semua bisa makan bareng-bareng.

Dodi: Ide bagus tuh. Ayo!

Ilham dan Bayu mengambil daun pisang yang tak jauh dari tempat mereka. Mereka semua menuangkan
makanannya di daun pisang tersebut. Mereka makan dengan lahap.

Anton: Terima kasih ya teman-teman. Cuma kalian teman yang mengerti keadaanku.

Bayu: Siap. Santai aja, Ton (tersenyum).

Anda mungkin juga menyukai