sel tumor adalah sel tubuh yang abnormal. Ia akan membelah diri secara terus menerus dan
akan menyerap banyak sekali nutrisi tubuh kita. Nutrisi yang harusnya menyebar ke seluruh
tubuh, justru diserap oleh sel tumor. Bahkan, ia juga bisa merusak jaringan kalau
penyebarannya semakin luas. Tentu hal tersebut berbahaya bagi tubuh, sehingga sel imun
mendeteksi adanya perubahan dalam tubuh kita, dan mencoba untuk menyerangnya atau
menetralkannya.
Tubuh manusia merupakan tempat yang ideal bagi parasit, karena ada banyak sekali
nutrisi di dalamnya.
Ada tempat, ada makanan, sehingga parasit bisa bereproduksi dan memperbanyak diri
di sana.
Intinya, parasit ingin mengambil alih tubuh kita, hingga tubuh kita melemah dan bisa
menyebabkan kematian. Agar hal itu tidak terjadi, maka tubuh kita akan mengembangkan
sistem imun. Sehingga, sistem imun akan menyerang parasit-parasit tersebut. Ketika sistem
imun bekerja dengan baik, maka tubuh kita akan kembali sehat, bahkan kita tidak
merasakannya.
Setiap hari, bahkan setiap detik, hidup kita selalu bersentuhan dengan parasit seperti bakteri
dan virus. Namun, selama kita masih merasa sehat dan tidak sakit, maka sistem imun kita
sudah bekerja dengan baik dalam melindungi tubuh kita, sistemnya seperti tameng. Lain lagi
ceritanya kalau ada virus masuk ke tubuh kita, namun ternyata sistem imun kita sedang
lemah, maka kita akan jatuh sakit.
Melawan parasit penyebab penyakit (patogen) seperti virus, bakteri, jamur, dan zat
berbahaya (racun/toksin).
Mengeluarkan parasit dari dalam tubuh.
Mengenali dan menetralkan zat berbahaya yang berada di luar tubuh (lingkungan).
Sistem imun juga melawan atau mengatasi perubahan dari dalam tubuh yang
berbahaya, seperti sel tumor atau kanker.
Dengan adanya sistem imun, terlebih jika sistem imun kita terjaga, maka kita akan terhindar dari
berbagai penyakit.
Semua sel darah yang disebutkan di atas masuk dalam sistem imun bawaan, sedangkan untuk
sistem imun adaptif, yaitu sel limfosit T dan B.
Sel limfosit T, berperan dalam membunuh jaringan yang terinfeksi patogen dan sel
tumor. Sama seperti natural killer pada sistem imun bawaan . Bedanya terletak pada
fungsinya, kalau sel darah pada sistem imun berperan secara menyeluruh pada semua
patogen, sedangkan sel limfosit T berperan secara spesifik, hanya patogen tertentu.
Sel limfosit B, berperan dalam pembentukan antibodi untuk melawan patogen dalam
tubuh.
Sistem imun yang udah aja sejak lahir dan sebagai pertahanan pertama. Sifatnya universal
atau umum. Jadi, kalau ada patogen apapun yang masuk ke dalam tubuh, pasti akan diserang
langsung sama sistem imun bawaan ini. Selain itu, respon sistem imun ini cepat dibandingkan
dengan sistem imun adaptif. Kalau diibaratkan ya sistem imun bawaan ini benar-benar seperti
tameng.
Adapun jenis-jenis sistem imun bawaan adalah, sbb:
Barrier (pelindung)
Fungsi barrier adalah melindungi lapisan dan rongga tubuh. Ada dua bagian, yaitu fisik dan
kimiawi. Kalau fisik itu ia hanya bertugas melindungi, tidak bisa menghancurkan. Barrier
fisik contohnya pada jaringan epitel, mukus, dan kulit, yang akan menghalangi patogen
masuk ke dalam tubuh. Sedangkan, kimiawi bisa menghancurkan patogen. Contohnya pada
enzim lisozim (air mata dan air liur), HCl (lambung), sebum (kelenjar minyak di kulit), yang
akan merusak patogen ketika ada yang masuk ke dalam tubuh.
Kalau ada patogen yang berhasil lolos dari barrier, maka sel darah putih yang akan
menghadang dan menyerangnya. Fungsinya adalah untuk merusak parasit besar (eosinofil),
fagosit atau memakan patogen (neutrofil, makrofag, dan dendritik), respon alergi (sel
mastosit dan basofil), membunuh sel terinfeksi dan sel tumor (natural killer).
Molekul kimiawi
Sifat molekul kimiawi adalah sebagai penghancur patogen. Fungsinya sebagai antibakterial
(peptida antimikroba), antiviral (interferon), sinyal untuk memberitahukan prajurit kalau ada
patogen masuk (senyawa sitokin).
Sistem imun yang muncul setelah infeksi terjadi, sekaligus sebagai pertahanan terakhir ketika
sistem imun bawaan sudah tidak bisa lagi mengatasinya. Sistem imun ini bekerja secara
spesifik atau khusus, ya kalau diibaratkan seperti prajurit khusus untuk mengatasi patogen
khusus juga. Kerjanya lebih ekstra, karena patogen yang masuk ke dalam tubuh juga sulit
untuk dihancurkan alias kuat.
Sistem imun adaptif terbagi menjadi dua, yaitu respon imun humoral dan respon imun
diperantarai sel. Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
Ketika sel imun bawaan gagal menghalau patogen masuk ke dalam tubuh, maka sel imun
adaptif udah mulai siap untuk menyambut dan menyerang patogen tersebut.
Proses respon imun humoral dan respon imun diperantarai sel (sumber gambar: chegg.cdn.com)
Respon imun humoral merupakan imun yang dimediasi oleh makromolekul dalam cairan
ekstraseluler, seperti sekresi antibodi, protein komplemen, dan peptida antimikroba tertentu.
Pokoknya ingat-ingat kalau respon imun humoral itu ada kaitannya dengan cairan tubuh dan
antibodi.
Respon imun humoral mengacu pada produksi antibodi dan proses lain yang menyertainya.
Prosesnya mencakup aktivasi Th2 dan produksi sitokin, pembentukan pusat germinal dan
pengalihan isotipe pematangan afinitas dan generasi sel memori. Bahasa simpelnya kalau
respon imun humoral akan membunuh patogen yang berada di luar sel.
Proses respon imun humoral adalah sbb:
Presentasi antigen oleh APC (Antigen Presenting Cell) → Pengenalan antigen oleh T
penolong melalui NHC II – CD4 → T penolong menghasilkan sitokin untuk mengaktivasi sel
B dan T sitotoksik → Sel B memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel B plasma dan
B ingatan → Sel B plasma menghasilkan antibodi dikirim ke cairan tubuh, darah, dan
jaringan terinfeksi.
Respon imun diperantarai sel merupakan respon imun yang melibatkan komponen seluler.
Kalau respon imun humoral itu melibatkan antibodi, kalau ini melibatkan sel. Prosesnya
mencakup aktivasi makrofag, sel NK, sel T sitotoksik yang mengikat antigen tertentu, dan
sekresi sitokin sebagai respon terhadap antigen. Bahasa simpelnya, kalau respon imun
diperantarai sel ini akan membunuh patogen yang berada di dalam sel.
Presentasi antigen oleh APC (Antigen Presenting Cell) → Pengenalan antigen oleh T
penolong melalui NHC II – CD4 → T penolong menghasilkan sitokin untuk mengaktivasi sel
B dan T sitotoksik → T sitotoksik memperbanyak diri dan diferensiasi jadi T ingatan → T
sitotoksik migrasi ke jaringan yang terinfeksi atau sel tumor → T sitotoksik melisiskan sel
yang terinfeksi atau sel tumor.
Nah, ketika sistem imun berhasil melawan patogen, kemudian patogen mati. Maka, sel tubuh
kita akan membentuk memori ingatan terhadap patogen tersebut, yang berupa sel T sitotoksik
ingatan, B ingatan, dan T penolong akan disimpan dalam sel-sel limfatik. Jadi, kalau ada
patogen yang sama (infeksi sekunder), maka sel imun akan lebih siap dalam mengatasi
patogen tersebut. Pergerakannya juga akan lebih cepat.