Anda di halaman 1dari 57

Peran dan Kedudukan Immunologi Dalam

Kehidupan

A. Pengertian Sistem Imun/Kekebalan Tubuh


Imunitas

atau

kekebalan

adalah

sistem

mekanisme

pada

organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar


dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.
Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang
luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus
sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan
memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan
agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena
adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi
organisme.

B. Kedudukan Imunologi dalam Kehidupan


Imunologi

adalah

ilmu

yang

mempelajari

mekanisme

yang

melindungi hospes dari kesakitan. Kesakitan tersebut dapat berasal


dari mikroorganisme dari luar tubuh (misal bakteri, virus atau fungi),
kimiawi eksogenus (misal polen, dander, atau racun ivy), atau sel-sel
endogenus (misal sel malignan atau sel senescent). Secara kolektif
mekanisme ini disebut respon imun dan merupakan mekanisme
pertahanan

yang

luas,

termasuk

inflamasi,

fagositosis,

sintesis

antibodi, dan efektor sel T. Disamping pertahanan, sistem imun


1

mendeteksi

dan

mengeliminasi

sel-sel

neoplastik

dan

menjaga

homeostasis dengan mengeluarkan sel-sel normal yang mati. Sistem


imun adalah kompleks, suatu rangkaian proses, diatur dengan ketat,
yang memerlukan hospes untuk mendeteksi perubahan sel-sel dalam
hospes atau sel-sel eksogenus yang tidak diinginkan. Tujuan utama
respon imun, adalah untuk melindungi individu dari tantangan dan
untuk memperbaiki homeostasis. Tujuan ini memerlukan sistem imun
untuk mengenal tantangan tantangan yang mengganggu, merespon
dengan cepat atau dengan penundaan dan kemudian memperbaiki
tempat masuknya tantangan tersebut. Beberapa mekanisme terutama
menggantungkan pada interaksi antara sel-sel, sedangkan mekanisme
yang lain diperantarai oleh substansi humoral (senyawa larut yang
disekresi oleh bermacam-macam sel. Ada dua tipe imunitas, yaitu
imunitas alami dan imunitas perolehan.
-

Imunitas

alami

organisme
bersifat

adalah

pertahanan

penantangeksogenus.

nonspesifik,

jadi

pertama

Mekanisme

tidak

ada

terhadap

yang

terjadi

diskriminasiantara

penantang yang berbeda. Lapisan penahan, seperti kulit dan


membranemucus,

menyediakan

pertahanan

pertama

dari

serbuan organisme denganmencegah masuknya mereka ke


dalam hospes. Imunitas alami juga tergantungpada spesies, ras
atau strain, dan seks. Beberapa faktor fisiologik imunitas alami
mengurangi kemungkinan terjadinyaInfeksi, dengan memberikan
lingkungan yang tidak menyenangkan bagi organisme
infektif : asam lambung merusak organisme yang tertelan, aksi
air mata membersihkan material asing dari mata, aliran urin
mencegah infeksi oleh bakteri pada bagian lebih bawah saluran
urinari,

dan

rambut

getar

serta

mukus

dari

saluran

pernafasan, mengusir bahan partikel yang masuk melalui udara.


2

Umur dan status nutrisi, juga mempengaruhi imunitas alami.


Beberapa senyawa kimia yang disekresi oleh berbagai macam
sel, juga mendukung imunitas alami. Lisozim, asam laktat,
asam

lemak

beberapa

jenuh,

bakteri

menyediakan

dan

fungsi.

perlawanan

Mukoprotein,

terhadap
mencegah

melekatnya virus ke sel, sehingga mencegah masuknya virus ke


dalam sel. Interferon mengganggu replikasi virus. Ada dua
proses fisiologik utama dari imunitas alami: fagositosis dan
inflamasi.

Apabila

imunitas

alami

tidak

mampu

untuk

melindungi individu dari tantangan, maka akan distimulasi


imunitas adaptif atau spesifik.
-

Imunitas adaptif: Inisiasi respon imun memerlukan waktu


untuk

mengaktifkan

sel

dan

memproduksi

antibodi

dan

sitokin. Ada dua cabang utama imunitas spesifik yang efektif:


imunitas humoral dan imunitas seluler. Imunitas adaptif
diklasifikasikan

berdasar

pada

peran

hospes

dalam

mengembangkan imunitas spesifik adaptif:


imunitas aktif
imunitas pasif
imunitas adoptif
Dari uraian diatas, diperoleh pengertian bahwa tujuan utama
respon imun, adalah untuk melindungi individu dari tantangan dan
untuk memperbaiki homeostasis. Tetapi dalam keadaan tertentu tujuan
utama respon imun yang menguntungkan, akan berubah menjadi
merugikan.
Beberapa keadaan tidak menyenangkan, yang disebabkan oleh
adanya respon imun :
Alergi dan hipersensitivitas, merupakan efek adanya respon
imun berlebihan yang merugikan hospes.
3

Autoimunitas, adalah kegagalan sistem imun mentoleransi


"self atau reaksi imun yang ditujukan ke "self.
Penelitian atau studi yang dilakukan berdasar pada respon
imun, antara lain :
Imunologi kanker adalah studi tentang antigen tumor dan
respon imunologi terhadap tumor
Imunologi seluler meneliti tentang limfosit dan organ limfoid
yang terlibat dalam respon imun.
Imunokimia, mempelajari immunoassay dan interaksi antigenantibodi.
Imunogenetik,

mempelajari

khususnya MHC
Imonohematologi,

kontrol

mempelajari

genetik

golongan

respon
darah,

imun,
variasi

genetik dalam antigen sel-sel darah.


Imunopatologi, mempelajari kerusakan organ yang disebabkan
oleh produk imun atau proses imun.
fmanologi mikrobial, mempelajari antigen dari bakteri, virus,
parasit, dan pengembangan vaksin.
Imunologi
molekuler,
meenganalisa

struktur

aanigen,

antibody, sitokin, dan komplemen.


Transplantasi, meneliti typing jaringaan, penolakan cangkok,
dan toleran imunologi.

C. Fungsi Sistem Imun dan Peran Sistem Imun


Sistem Imun mempunyai beberapa fungsi, diantaranya:
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit.
2. Menghancurkan

dan

menghilangkan

mikroorganisme

atau

substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)


yang masuk ke dalam tubuh.

3. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel)


untuk perbaikan jaringan.
4. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.

Peran sistem Imun dalam Bidang Kesehatan :


1. Pemeriksaan Golongan Darah
2. Pemeriksaan Tes Kehamilan baik biologi maupun serologi
3. Pemeriksaan Salmonella (Widal, Tubeks, Elisa)
4. Pemeriksaan Sifilis dan Pemeriksaan Rapid Plasma Reagin
(RPR)
5. Pemeriksaan Treponema Pallidum Hemaglutinasi (TPHA)

Peran sistem imun dalam kehidupan yaitu :


Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan
& menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri,
parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam
tubuh
Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk
perbaikan jaringan.
Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Kemampuannya untuk mengenali benda-benda asing seperti


bakteri, virus, parasit, jamur, sel kanker, dll. Fungsi ini sangat
penting, karena harus bisa membedakan mana kawan ( bakteri
yang menguntungkan dan sel tubuh yang baik ) mana lawan
( virus, bakteri jahat, jamur, parasit, radikal bebas dan sel-sel
yang bermutasi yang bisa menjadi tumor/kanker ) dan mana
yang orang biasa ( alergen, pemicu alergi ) yang harus dibiarkan
lewat.
Bisa bertindak secara khusus untuk menghadapi serangan benda
asing itu
Sistem Imun mengingat penyerang-penyerang asing itu ( rupa &
rumus kimiawi antibodi yang digunakan untuk mengalahkan
mereka yang disimpan didalam Transfer Factor tubuh ) sehingga
bisa dengan cepat menolak serangan ulang di masa depan.

Sistem imun yang sehat adalah sistem imun yang seimbang yang bisa
meningkatkan kemampuan tubuh dalam melawan penyakit.

KONSEP DASAR PERTAHANAN TUBUH


A.)

Antigen dan Antibodi


Dua substansi yang memegang peranan penting dalam sistem kekebalan adalah

antigen dan antibodi.


1.

Antigen
Antigen adalah suatu substansi kimia yang mampu merangsang sistem imun
(kekebalan) untuk menimbulkan respon spesifik. Contoh antigen adalah bagian luar
6

kapsul atau dinding sel bakteri. Antigen disebut juga imunogen. Antigen merupakan
bahan asing yang merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh.
Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem
kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan
antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun.
2.

Antibodi
Antibodi adalah protein yang dibentuk sebagai respon terhadap suatu antigen dan
secara spesifik mengadakan reaksi dengan antigen tersebut. Antibodi tidak dapat
menghancurkan antigen. Antibodi tidak bisa secara langsung menghancurkan antigen.
Fungsi utama antibodi adalah menonaktifkan dan menandai antigen untuk penghancuran
lebih lanjut. Umumnya jika antibodi bertemu dengan antigen akan terbentuk kompleks
antigen-antibodi.
Antibodi disebut juga imunoglobin. Ada lima imunoglobin (Ig) utama, yaitu IgG,
IgA, IgM, IgD, dan Ig E.

B.) Mekanisme Sistem Imun


Imunitas atau Sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atau system
imun non spesifik dan imunitas adaptif atau system imun spesifik.
SISTEM IMUN

BARIER
- Kulit
- Kelenjar
Mukosa
- Selaput
lender
- Silia
- Asam
lambung

HUMORAL

SELULAR

NONKomplemen
SPESIFIK
Interferon
CRP
Kolektin

-Sel Fagosit
-Makrofag
-Sel NK
-Sel mast

SPESIFIK

HUMORAL
SEL B

SELULAR
7
SEL T

Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik

Resistensi
Spesifitas

Non spesifik
Tidak berubah oleh infeksi
Umumnya efektif terhadap semua

Spesifik
Membaik oleh infeksi berulang
Spesifik untuk mikroorganisme yang

Sel yang penting


Molekul yang

mikroorganisme
Fagosit, Sel NK, Sel K
Lizosim, Komplemen, Protein fase

sudah mensintesis sebelumnya


Limfosit
Antibody sitokin

penting
Sel yang berada di

akut, Interferon ( sitokin )


didominasi sel polimorfonuklear

didominasi selT dan sel B

dalamnya
Sifat

bersifat general/ umum

bersifat memori / diperlukan pajan


pertama dan efektik untuk pajanan

Cara kerja

cara kerja cepat

berikutnya dengan antigen yang sama


cara kerja kualitas meningkat karna
8

memiliki sifat memory

C.) Organ Penyusun Sistem Kekebalan Tubuh


1. Tonsil ialah jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limposit dan
fungsinya ialah memproduksi limposit dan antibodi yang kemudian akan masuk ke dalam
cairan lymph (Kurnadi,2008:42).
2. Limpa ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah belakang
lambung.
Limpa berfungsi sebagai:
1) tempat pembentukan sel darah putih
2) Tempat cadangan sel darah
3) tempat pembongkaran sel darah merah yang sudah mati
4)Tempat membunuh kuman-kuman penyakit (Syamsuri, 2007:145).
3. Thymus suatu jaringan lymphatic yang terletak sepanjang trakea di rongga dada bagian
atas.Thymus membesar sewaktu pubertas dan atrophy (mengecil) setelah dewasa. Fungsi
thymus ialah memproses limposit muda menjadi Limposit T.Limposit T yang terbentuk
kemudian berimigrasi menuju jaringan-jaringan limfatik lainnya (Kurnadi,2008:14).
4. Sumsum Tulang termasuk jaringan limfatik yang memproduksi limposit muda yang akan
diproses pada thymus atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi Limposit T dan
Limposit B (Kurnadi,2008:143).

D.) Respon Kekebalan

Jika terpapar oleh suatu antigen, akan terjadi respon kekebalan. Perkenalan dengan
suatu antigen akan membangkitkan respon kekebalan primer. Jika setelah beberapa waktu
seseorang terkena antigen yang sama, maka akan muncul respon kekebalan sekunder.
1.

Respon Kekebalan Primer


Setelah antigen masuk ke dalam tubuh, antibodi tidak segera terbentuk di dalam
serum darah. Masa antara pemberian antigen dan dibentuknya antibodi dalam serum
disebut periode laten. Lama periode laten sekitar 6-7 hari. Pada periode laten, antigen
disampaikan pada sel-sel yang imunokomplemen, yaitu sel B yang menghasilkan
antibodi. Pada periode ini terjadi poliferase dan diferensiasi sel B.
Setelah periode laten, kemudian masuk pada tahap biosentisis. Fase awal dari
periode logaritmis di dalam tubuh. Diikuti oleh fase mantap, yaitu dimana kecepatan
sintesis protein sama dengan kecepatan katabolismenya, dan diakhiri fase penurunan,
yaitu dimana katabolisme antibodi lebih cepat daripada sintesisnya.

2.

Respon Kekebalan Sekunder


Pertemuan kedua antigen yang sama yang pernah diberikan sebelumnya akan
membangkitkan respon kekebalan sekunder. Ketika antigen ini terpapar pada tubuh,
antibodi yang masih ada dalam serum akan menyusut. Fase ini disebut dengan fase
negatif. Antigen dan antibodi dalam serum kemudian akan membentuk kompleks
antigen-antibodi. Jika dosis antigen sedikit, respon kekebalanyang kuat tidak akan terjadi.
hal tersebut mungkin karena serum antigen tersebut telah digunakan untuk membentuk
kompleks antigen-antibodi. Sebaliknya, jika dosis antigen cukup banyak, sel-sel B yang
tersisa akan membentuk antibodi sehingga muncullah respon sekunder.

3.

Perbedaan Respon Primer dan Respon Sekunder


Pada perisriwa stimulasi respon primer, sel sel perkusor membelah diri dan
mengadakan diferensiasi menjadi sel-sel pembentuk antibodi yang memproduksi IgM
10

dan IgD. Selama proses terbentuk sel-sel memori yang jumlahnya masih terbatas.
Menyusul respon sekunder, sel-sel sensitif terhadap antigen yang jumlahnya bertambah
cepat sehingga sintesis antibodi meningkat.
Respon kekebalan sekunder yang muncul bersifat lebih cepat, lebih tahan lama, dan
lebih efektif daripada respon sebelumnya. Hal itu disebabkan sistem kekebalan telah
lebih siap terhadap antigen karena sel-sel memori bersiap melawan antigen. Sel-sel
memori ini yang pada akhirnya akan menimbulkan memori imunologis.

E.) Kelainan Pada Sistem Pertahanan Tubuh


Ketidakseimbangan, baik kekurangan maupun kelebihan dalam sistem pertahanan
tubuh dapat menimbulkan penyakit, antara lain sebagai berikut.
1.

Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana sistem kekebalan seseorang sangat lemah
atau tidak mampu melakukan tugasnya melawan infeksi berbahaya. Imunodefisiensi
dapat terjadi karena bawaan sejak lahir maupun muncul di waktu dewasa.
Imunodefisiensi yang paling memeatikan adalah AIDS yaang disebabkan oleh HIV. HIV
menghambat kertja sel T hepler sehingga menekan sistem kekebalan. Penderita AIDS
umumnya meninggal karena komplikasi berbagai infeksi penyakit yang tidak dapat
diatasi oleh sistem kekebalan yang lemah.

2.

Hipersensitivitas (Alergi)
Hipersensivitas adalah respon berlebihan terhadap antigen tertentu. Dalam peristiwa
alergi, sistem kekebalan dapat menyebabkan kerusakan jaringan ketika berusaha
melakukan perlawanan. Antigen yang menyebabkan alergi disebut alergen.

11

3.

Autoimunitas
Autoimunitas adalah kegagalan sistem kekebalan untuk mengenali sel tubuhnya
sendiri. Sistem kekebalan menganggap sel tubuhnya sebagai antigen dan menghasilkan
antibodi untuk melawannya. Contoh : penyakit Lupus.

4.

Isoimunitas
Isoimunitas adalah keadaan dimana tubuh mendapatkan kekebalan dari individu lain
yang melawan sel tubuhnya sendiri. Isoimunitas dapat muncul akibat transfusi darah atau
karena cangkok organ dari orang lain.

SISTEM IMUN NON-SPESIFIK


A.

Pengertian
Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada
manusia untuk mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity merupakan
kekebalan non-spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi
tanpa memperhatikan jenis dari mikroba itu. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua
sistem pertahanan, pertahanan tingkat pertama dan pertahanan tingkat kedua.
Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi dari segala macam
mikroba patogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal. Dan
pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikroba patogen meliputi
fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba. Yang termasuk sel fagosit adalah
makrofag, sel dendrit, neutrofil. Sedangkan Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap
sel yang rusak, repon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak.
Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi invasi oleh mikroba agar tidak menyebar lebih
luas lagi, serta memperbaiki jaringan atau sel yang telah rusak oleh mikroba. Dan jenis
pertahanan kedua yang terakhir yaitu substansi mikroba.
Substansi mikroba yang dimaksud adalah komplemen. Sistem komplemen
merupakan sistem yang penting dalam innate immunity karena fungsinya sebagai
12

opsonisator untuk meningkatkan fagositosis sel fagosit dan kemoatrtaktor untuk menarik
sel-sel radang yang menyebabkan inflamasi.
Innate immunity, atau sering disebut imunitas alamiah, merupakan mekanisme
pertama yang akan terjadi saat infeksi berlangsung, terjadi secara cepat terhadap infeksi
mikrobia, dan terjadi antara jam ke-0 sampai jam ke-12 infeksi. Sistem imun turunan
terdiri dari berbagai sel dan mekanisme yang mempertahankan tubuh suatu organisme
dari infeksi organisme lain, secara non-spesifik. Ini berarti sel-sel dari sistem imun
turunan mengenali dan merespon patogen dalam cara yang umum, namun tidak seperti
sistem imun adaptif, sistem imun turunan tidak menyediakan kekebalan yang protektif
dan jangka panjang bagi organisme yang memilikinya. Sistem imun turunan
menyediakan pertahanan menengah melawan infeksi, dan dapat ditemukan pada semua
tumbuhan dan hewan.
B. Sifat-sifat Sistem Imun Nonspesifik
Sistem imun nonspesifik memiliki sifat:
1. Resistensi tidak berubah oleh infeksi berulang
2. Umumnya efektif terhadap semua zat asing
3. Terjadi pada awal infeksi untuk menghancurkan virus, mencegah atau
mengendalikan infeksi
4. Eksposur menyebabkan respon maksimal segera, berlangsung cepat
5. Tidak ada memori imunologikal
6. Respon tidak spesifik, umumnya efektif terhadap semua mikroba
C. Pertahan imunitas bawaan (nonspesifik) mencakup :
1. Peradangan, suatu respon nonspesifik terhadap cedera jaringan dimana spesialisspesialis fagositik neutrofil dan makrofag berperan besar, bersama dengan
asupan suportif dari tipe sel imun lain.
2. Interveron, sekelompok protein yang secara nonspesifik mempertahankan sel dari
inveksi virus.
13

3. Natural killer kells, suatu kelompok khusus sel mirip limfosit yang secara spontan
dan non spesifik melisiskan atau memecahkan dan menghancurkan sel pejamu
yang terinfeksi virus dan sel kanker.
4. Sistem komplemen, sekelompok pritein plasma inaktif yang jika diaktifkan secara
berurutan, akan merusak sel-sel asing dengan menyerang membran plasmanya.
D. Cakupan pertahanan imunitas non spesifik (bawaan) :
1. Peradangan
Peradangan adalah respons nonspesifik terhadap invasi asing atau
kerusakan jaringan. Tujuan akhir peradangan adalah membawa fagosit dan protein
plasma ke tempat invasi atau kerusakan untuk :
a. Menigsolasi, menghancurkan, atau menginaktifkan penyerang.
b. Membersihkan debris
c. Mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan.
.
2. Interferon
Selain respon peradangan, mekanisme pertahanan bawaan lain adalah
pengeluaran Interferon dari sel yang terinfeksi virus. Interferon secara singkat
menghasilkan reistensi nonspesifik terhadap infeksi transien yang mengganggu
replikasi virus yang sama atau yang tidak berkaitan di sel-sel pajamu lain.
3. Natural killer cell
Natural killer (NK) cell adalah sel alami mirip limfosit yang secara
nonspesifik menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan sel kanker dengan
melisiskan secara langsung membran sel-sel tersebut saat pertama kali bertemu.
Cara kerja dan sasaran utama serupa dengan yang dimiliki oleh sel T sitotoksik,
tetapi sel yang terakhir ini hanya dapat mematikan sel yang terinfeksi virus
tertentu atau sel kanker yang telah terpajang sebelumnya. Selain itu, setelah
terpajang sel T sitotoksik memerlukan periode pematangan sebelum sel ini dapat
melakukuan serangan yang mematikan. Sel NK menghasilkan pertahanan
nonpesifik yang tepat terhadap sel yang terinfeksi virus dan sel kanker sebelum
sel T sitotoksik yang lebih spesifik dan lebih banyak dapat berfungsi.
4. Sistem komplemen
System komplemen adalah mekanisme pertahanan lain yang beraksi
secara nonspesifik sebagai respons terhadap invasi organisme.
E. Faktor-Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Sistem Imun Nonspesifik
14

Berbagai faktor yang disebut determinan berpengaruh terhadap sistem


imun nonspesifik sebagai berikut :
1. Spesies
2. Keturunan dan usia
3. Hormon
4. Suhu
5. Faktor nutrisi
6. Flora normal
7. Stress
F. Macam-macam dan fungsi dari pertahanan humoral dan seluler dari sistem
imun nonspesifik
Sistem imun nonspesifik dibagi menjadi :
1. Pertahanan Fisik/Mekanik
Dalam sistem pertahanan fisik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas,
batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Kulit
yang rusak misalnya oleh luka bakar dan selaput lendir yang rusak oleh asap
rokok akan meninggikan resiko infeksi.
2. Pertahanan Biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel
kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan dalam
pertahanan tubuh secara biokimiawi. Asam HCL dalam cairan lambung, lisozim
dalam keringat, ludah, air mata dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap
berbagai kuman gram positif dengan menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu
juga mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai sifat
antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus.
Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram
negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan transferin
dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk kehidupan kuman
pseudomonas

15

3. Pertahanan Humoral
Sistem imun nonspesifik ini menggunakan berbagai molekul larut tertentu
yang diproduksi di tempat infeksi dan berfungsi lokal, misalnya peptida
antimikroba (defensin, katelisidin, dan IFN dengan efek antiviral). Namun juga
ada faktor larut lainnya yang diproduksi di tempat yang lebih jauh dan dikerahkan
ke jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti komplemen dan PFA (Protein Fase
Akut).
Pertahanan humoral diperankan oleh komplemen, interferon dan CRP (C
Reaktif Protein / protein fase akut), kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin):
a.

Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan
parasit karena:
1) Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri
2) Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat
3)

bakteri
Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri
memudahkan

b.

makrofag

untuk mengenal

dan

memfagositosis

(opsonisasi).
Interferon
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai
sel manusia yang mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons
terhadap infeksi virus. Interveron mempunyai sifat anti virus dengan
jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga
menjadi resisten terhadap virus. Disamping itu, interveron juga dapat
mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel yang diinfeksi virus atau
menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada permukaannya.
Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian

c.

membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat dicegah.


Reactive Protein (CRP)
Peranan CRP adalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan
komplemen. CRP dibentuk oleh badan pada saat infeksi. CRP
merupakan protein yang kadarnya cepat meningkat (100 x atau lebih)

16

setelah infeksi atau inflamasi akut. CRP berperanan pada imunitas non
spesifik, karena dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai
molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan jamur.
4. Pertahanan Selular
Sel-sel sistem imun nonspesifik ini dapat ditemukan dalam sirkulasi atau
jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan di sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil.
basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan trombosit. Contoh sel
yang dapat ditemukan di jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel
plasma dan sel NK.
Pertahanan selular diperankan oleh sel-sel imun yang terdiri dari oleh
fagosit, sel makrofag, sel dendritik, sel mastosit, sel mast, sel NK (Natural Kiler).
a. Fagosit
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis tetapi sel
utama yang berperaan dalam pertahanan non spesifik adalah sel mononuclear
(monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Dalam
kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun
spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingakt sebagai berikut:
Kemotaksis, menangkap, memakan (fagosistosis), membunuh dan mencerna.
b. Makrofag
Makrofaga adalah fagosit yang paling efisien, dan bisa mencerna
sejumlah besar bakteri atau sel lainnya.

Neutrofil.
Neutrofil bersama dengan dua tipe sel lainnya: eosinofil dan basofil
dikenal dengan nama granulosit karena keberadaan granula di
sitoplasma mereka, atau disebut juga dengan polymorphonuclear karena
bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil mengandung
berbagai macam substansi beracun yang mampu membunuh atau
menghalangi pertumbuhan bakteri dan jamur. Neutrofil adalah tipe
fagosit yang berjumlah cukup banyak, umumnya mencapai 50-60%
total leukosit yang bersirkulasi, dan biasanya menjadi sel yang pertama
hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat. Sumsum tulang normal
dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan

meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.


Sel dendritic
17

Sel dendritik adalah sel fagositik yang terdapat pada jaringan yang
terhubung dengan lingkungan eksternal, utamanya adalah kulit (umum
disebut sel Langerhans) dan lapisan mukosa dalam dari hidung, paruparu, [lambung], dan usus. Sel dendritik sangat penting dalam proses
kehadiran antigen dan bekerja sebagai perantara antara sistem imun
turunan dan sistem imun adaptif.
c. Natural Killer cell (sel NK)
Sel NK adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak
mempunyai cirri sel limfoid dari siitem imun spesifik, maka karena itu disebut
sel non B non T (sel NBNT) atau sel poplasi ketiga. Sel NK dapat
menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma dan interveron
meempunyai pengaruh dalam mempercepat pematangan dan efeksitolitik sel
NK. Sel NK memiliki ukuran yang agak lebih besar dari limfosit T dan
limfosit B. Sel ini dinamakan sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh
mikroba dan sel-sel kanker tertentu. Istilah alami (natural) digunakan karena
sel-sel ini siap membunuh sel target segera setelah dibentuk, tanpa perlu
melewati proses pematangan seperti pada limfosit T dan limfosit B. Sel NK
juga menghasilkan beberapa sitokin yang mengatur sebagian fungsi limfosit T,
limfosit B dan makrofag.
G. Peran imunitas non spesifik dalam menstimulasi respons imun spesifik
Selain mekanisme di atas, imunitas non spesifik berfungsi juga untuk
menstimulasi imunitas spesifik. Respons imun non spesifik menghasilkan suatu
molekul yang bersama-sama dengan antigen akan mengaktivasi limfosit T dan B.
Aktivasi limfosit yang spesifik terhadap suatu antigen membutuhkan 2 sinyal;
sinyal pertama adalah antigen itu sendiri, sedangkan mikroba, respons imun non
spesifik terhadap mikroba, dan sel pejamu yang rusak akibat mikroba merupakan
sinyal kedua. Adanya sinyal kedua ini memastikan bahwa limfosit hanya
berespons terhadap agen infeksius, dan tidak berespons terhadap bahan-bahan non
mikroba. Pada vaksinasi, respons imun spesifik dapat dirangsang oleh antigen,
tanpa adanya mikroba. Dalam hal ini, pemberian antigen harus disertai dengan
bahan tertentu yang disebut adjuvant. Adjuvant akan merangsang respons imun
18

non spesifik seperti halnya mikroba. Sebagian besar adjuvant yang poten
merupakan produk dari mikroba.
Mikroba di dalam darah mengaktivasi sistem komplemen melalui jalur
alternatif. Pada aktivasi komplemen, diproduksi C3d yang akan berikatan dengan
mikroba. Pada saat limfosit B mengenali antigen mikroba melalui reseptornya, sel
B juga mengenali C3d yang terikat pada mikroba melalui reseptor terhadap C3d.
Kombinasi pengenalan ini mengakibatkan diferensiasi sel B menjadi sel plasma.
Dalam hal ini, produk komplemen berfungsi sebagai sinyal kedua pada respons
imun humoral.

RESPON IMUN SPESIFIK


A. Pengertian
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun spesifik mempunyai kemampaun untuk
mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif memiliki
beberapa karakteristik, meliputi kemampuan untuk merespon berbagai antigen, masingmasing dengan pola yang spesifik; kemampuan untuk membedakan antara antigen asing
dan antigen sendiri; dan kemampuan untuk merespon antigen yang ditemukan
sebelumnya dengan memulai respon memori yang kuat
Limfosit berperan utama dalam respon imun diperantarai sel. Limfosit terbagi atas
2 jenis yaitu Limfosit B dan Limfosit T. Berikut adalah perbedaan antara Limfosit T dan
Limfosit B.
Limfosit B
Dibuat di sumsum tulang yaitu sel batang

Limfosit T
Dibuat di sumsum tulang dari sel batang

yang sifatnya pluripotensi(pluripotent stem

yang pluripotensi(pluripotent stem cells)

cells) dan dimatangkan di sumsum

dan dimatangkan di Timus

tulang(Bone Marrow)
Berperan dalam imunitas humoral
Berperan dalam imunitas selular
Menyerang antigen yang ada di cairan antar Menyerang antigen yang berada di dalam
sel
Terdapat 3 jenis sel Limfosit B yaitu :

sel
Terdapat 3 jenis Limfosit T yaitu:
19

Limfosit B plasma, memproduksi

antibodi
Limfosit B pembelah, menghasilkan
Limfosit B dalam jumlah banyak dan

berfungsi mengantur sistem imun dan

cepat
Limfosit B memori, menyimpan
mengingat antigen yang pernah masuk
ke dalam tubuh

Limfosit T pempantu (Helper T cells),


mengontrol kualitas sistem imun
Limfosit T pembunuh(Killer T cells)
atau Limfosit T Sitotoksik, menyerang

sel tubuh yang terinfeksi oleh patogen


Limfosit T surpressor (Surpressor T
cells), berfungsi menurunkan dan
menghentikan respon imun jika infeksi
berhasil diatasi

B.) Komponen Sistem Imun Spesifik


1. Humoral
Peran utama dalam system imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B.
Sel B diproduksi di sum-sum tulang dan pematangannya juga didalam sum-sum tulang.
Bila sel B dirangsang oleh benda asing maka sel ini akan segera berpoliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang selanjutnya sel plasma ini akan menghasilkan
antibodi.
Sel B memiliki reseptor yang disebut BCDF (B cell Diferentiation Factor)
diperlukan untuk berdiferensiasi dan BCGF (B Cell Growt Factor) diperlukan untuk
berpoliferasi. Terkadang sel B tidak dapat menjadi sel plasma dikarenakan kekurangan
BCGF untuk berpoliferasi sehingga sel yang tidak menjadi sel plasma ini akan menjadi
sel B memori dan dapat hidup dalam waktu yang cukup lama. Salah satu kelebihan dari
respon imun spesfik karena memiliki sel memori yang dapat mengenali langsung antigen
yang pernah menginfeksi tubuh dengan struktur yang sama.
Antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma tadi akan berperan terhadap infeksi
ekstra seluler serta dapat menetralisasikan toxic yang dikeluarkan oleh antigen (Ag)
tertentu.
20

2. Sistem imun spesifik seluler


Diperankan oleh sel T atau limfosit T. Sel T berfungsi untuk mengaktifkan sel-sel
pertahanan lain dalam tubuh. Sel tersebut juga berasal dari sum-sum tulang tetapi
pematangan sel ini terjadi di timus. Dalam timus sel ini akan diseleksi yakni seleksi
positif dan seleksi negatif.
Seleksi positif merupakan penyeleksian sel T yang tidak dapat membedakan
antara antigen sendiri (self antigen) dan antigen luar (non self antigen). Dalam seleksi ini
sel T yang dapat hidup hanyalah sel T yang dapat mengenal MHC sendiri. Seleksi negatif
merupakan seleksi sel T yang dikarenakan infitasnya yang tinggi terhadap MHC sendiri
sehingga ada kemungkinan sel ini akan menyerang self Ag.
Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang
berlainan yaitu sel T naif, sel T helper (TH), T delayed type hypersensitivity (Tdth), CTL
(cytotoxic T Limfosit) atau T cytotoxic atau T cytolitic (Tc) dan Ts / Tr (T supresor /
regulator). Yang berperan pada imunitas selular adalah CD4+ / Th yang mengaktifkan
makrofag yang selanjutnya menghancurkan mikroba dan CD8+ (Cluster of differentiation
8) / CTL yang memusnahkan sel yang terinfeksi.
Sel T helper
Sel T helper adalah golongan sel darah putih yang bertindak sebagai adaptive
immunity. Dimana fungsi dari sel T helper sendiri antara lain adalah :
a) Membantu sel B untuk membentuk antibody, mengaktifkan sistem pertahanan
adaptive humoral atau adaptive cytolitic
b) Membantu perkembangan sel T sitotksik
c) Fasilitator sel-sel pertahanan lain dalam untuk melawan antigen
Sel T helper masih bisa berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel T penekan /
supresor. Sel T merupakan sel limfosit yang pertama kali berinteraksi dengan zat asing.
Hal ini terjadi karena sel T memiliki protein permukaan yang disebut CD4 dan CD8. CD4
atau CD8 akan mendeteksi keberadaan antigen. Sebab dia akan mengenali sel yang
memiliki reseptor MHC kelas 1 atau MHC kelas 2. Apabila dia berinteraksi dengan sel
21

yang tidak memiliki MHC maka dia akan menganggap sel tersebut sebagai zat asing.
Sehingga sel T akan berdifensiasi dan menyerang zat asing tersebut.
Sel limfosit T-helper berkembang menjadi 2 jenis sel :
1. Sel TH1
Bekerja pada sistem pertahanan cytolitic, mengatur imunitas seluler (cell
mediated immune) untuk melawan antigen asing dari dalam (intraselluler) seperti virus.
Memproduksi: cytokines: IL-2, IFN-, and TNF-a.
Sitokin adalah protein hormon yang menengahi dua imun (kekebalan tubuh) alami
dan imun spesifik. Sitokin sebagian besar dihasilkan dengan mengaktifkan sel (limfosit)
selama sel kekebalan menengahi.
Interleukin-2 (IL-2) adalah sebagian besar sitokin yang bertanggung jawab untuk
mengaktifkan pertumbuhan dan diferensiasi limfosit. IL-2 banyak menghasilkan sel T
CD4+ dan menghasilkan sedikit sel T CD8+ (cytotoksit sel T, atau CTLs). Fungsi utama
dari IL-2 ialah meningkatkan respons imun. IL-2 berperan dalam apoptosis sel T yang
teraktivasi bukan oleh antigen, hal ini penting untuk mencegah autoimunitas.
IFN (Interferon ), nama lainnya adalah Fibroblas IFN atau Tipe I.
dihasilkan oleh sel T helper dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga,
sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik, dan limfosit B. TNF a, (Tumor necrosis factor
alpha) adalah sitokin yang diproduksi oleh makrofag dan sel T yang mempunyai banyak
fungsi dalam system imun. Merupakan protein yang unik yang dihasilkan selama respon
inflamasi. TNF-a tidak hanya akibat dari peradangan, juga merupakan zat yang
mempromosikan peradangan. Memiliki peran sebagai: Mediasi inflamasi akut;
Menstimulasi inflamasi pada sel endotel; dan Chemoattractant untuk sel darah putih
2. Sel TH2
Bekerja mengatur imunitas humoral, atau produksi antibody untuk melawan
antigen asing luar ( ekstraselluler ) seperti bakteri. berfungsi untuk mengaktifkan sel B
untuk berdiferensiasi menjadi sel sel plasma yang selanjutnya menghasilkan antibodi
22

monomer IgA. Sel epitel juga menghasilkan secretory component yang berfungsi untuk
membawa SIgA keluar dari sel epitel. Memproduksi: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13.
Interleukin-4 (IL-4), adalah glikoprotein dengan ukuran 18 20 kD yang terdiri
dari asam amino yang diproduksi oleh sel T, sel mast dan sel basofil. Efek IL 4 yang
paling penting adalah perkembangan sel Th2 dan memerintahkan sel B untuk
memproduksi Ig E dan Ig G4, sedangkan pada endotel IL 4 meningkatkan ekspresi
VCAM-1. Merupakan penanda proses inflamasi. IL-4 berperan dominan dalam sistem
kekebalan untuk aktivasi sel B pada produksi antibody.
Interleukin-5 (IL-5) adalah sitokin dengan ukuran sekitar 20 kD yang di sekresi
sel TH. Fungsi IL 5 yang paling penting adalah kemampuan untuk menstimulasi
pertumbuhan dan diferensiasi eosinofil dan aktivasi sel eosinofil matur. IL-5 juga bersifat
kemotaktik terhadap eosinofil, menyebabkan sekresi eosinofil dan meningkatkan
antibody dependent cytotoxicity.
Interleukin-6 (IL-6) adalah sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam
plasma darah, terutama pada fasa infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon
peradangan transkriptis melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B. dan
pencerap gp130.
Interleukin-10 (IL-10) dalah sitokina yang banyak disekresi oleh monosit, yang
memiliki efek pleiotrofik pada sistem kekebalan dan peradangan. Pertama kali IL-10
dikenal karena kemampuannya untuk menghambat aktivasi dan fungsi efektor dari sel T,
monosit dan makrofaga. Fungsi rutin IL-10 tampaknya terutama menghambat atau
meniadakan respon peradangan, selain mengendalikan perkembangan dan diferensiasi sel
B, sel NK, sel TH, sel T CD8, mastosit, granulosit, sel dendritik, keratinosit dan sel
endotelial, dan bersifat imunosupresif terhadap sel mieloid.
Interleukin-13 (IL-13) adalah sebuah protein dengan fungsi sitokin yang disekresi
berbagai sel, tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis IL-13, memiliki
sejumlah kemiripan dengan IL-4. Kedua sitokin diketahui berperan pada kejadian alergi
dengan mengatur isotype class switching pada sel B untuk menghasilkan Ig E,
23

menginduksi ekspresi MHC kelas II dan CD 23, menginduksi VCAM 1, eotaksin,


mengaktivasi sel mast dan eosinofil.
C.) CTL (Cytotoxic T Limfosit)
Cytotoxic T Lymphocyte/CTL/ T cytotoxic/T cytolitic/Tc) atau sel T pembunuh
(killer) adalah sel tersebut mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul
MHC-I yang ditemukan pada semua sel tubuh yang bernukleus. CTL merupakan subgrup dari sel T yang berfungsi :
1. membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya) dengan
menghancurkan sel yang mengandung virus tersebut
2. membunuh berbagai bibit penyakit dan sel kanker
3. merusak dan mematikan pathogen intraseluler
4. menghancurkan sel ganas dan sel histoimkompatibel yang menimbulkan
penolakan pada transplantasi.
Sel T sitotoksik disebut juga sel T CD8+ karena terdapat glikoprotein CD8 pada
permukaan sel yang mengikat antigen MHC kelas I. Sel T sitotoksik dapat menjadi pasif
pada status anergik, seperti pada penyakit autoimun.
Sel limfosit T sitotoksik mengandung granula azurofilik yang berlimpah dan
mampu menghancurkan berbagai sel yang terinfeksi, sel tumor, tanpa sensitisati
(rangsangan) sebelumnya. Sel limfosit T sitotoksik ini diklasifikasikan sebagai sistem
kekebalan tubuh bawaan yang merupakan lapis ketiga pertahanan tubuh terhadap
berbagai macam serangan. Secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa
antigen asing atau abnormal di permukaan mereka.
Sel limfosit T sitotoksik dalam meningkatkan system pertahanan dengan cara
mengikutsertakan sistem pertahanan yang lain. Mengenal kembali material asing oleh
sistem imun oleh dirinya sendiri, tidak selalu menghasilkan pengrusakan material
tersebut. Sel dari sistem imun melepaskan messenger kimiawi (seperti sitokin) yang
mengambil dan mengaktifkan sel lain seperti polimorf, makrofag dan sel mast atau sistem
kimiawi (seperti komplemen, amine, kinin, dan sistem lisosomal) untuk menghancurkan
material asing
24

ANTIGEN
A.) Pengertian Antigen
-

Antigen adalah suatu bahan / molekul yang dapat menimbulkan respon imun
baik humoral maupun selular.

Protein makromolekular pada umumnya adalah antigen.

Epitop atau determinan antigen adalah bagian antigen yang dapat menginduksi
pembentukan antibodi dan diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibody atau
reseptor limfosit.

Hapten adalah epitop yang memiliki BM rendah dan baru menjadi antigen
apabila diikat oleh molekul besar (carrier), dan dapat mengikat antibodi.

B.)

Hapten biasa dikenal oleh sel B sedangkan carrier dikenal oleh sel T.

Pengklasifikasian dan Contoh-contoh Antigen


A. Klasifikasi Antigen
1. Pembagian antigen menurut epitop :
a. Unideterminan, univalen : hanya satu jenis determinan/epitop pada
satu molekul.

25

b. Unideterminan, multivalen : hanya satu jenis determinan tetapi dua


atau lebih determinan tersebut pada satu molekul.
c. Multideterminan, univalen : banyak epitop yang bermacam-macam
tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein).
d. Multideterminan, multivalen : banyak macam determinan dan
banyak dari setiap macam pada satu molekul.
2. Pembagian antigen menurut spesitisitas :
a. Heteroantinogen, yang dimiliki oleh banyak spesies
b. Xenoantinogen, yang hanya dimiliki oleh banyak spesies tertentu.
c. Aloantinogen, yang spesifik untuk individu dalam satu spesies
d. Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu.
e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri
3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T :
a. T dependen, yang memerlukan pengenalan sel T terlebih dahulu
untuk dapat menimbulkan respon antibodi.
b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T
untuk membentuk antibodi.
4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi :
a. Hidrat arang (polisakarida)
b. Lipid
c. Asam Nukleat
d. Protein
5. Cara masuk dalam tubuh :
a. Parental
: Melalui pembuluh darah (jarum suntik)
b. Oral
: Makanan
c. Kontak Mukosa : Berhubungan badan
d. Kontak Kulit
6. Produk Bakteri :
a. Toksin
b. Virus
c. Parasit
d. Obat dengan BM meningkat (ex. Insulin, penicillin, dll)
B. Contoh Antigen
1. Bakteri
2. Virus
3. Sel darah yang asing
4. Sel-sel dari transplantasi organ
5. Toksin
C.) Karakteristik dan Sifat-sifat Antigen
A. Karakteristik Antigen

26

Karakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas, lokasi determinan


dan struktur tersier.
1. Ukuran, antigen

lengkap (imunogen)

biasanya

mempunyai

berat

molekul yang besar. Tetapi molekul kecil dapat bergabung dengan


protein inang sehingga dapat bersifat imunogen dengan membentuk
kompleks kecil (hapten) dan protein inang (carrier).
2. Bentuk, bentuk determinan sangat penting sebagai komponen utama,
seperti DNP dalam DNP-L-lisin yang memberi bentuk molekul yang
tidak dapat ditemukan dalam homolog primer.
3. Rigiditas, Gelatin yang mempunyai berat molekul yang sangat besar,
hampir semuanya non imunogenik. Kespesifitasnya dari produksi
antigen secara langsung diangkut ke gelatin.
4. Lokasi determinan, bagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan
determinan antigen yang penting yang dapat dimasukkan oleh molekul
besar.
5. Struktur

tersier,

struktur

tersier

dari

protein

penting

dalam

mendeterminasi kespesifikasn dari respon suatu antibodi. Produksi


antibodi rantai A dari insulin tidak bereaksi dengan molekul alami.
Reduksi dan reoksidasi dari ribonuklease di bawah kondisi kontrol
diproduksi dari campuran molekul protein yang berbeda hanya dalam
struktur tiga dimensi. Jika katabolisme terjadi, struktur tersier dari
imunogen akan dihancurkan.

D.)

Mekanisme Masuknya Antigen dalam Tubuh


Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil
yang bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen
27

bila dia melekat pada

protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah

menjadi antigen tersebut dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi


tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal),
kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang
akan mensintesis pembentukan antibodi. Contoh hapten diantaranya adalah
toksin poison ivy, berbagai macam obat (seperti penisilin), dan zat kimia lainya
yang dapat membawa efek alergik.
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel
limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi
menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibodi yang
mampu berikatan dengan antigen yang merangsang pembentukan antibodi itu
sendiri. Tempat melekatnya antibodi pada antigen disebut epitop, sedangkan
tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.
Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi adalah seperti berikut:

Antigen/hapten masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, udara,

injeksi, atau kontak langsung.


Antigen berikatan dengan antibody.
Histamine keluar dari sel mast dan basofil
Timbul manifestasi alergi

Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi, kategori tersebut antara lain:


1. Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan
antibodi pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
2. Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:
a. Netralisasi
Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen
menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat
toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel
yang rentan.

28

b. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah
yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan
c. Presipitasi
Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu
besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan
akhirnya mengendap.
d. Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu
mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan
fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut.
e. Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel
pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer
cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi
sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.
3. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik dari interaksi
antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh
menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas
mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi
sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

ANTIBODI
A.) Pengertian Antibodi
Antibodi adalah bahan larut digolongkan dalam protein yang disebut globin.
Sekarang dikenal sebagai imunoglobin. Imunoglobin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang
berasal dari proliferasi sel B akibat adanya kontak dengan antigen.

29

Immunoglobulin atau antibody adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat


dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Immunoglobulin termasuk
kedalam kelompok glikoprotein yang mempunyai struktur dasar yang sama,terdiri dari
83-96% polipeptida dan 4-18% karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat
biologik molekul antibodi tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu
mengikat antigen secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan
histamin dari sel mast. Pada manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin. Tiap kelas
mempunyai perbedaan sifat fisik, tetapi pada semua kelas terdapat tempat ikatan antigen
spesifik dan aktivitas biologik berlainan.
Molekul antibody mempunyai fungsi yaitu :
Meningkatkan antigen secara spesifik
Memulai reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan histamin dari sel mati
Membantu imunitas melawan beberapa agen infeksi yang disebarkan melalui
darah seperti bacteria, virus, parasit, dan beberapa jamur
Memberi aktifitas antibody dalam karena gamaglobulin mengandung sebagian
besar antibodyjaringan serum
Mengikat dan menghancurkan antigen, namun demikian pengikatan antigen
tersebut kurang memberikan dampak yang nyata kalau tidak disertai fungsi
efektor sekunder. Fungsi efektor sekunder yang penting adalah memacu aktivasi
komplemen, di samping itu merangsang pelepasan histamine oleh basofil atau
mastosit dalam reaksi hipersensitivitas tipe segera.
B.) Bagian-bagian Antibodi
1. Fragmen antigen binding (Fab)
BM masing-masing 45.000 dalton
Memiliki sifat antibody yang dapat mengikat antigen secara spesifik.
Berekasi dengan determinan antigen (epitop) dan hapten.
2.

Fragmen crystallizable (Fc)


Dapat dikristalkan.
Tidak dapat mengikat antigen.
Menunjukkan fungsi biologis setelah Antigen diikat oleh Fab.

3. Rantai polipeptida dasar


30

Terdiri dari :
Dua rantai berat (heavy chain)
Dua rantai ringan (light chain)
C.) Struktur Immunoglobulin
Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam rantai polipeptida yang tersusun
dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai :

rantai H (rantai berat) dengan berat molekul 55.000


rantai L (rantai ringan) dengan berat molekul 22.000.

Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua
rantai ini diikat oleh suatu ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur
yang simetris. Ada yang menarik dari sususan imunoglobulinn ini yaitu penyusunan
daerah simetris rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah domain, yaitu bagian
dari rantai H atau rantai L, yang terdiri dari hampir 110 asam amino yang diapit oleh
ikatan disulfid interchain, sedangkan ikatan antara 2 rantai dihubungkan oleh ikatan
disulfid interchain. Rantai L mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda, sedangkan rantai
H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (), rantai A (), rantai M (), rantai E () dan rantai
D (). Setiap rantai mempunyai jumlah domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai 2
domain; sedang rantai G, A dan D masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E masingmasing 5 domain.
D.) Cara Kerja Antibodi
Cara kerja antibodi dalam mengikat antigen ada empat macam. Prinsipnya adalah
terjadi pengikatan antigen oleh antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah diikat
antibodi akan dimakan oleh sel makrofag. Berikut ini adalah cara pengikatan antigen oleh
antibodi.
1. Netralisasi
Antibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok bagian tertentu antigen.
Antibodi juga menetralisasi virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada
sel inang. Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau
toksik dari patogen dapat dikurangi.
2. Penggumpalan
31

Penggumpalan partikel-partikel antigen dapat dilakukan karena struktur antibodi


yang memungkinkan untuk melakukan pengikatan lebih dari satu antigen.
Molekul antibodi memiliki sedikitnya dua tempat pengikatan antigen yang dapat
bergabung dengan anti-gen-antigen yang berdekatan. Gumpalan atau kumpulan
bakteri akan memudahkan sel fagositik (makrofag) untuk menangkap dan
memakan bakteri secara cepat.
3. Pengendapan
Prinsip pengendapan hampir sama dengan penggumpalan, tetapi pada
pengendapan antigen yang dituju berupa antigen yang larut. Pengikatan antigenantigen tersebut membuatnya dapat diendapkan, sehingga sel-sel makrofag mudah
dalam menangkapnya.
4. Aktifasi Komplemen
Antibodi akan bekerja sama dengan protein komplemen untuk melakukan
penyerangan terhadap sel asing. Pengaktifan protein komplemen akan
menyebabkan terjadinya luka pada membran sel asing dan dapat terjadi lisis.

E.) Klasifikasi immunoglobulin


1. Immunoglobulin sebagai Rantai Panjang imunoglobulin sebagai rantai panjang
tiap kelas mempunyai berat molekul,masa paruh, dan aktivitas biologic yang
berbeda.
a. Immunoglobulin G ( IgG )
Merupakan antibodi dominan pada reaksi skunder dan menyusn pertahanan yang
penting melawan bakteri dan virus. IgG merupakan satu- satunya antibody yang dapat
melintasi plasenta. Oleh karena itu merupakan immunoglobulin yang paling banyak
yg di temukan pada tubuh
b. Immunoglobulin M ( IgGn M )
Antibodi berukuran paling besar mrupakan immunoglobulin yang dproduksi pada
awal respon imunitas primer, berat molekul 900.000 yang mempunyai total

32

selurpuluh tempat pengikatan antigen yang identik oleh karena itu disebut bervalensi
10.
Merupakan immunoglobulin yang paling efisien dalam proses aglutinasi dan
reksi antigen antibody lainya serta penting juga dalam pertahanan melawan bakteri
dan virus. IgM merupakan 10% dari seluruh jumlah immunoglobulin dengan
koefisien sedimen 19 S dan berat molekul 850.000-1000.000. molekul ini mempunyai
12% dari beratnya karbohidrat.
c. Immunoglobulin A ( IgA )
Immunoglobulin dengan rantai berat Alfa, terdapat pada cairan tubuh dan
permukaan organ sekresi, konsentrasi tinggi pada mukosa saluran pernapasan dan
pencernaan (saluran yang sering terpapar mikroorganisme) dan juga terdapat pada air
mata, kolostrum dan susu ibu. IgA berfungsi sebagai alat pertahanan pertama
terhadap invasi mikroorganisme
Merupakan kelas Ig kedua terbanyak dalam serum

dan juga merupakan

imunoglubulin utam pda hasil sekresi misalnya susu, saliva dan air mata serta sekresi
traktus respiratorius ,intestinal dan genital.
Fungsi immunoglobulin ini melindumgi membran mukosa dari serangan bakteri
dan virus. Kehadiranya dalam kolostrum dapat membantu system imun bayi yang
baru lahir.membatasi absorbs antigen yang berasal dari makanan.
d. Immunoglobulin D (IgD)
IgD merupakan immunoglobulin yang terendah dalam tubuh dibanding dengan
immunoglobulin lain. Konsentrasi IgD dalam serum kira-kira 3 50 g per mil
serum. Molekul IgD juga terdapat pada membran limphosit B bersama dengan IgM
monomer dan berperan dalam diferensiasi sel B.

e. Immunoglobulin E (IgE)
Immunoglobulin yang bertanggung jawab terhadap reaksi hipersensifitas,
diantaranya reaksi atopik dan anafilaktik. Biasanya ditemukan dalam jumlah tinggi
33

pada pasien akibat hipersensitifitas, misalnya: asma, bronchiale, renitis, eksem, dll.
IgE dibentuk secara lambat, berfungsi di luar sirkulasi dalam keadaan aktif terikat
dengan sel khusus, sehingga tak berkeliling mencari antigen, tapi menunggu antigen
datang ke tempat terikat. Satuan dari IgE adalah nanogram/ml.
2. Immunoglobulin sebagai Rantai Pendek
Antibodi Imun (Immunoglobulin)
Adalah antibodi yang terbentuk karena terpapar antigen tertentu dan bersifat
spesifik artinya antibodi ini akan aktif jika ada antigen yang merangsang
pembentukannya sifat fisika-kimianya yang dipakai untuk mengklasifikasi antibodi
sebagai berikut

Kelarutannya dalam garam dan solvens


Mobilitas elektroforesis
Besar molekul
Sedimentasi dalam ultrasentrifus

Jenis antibodi imun menurt hubungan reaksinya dengan antigen


Antitoksin
Aglutinin
Presipitin
Lisin
Opsonin
Antibodi pelindung
Antibodi pengikat komplemen
Ab Blocking dan non-presipitating
Antibodi Alamiah
Adalah antibodi yang terbentuk secara natural berdasarkan golongan darah.
Misalnya:

Golongan darah A mempunyai antibodi B


34

Golongan darah B mempunyai antibodi A


Golongan darah AB mempunyai antibodi O
Golongan darah O mempunyai antibodi A dan antibodi AB

Antibodi Monoklonal
Adalah antibodi yang spesifik terhadap satu macam epitop. Dalam pembuatan
antibodi monoclonal dapat dilakukan dengan cara in vitro dan in vivo. Secara in vitro
antibodi monoclonal diproduksi dengan cara hibridisasi sel myeloma dan sel limfa,
kemudian di biakan pada mikroplate 9b well dan diinkubasi pada incubator 37 C
mengandung CO2 5%, sedangkan secara in vivo setelah hibridisasi dinokulasikan pada
ruang peritioned pada mencit, kemudian cairan asites diisolasikan dan dimurnikan
sebagai antibodi monoclonal Tahap pembuatan antibodi monoclonal

Imunisasi
Fusi
Seleksi hibridoma
Seleksi kolona
Pembiakan
Penyimpanan

Antibodi Poli

MHC
1. Pengertian
Kompleks histokompatibilitas utama (bahasa Inggris: major histocompatibility
complex atau MHC) adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata.
35

Gen tersebut terdiri dari 4 juta bp yang terdapat di kromosom nomor 6 manusia dan
lebih dikenal sebagai kompleks antigen leukosit manusia (HLA).
Protein

MHC

yang

disandikan

berperan

dalam

mengikat

dan

mempresentasikan antigen peptida ke sel T. Protein MHC yang disandikan berperan


dalam mengikat dan mempresentasikan antigen peptida ke sel T. Molekul permukaan sel
yang

bertanggung

jawab

terhadap

rejeksi

transplan

dinamakan

molekul

histokompatibilitas, dan gen yang mengkodenya disebut gen histokompatibilitas. Nama


ini kemudian disebut dengan histokompatibilitas mayor karena ternyata MHC bukan
satu-satunya penentu rejeksi. Terdapat pula molekul lain yang walaupun lebih lemah juga
ikut menentukan rejeksi, yang disebut molekul histokompatibilitas minor. Pada saat ini
telah diketahui bahwa molekul MHC merupakan titik sentral inisiasi respons imun.
2. Ciri-ciri Struktur MHC
Dalam prosesnya, kedua jenis MHC ini memiliki kesamaan alias tidak berbeda.
Sedangkan pembedanya terletak pada tempat bekerjanya.

3. Klasifikasi MHC
a. MHC I
MHC 1 bekerja di luar sel atau ekstraseluler, prosesnya yaitu:
Antigen masuk ke dalam darah/di beberapa bagian tubuh
Makrophage memakan antigen tersebut (phagositosis)
Antigen akan sampai di dalam tubuh macrophage
Antigen tadi akan di pecah/di fragmen oleh enzim lisosom
MHC I akan berikatan pada setiap fragmen
Bagian patogenik akan dipresentasikan melalui media APC (Antigen

Presenting Cell)
Presentasi itu akan di respon oleh sel B/CD 8 (CD Killer).

b. MHC II
MHC II merupakan MHC yang bertindak di Intraseluler, prosesnya yaitu:
Antigen masuk ke dalam darah/di beberapa bagian tubuh
Proteosome mem-fragmen antigen tersebut ke dalam bagian yang kecil
Hasil dari fragmen itu dibawa ke dalam RE (Retikulum Endoplasma)
Kemudian fragmen itu berikatan dengan MHC kelas II
Bagian patogenik akan dipresentasikan dibantu oleh badan golgi dalam proses
eksositosis (proses keluar).
36

akan direspon oleh CD Helper atau CD 4

Skema

MHC Class I

MHC Class II

4. Perbedaan mendasar dari MHC I dan II

1.

Pada MHC I terjadi di ekstraseluler sedangakn MHC II di intraseluler.


37

2.

Pada MHC I yang bertugas mem-fragmen antigen adalah enzim lisosom pada
makrophage sedangkan di MHC II proteosom.

3.

Pada MHC I,setelah di presentasikan yang merespon adalah sel CD 8 atau sel T
killer sedangakn pada MHC II sel CD 4 atau sel T helper.

1.
2.
3.
4.

5. Persamaan Presentasi Antigen Pada Mhc Kelas I Dan Mhc Kelas II


Sama-sama dipresentasikan di permukaan APC
Setiap MHC hanya mampu mengikat satu fragmen antigen pada satu waktu
Fragmen antigen yang dipresentasikan hanya rantai asam amino
Peptida ditempatkan pada MHC saat berada di intraseluler

SISTEM KOMPLEMEN
A. Pengertian sistem komplemen
Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi berjenjang
sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selulardan sistem kekebalan
humoraluntuk melindungi tubuh dari infeksi. Protein komplemen tidak secara khusus
bereaksi terhadap antigen tertentu, dan segera teraktivasi pada proses infeksi awal dari
patogen.
Oleh karena itu sistem komplemen dianggap merupakan bagian dari sistem kekebalan
turunan. Walaupun demikian, beberapa antibodi dapat memicu beberapa protein
komplemen, sehingga aktivasi sistem komplemen juga merupakan bagian dari sistem
kekebalan humoral. Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat
kompleks protein yang satu dengan lainnya sangat berbeda.
Pada kedaan normal komplemen beredar di sirkulasi. darah dalam keadaan tidak
aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur yang tidak tergantung satu
dengan yang lain, disebut jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi sistem komplemen
menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan berbagai substansi biologik aktif
yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen. Aktivasi sistem komplemen tersebut
38

selain bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat membahayakan bahkan
mengakibatkan kematian, hingga efeknya disebut seperti pisau bermata dua. Bila aktivasi
komplemen akibat endapan kompleks antigen-antibodi pada jaringan berlangsung terusmenerus, akan terjadi kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan penyakit.

B. Fungsi komplemen
1. Inflamasi
Sebagai langkah awal untuk menghancurkan benda asing dan mikroorganisme serta
membersihkan jaringan yang rusak, tubuh mengerahkan elemen-elemen system imun ke
tempat benda asing dan mikroorganisme yang masuk ke tubuh atau jaringan yang rusak.

2.Kemokin
Merupakan molekul yang dapat menarik dan mengerahkan sel-sel fagosit. C3a, C5a dan
C5-6-7 merupakan kemokin yang dapat mengerahkans sel-sel fagosit baik mononuclear
maupun polimorfonuklear ke tempat terjadi infeksi. C5a adalah kemoatraktan untuk
neutrofil yang juga merupakan anafilatoksin. Monosit yang masuk ke jaringan menjadi
makrofag, dan fagositosisnya diaktifkan opsonin dan antibody. Makrofag yang diaktifkan
melepas berbagai mediator yang ikut berperan dalam reaksi inflamasi.

3.Fagositosisopsonin
Opsonin adalah molekul yang dapat diikat disatu pihak leh partikel (kuman) dan dilain
pihak oleh reseptornya pada fagosit sehingga memudahkan fagositosis bakteri atau sel
lain. C3 yang banyak diaktifkan pada aktivasi komplemen merupakan sumber opsonin
utama (C3b). Molekul C3b dalam bentuk inaktif (iC3b), juga berperan sebagai opsonin
dalam fagositosis oleh karena fagositosis juga memiliki reseptor untuk CiC3b.

IgG juga dapat berfungsi sebagai opsonin, bila berikatan dengan reseptor Fc pada
permukaan fagosit. Oleh karena fagosit tidak memiliki reseptor Fc untuk IgM, opsonisasi
yang dibantu konplemen merupakan hal yang sangat penting selama terjadi respon

39

antibody primer yang didominasi IgM yang merupakan activator komponen poten. CRP
juga berfungsi sebagai opsonin.

4. Adherens Imun
Adherens Imun merupakan fenomena dari partikel antigen yang melekat pada berbagai
permukaan (mis: permukaan pembuluh darah), kemudian dilapis antibody dan
mengaktifkan komplemen. Akibatkan anigen akan mudah difagositosis. C3b berfungsi
dalam adherens imun tersebut.

5. Elimiasi kompleks imun


C3a atau iC3b dapat diendapkan dipermukaan kompleks imun dan merangsang eleminasi
kompleks imun. Baik sel darah merah dan neutrofil memiliki CR1-R dan mengikat C3b
dan iC3b. C3 dan C4 ditemukan dalam kompleks imun yang larut dan diikat oleh CR1-R
pada sel darah merah yang mengangkutkan ke organ yang mengandung banyak fixed
fagosit seperti hati dan limpa. Melalui reseptor komplemen dan Fc, fagosit-fagosit
tersebut menyingkirkan dan menghancurkan kompleks imun dari sel darah merah. Pada
proses ini, sel darah sendiri tidak rusak.
Neutrofil dapat mengeliminasi kompleks imun kecil dalam sirkulasi. Bila antigen tidak
larut yang diikat antibody dan dibentuk dalam darah atau jaringan tidak disingkirkan,
akan memacu inflamasi dan dapat menimbulkan penyakit kompleks imun. Kompleks
besar tidak larut sulit untuk disingkirkan dari jaringan; sejumlah besar C3 yang diaktifkan
dapat melarutkan kompleks tersebut.

6. Lisis osmotic bakteri


Aktivasi C3 (jalur alternative atau klasik) akan mengaktifkan bagian akhir dari kaskade
komponen komplemen C5-C9. Aktivasi komplemen yang erjadi dipermukaan sel bakteri
akan membentuk Membrane Attack Complex dan akhirnya menimbulkan lisis osmotic
sel atau bakteri. C5 dan C6 memiliki aktivasi enzim, yang memungkinkan C7, C8 dan C9
memasuki membrane plasma dari sel sasaran.

7.AktivitasSitolitik
40

Eosinofil dan sel polimorfonuklear mempnyai reseptor untuk C3b dan IgG sehingga 3b
dapat meningkakan sitotoksisitas sel efektor Antibody Dependent Cell Mediated
Cytotoxicity (ADCC) yang kerjanya bergantung pada IgG. Disamping itu sel darah
merah yang diikat C3b dapat dihancurkan juga melalui kerusakan kontak. C8-9 merusak
membrane membentuk saluran-saluran dalam membrane sel yang menimbulkan lisis
osmotic.

C. Fungsi biologik protein komplemen


Fungsi sistem komplemen pada pertahanan tubuh dapat dibagi dalam dua golongan
besar:
1.

Sitolisis Pada aktivasi sitolisis ini (kompleks serangan membran) yang berfungsi

adalah C5-C9. Mekanisme ini sangat penting bagi pertahanan tubuh melawan
mikrooorganisme. Proses lisis ini dapat melalui jalur alternatif maupun jalur klasik.

2.

Sifat biologik aktif


Komplemen dinyatakan dengan nomor dan huruf. Proses aktivasi tidak

berlangsung berurutan sesuai dengan urutan nomor komplemen. Disepakati bahwa urutan
interaksi komplemen adalah : C1q, C1r, C1s, C4, C2, C3, kemudian C5 sampai C9.
Aktivasi komplemen dapat merupakan proses pemecahan molekul-molekul secara
enzimatik yang menghasilkan zat yang aktif atau proses penyesuaian tanpa pemecahan.
Pada beberapa tahap dari proses ini diperlukan
ion kalsium dan magnesium.
Aktivasi lengkap dari C1 sampai C9 mengakibatkan pecahnya membran dan
kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki lagi. Aktivasi lengkap terjadi dengan tahapantahapan sebagai berikut :

41

C2 melepaskan suatu peptida dengan berat molekul kecil dan aktivitas kinin, hasil
aktivasi C3 dan C5 merangsang mastosit, otot halus dan leukosit sehingga terjadi efek
anafilaktik, unsur lain dari C3 dan C5 berikatan dengan membran sel dan menyebabkan
sel lebih mudah di fagositosis, proses ini disebut opsonisasi, fragmen C3 dan C4
menyebabkan proses perlekatan yaitu partikel yang dilapisi komplemen melekat pada
permukaan sel yang memiliki reseptor untuk komplemen, C3 dan C4 aktif dapat pula
menetralisir virus, dan akhirnya fragmen C3 da C4 merangsang aktivitas kemotaktik
neutrofil sehingga neutrofil bergerak menghampiri fragmen protein yang bersangkutan.
Kompleks C5-C9 mempunyai aktivitas prokoagulan trombosit dan sebaliknya aktivitas
prokoagulan faktor XII dapat mencetuskan aktivasi C1. Plasmin dan trombin bersifat
proteolitikdan dapat memecah C3 hingga terbentuk C3 aktif.

D. Jalur aktivasi
a) Aktivasi komplemen jalur klasik
Aktivasi komplemen melalui jalur klasik atau disebut pula jalur intrinsik, dibagi
menjadi 3 tahap.

Regulasi jalur klasik, terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui aktivitas C1 inhibitor dan

penghambatan C3 konvertase.

Aktivitas C1 inhibitor

Aktivitas proteolitik C1 dihambat oleh C1 inhibitor (C1 INH). Sebagian besar C1 dalam
peredaran darah terikat pada C1 INH. Ikatan antara C1 dengan kompleks antigen-antibodi
akan melepaskan C1 dari hambatan C1 INH.
42

Penghambatan C3 konvertase Pembentukan C3 konvertase dihambat oleh beberapa

regulator.
b) Aktivasi komplemen jalur alternatif
Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi tanpa melalui
tiga reaksi pertama yang terdapat pada jalur klasik (C1 ,C4 dan C2) dan juga tidak
memerlukan antibodi IgG dan IgM. Pada keadaan normal ikatan tioester pada C3
diaktifkan terus menerus dalam jumlah yang sedikit baik melalui reaksi dengan H2O2
ataupun dengan sisa enzim proteolitik yang terdapat sedikit di dalam plasma. Komplemen
C3 dipecah menjadi frclgmen C3a dan C3b. Fragmen C3b bersama dengan ion Mg ++ dan
faktor B membentuk C3bB. Fragmen C3bB diaktifkan oleh faktor D menjadi C3bBb
yang aktif (C3 konvertase) (Lihat Gambar 5-2). Pada keadaan normal reaksi ini berjalan
terus dalam jumlah kecil sehingga tidak terjadi aktivasi komplemen selanjutnya. Lagi
pula C3b dapat diinaktivasi oleh faktor H dan faktor I menjadi iC3b, dan selanjutnya
dengan pengaruh tripsin zat yang sudah tidak aktif ini dapat dilarutkan dalam plasma
(lihat Gambar 5-3 ) . Tetapi bila pada suatu saat ada bahan atau zat yang dapat mengikat
dan melindurlgi C3b dan menstabilkan C3bBb sehingga jumlahnya menjadi banyak,
maka C3b yang terbentuk dari pemecahan C3 menjadi banyak pula, dan terjadilah
aktivasi komplemen selanjutnya. Bahan atau zat tersebut dapat berupa mikroorganisme,
polisakarida (endotoksin, zimosan), dan bisa ular. Aktivasi komplemen melalui cara ini
dinamakan aktivasi jalur alternatif. Antibodi yang tidak dapat mengaktivasi jalur klasik
misalnya IgG4, IgA2 dan IgE juga dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur
alternatif. Jalur alternatif mulai dapat diaktifkan bila molekul C3b menempel pada sel
sasaran. Dengan menempelnya C3b pada permukaan sel sasaran tersebut, maka aktivasi
jalur alternatif dimulai; enzim pada permukaan C3Bb akan lebih diaktifkan, untuk
selanjutnya akan mengaktifkan C3 dalam jumlah yang besar dan akan menghasilkan C3a
dan C3b dalam jumlah yang besar pula. Pada reaksi awal ini suatu protein lain, properdin
dapat ikut beraksi menstabilkan C3Bb; oleh karena itu seringkali jalur ini juga disebut
sebagai jalur properdin. Juga oleh proses aktivasi ini C3b akan terlindungi dari proses
penghancuran oleh faktor H dan faktor I. Tahap akhir jalur alternatif adalah aktivasi yang
terjadi setelah lingkaran aktivasi C3. C3b yang dihasilkan dalam jumlah besar akan
43

berikatan pada permukaan membran sel. Komplemen C5 akan berikatan dengan C3b
yang berada pada permukaan membran sel dan selanjutnya oleh fragmen C3bBb yang
aktif akan dipecah menjadi C5a dan C5b. Reaksi selanjutnya seperti yang terjadi pada
jalur altematif (kompleks serangan membran).

E.Reseptor komplemen
Aktivasi komplemen jalur alternative dan klasik menghasilkan beberapa fragmen
komplemen yang diikat oleh reseptor yang ditemukan pada berbagai jenis sel. C1qR
ditemukan pada makrofag yang mengikat C1G dari jaringan kolagen dan berperanan pada
elimnasi antigen. CR2 merupakan bagian dari kompleks ko-reseptor sel B dan juga
ditemukan pada sel dendritik folikular yang berfungsi dalam fagositosis kompleks imun di
center germinal dan dalam perkembangan sel memori. CR3 adalah antegrin (molekul adhesi).
Pada fagosit mononukleat, neutrofil dan Sel NK yang fungsinya memudahkan fagositosis
kompleks imun dan juga dalam migrasi monosit ke jaringan. CR4 merupakan intergrin yang
memupunyai fungsi sama dengan CR3, diekspresikan terutama pada makrofag jaringan.
Protein dalam serum yang merupakan komponen pada aktivasi komplemen, baik pada jalur
klasik maupun jalur alternative dibentuk oleh hati, makrofag, monosit dan ssel epitel
intestinal. Bahan-bahan tersebut dilepas kedalam serum dalam bentuk tidak aktif.
Pada tiap tahap penglepasan mediator terdapat mekanisme tubuh untuk menetralkan, yang
disebut regulator, sehingga tidak akan terjadi reaksi yang berlangsung terus-menerus yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan. System enzim yang kompleks ini diatur oleh
beberapa penyekat protein yang dapat mencegah aktivasi premature dan aktivitas yang
menunjang dari setiap produk. Contohnya adalah penyekat esterase CI (CI INH), penyekat
C3b, inaktifator anafilatoksin dan penyekat C4b. defesiensi bahan-bahan tersebut jarang
ditemukan. Penyekat anafilatoksin menginaktifkan C3a dan C5a. penyekat C3b mengikat
molekul

tersebut

dan

membuatnya

menjadi

inaktif.

SITOKIN

44

Pengertian Sitokin
Sitokin adalah protein yang dibuat oleh sel-sel yang mempengaruhi perilaku sel-

sel lain. Sitokin bertindak pada reseptor sitokin tertentu dalam sel yang mereka
pengaruhi.Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
immunitas, inflamasi dan hematopoesis.
Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh sel-sel tertentu
dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara sel-sel lokal, dan dengan
demikian memiliki efek pada sel-sel lain Sitokin dihasilkan sebagai respon terhadap
stimulus sistem imun. Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran
spesifik, yang kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin
kinase), untuk mengubah aktivitasnya (ekspresi gen).
Respon-respon terhadap sitokin diantaranya meningkatkan atau menurunkan
ekspresi protein-protein membran termasuk reseptor-reseptor sitokin, proliferasi, dan
sekresi molekul-molekul efektor.Sitokin bisa beraksi pada sel-sel yang mensekresinya
atau aksi autokrin, pada sel-sel terdekat dari sitokin disekresi atau aksi parakrin.Sitokin
bisa juga beraksi secara sinergis dua atau lebih sitokin beraksi secara bersama-sama atau
secara antagonis sitokin menyebabkan aktivitas yang berlawanan.
Sitokin dibagi dalam sitokin imunologi yaitu tipe 1 (IFN-, TGF-), dan tipe 2
(IL-4, IL-10, IL- 13), yang mendukung respon antibodi.
Sitokin masing-masing memiliki reseptor sel-permukaan yang cocok. Kaskade
sinyal intraselular berikutnya kemudian mengubah fungsi sel. Ini mungkin termasuk
upregulation dan / atau downregulation dari beberapa gen dan faktor-faktor transkripsi
mereka, sehingga dalam produksi sitokin lainnya, peningkatan jumlah reseptor
permukaan untuk molekul lain, atau penindasan efek mereka sendiri dengan inhibisi
umpan balik.
Generalisasi fungsi sitokin sangat sulit dijabarkan. Meskipun demikian, dampak
klinisnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

autokrin: jika sitokin yang bekerja pada jenis yang sama sel yang mengeluarkan.

45

parakrin: jika target dibatasi untuk sel-sel dari tipe yang berbeda di sekitar
langsung sekresi sitokin.
Hal ini tampaknya menjadi paradoks yang mengikat sitokin antibodi memiliki

efek kekebalan yang lebih kuat daripada sitokin saja.Hal ini dapat menyebabkan untuk
menurunkan dosis terapeutik.
Sekresi berlebihan sitokin dapat memicu sindrom berbahaya yang dikenal sebagai
badai sitokin, ini mungkin telah menyebabkan efek samping yang parah selama
percobaan klinis dari TGN1412.

Klasifikasi Sel Sitokin


Sitokin adalah nama umum, nama yang lain diantaranya limfokin (sitokin yang

dihasilkan limfosit), monokin (sitokin yang dihasilkan monosit), kemokin (sitokin dengan
aktivitas kemotaktik), dan interleukin (sitokin yang dihasilkan oleh satu leukosit dan
beraksi pada leukosit lainnya). Sitokin berdasarkan jenis sel penghasil utamanya, terbagi
atas monokin dan limfokin.
Makrofag sebagai sel penyaji antigen (Antigen Presenting Cell / APC),
mengekspresikan peptida protein Mayor Histocompatibility Complex (MHC) klas II pada
permukaan sel dan berikatan dengan reseptor sel T (Tcr), sel T helper.Makrofag
mensekresi Interleukin (IL)-1, IL-6, IL-8, IL-12, dan TNF-.

Pada sel T terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok sel Th1 memproduksi
Interleukin-2 (IL-2), Interferon- (IFN- ) dan Limfotoksin (LT).Kelompok sel Th2
memproduksi beberapa interleukin yaitu IL-4, IL-5, IL-6, IL-10.

Klasifikasi Struktural

46

Homologi struktural telah mampu membedakan antara sebagian sitokin yang


tidak menunjukkan tingkat redundansi sehingga mereka dapat diklasifikasikan menjadi
empat jenis:
Keempat famili -helix bundel sitokin Anggota memiliki struktur tiga dimensi
dengan empat bundel -heliks. Famili ini dibagi menjadi tiga sub-keluarga subfamily IL2
1. subfamili interferon (IFN)
2. subfamili IL-10
Yang pertama dari ketiga subfamili adalah yang terbesar. Hal itu berisi beberapa
non-imunologi sitokin termasuk eritropoietin (EPO) dan thrombopoietin (TPO).
Juga, empat bundel -helix sitokin dapat dikelompokkan menjadi sitokin rantai

panjang dan rantai pendek.


Famili IL-1 yang primer termasuk IL-1 and IL-18
Famili IL-17 , yang belum sepenuhnya ditandai, meskipun sitokin anggota
memiliki efek khusus dalam mempromosikan proliferasi T-sel yang menyebabkan
efek sitotoksik

Klasifikasi Sitokin Menurut Fungsi

Sitokin dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok fungsional berdasarkan aktivitas


biologiknya yang utama, yaitu;
1.

Mediator dan regulaor imunitas bawaan

Kelompok sitokin ini terutama diproduksi oleh fagosit mononuclear sebagai respons
terhadap agen infeksi.PAMPs seperti lipopolisakarida (LPS), dsRNA virus, berikatan
dengan TLR pada permukaan sel atau dalam endosome magrofag dan merangsang
sintesis dan sekresi beberapa jenis sitokin system imun bawaan yang penting. Sitokin
yang sama dapat juga disekresi oleh makrofag yang diaktivasi oleh Limfosit T yang
distimulasi oleh antigen (jadi sebagai bagian respons imun didapat) sebagian besar
sitokin dalam kelompok ini melancarkan aksinya pada sel endotel dan leukosit untuk
merangsang reaksi inflamasi dini dan sebagian lagi untuk mengontrol respons ini. Sel NK
47

juga memproduksi NKT juga memproduksi sitokin pada saat berlangsunnya system imun
bawaan.
2.

Mediator dan regulator imunitas didapat

Kelompok sitokin ini diproduksi terutama oleh limfosit T sebagai respons terhadap
pengenalan spesifik antigen asing. Beberapa sitokin yang diproduksi sel T berfungsi
terutama untuk mengatur pertumbuhan dan diferensiasi berbagai populasi limfosit,
dengan demikian memegang peran penting dalam fase aktivase respons imun yang
bergantung pada sel T. sitokin lain yang diproduksi oleh sel T merekrut, mengaktivasi dan
mengatur sel-sel efektor spesifik, seperti fagosit mononuclear, neutrophil dan eosinophil,
untuk mengeliminasi antigen dalam fase respons imun didapat.
3.

Stimulator hemopoesis

Sitokin ini diproduksi oleh sel-sel stromma dalam sumsum tulang, leiukosit dan sel-sel
lain, dan merangsang pertumbuhan dan diferensiasi leukosit imatur.
Sitokin
Sel penghasil
Imun Selektif
dan
Aktivitasnya
GM-CSF
Sel Th
IL-1 IL-1

MonositMakrofagSel
sel BDC

Sel sel B
Sel sel NK
bervariasi
IL-2
Sel-sel Th1

IL-3
Sel mast
IL-4
Makrofag
Sel-sel T

Sel-sel ThSel-sel
NK
Sel-sel Th2

Sel target

Fungsi

Sel-sel
progenator
Sel sel Th

Pertumbuhan dan differensiasi


monosit dan DC
co-stimulasi

Maturasi dan proliferasi


Aktivasi
Inflamasi, fase respon akut, demam
Pengaktifan
Pertumbuhan,
sel T dan B, sel- proliferasi,aktivasi
sel NK
Sel pokok
Pertumbuhan dan differensiasi
Pertumbuhan dan pelepasan histamin
Pengaktifan
Proliferasi dan differensiasi
Sel B
lgG1 dan sintesis Ig E
MHC klas II
Proliferasi
48

IL-5

Sel-sel Th2

IL-6

MonositMakrofagSelsel Th2Sel-sel stromal

Sel plasma
Sel pokok
Bervariasi
Il-7
IL-8

Stroma sumsum,timus

Sel-sel NK
IFN-

Leukosit

Neutrofilneutrofil
Makrofag
Aktivasi
Pengaktifan selsel Tc
Pengaktifan
Bervariasi

IFN-

Fibroblas

Bervariasi

IFN-

Sel-sel Th1Sel-sel Tc,


sel-sel NK

Bervariasi

IL-10
Sel-sel B
IL-12

MakrofagSel
endotelium
Sel-sel Th2

Pengaktifan sel
B
Pengaktifan sel
B
Sekresi antibodi
Differensiasi
Respon fase akut
Sel pokok

MakrofagSel-sel B

Makrofag
Pengaktifan sel B
Sel-sel Th
Makrofag
MIP-1
Makrofag
MIP-1

Limfosit

TGF-

Sel T, monosit

Pengaktifan makrofag
Pengaktifan sel B
Bervariasi
TNF-
MakrofagSel mast, selsel NK
Sel tumor
TNF-
Sel Th1 dan Tc
Sel tumor

Proliferasi dan differensiasi


sintesis lgA
Differensiasi sel plasma

Differensiasi kedalam
progenitor sel T dan B.
Kemotaksis
Produksi sitokin
Differansiasi CTL (dengan IL2)
Replikasi virus, ekspresi MCH
I
Replikasi virus, ekspresi MCH
I
Replikasi virus

Respon MHC
Perubahan Ig menjadi IgG2a
Proliferasi
Eliminasi patogen
Monosit, sel-sel Kemotaksis
T
Monosit, sel-sel Kemotaksis
T
Monosit,
Kemotaksis
Makrofag
Sintesis IL-1
Sintesis lgA
Proliferasi
Makrofag
Ekspresi CAM dan sitokin
Sel mati
Fagosit-fagosit
Sel mati

Fagositosis, tidak ada produksi

49

Reseptor Sitokin
Dalam beberapa tahun terakhir, reseptor sitokin telah banyak menyita perhatian

para ahli dibandingkan dengan sitokin itu sendiri, sebagian karena karakteristiknya yang
luar biasa, dan sebagian karena defisiensi reseptor sitokin secara langsung berkaitan
dengan melemahnya immunodefisiensi.
Dalam hal ini, dan juga karena redundansi dan pleiomorpishm sitokin, pada
kenyataannya merupakan konsekuensi dari reseptor homolog sitokin, banyak para ahli
berfikir bahwa klasifikasi reseptor akan lebih berguna secara klinis dan eksperimental.
Sitokin bekerja pada sel-sel targetnya dengan mengikat reseptor-reseptor membran
spesifik.Reseptor dan sitokin yang cocok dengan reseptor tersebut dibagi ke dalam
beberapa kelompok berdasarkan struktur dan aktivitasnya.

Klasifikasi reseptor sitokin berdasarkan pada struktur tiga-dimensi yang


dimiliki.
Reseptor sitokin tipe 1 ( Haemopoitin Growth Factor family )

Anggota-anggotanya memiliki motif tertentu pada ekstraseluler asam-amino domain.


Contoh, IL-2 reseptor memiliki rantai (umumnya untuk beberapa sitokin lain) yang
kurang sehingga secara langsung bertanggung jawab atas x-linked Severe Combined
Immunodeficiency (X-SCID). X-SCID menyebabkan hilangnya aktivitas kelompok
sitokin ini.

Reseptor sitokin tipe 2 ( Interferon )

Anggota-anggotanya adalah reseptor-reseptor terutama untuk interferon.Reseptorreseptor kelompok interferon memiliki sistein residu (tetapi tidak rangkain Trp-Ser-XTrp-Ser) dan mencakup reseptor-reseptor untuk IFN, IFN, IFN.

Reseptor sitokin tipe 3 ( Tumor Necrosis Factor family )

Anggota-anggotanya berbagi sistein-ekstraseluler yang umumnya banyak mengikat


domain, dan termasuk beberapa non-sitokin lain seperti CD40, CD27, dan CD30, selain
yang diberi nama (TNF).

Reseptor kemokin
50

Reseptor kemokin mempunyai tujuh transmembran heliks dan berinteraksi dengan G


protein.Kelompok ini mencakup reseptor untuk IL-8, MIP-1, dan RANTES.1 Reseptor
kemokin, dua diantaranya beraksi mengikat protein untuk HIV (CXCR4 dan CCR5),
yang juga tergolong ke dalam kelompok ini.
Tipe Reseptor sitokin
Reseptor tipe 1

Reseptor tipe 2

Imunoglobin
superfamili

Contoh
Struktur
Mekanisme

Reseptor tipe 1
Tergantung padamotif
JAK phosphorylate
ekstraseluler-asam
dan mengaktifkan
interleukin
amino domain mereka.
protein-protein pad

Yang dihubungkan
lintasan transduksi
Reseptoreritropoietin
sampai Janus Kinase
sinyalnya.

Reseptor GM-CSF
(JAK) family dari tirosin

d. Reseptor faktor
kinase
interleukin

Reseptor G-CSF

Reseptor prolakin

Reseptor faktor
penghambat leukemia

Reseptor tipe 2 interleukin

Reseptor interferon /

Reseptor gamma interferon

Reseptor interleukin-1
Berbagi homologi struktural dengan

CSF 1
imunoglobin-imunoglobin (antibodi), sel

C Reseptor
molekul-molekul adhesi dan bahkan berapa

ReseptorInterleukin 18 sitokin.

Reseptor tumor
nekrosis faktor family

Reseptor kemokin

Reseptor TGF beta

CD27
CD30
CD40
CD120
Reseptor
Lymphotoxin beta
Reseptor interleukin 8
CCR1
CXCR4
Reseptor MCAF
Reseptor NAP-2
Reseptor TGF beta 1
Reseptor TGF beta 2

Sistein-kaya akan ekstraseluler mengikat


domain

Tujuh transmembran
heliks

G proteinberpasangan

51

Immunoglobulin (Ig) superfamili

Immunoglobulin (Ig) yang sudah ada seluruhnya pada beberapa sel dan jaringan dalam
tubuh vertebrata, dan berbagi struktural homologi dengan immunoglobulin (antibodi), sel
molekul adhesi, dan bahkan beberapa sitokin. Contoh, IL-1 reseptor.2

Reseptor TGF beta 7

Anggotanya dari transformasi faktor pertumbuhan beta superfamili, yang tergolong


kelompok ini, meliputi TGF-1, TGF-2, TGF-3.2
Reseptor sitokin bisa keduanya merupakan membran berbatas dan larut.Reseptor sitokin
yang larut umumnya secara ekstrim sebagai pengatur fungsi sitokin.2 Aktivitas sitokin
bisa dihambat oleh antagonisnya, yaitu molekul yang mengikat sitokin atau
reseptornya.Selama berlangsungnya respon imun, fragmen-fragmen membran reseptor
terbuka dan bersaing untuk mengikat sitokin.

Tipe Reseptor Sitokin

MEKANISME IMUNITAS HUMORAL

52

Sistem Imun Spesifik Humoral

Imunitas humoral adalah kekebalan yang dihasilkan dari aktivitas unsur-unsur


dalam darah dan jaringan limfoid, seperti antibodi. Imunitas humoral merupakan sarana
dimana tubuh melindungi diri dari infeksi dengan memproduksi antibodi yang
menargetkan benda asing dalam aliran darah yang dipandang sebagai berpotensi
berbahaya, dan menandai untuk dihancurkan. Imunitas ini bersifat tidak langsung.
Imunitas humoral menghasilkan pembentukan antibodi (immunoglobulin spesifik)
yang disekresikan oleh sel limfosit B (sel plasma) yang dibantu oleh sistem komplemen.
Antibodi ini berada dalam plasma darah dan cairan limfa (dahulu disebut cairan humor)
dalam bentuk protein. Pembentukan antibodi ini dipicu oleh kehadiran antigen. Antibodi
secara spesifik akan bereaksi dengan antigen. Spesifik, berarti antigen A hanya akan
berekasi dengan dengan antibodi A, tidak dengan antibodi B. Antibodi umumnya tidak
secara langsung menghancurkan antigen yang menyerang. Namun, pengikatan antara
antigen dan antibodi merupakan dasar dari kerja antibodi dalam kekebalan tubuh.
Orang dilahirkan dengan satu set respon imun bawaan yang dirancang untuk
mengenali jenis luas sel dan organisme yang dapat menimbulkan ancaman bagi tubuh,
namun imunitas humoral diperoleh oleh terkena virus, bakteri, dan zat lain yang dapat
menyebabkan kerugian. Seiring dengan berjalannya waktu, tubuh membangun lebih
kenangan dari serangan sebelumnya oleh mikroorganisme berbahaya.

53

Limfosit B

Limfosit B jumlahnya mencapai 30% dari keseluruhan limfosit di dalam tubuh.


limfosit B dibentuk dan mengalami pematangan dalam sumsum tulang (bone marrow).
Limfosit B yang berkembang dalam sumsum tulang mengalami pembelahan atau
diferensiasi menjadi sel plasma dan sel limfosit B memori. Sel plasma yang terbentuk
bertugas menyekresikan antibodi ke dalam cairan tubuh. Adapun sel limfosit B memori
berfungsi menyimpan informasi antigen.
Untuk respon imun, limfosit B melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan
respon imun sekunder. Jika sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka
limfosit B membelah secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua
Limfosit B segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast
untuk menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk mengeluarkan
histamin. Satu sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan antibodi yang sama
sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut limfosit B memori. Inilah
proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen yang sama menyerang kembali,
Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya.
Semuanya melepaskan antibodi dan merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk
membunuh antigen tersebut. Kemudian, satu limfosit B dibiarkan hidup untuk
menyimpan antibodi yang ada dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon
imun sekunder jauh lebih cepat daripada respon imun primer.
Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang sama dengan yang
menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen yang
sama karena limfosit B yang mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori
biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen
spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam waktu yang sangat
lama, maka Limfosit B bisa saja mati, dan individu yang seharusnya bisa resisten
terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi jika antogen itu menyerang, maka seluruh proses
respon imun harus diulang dari awal.

Antibodi atau Imunoglobulin (Ig)


54

Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam


serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam
famili glikoprotein yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida
dan 4-18% karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul antibodi
tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat antigen secara spesifik
dan memulai reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan histamin dari sel mast.
Macam-macam imunoglobulin (Ig)
o Imunoglobulin G (IgG)
- Merupakan satu-satunya immunoglobulin yang mampu melewati plasenta.
- Merupakan kekebalan pasif dari ibu kepada anaknya serta merupakan pertahanan
utama untuk bayi pada minggu-minggu pertama dalam kehidupannya ( dari
kolustrum)
- Diproduksi jika tubuh berespon terhadap antigen yg sama
- Antibodi utama di sirkulasi/terbanyak di darah
- Mengikat patogen, mengaktifkan komplemen, meningkatkan fagositosis
o Imunoglobulin M (IgM)
- Merupakan antibodi pertama yang menyerang antigen
- Tidak dapat melalui plasenta
- Di sirkulasi, dan merupakan antibodi terbesar
- Reseptor permukaan sel B & disekresi pd tahap awal respon sel plasma
- Mengaktifkan komplemen, menggumpalkan sel
- IgM dan IgG berperan jika tjd invasi bakteri & virus serta aktivasi komplemen
o Imunoglobulin A (IgA)
- Ditemukan dalam sekresi eksternal. Contoh pada mukosa saluran nafas, intestinal,
urin, genital, saliva, air mata dll
- Dapat menetralisir virus dan menghalangi penempelan bakteri pada sel epithelium
o Imunoglobulin D (IgD)
- Melekat pada permukaan luar sel limfosit B
- Berfungsi sebagai reseptor antigen sel limfosit B dan penting bagi aktivitas sel
limfosit B tersebut (menandai kematuran sel B dan mengenali antigen pada sel B)
- Di sirkulasi dan jumlahnya paling rendah
o Imunoglobulin E (IgE)
- Disekresikan oleh sel plasma di kulit, mukosa dan tonsil
- Mengakibatkan sel melepaskan histamin dan berperan dalam reaksi alergi
- Melindungi dari serangan parasit dan cacing
- Membran berikatan dengan reseptor basofil dan sel mast dalam jaringan

55

Mekanisme Imunitas Humoral


Proses respon imun humoral dimulai dari masuknya antigen ke dalam tubuh, yang
dapat merangsang pembentukan antibodi yang dapat masuk ke dalam peredaran darah
dan cairan tubuh lainnya (humoral).
Cara kerja antibodi dalam mengikat antigen ada empat macam, yaitu : netralisasi,
aglutinasi, presipitasi, dan fikasasi komplemen (protein komplemen). Prinsipnya adalah
terjadi pengikatan antigen oleh antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah diikat
antibodi akan dimakan oleh sel makrofag.

1. Netralisasi
Antibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok bagian tertentu antigen. Antibodi
juga menetralisasi virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada sel inang.
Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau toksik dari patogen
dapat dikurangi. Dengan demikian sel fagosit dapat mencerna bakteri tersebut.
2. Aglutinasi (Penggumpalan)
56

Penggumpalan partikel-partikel antigen dapat dilakukan karena struktur antibodi yang


memungkinkan untuk melakukan pengikatan lebih dari satu antigen. Molekul antibodi
memiliki sedikitnya dua tempat pengikatan antigen yang dapat bergabung dengan
antigen-antigen yang berdekatan. Gumpalan atau kumpulan bakteri akan memudahkan
sel fagositik (makrofag) untuk menangkap dan memakan bakteri secara cepat.
3. Presipitasi (Pengendapan)
Pengikatan silang molekul-molekul antigen yang terlarut dalam cairan tubuh. Prinsip
pengendapan hampir sama dengan penggumpalan, yang berbeda hanya pada
pengendapan antigen yang dituju berupa antigen yang larut. Pengikatan antigen-antigen
tersebut membuatnya dapat diendapkan, sehingga sel-sel makrofag mudah dalam
menangkapnya. Setelah diendapkan, antigen tersebut dikeluarkan dan di buang melalui
fagositosis.
4. Fiksasi Komplemen
Antibodi yang berikatan dengan antigen akan mengaktifkan sistem komplemen (protein
komplemen). Pengaktifan protein komplemen akan menyebabkan terjadinya luka atau
pori pada sel mikroba patogen, luka atau pori ini menyebabkan lisozim dapat masuk dan
sel patogen tersebut akan hancur (lisis).

57

Anda mungkin juga menyukai