Kehidupan
atau
kekebalan
adalah
sistem
mekanisme
pada
adalah
ilmu
yang
mempelajari
mekanisme
yang
yang
luas,
termasuk
inflamasi,
fagositosis,
sintesis
mendeteksi
dan
mengeliminasi
sel-sel
neoplastik
dan
menjaga
Imunitas
alami
organisme
bersifat
adalah
pertahanan
penantangeksogenus.
nonspesifik,
jadi
pertama
Mekanisme
tidak
ada
terhadap
yang
terjadi
diskriminasiantara
menyediakan
pertahanan
pertama
dari
dan
rambut
getar
serta
mukus
dari
saluran
lemak
beberapa
jenuh,
bakteri
menyediakan
dan
fungsi.
perlawanan
Mukoprotein,
terhadap
mencegah
Apabila
imunitas
alami
tidak
mampu
untuk
mengaktifkan
sel
dan
memproduksi
antibodi
dan
berdasar
pada
peran
hospes
dalam
mempelajari
khususnya MHC
Imonohematologi,
kontrol
mempelajari
genetik
golongan
respon
darah,
imun,
variasi
struktur
aanigen,
dan
menghilangkan
mikroorganisme
atau
Sistem imun yang sehat adalah sistem imun yang seimbang yang bisa
meningkatkan kemampuan tubuh dalam melawan penyakit.
Antigen
Antigen adalah suatu substansi kimia yang mampu merangsang sistem imun
(kekebalan) untuk menimbulkan respon spesifik. Contoh antigen adalah bagian luar
6
kapsul atau dinding sel bakteri. Antigen disebut juga imunogen. Antigen merupakan
bahan asing yang merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh.
Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem
kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan
antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun.
2.
Antibodi
Antibodi adalah protein yang dibentuk sebagai respon terhadap suatu antigen dan
secara spesifik mengadakan reaksi dengan antigen tersebut. Antibodi tidak dapat
menghancurkan antigen. Antibodi tidak bisa secara langsung menghancurkan antigen.
Fungsi utama antibodi adalah menonaktifkan dan menandai antigen untuk penghancuran
lebih lanjut. Umumnya jika antibodi bertemu dengan antigen akan terbentuk kompleks
antigen-antibodi.
Antibodi disebut juga imunoglobin. Ada lima imunoglobin (Ig) utama, yaitu IgG,
IgA, IgM, IgD, dan Ig E.
BARIER
- Kulit
- Kelenjar
Mukosa
- Selaput
lender
- Silia
- Asam
lambung
HUMORAL
SELULAR
NONKomplemen
SPESIFIK
Interferon
CRP
Kolektin
-Sel Fagosit
-Makrofag
-Sel NK
-Sel mast
SPESIFIK
HUMORAL
SEL B
SELULAR
7
SEL T
Resistensi
Spesifitas
Non spesifik
Tidak berubah oleh infeksi
Umumnya efektif terhadap semua
Spesifik
Membaik oleh infeksi berulang
Spesifik untuk mikroorganisme yang
mikroorganisme
Fagosit, Sel NK, Sel K
Lizosim, Komplemen, Protein fase
penting
Sel yang berada di
dalamnya
Sifat
Cara kerja
Jika terpapar oleh suatu antigen, akan terjadi respon kekebalan. Perkenalan dengan
suatu antigen akan membangkitkan respon kekebalan primer. Jika setelah beberapa waktu
seseorang terkena antigen yang sama, maka akan muncul respon kekebalan sekunder.
1.
2.
3.
dan IgD. Selama proses terbentuk sel-sel memori yang jumlahnya masih terbatas.
Menyusul respon sekunder, sel-sel sensitif terhadap antigen yang jumlahnya bertambah
cepat sehingga sintesis antibodi meningkat.
Respon kekebalan sekunder yang muncul bersifat lebih cepat, lebih tahan lama, dan
lebih efektif daripada respon sebelumnya. Hal itu disebabkan sistem kekebalan telah
lebih siap terhadap antigen karena sel-sel memori bersiap melawan antigen. Sel-sel
memori ini yang pada akhirnya akan menimbulkan memori imunologis.
Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana sistem kekebalan seseorang sangat lemah
atau tidak mampu melakukan tugasnya melawan infeksi berbahaya. Imunodefisiensi
dapat terjadi karena bawaan sejak lahir maupun muncul di waktu dewasa.
Imunodefisiensi yang paling memeatikan adalah AIDS yaang disebabkan oleh HIV. HIV
menghambat kertja sel T hepler sehingga menekan sistem kekebalan. Penderita AIDS
umumnya meninggal karena komplikasi berbagai infeksi penyakit yang tidak dapat
diatasi oleh sistem kekebalan yang lemah.
2.
Hipersensitivitas (Alergi)
Hipersensivitas adalah respon berlebihan terhadap antigen tertentu. Dalam peristiwa
alergi, sistem kekebalan dapat menyebabkan kerusakan jaringan ketika berusaha
melakukan perlawanan. Antigen yang menyebabkan alergi disebut alergen.
11
3.
Autoimunitas
Autoimunitas adalah kegagalan sistem kekebalan untuk mengenali sel tubuhnya
sendiri. Sistem kekebalan menganggap sel tubuhnya sebagai antigen dan menghasilkan
antibodi untuk melawannya. Contoh : penyakit Lupus.
4.
Isoimunitas
Isoimunitas adalah keadaan dimana tubuh mendapatkan kekebalan dari individu lain
yang melawan sel tubuhnya sendiri. Isoimunitas dapat muncul akibat transfusi darah atau
karena cangkok organ dari orang lain.
Pengertian
Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada
manusia untuk mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity merupakan
kekebalan non-spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi
tanpa memperhatikan jenis dari mikroba itu. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua
sistem pertahanan, pertahanan tingkat pertama dan pertahanan tingkat kedua.
Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi dari segala macam
mikroba patogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal. Dan
pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikroba patogen meliputi
fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba. Yang termasuk sel fagosit adalah
makrofag, sel dendrit, neutrofil. Sedangkan Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap
sel yang rusak, repon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak.
Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi invasi oleh mikroba agar tidak menyebar lebih
luas lagi, serta memperbaiki jaringan atau sel yang telah rusak oleh mikroba. Dan jenis
pertahanan kedua yang terakhir yaitu substansi mikroba.
Substansi mikroba yang dimaksud adalah komplemen. Sistem komplemen
merupakan sistem yang penting dalam innate immunity karena fungsinya sebagai
12
opsonisator untuk meningkatkan fagositosis sel fagosit dan kemoatrtaktor untuk menarik
sel-sel radang yang menyebabkan inflamasi.
Innate immunity, atau sering disebut imunitas alamiah, merupakan mekanisme
pertama yang akan terjadi saat infeksi berlangsung, terjadi secara cepat terhadap infeksi
mikrobia, dan terjadi antara jam ke-0 sampai jam ke-12 infeksi. Sistem imun turunan
terdiri dari berbagai sel dan mekanisme yang mempertahankan tubuh suatu organisme
dari infeksi organisme lain, secara non-spesifik. Ini berarti sel-sel dari sistem imun
turunan mengenali dan merespon patogen dalam cara yang umum, namun tidak seperti
sistem imun adaptif, sistem imun turunan tidak menyediakan kekebalan yang protektif
dan jangka panjang bagi organisme yang memilikinya. Sistem imun turunan
menyediakan pertahanan menengah melawan infeksi, dan dapat ditemukan pada semua
tumbuhan dan hewan.
B. Sifat-sifat Sistem Imun Nonspesifik
Sistem imun nonspesifik memiliki sifat:
1. Resistensi tidak berubah oleh infeksi berulang
2. Umumnya efektif terhadap semua zat asing
3. Terjadi pada awal infeksi untuk menghancurkan virus, mencegah atau
mengendalikan infeksi
4. Eksposur menyebabkan respon maksimal segera, berlangsung cepat
5. Tidak ada memori imunologikal
6. Respon tidak spesifik, umumnya efektif terhadap semua mikroba
C. Pertahan imunitas bawaan (nonspesifik) mencakup :
1. Peradangan, suatu respon nonspesifik terhadap cedera jaringan dimana spesialisspesialis fagositik neutrofil dan makrofag berperan besar, bersama dengan
asupan suportif dari tipe sel imun lain.
2. Interveron, sekelompok protein yang secara nonspesifik mempertahankan sel dari
inveksi virus.
13
3. Natural killer kells, suatu kelompok khusus sel mirip limfosit yang secara spontan
dan non spesifik melisiskan atau memecahkan dan menghancurkan sel pejamu
yang terinfeksi virus dan sel kanker.
4. Sistem komplemen, sekelompok pritein plasma inaktif yang jika diaktifkan secara
berurutan, akan merusak sel-sel asing dengan menyerang membran plasmanya.
D. Cakupan pertahanan imunitas non spesifik (bawaan) :
1. Peradangan
Peradangan adalah respons nonspesifik terhadap invasi asing atau
kerusakan jaringan. Tujuan akhir peradangan adalah membawa fagosit dan protein
plasma ke tempat invasi atau kerusakan untuk :
a. Menigsolasi, menghancurkan, atau menginaktifkan penyerang.
b. Membersihkan debris
c. Mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan.
.
2. Interferon
Selain respon peradangan, mekanisme pertahanan bawaan lain adalah
pengeluaran Interferon dari sel yang terinfeksi virus. Interferon secara singkat
menghasilkan reistensi nonspesifik terhadap infeksi transien yang mengganggu
replikasi virus yang sama atau yang tidak berkaitan di sel-sel pajamu lain.
3. Natural killer cell
Natural killer (NK) cell adalah sel alami mirip limfosit yang secara
nonspesifik menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan sel kanker dengan
melisiskan secara langsung membran sel-sel tersebut saat pertama kali bertemu.
Cara kerja dan sasaran utama serupa dengan yang dimiliki oleh sel T sitotoksik,
tetapi sel yang terakhir ini hanya dapat mematikan sel yang terinfeksi virus
tertentu atau sel kanker yang telah terpajang sebelumnya. Selain itu, setelah
terpajang sel T sitotoksik memerlukan periode pematangan sebelum sel ini dapat
melakukuan serangan yang mematikan. Sel NK menghasilkan pertahanan
nonpesifik yang tepat terhadap sel yang terinfeksi virus dan sel kanker sebelum
sel T sitotoksik yang lebih spesifik dan lebih banyak dapat berfungsi.
4. Sistem komplemen
System komplemen adalah mekanisme pertahanan lain yang beraksi
secara nonspesifik sebagai respons terhadap invasi organisme.
E. Faktor-Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Sistem Imun Nonspesifik
14
15
3. Pertahanan Humoral
Sistem imun nonspesifik ini menggunakan berbagai molekul larut tertentu
yang diproduksi di tempat infeksi dan berfungsi lokal, misalnya peptida
antimikroba (defensin, katelisidin, dan IFN dengan efek antiviral). Namun juga
ada faktor larut lainnya yang diproduksi di tempat yang lebih jauh dan dikerahkan
ke jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti komplemen dan PFA (Protein Fase
Akut).
Pertahanan humoral diperankan oleh komplemen, interferon dan CRP (C
Reaktif Protein / protein fase akut), kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin):
a.
Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan
parasit karena:
1) Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri
2) Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat
3)
bakteri
Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri
memudahkan
b.
makrofag
untuk mengenal
dan
memfagositosis
(opsonisasi).
Interferon
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai
sel manusia yang mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons
terhadap infeksi virus. Interveron mempunyai sifat anti virus dengan
jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga
menjadi resisten terhadap virus. Disamping itu, interveron juga dapat
mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel yang diinfeksi virus atau
menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada permukaannya.
Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian
c.
16
setelah infeksi atau inflamasi akut. CRP berperanan pada imunitas non
spesifik, karena dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai
molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan jamur.
4. Pertahanan Selular
Sel-sel sistem imun nonspesifik ini dapat ditemukan dalam sirkulasi atau
jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan di sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil.
basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan trombosit. Contoh sel
yang dapat ditemukan di jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel
plasma dan sel NK.
Pertahanan selular diperankan oleh sel-sel imun yang terdiri dari oleh
fagosit, sel makrofag, sel dendritik, sel mastosit, sel mast, sel NK (Natural Kiler).
a. Fagosit
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis tetapi sel
utama yang berperaan dalam pertahanan non spesifik adalah sel mononuclear
(monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Dalam
kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun
spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingakt sebagai berikut:
Kemotaksis, menangkap, memakan (fagosistosis), membunuh dan mencerna.
b. Makrofag
Makrofaga adalah fagosit yang paling efisien, dan bisa mencerna
sejumlah besar bakteri atau sel lainnya.
Neutrofil.
Neutrofil bersama dengan dua tipe sel lainnya: eosinofil dan basofil
dikenal dengan nama granulosit karena keberadaan granula di
sitoplasma mereka, atau disebut juga dengan polymorphonuclear karena
bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil mengandung
berbagai macam substansi beracun yang mampu membunuh atau
menghalangi pertumbuhan bakteri dan jamur. Neutrofil adalah tipe
fagosit yang berjumlah cukup banyak, umumnya mencapai 50-60%
total leukosit yang bersirkulasi, dan biasanya menjadi sel yang pertama
hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat. Sumsum tulang normal
dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan
Sel dendritik adalah sel fagositik yang terdapat pada jaringan yang
terhubung dengan lingkungan eksternal, utamanya adalah kulit (umum
disebut sel Langerhans) dan lapisan mukosa dalam dari hidung, paruparu, [lambung], dan usus. Sel dendritik sangat penting dalam proses
kehadiran antigen dan bekerja sebagai perantara antara sistem imun
turunan dan sistem imun adaptif.
c. Natural Killer cell (sel NK)
Sel NK adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak
mempunyai cirri sel limfoid dari siitem imun spesifik, maka karena itu disebut
sel non B non T (sel NBNT) atau sel poplasi ketiga. Sel NK dapat
menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma dan interveron
meempunyai pengaruh dalam mempercepat pematangan dan efeksitolitik sel
NK. Sel NK memiliki ukuran yang agak lebih besar dari limfosit T dan
limfosit B. Sel ini dinamakan sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh
mikroba dan sel-sel kanker tertentu. Istilah alami (natural) digunakan karena
sel-sel ini siap membunuh sel target segera setelah dibentuk, tanpa perlu
melewati proses pematangan seperti pada limfosit T dan limfosit B. Sel NK
juga menghasilkan beberapa sitokin yang mengatur sebagian fungsi limfosit T,
limfosit B dan makrofag.
G. Peran imunitas non spesifik dalam menstimulasi respons imun spesifik
Selain mekanisme di atas, imunitas non spesifik berfungsi juga untuk
menstimulasi imunitas spesifik. Respons imun non spesifik menghasilkan suatu
molekul yang bersama-sama dengan antigen akan mengaktivasi limfosit T dan B.
Aktivasi limfosit yang spesifik terhadap suatu antigen membutuhkan 2 sinyal;
sinyal pertama adalah antigen itu sendiri, sedangkan mikroba, respons imun non
spesifik terhadap mikroba, dan sel pejamu yang rusak akibat mikroba merupakan
sinyal kedua. Adanya sinyal kedua ini memastikan bahwa limfosit hanya
berespons terhadap agen infeksius, dan tidak berespons terhadap bahan-bahan non
mikroba. Pada vaksinasi, respons imun spesifik dapat dirangsang oleh antigen,
tanpa adanya mikroba. Dalam hal ini, pemberian antigen harus disertai dengan
bahan tertentu yang disebut adjuvant. Adjuvant akan merangsang respons imun
18
non spesifik seperti halnya mikroba. Sebagian besar adjuvant yang poten
merupakan produk dari mikroba.
Mikroba di dalam darah mengaktivasi sistem komplemen melalui jalur
alternatif. Pada aktivasi komplemen, diproduksi C3d yang akan berikatan dengan
mikroba. Pada saat limfosit B mengenali antigen mikroba melalui reseptornya, sel
B juga mengenali C3d yang terikat pada mikroba melalui reseptor terhadap C3d.
Kombinasi pengenalan ini mengakibatkan diferensiasi sel B menjadi sel plasma.
Dalam hal ini, produk komplemen berfungsi sebagai sinyal kedua pada respons
imun humoral.
Limfosit T
Dibuat di sumsum tulang dari sel batang
tulang(Bone Marrow)
Berperan dalam imunitas humoral
Berperan dalam imunitas selular
Menyerang antigen yang ada di cairan antar Menyerang antigen yang berada di dalam
sel
Terdapat 3 jenis sel Limfosit B yaitu :
sel
Terdapat 3 jenis Limfosit T yaitu:
19
antibodi
Limfosit B pembelah, menghasilkan
Limfosit B dalam jumlah banyak dan
cepat
Limfosit B memori, menyimpan
mengingat antigen yang pernah masuk
ke dalam tubuh
yang tidak memiliki MHC maka dia akan menganggap sel tersebut sebagai zat asing.
Sehingga sel T akan berdifensiasi dan menyerang zat asing tersebut.
Sel limfosit T-helper berkembang menjadi 2 jenis sel :
1. Sel TH1
Bekerja pada sistem pertahanan cytolitic, mengatur imunitas seluler (cell
mediated immune) untuk melawan antigen asing dari dalam (intraselluler) seperti virus.
Memproduksi: cytokines: IL-2, IFN-, and TNF-a.
Sitokin adalah protein hormon yang menengahi dua imun (kekebalan tubuh) alami
dan imun spesifik. Sitokin sebagian besar dihasilkan dengan mengaktifkan sel (limfosit)
selama sel kekebalan menengahi.
Interleukin-2 (IL-2) adalah sebagian besar sitokin yang bertanggung jawab untuk
mengaktifkan pertumbuhan dan diferensiasi limfosit. IL-2 banyak menghasilkan sel T
CD4+ dan menghasilkan sedikit sel T CD8+ (cytotoksit sel T, atau CTLs). Fungsi utama
dari IL-2 ialah meningkatkan respons imun. IL-2 berperan dalam apoptosis sel T yang
teraktivasi bukan oleh antigen, hal ini penting untuk mencegah autoimunitas.
IFN (Interferon ), nama lainnya adalah Fibroblas IFN atau Tipe I.
dihasilkan oleh sel T helper dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga,
sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik, dan limfosit B. TNF a, (Tumor necrosis factor
alpha) adalah sitokin yang diproduksi oleh makrofag dan sel T yang mempunyai banyak
fungsi dalam system imun. Merupakan protein yang unik yang dihasilkan selama respon
inflamasi. TNF-a tidak hanya akibat dari peradangan, juga merupakan zat yang
mempromosikan peradangan. Memiliki peran sebagai: Mediasi inflamasi akut;
Menstimulasi inflamasi pada sel endotel; dan Chemoattractant untuk sel darah putih
2. Sel TH2
Bekerja mengatur imunitas humoral, atau produksi antibody untuk melawan
antigen asing luar ( ekstraselluler ) seperti bakteri. berfungsi untuk mengaktifkan sel B
untuk berdiferensiasi menjadi sel sel plasma yang selanjutnya menghasilkan antibodi
22
monomer IgA. Sel epitel juga menghasilkan secretory component yang berfungsi untuk
membawa SIgA keluar dari sel epitel. Memproduksi: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13.
Interleukin-4 (IL-4), adalah glikoprotein dengan ukuran 18 20 kD yang terdiri
dari asam amino yang diproduksi oleh sel T, sel mast dan sel basofil. Efek IL 4 yang
paling penting adalah perkembangan sel Th2 dan memerintahkan sel B untuk
memproduksi Ig E dan Ig G4, sedangkan pada endotel IL 4 meningkatkan ekspresi
VCAM-1. Merupakan penanda proses inflamasi. IL-4 berperan dominan dalam sistem
kekebalan untuk aktivasi sel B pada produksi antibody.
Interleukin-5 (IL-5) adalah sitokin dengan ukuran sekitar 20 kD yang di sekresi
sel TH. Fungsi IL 5 yang paling penting adalah kemampuan untuk menstimulasi
pertumbuhan dan diferensiasi eosinofil dan aktivasi sel eosinofil matur. IL-5 juga bersifat
kemotaktik terhadap eosinofil, menyebabkan sekresi eosinofil dan meningkatkan
antibody dependent cytotoxicity.
Interleukin-6 (IL-6) adalah sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam
plasma darah, terutama pada fasa infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon
peradangan transkriptis melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B. dan
pencerap gp130.
Interleukin-10 (IL-10) dalah sitokina yang banyak disekresi oleh monosit, yang
memiliki efek pleiotrofik pada sistem kekebalan dan peradangan. Pertama kali IL-10
dikenal karena kemampuannya untuk menghambat aktivasi dan fungsi efektor dari sel T,
monosit dan makrofaga. Fungsi rutin IL-10 tampaknya terutama menghambat atau
meniadakan respon peradangan, selain mengendalikan perkembangan dan diferensiasi sel
B, sel NK, sel TH, sel T CD8, mastosit, granulosit, sel dendritik, keratinosit dan sel
endotelial, dan bersifat imunosupresif terhadap sel mieloid.
Interleukin-13 (IL-13) adalah sebuah protein dengan fungsi sitokin yang disekresi
berbagai sel, tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis IL-13, memiliki
sejumlah kemiripan dengan IL-4. Kedua sitokin diketahui berperan pada kejadian alergi
dengan mengatur isotype class switching pada sel B untuk menghasilkan Ig E,
23
ANTIGEN
A.) Pengertian Antigen
-
Antigen adalah suatu bahan / molekul yang dapat menimbulkan respon imun
baik humoral maupun selular.
Epitop atau determinan antigen adalah bagian antigen yang dapat menginduksi
pembentukan antibodi dan diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibody atau
reseptor limfosit.
Hapten adalah epitop yang memiliki BM rendah dan baru menjadi antigen
apabila diikat oleh molekul besar (carrier), dan dapat mengikat antibodi.
B.)
Hapten biasa dikenal oleh sel B sedangkan carrier dikenal oleh sel T.
25
26
lengkap (imunogen)
biasanya
mempunyai
berat
tersier,
struktur
tersier
dari
protein
penting
dalam
D.)
28
b. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah
yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan
c. Presipitasi
Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu
besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan
akhirnya mengendap.
d. Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu
mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan
fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut.
e. Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel
pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer
cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi
sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.
3. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik dari interaksi
antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh
menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas
mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi
sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.
ANTIBODI
A.) Pengertian Antibodi
Antibodi adalah bahan larut digolongkan dalam protein yang disebut globin.
Sekarang dikenal sebagai imunoglobin. Imunoglobin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang
berasal dari proliferasi sel B akibat adanya kontak dengan antigen.
29
Terdiri dari :
Dua rantai berat (heavy chain)
Dua rantai ringan (light chain)
C.) Struktur Immunoglobulin
Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam rantai polipeptida yang tersusun
dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai :
Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua
rantai ini diikat oleh suatu ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur
yang simetris. Ada yang menarik dari sususan imunoglobulinn ini yaitu penyusunan
daerah simetris rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah domain, yaitu bagian
dari rantai H atau rantai L, yang terdiri dari hampir 110 asam amino yang diapit oleh
ikatan disulfid interchain, sedangkan ikatan antara 2 rantai dihubungkan oleh ikatan
disulfid interchain. Rantai L mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda, sedangkan rantai
H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (), rantai A (), rantai M (), rantai E () dan rantai
D (). Setiap rantai mempunyai jumlah domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai 2
domain; sedang rantai G, A dan D masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E masingmasing 5 domain.
D.) Cara Kerja Antibodi
Cara kerja antibodi dalam mengikat antigen ada empat macam. Prinsipnya adalah
terjadi pengikatan antigen oleh antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah diikat
antibodi akan dimakan oleh sel makrofag. Berikut ini adalah cara pengikatan antigen oleh
antibodi.
1. Netralisasi
Antibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok bagian tertentu antigen.
Antibodi juga menetralisasi virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada
sel inang. Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau
toksik dari patogen dapat dikurangi.
2. Penggumpalan
31
32
selurpuluh tempat pengikatan antigen yang identik oleh karena itu disebut bervalensi
10.
Merupakan immunoglobulin yang paling efisien dalam proses aglutinasi dan
reksi antigen antibody lainya serta penting juga dalam pertahanan melawan bakteri
dan virus. IgM merupakan 10% dari seluruh jumlah immunoglobulin dengan
koefisien sedimen 19 S dan berat molekul 850.000-1000.000. molekul ini mempunyai
12% dari beratnya karbohidrat.
c. Immunoglobulin A ( IgA )
Immunoglobulin dengan rantai berat Alfa, terdapat pada cairan tubuh dan
permukaan organ sekresi, konsentrasi tinggi pada mukosa saluran pernapasan dan
pencernaan (saluran yang sering terpapar mikroorganisme) dan juga terdapat pada air
mata, kolostrum dan susu ibu. IgA berfungsi sebagai alat pertahanan pertama
terhadap invasi mikroorganisme
Merupakan kelas Ig kedua terbanyak dalam serum
imunoglubulin utam pda hasil sekresi misalnya susu, saliva dan air mata serta sekresi
traktus respiratorius ,intestinal dan genital.
Fungsi immunoglobulin ini melindumgi membran mukosa dari serangan bakteri
dan virus. Kehadiranya dalam kolostrum dapat membantu system imun bayi yang
baru lahir.membatasi absorbs antigen yang berasal dari makanan.
d. Immunoglobulin D (IgD)
IgD merupakan immunoglobulin yang terendah dalam tubuh dibanding dengan
immunoglobulin lain. Konsentrasi IgD dalam serum kira-kira 3 50 g per mil
serum. Molekul IgD juga terdapat pada membran limphosit B bersama dengan IgM
monomer dan berperan dalam diferensiasi sel B.
e. Immunoglobulin E (IgE)
Immunoglobulin yang bertanggung jawab terhadap reaksi hipersensifitas,
diantaranya reaksi atopik dan anafilaktik. Biasanya ditemukan dalam jumlah tinggi
33
pada pasien akibat hipersensitifitas, misalnya: asma, bronchiale, renitis, eksem, dll.
IgE dibentuk secara lambat, berfungsi di luar sirkulasi dalam keadaan aktif terikat
dengan sel khusus, sehingga tak berkeliling mencari antigen, tapi menunggu antigen
datang ke tempat terikat. Satuan dari IgE adalah nanogram/ml.
2. Immunoglobulin sebagai Rantai Pendek
Antibodi Imun (Immunoglobulin)
Adalah antibodi yang terbentuk karena terpapar antigen tertentu dan bersifat
spesifik artinya antibodi ini akan aktif jika ada antigen yang merangsang
pembentukannya sifat fisika-kimianya yang dipakai untuk mengklasifikasi antibodi
sebagai berikut
Antibodi Monoklonal
Adalah antibodi yang spesifik terhadap satu macam epitop. Dalam pembuatan
antibodi monoclonal dapat dilakukan dengan cara in vitro dan in vivo. Secara in vitro
antibodi monoclonal diproduksi dengan cara hibridisasi sel myeloma dan sel limfa,
kemudian di biakan pada mikroplate 9b well dan diinkubasi pada incubator 37 C
mengandung CO2 5%, sedangkan secara in vivo setelah hibridisasi dinokulasikan pada
ruang peritioned pada mencit, kemudian cairan asites diisolasikan dan dimurnikan
sebagai antibodi monoclonal Tahap pembuatan antibodi monoclonal
Imunisasi
Fusi
Seleksi hibridoma
Seleksi kolona
Pembiakan
Penyimpanan
Antibodi Poli
MHC
1. Pengertian
Kompleks histokompatibilitas utama (bahasa Inggris: major histocompatibility
complex atau MHC) adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata.
35
Gen tersebut terdiri dari 4 juta bp yang terdapat di kromosom nomor 6 manusia dan
lebih dikenal sebagai kompleks antigen leukosit manusia (HLA).
Protein
MHC
yang
disandikan
berperan
dalam
mengikat
dan
bertanggung
jawab
terhadap
rejeksi
transplan
dinamakan
molekul
3. Klasifikasi MHC
a. MHC I
MHC 1 bekerja di luar sel atau ekstraseluler, prosesnya yaitu:
Antigen masuk ke dalam darah/di beberapa bagian tubuh
Makrophage memakan antigen tersebut (phagositosis)
Antigen akan sampai di dalam tubuh macrophage
Antigen tadi akan di pecah/di fragmen oleh enzim lisosom
MHC I akan berikatan pada setiap fragmen
Bagian patogenik akan dipresentasikan melalui media APC (Antigen
Presenting Cell)
Presentasi itu akan di respon oleh sel B/CD 8 (CD Killer).
b. MHC II
MHC II merupakan MHC yang bertindak di Intraseluler, prosesnya yaitu:
Antigen masuk ke dalam darah/di beberapa bagian tubuh
Proteosome mem-fragmen antigen tersebut ke dalam bagian yang kecil
Hasil dari fragmen itu dibawa ke dalam RE (Retikulum Endoplasma)
Kemudian fragmen itu berikatan dengan MHC kelas II
Bagian patogenik akan dipresentasikan dibantu oleh badan golgi dalam proses
eksositosis (proses keluar).
36
Skema
MHC Class I
MHC Class II
1.
2.
Pada MHC I yang bertugas mem-fragmen antigen adalah enzim lisosom pada
makrophage sedangkan di MHC II proteosom.
3.
Pada MHC I,setelah di presentasikan yang merespon adalah sel CD 8 atau sel T
killer sedangakn pada MHC II sel CD 4 atau sel T helper.
1.
2.
3.
4.
SISTEM KOMPLEMEN
A. Pengertian sistem komplemen
Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi berjenjang
sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selulardan sistem kekebalan
humoraluntuk melindungi tubuh dari infeksi. Protein komplemen tidak secara khusus
bereaksi terhadap antigen tertentu, dan segera teraktivasi pada proses infeksi awal dari
patogen.
Oleh karena itu sistem komplemen dianggap merupakan bagian dari sistem kekebalan
turunan. Walaupun demikian, beberapa antibodi dapat memicu beberapa protein
komplemen, sehingga aktivasi sistem komplemen juga merupakan bagian dari sistem
kekebalan humoral. Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat
kompleks protein yang satu dengan lainnya sangat berbeda.
Pada kedaan normal komplemen beredar di sirkulasi. darah dalam keadaan tidak
aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur yang tidak tergantung satu
dengan yang lain, disebut jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi sistem komplemen
menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan berbagai substansi biologik aktif
yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen. Aktivasi sistem komplemen tersebut
38
selain bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat membahayakan bahkan
mengakibatkan kematian, hingga efeknya disebut seperti pisau bermata dua. Bila aktivasi
komplemen akibat endapan kompleks antigen-antibodi pada jaringan berlangsung terusmenerus, akan terjadi kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan penyakit.
B. Fungsi komplemen
1. Inflamasi
Sebagai langkah awal untuk menghancurkan benda asing dan mikroorganisme serta
membersihkan jaringan yang rusak, tubuh mengerahkan elemen-elemen system imun ke
tempat benda asing dan mikroorganisme yang masuk ke tubuh atau jaringan yang rusak.
2.Kemokin
Merupakan molekul yang dapat menarik dan mengerahkan sel-sel fagosit. C3a, C5a dan
C5-6-7 merupakan kemokin yang dapat mengerahkans sel-sel fagosit baik mononuclear
maupun polimorfonuklear ke tempat terjadi infeksi. C5a adalah kemoatraktan untuk
neutrofil yang juga merupakan anafilatoksin. Monosit yang masuk ke jaringan menjadi
makrofag, dan fagositosisnya diaktifkan opsonin dan antibody. Makrofag yang diaktifkan
melepas berbagai mediator yang ikut berperan dalam reaksi inflamasi.
3.Fagositosisopsonin
Opsonin adalah molekul yang dapat diikat disatu pihak leh partikel (kuman) dan dilain
pihak oleh reseptornya pada fagosit sehingga memudahkan fagositosis bakteri atau sel
lain. C3 yang banyak diaktifkan pada aktivasi komplemen merupakan sumber opsonin
utama (C3b). Molekul C3b dalam bentuk inaktif (iC3b), juga berperan sebagai opsonin
dalam fagositosis oleh karena fagositosis juga memiliki reseptor untuk CiC3b.
IgG juga dapat berfungsi sebagai opsonin, bila berikatan dengan reseptor Fc pada
permukaan fagosit. Oleh karena fagosit tidak memiliki reseptor Fc untuk IgM, opsonisasi
yang dibantu konplemen merupakan hal yang sangat penting selama terjadi respon
39
antibody primer yang didominasi IgM yang merupakan activator komponen poten. CRP
juga berfungsi sebagai opsonin.
4. Adherens Imun
Adherens Imun merupakan fenomena dari partikel antigen yang melekat pada berbagai
permukaan (mis: permukaan pembuluh darah), kemudian dilapis antibody dan
mengaktifkan komplemen. Akibatkan anigen akan mudah difagositosis. C3b berfungsi
dalam adherens imun tersebut.
7.AktivitasSitolitik
40
Eosinofil dan sel polimorfonuklear mempnyai reseptor untuk C3b dan IgG sehingga 3b
dapat meningkakan sitotoksisitas sel efektor Antibody Dependent Cell Mediated
Cytotoxicity (ADCC) yang kerjanya bergantung pada IgG. Disamping itu sel darah
merah yang diikat C3b dapat dihancurkan juga melalui kerusakan kontak. C8-9 merusak
membrane membentuk saluran-saluran dalam membrane sel yang menimbulkan lisis
osmotic.
Sitolisis Pada aktivasi sitolisis ini (kompleks serangan membran) yang berfungsi
adalah C5-C9. Mekanisme ini sangat penting bagi pertahanan tubuh melawan
mikrooorganisme. Proses lisis ini dapat melalui jalur alternatif maupun jalur klasik.
2.
berlangsung berurutan sesuai dengan urutan nomor komplemen. Disepakati bahwa urutan
interaksi komplemen adalah : C1q, C1r, C1s, C4, C2, C3, kemudian C5 sampai C9.
Aktivasi komplemen dapat merupakan proses pemecahan molekul-molekul secara
enzimatik yang menghasilkan zat yang aktif atau proses penyesuaian tanpa pemecahan.
Pada beberapa tahap dari proses ini diperlukan
ion kalsium dan magnesium.
Aktivasi lengkap dari C1 sampai C9 mengakibatkan pecahnya membran dan
kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki lagi. Aktivasi lengkap terjadi dengan tahapantahapan sebagai berikut :
41
C2 melepaskan suatu peptida dengan berat molekul kecil dan aktivitas kinin, hasil
aktivasi C3 dan C5 merangsang mastosit, otot halus dan leukosit sehingga terjadi efek
anafilaktik, unsur lain dari C3 dan C5 berikatan dengan membran sel dan menyebabkan
sel lebih mudah di fagositosis, proses ini disebut opsonisasi, fragmen C3 dan C4
menyebabkan proses perlekatan yaitu partikel yang dilapisi komplemen melekat pada
permukaan sel yang memiliki reseptor untuk komplemen, C3 dan C4 aktif dapat pula
menetralisir virus, dan akhirnya fragmen C3 da C4 merangsang aktivitas kemotaktik
neutrofil sehingga neutrofil bergerak menghampiri fragmen protein yang bersangkutan.
Kompleks C5-C9 mempunyai aktivitas prokoagulan trombosit dan sebaliknya aktivitas
prokoagulan faktor XII dapat mencetuskan aktivasi C1. Plasmin dan trombin bersifat
proteolitikdan dapat memecah C3 hingga terbentuk C3 aktif.
D. Jalur aktivasi
a) Aktivasi komplemen jalur klasik
Aktivasi komplemen melalui jalur klasik atau disebut pula jalur intrinsik, dibagi
menjadi 3 tahap.
Regulasi jalur klasik, terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui aktivitas C1 inhibitor dan
penghambatan C3 konvertase.
Aktivitas C1 inhibitor
Aktivitas proteolitik C1 dihambat oleh C1 inhibitor (C1 INH). Sebagian besar C1 dalam
peredaran darah terikat pada C1 INH. Ikatan antara C1 dengan kompleks antigen-antibodi
akan melepaskan C1 dari hambatan C1 INH.
42
regulator.
b) Aktivasi komplemen jalur alternatif
Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi tanpa melalui
tiga reaksi pertama yang terdapat pada jalur klasik (C1 ,C4 dan C2) dan juga tidak
memerlukan antibodi IgG dan IgM. Pada keadaan normal ikatan tioester pada C3
diaktifkan terus menerus dalam jumlah yang sedikit baik melalui reaksi dengan H2O2
ataupun dengan sisa enzim proteolitik yang terdapat sedikit di dalam plasma. Komplemen
C3 dipecah menjadi frclgmen C3a dan C3b. Fragmen C3b bersama dengan ion Mg ++ dan
faktor B membentuk C3bB. Fragmen C3bB diaktifkan oleh faktor D menjadi C3bBb
yang aktif (C3 konvertase) (Lihat Gambar 5-2). Pada keadaan normal reaksi ini berjalan
terus dalam jumlah kecil sehingga tidak terjadi aktivasi komplemen selanjutnya. Lagi
pula C3b dapat diinaktivasi oleh faktor H dan faktor I menjadi iC3b, dan selanjutnya
dengan pengaruh tripsin zat yang sudah tidak aktif ini dapat dilarutkan dalam plasma
(lihat Gambar 5-3 ) . Tetapi bila pada suatu saat ada bahan atau zat yang dapat mengikat
dan melindurlgi C3b dan menstabilkan C3bBb sehingga jumlahnya menjadi banyak,
maka C3b yang terbentuk dari pemecahan C3 menjadi banyak pula, dan terjadilah
aktivasi komplemen selanjutnya. Bahan atau zat tersebut dapat berupa mikroorganisme,
polisakarida (endotoksin, zimosan), dan bisa ular. Aktivasi komplemen melalui cara ini
dinamakan aktivasi jalur alternatif. Antibodi yang tidak dapat mengaktivasi jalur klasik
misalnya IgG4, IgA2 dan IgE juga dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur
alternatif. Jalur alternatif mulai dapat diaktifkan bila molekul C3b menempel pada sel
sasaran. Dengan menempelnya C3b pada permukaan sel sasaran tersebut, maka aktivasi
jalur alternatif dimulai; enzim pada permukaan C3Bb akan lebih diaktifkan, untuk
selanjutnya akan mengaktifkan C3 dalam jumlah yang besar dan akan menghasilkan C3a
dan C3b dalam jumlah yang besar pula. Pada reaksi awal ini suatu protein lain, properdin
dapat ikut beraksi menstabilkan C3Bb; oleh karena itu seringkali jalur ini juga disebut
sebagai jalur properdin. Juga oleh proses aktivasi ini C3b akan terlindungi dari proses
penghancuran oleh faktor H dan faktor I. Tahap akhir jalur alternatif adalah aktivasi yang
terjadi setelah lingkaran aktivasi C3. C3b yang dihasilkan dalam jumlah besar akan
43
berikatan pada permukaan membran sel. Komplemen C5 akan berikatan dengan C3b
yang berada pada permukaan membran sel dan selanjutnya oleh fragmen C3bBb yang
aktif akan dipecah menjadi C5a dan C5b. Reaksi selanjutnya seperti yang terjadi pada
jalur altematif (kompleks serangan membran).
E.Reseptor komplemen
Aktivasi komplemen jalur alternative dan klasik menghasilkan beberapa fragmen
komplemen yang diikat oleh reseptor yang ditemukan pada berbagai jenis sel. C1qR
ditemukan pada makrofag yang mengikat C1G dari jaringan kolagen dan berperanan pada
elimnasi antigen. CR2 merupakan bagian dari kompleks ko-reseptor sel B dan juga
ditemukan pada sel dendritik folikular yang berfungsi dalam fagositosis kompleks imun di
center germinal dan dalam perkembangan sel memori. CR3 adalah antegrin (molekul adhesi).
Pada fagosit mononukleat, neutrofil dan Sel NK yang fungsinya memudahkan fagositosis
kompleks imun dan juga dalam migrasi monosit ke jaringan. CR4 merupakan intergrin yang
memupunyai fungsi sama dengan CR3, diekspresikan terutama pada makrofag jaringan.
Protein dalam serum yang merupakan komponen pada aktivasi komplemen, baik pada jalur
klasik maupun jalur alternative dibentuk oleh hati, makrofag, monosit dan ssel epitel
intestinal. Bahan-bahan tersebut dilepas kedalam serum dalam bentuk tidak aktif.
Pada tiap tahap penglepasan mediator terdapat mekanisme tubuh untuk menetralkan, yang
disebut regulator, sehingga tidak akan terjadi reaksi yang berlangsung terus-menerus yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan. System enzim yang kompleks ini diatur oleh
beberapa penyekat protein yang dapat mencegah aktivasi premature dan aktivitas yang
menunjang dari setiap produk. Contohnya adalah penyekat esterase CI (CI INH), penyekat
C3b, inaktifator anafilatoksin dan penyekat C4b. defesiensi bahan-bahan tersebut jarang
ditemukan. Penyekat anafilatoksin menginaktifkan C3a dan C5a. penyekat C3b mengikat
molekul
tersebut
dan
membuatnya
menjadi
inaktif.
SITOKIN
44
Pengertian Sitokin
Sitokin adalah protein yang dibuat oleh sel-sel yang mempengaruhi perilaku sel-
sel lain. Sitokin bertindak pada reseptor sitokin tertentu dalam sel yang mereka
pengaruhi.Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
immunitas, inflamasi dan hematopoesis.
Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh sel-sel tertentu
dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara sel-sel lokal, dan dengan
demikian memiliki efek pada sel-sel lain Sitokin dihasilkan sebagai respon terhadap
stimulus sistem imun. Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran
spesifik, yang kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin
kinase), untuk mengubah aktivitasnya (ekspresi gen).
Respon-respon terhadap sitokin diantaranya meningkatkan atau menurunkan
ekspresi protein-protein membran termasuk reseptor-reseptor sitokin, proliferasi, dan
sekresi molekul-molekul efektor.Sitokin bisa beraksi pada sel-sel yang mensekresinya
atau aksi autokrin, pada sel-sel terdekat dari sitokin disekresi atau aksi parakrin.Sitokin
bisa juga beraksi secara sinergis dua atau lebih sitokin beraksi secara bersama-sama atau
secara antagonis sitokin menyebabkan aktivitas yang berlawanan.
Sitokin dibagi dalam sitokin imunologi yaitu tipe 1 (IFN-, TGF-), dan tipe 2
(IL-4, IL-10, IL- 13), yang mendukung respon antibodi.
Sitokin masing-masing memiliki reseptor sel-permukaan yang cocok. Kaskade
sinyal intraselular berikutnya kemudian mengubah fungsi sel. Ini mungkin termasuk
upregulation dan / atau downregulation dari beberapa gen dan faktor-faktor transkripsi
mereka, sehingga dalam produksi sitokin lainnya, peningkatan jumlah reseptor
permukaan untuk molekul lain, atau penindasan efek mereka sendiri dengan inhibisi
umpan balik.
Generalisasi fungsi sitokin sangat sulit dijabarkan. Meskipun demikian, dampak
klinisnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
autokrin: jika sitokin yang bekerja pada jenis yang sama sel yang mengeluarkan.
45
parakrin: jika target dibatasi untuk sel-sel dari tipe yang berbeda di sekitar
langsung sekresi sitokin.
Hal ini tampaknya menjadi paradoks yang mengikat sitokin antibodi memiliki
efek kekebalan yang lebih kuat daripada sitokin saja.Hal ini dapat menyebabkan untuk
menurunkan dosis terapeutik.
Sekresi berlebihan sitokin dapat memicu sindrom berbahaya yang dikenal sebagai
badai sitokin, ini mungkin telah menyebabkan efek samping yang parah selama
percobaan klinis dari TGN1412.
dihasilkan limfosit), monokin (sitokin yang dihasilkan monosit), kemokin (sitokin dengan
aktivitas kemotaktik), dan interleukin (sitokin yang dihasilkan oleh satu leukosit dan
beraksi pada leukosit lainnya). Sitokin berdasarkan jenis sel penghasil utamanya, terbagi
atas monokin dan limfokin.
Makrofag sebagai sel penyaji antigen (Antigen Presenting Cell / APC),
mengekspresikan peptida protein Mayor Histocompatibility Complex (MHC) klas II pada
permukaan sel dan berikatan dengan reseptor sel T (Tcr), sel T helper.Makrofag
mensekresi Interleukin (IL)-1, IL-6, IL-8, IL-12, dan TNF-.
Pada sel T terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok sel Th1 memproduksi
Interleukin-2 (IL-2), Interferon- (IFN- ) dan Limfotoksin (LT).Kelompok sel Th2
memproduksi beberapa interleukin yaitu IL-4, IL-5, IL-6, IL-10.
Klasifikasi Struktural
46
Kelompok sitokin ini terutama diproduksi oleh fagosit mononuclear sebagai respons
terhadap agen infeksi.PAMPs seperti lipopolisakarida (LPS), dsRNA virus, berikatan
dengan TLR pada permukaan sel atau dalam endosome magrofag dan merangsang
sintesis dan sekresi beberapa jenis sitokin system imun bawaan yang penting. Sitokin
yang sama dapat juga disekresi oleh makrofag yang diaktivasi oleh Limfosit T yang
distimulasi oleh antigen (jadi sebagai bagian respons imun didapat) sebagian besar
sitokin dalam kelompok ini melancarkan aksinya pada sel endotel dan leukosit untuk
merangsang reaksi inflamasi dini dan sebagian lagi untuk mengontrol respons ini. Sel NK
47
juga memproduksi NKT juga memproduksi sitokin pada saat berlangsunnya system imun
bawaan.
2.
Kelompok sitokin ini diproduksi terutama oleh limfosit T sebagai respons terhadap
pengenalan spesifik antigen asing. Beberapa sitokin yang diproduksi sel T berfungsi
terutama untuk mengatur pertumbuhan dan diferensiasi berbagai populasi limfosit,
dengan demikian memegang peran penting dalam fase aktivase respons imun yang
bergantung pada sel T. sitokin lain yang diproduksi oleh sel T merekrut, mengaktivasi dan
mengatur sel-sel efektor spesifik, seperti fagosit mononuclear, neutrophil dan eosinophil,
untuk mengeliminasi antigen dalam fase respons imun didapat.
3.
Stimulator hemopoesis
Sitokin ini diproduksi oleh sel-sel stromma dalam sumsum tulang, leiukosit dan sel-sel
lain, dan merangsang pertumbuhan dan diferensiasi leukosit imatur.
Sitokin
Sel penghasil
Imun Selektif
dan
Aktivitasnya
GM-CSF
Sel Th
IL-1 IL-1
MonositMakrofagSel
sel BDC
Sel sel B
Sel sel NK
bervariasi
IL-2
Sel-sel Th1
IL-3
Sel mast
IL-4
Makrofag
Sel-sel T
Sel-sel ThSel-sel
NK
Sel-sel Th2
Sel target
Fungsi
Sel-sel
progenator
Sel sel Th
IL-5
Sel-sel Th2
IL-6
Sel plasma
Sel pokok
Bervariasi
Il-7
IL-8
Stroma sumsum,timus
Sel-sel NK
IFN-
Leukosit
Neutrofilneutrofil
Makrofag
Aktivasi
Pengaktifan selsel Tc
Pengaktifan
Bervariasi
IFN-
Fibroblas
Bervariasi
IFN-
Bervariasi
IL-10
Sel-sel B
IL-12
MakrofagSel
endotelium
Sel-sel Th2
Pengaktifan sel
B
Pengaktifan sel
B
Sekresi antibodi
Differensiasi
Respon fase akut
Sel pokok
MakrofagSel-sel B
Makrofag
Pengaktifan sel B
Sel-sel Th
Makrofag
MIP-1
Makrofag
MIP-1
Limfosit
TGF-
Sel T, monosit
Pengaktifan makrofag
Pengaktifan sel B
Bervariasi
TNF-
MakrofagSel mast, selsel NK
Sel tumor
TNF-
Sel Th1 dan Tc
Sel tumor
Differensiasi kedalam
progenitor sel T dan B.
Kemotaksis
Produksi sitokin
Differansiasi CTL (dengan IL2)
Replikasi virus, ekspresi MCH
I
Replikasi virus, ekspresi MCH
I
Replikasi virus
Respon MHC
Perubahan Ig menjadi IgG2a
Proliferasi
Eliminasi patogen
Monosit, sel-sel Kemotaksis
T
Monosit, sel-sel Kemotaksis
T
Monosit,
Kemotaksis
Makrofag
Sintesis IL-1
Sintesis lgA
Proliferasi
Makrofag
Ekspresi CAM dan sitokin
Sel mati
Fagosit-fagosit
Sel mati
49
Reseptor Sitokin
Dalam beberapa tahun terakhir, reseptor sitokin telah banyak menyita perhatian
para ahli dibandingkan dengan sitokin itu sendiri, sebagian karena karakteristiknya yang
luar biasa, dan sebagian karena defisiensi reseptor sitokin secara langsung berkaitan
dengan melemahnya immunodefisiensi.
Dalam hal ini, dan juga karena redundansi dan pleiomorpishm sitokin, pada
kenyataannya merupakan konsekuensi dari reseptor homolog sitokin, banyak para ahli
berfikir bahwa klasifikasi reseptor akan lebih berguna secara klinis dan eksperimental.
Sitokin bekerja pada sel-sel targetnya dengan mengikat reseptor-reseptor membran
spesifik.Reseptor dan sitokin yang cocok dengan reseptor tersebut dibagi ke dalam
beberapa kelompok berdasarkan struktur dan aktivitasnya.
Anggota-anggotanya adalah reseptor-reseptor terutama untuk interferon.Reseptorreseptor kelompok interferon memiliki sistein residu (tetapi tidak rangkain Trp-Ser-XTrp-Ser) dan mencakup reseptor-reseptor untuk IFN, IFN, IFN.
Reseptor kemokin
50
Reseptor tipe 2
Imunoglobin
superfamili
Contoh
Struktur
Mekanisme
Reseptor tipe 1
Tergantung padamotif
JAK phosphorylate
ekstraseluler-asam
dan mengaktifkan
interleukin
amino domain mereka.
protein-protein pad
Yang dihubungkan
lintasan transduksi
Reseptoreritropoietin
sampai Janus Kinase
sinyalnya.
Reseptor GM-CSF
(JAK) family dari tirosin
d. Reseptor faktor
kinase
interleukin
Reseptor G-CSF
Reseptor prolakin
Reseptor faktor
penghambat leukemia
Reseptor interferon /
Reseptor interleukin-1
Berbagi homologi struktural dengan
CSF 1
imunoglobin-imunoglobin (antibodi), sel
C Reseptor
molekul-molekul adhesi dan bahkan berapa
ReseptorInterleukin 18 sitokin.
Reseptor tumor
nekrosis faktor family
Reseptor kemokin
CD27
CD30
CD40
CD120
Reseptor
Lymphotoxin beta
Reseptor interleukin 8
CCR1
CXCR4
Reseptor MCAF
Reseptor NAP-2
Reseptor TGF beta 1
Reseptor TGF beta 2
Tujuh transmembran
heliks
G proteinberpasangan
51
Immunoglobulin (Ig) yang sudah ada seluruhnya pada beberapa sel dan jaringan dalam
tubuh vertebrata, dan berbagi struktural homologi dengan immunoglobulin (antibodi), sel
molekul adhesi, dan bahkan beberapa sitokin. Contoh, IL-1 reseptor.2
52
53
Limfosit B
55
1. Netralisasi
Antibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok bagian tertentu antigen. Antibodi
juga menetralisasi virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada sel inang.
Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau toksik dari patogen
dapat dikurangi. Dengan demikian sel fagosit dapat mencerna bakteri tersebut.
2. Aglutinasi (Penggumpalan)
56
57