Anda di halaman 1dari 34

PEMERINTAH KOTA BANJARBARU

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


Alamat Jl. Mitra Praja No.9 Banjarbaru Telp/Fax. (0511) 5931688
Website : http://dispupr.banjarbarukota.go.id/E-mail: admin@dispupr.banjarbarukota.go.id

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN:
PENGELOLAAN SDA DAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI
KEGIATAN
PADA WILAYAH SUNGAI (WS) DALAM 1 (SATU) DAERAH
KABUPATEN/KOTA

SUB KEGIATAN:
PENINGKATAN TANGGUL SUNGAI

PEKERJAAN:
Perencanaan Teknis Sumber Daya Air SDA
Paket 2

LOKASI :
BANJARBARU

Tahun Anggaran
2022
SPESIFIKASI TEKNIS
PETUNJUK UNTUK PESERTA

Peserta Pengadaan Jasa Konstruksi harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja,
rencana kerja dan syarat-syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi
dokumen ini secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan yang akan
dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak membaca, tidak memahami,
tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar atau pernyataan kesalahpahaman apapun
mengenai arti dari isi dokumen ini.

A. TUGAS, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

1. UMUM
1.1. Pekerjaan Perencanaan Teknis Sumber Daya Air SDA Paket 2 pada Kegiatan
PENGELOLAAN SDA DAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI PADA WILAYAH SUNGAI
(WS) DALAM 1 (SATU) DAERAH KABUPATEN/KOTA Tahun Anggaran 2022,
dilaksanakan dengan metode Pelelangan Umum sesuai dengan :
1.1.1. Gambar-gambar pelaksanaan konstruksi dan detail terlampir.
1.1.2. Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan.
1.1.3. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwidjzing).
1.1.4. Petunjuk dari Direksi/Direksi Lapangan.
1.2. Pekerjaan dilaksanakan harus mengikuti segala peraturan yang berlaku pada saat ini
seperti : AV 1941, PUBI-NI-3-1970, PBI-1971, PKKI-1971, PNI1980, PUBB-1982, PKBI-
1984, PUIL-1977, Peraturan Menteri PUPR No. 07 Tahun 2015 tentang Pengaman
Pantai.
1.3. Kontraktor harus mengambil dokumentasi foto baik sebelum pekerjaan dimulai (kondisi
nol persen), pada saat pelaksanaan pekerjaan sampai akhir pelaksanaan selesai (kondisi
seratus persen).
1.4. Kontraktor harus membuat laporan harian, mingguan dan bulanan berikut progress
kemajuan pekerjaan dan dilampiri dengan foto pelaksanaan.
1.5. Pekerjaan Peningkatan Sungai Guntung Paikat (Paket 2) selama 6 Bulan atau 180
(Seratus Delapan Puluh) hari Kalender

2. MATERIAL DAN PERALATAN


2.1 Sebelum memulai pekerjaan/pemasangan dan atau mensuplai masing-masing jenis
material/peralatan (impor atau buatan lokal), kontraktor harus mengajukan contoh
atau brosur dari matrial kepada direksi untuk mendapatkan persetujuan dengan kondisi
berikut:
2.1.1 Material atau peralatan umum seperti pipa dan lain-lain, kontraktor harus
menyerahkan contoh maupun brosur. Untuk material atau peralatan impor,
kontraktor diijinkan hanya menyerahkan brosur.
2.1.2 Satu set dari contoh dan atau brosur dan material/peralatan akan dikembalikan
kepada kontraktor setelah direksi memberikan persetujuannya, dimana satu set
lainnya sebagai arsip.
2.1.3 Persetujuan direksi atas contoh dan atau brosur tersebut tidak melepas tanggung
jawab kontraktor untuk melaksankan pekerjaan atau mensuplai
material/peralatan sesuai dengan dokumen kontrak.
2.2 Material - material bahan pengisi harus memenuhi syarat – syarat bahan sebagai
berikut:
2.2.1 Semen Portland
- Semen porland yang akan dipakai harus sudah termasuk standar industri
Indonesia dan secara tertulis disetujui oleh Direksi untuk pemakaian.
- Semen tersebut harus terbungkus dalam sak yang kuat serta nama, cap pabrik,
type semen, berat ini harus tertulis jelas pada masing-masing zak semen.
- Semen tersebut harus disimpan ditempat yang kering, rapat dan berventilasi
yang baik dengan perlindungan yang cukup untuk peresapan kelembaban
ditempat tersebut.
- Penyimpanan semen dengan cara menumpuk harus tidak boleh lebih dari 13
zak dan apabila penyimpanan lebih dari 1 bulan pada waktu musim hujan atau
3 bulan pada musim kemarau tidak boleh dipakai. Direksi berhak
memerintahkan untuk menguji semen sesuai dengan standart yang sudah
ditetapkan selama dalam pengiriman dan penyimpanan dan berhak menolak
segala kerusakan semen tersebut berhak menolak segala kerusakan semen
tersebut di atas dan menyingkirkan dari tempat tersebut untuk diganti dengan
semen lain yang disetujui.

2.2.2 Agregat beton


Semua agregat beton harus diperoleh dari tempat asal yang disetujui oleh Direksi.
Bahan tersebut harus tidak mengandung tanah/tanah liat, lempung, kapur,
tumbuh-tumbuhan dan benda-benda organik serta campuran lainnya dan harus
memenuhi persyaratan-persyaratan.
a. Agregat Kasar
Partikel agregat kasar pada umumnya harus berbentuk seperti bola dan kubus,
Agregat kasar tersebut harus tercampur dengan baik menurut batas-batas
yang telah ditentukan dan memenuhi ketentuan sesuai campuran tersebut
pada daftar ini atau spesifikasi bahan yang tercampur dalam PBI 1971 atau
SKSNI – T.15-1991.
b. Agregat Halus
Partikel agregat harus pada umumnya, harus berbentuk seperti bola dan
kubus, susunan agregat harus memenuhi ketentuan berikut atau spesifikasi
bahan yang tercantum pada PBI 1971 atau SKSNI-T.15-1991.
c. Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja
beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus
sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton dengan persetujuan
Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Teknis.
d. Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
betondalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses
pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan standar
spesifikasi yang ditentukandalam SNI 03-2495- 1991. Bahan tambah dapat
diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya sebagai berikut:
 Tipe A - bahan pengurang kadar air
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan
pengunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam
campuran sesuai dengan Workability yang diinginkan, atau untuk
meningkatkan Workability ada angka water-cement rasio yang telah
ditetapkan.
 Tipe B - bahan untuk memperlambat waktu pengikatan
Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen,
sehingga akanmemperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah jenis
ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas, dimana
waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal menjadi sangat
pendek dikarenakan suhu yang tinggi.
 Tipe C - bahan untuk mempercepat waktu pengikatan
Tipe C berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen,
yang akan mempercepat pengerasan dari beton sehingga mempercepat
kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik pembuatan beton
precast (dimanaperlu pelepasan Bekisting secepatnya), atau pekerjaan
perbaikan yang sangat penting.
 Tipe D - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan memperlambat
waktu pengikatan. Bahan tambah ini untuk menambah Workability,
dimana beton mempunyai kekuatan tinggi dapat dibuat workabel tanpa
mengurangi density, ketahanan dan kekuatannya. Perlambatan waktu
pengikatan sangat berguna untuk waktu pengangkutan adukan beton
yang lama ke tempat pengecoran, pengecoran dalam kondisai yang sangat
panas dan menghindari cold joint.
 Tipe E - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan mempercepat
waktu pengikatan. Bahan tambah ini untuk menambah Workability dan
memberikan kekuatan awal yang tinggi, atau memberikan kekuatan
awal yang lebih tinggi pada Workability yang sama. Bahan tambah ini
digunakan pada precast karena memungkinkan pelepasan Bekisting lebih
awal dan dipakai untuk pekerjaan perbaikan dimana kekuatan awal
sangat diperlukan.
 Tipe F - bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi atau
superplasticizr. Tipe F atau Superplasticizer adalah bahan tambah yang
mengurangi air dalam campuran dengan cukup banyak dan sangat
berbeda dengan Tipe A,D atau E. Penggunaan bahan ini digunakan
membuat beton alir (flowconcrete) untuk menjangkau tempat yang tak
terjangkau oleh pengetar dan beton pompa (pumping concrete) pada
jenis bangunan yang rumit.
 Tipe G - campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka
tinggi atau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu pengikatan.
Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F dan Tipe B, tetapi
slump loss- nya lebih kecil bila dibandingkan dengan beton yang
menggunakan superplasticizer.
e. Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti fly ash,
pozzolan,silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton. Bahan
tambah yangdigunakan harus sesuai atas persetujuan Konsultan Supervisi
dan/atau DireksiTeknis.

2.2.3 Air
Air yang dipakai untuk mencuci agregat atau untuk mencampur haruslah air yang
baik, bebas dari minyak, zat asam, alkohol zat organik dan lain-lain zat yang dapat
meragukan pekerjaan atas pertimbangan direksi maka contoh air harus diuji
dengan cara membandingkan dengan air suling/ PAM sesuai dengan aturan PBI
1971 atau SKSNI T.15-1991.
2.3 Penyimpanan Bahan
2.3.1 Persetujuan atas sesuatu bahan/produk harus dimengerti sebagai perijinan untuk
memasukan bahan/produk tersebut kedalam lapangan dan penggunaan
bahan/produk tersebut kedalam pekerjaan sejauh bahwa keadaannya tidak
berubah dari kondisi ketika persetujuan diberikan.
2.3.2 Bahan/produk yang telah dimasukan kelapangan harus segera disimpan :
- Ditempat
- Dengan cara manual / peralatan
- Dalam susunan / tumpukan dan dengan pengkondisian lingkungan
- Dengan Pengamanan
- Dengan Accessibilitas
2.3.3 Pemborong yang akan memakai bahan/produk, bertanggung jawab bahwa selama
dalam penyimpanan bahan / produk tersebut tetap berada dalam kondisi layak
untuk dipakai.
Apabila selama waktu itu tenyata bahwa bahan/produk menjadi tidak lagi layak
untuk dipakai dalam pekerjaan, direksi berhak untuk memerintahkan agar :
- Bahan/produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi layak
untuk dipakai, atau
- Dalam hal dimana perbaikan tidak lagi mungkin supaya bahan/produk
tersebut segera dikeluarkan dari lapangan untuk diganti dengan yang
memenuhi persyaratan.
2.3.4 Penyusunan bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian rupa,
sehingga bahan yang terlebih dahulu masuk, lebih dahulu pula dipegunakan
dalam pekerjaan.
2.4 Material / peralatan yang didatangkan kelokasi oleh kontraktor harus dilaporkan
kepada pengawas dan selama masa konstruksi / pelaksanaan material/peralatan
tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.
2.5 Material/peralatan yang dibawa keluar dari lokasi harus mendapat ijin dahulu dari
pihak direksi.

3. PENGAMANAN DAN KESELAMATAN PEKERJA


3.1. Kontraktor harus menjalankan sistem keamanan sendiri menjaga peralatan dan
materialnya dilokasi proyek. Pengawas kontraktor harus berkerja sama dengan
pengawas proyek. Penugasan personil keamanan kontraktor harus telah mendapat
persetujuan dari pemberi tugas.
3.2. Kontraktor harus mengambil tindakan sebagai berikut :
3.2.1 Keamanan personil, tenaga kerja, pengunjung/tamu, material dan semua
pekerjaan dilokasi proyek yang menjadi tanggung jawabnya.
3.2.2 Pencegahan atas kerusakan, kebakaran, dan kehilangan atas segala milik yang ada
dilokasi, termasuk pohon-pohon, tanaman, jalan dan infrastruktur yang tidak
boleh dipindahkan.
Segala kerusakan atau kehilangan yang disebabkan oleh kelalaian, menjadi
tanggung jawab kontraktor, kecuali hal tersebut bukan disebabkan oleh
kontraktor. Untuk kejadian tersebut, kontraktor harus melaporkan secara tertulis
kepada pemberi tugas dan direksi.
3.3. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan obat obatan untuk Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (P3K) dan selalu menginstruksikan kepada tenaga kerjanya untuk
bekerja secara hati-hati dan aman dengan menggunakan alat keamanan seperti helm,
sabuk pengaman, dan lain-lain sesuai dengan ketentuan keamanan pekerjaan/tenaga
kerja.
3.4. Kontraktor harus melaksanakan Jaminaan Sosial Pekerja / Keselamatan Kerja
(Peraturan Perburuhan)
3.4.1 Kontraktor harus mengadakan jaminan sosial untuk semua pekerja proyek
dengan menyelenggarakan program astek sesuai peraturan perburuhan.
3.4.2 Kontraktor harus menjamin keselamatan kerja buruh-buruhnya sesuai dengan
peraturan perburuhan/persyaratan-persyaratan yang diwajibkan untuk masing-
masing bidang pekerjaan.
3.5. Kontraktor harus menyediakan tanda – tanda keamanan dalam keadaan/kondisi yang
baik.
3.6. Jika kontraktor menemukan bahan-bahan berbahaya, seperti bahan peledak, senjata
atau barang-barang berharga lainnya, maka kontraktor harus segera malaporkan
kepada pemberi tugas dan direksi.

4. FASILITAS SEMENTARA
4.1 Kontraktor atas biaya sendiri harus menyediakan fasilitas sementara, meliputi :
4.1.1 Kantor dan direksikeet dilokasi atau sekitar lokasi pekerjaan.
4.1.2 Gudang/tempat penyimpanan material dan peralatan.
4.1.3 Tempat tinggal pekerja selama proses pelaksanaan pekerjaan
4.2 Kontraktor harus meminta persetujuan kepada direksi untuk fasilitas sementara di
lokasi.
4.3 Setelah pekerjaan selesai, seluruh fasilitas sementara harus dihilangkan dan
dipindahkan keluar dari lokasi proyek atas biaya kontraktor.
4.4 Jika tidak disediakan lokasi untuk penampungan/gudang, maka kontraktor harus
memperhitungkan biaya penampungan diluar untuk material/peralatan

5. KEBERSIHAN
5.1. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan lokasi
5.2. Seluruh material yang dibawa ke lokasi harus ditempatkan ditempat yang telah
ditentukan sesuai dengan ketentuan yang ada.
5.3. Seluruh sampah/limbah/buangan dari kontraktor harus ditempatkan ditempat yang
telah ditentukan dilokasi. Minimum 1 (satu) minggu sekali pengambilan sampah di
lakukan dibawah kordinasi dari direksi, sehingga lokasi terjaga kebersihannya.
5.4. Dalam memelihara fasilitas jalan umum bebas dari kotoran dan tanah, kontraktor
bertanggung jawab untuk membersihkan kendaraan yang digunakan sebelum
meninggalkan lokasi.
5.5. Jika kontraktor tidak mentaati kondisi tersebut diatas maka direksi berhak
menginstruksikan atau menunjuk pihak lain untuk melaksanakan pekerjaan atas biaya
kontraktor.
Sebagai tambahan atas tenaga kerja pembersih kontraktor harus menyediakan tenaga
pembersih dibawah koordinasi direksi selama berlangsungnya proyek.

6. TENAGA KERJA AHLI


Untuk mencapai hasil yang diharapkan Pelaksana harus menyediakan tenaga tenaga ahli
untuk menjalankan kewajibannya sesuai dengan lingkup pekerjaannya. Tenaga yang
diperlukan untuk melaksanakan pengadaan pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut:
No TENAGA Klasifikasi JUMLAH Ket
A TENAGA PELAKSANA
1 PELAKSANA BANGUNAN AIR SMA / SMK 1 ORANG MEMILIKI SKT
2 PELAKSANA K3 SMA / SMK 1 ORANG MEMILIKI
SERTIFIKAT K3

B. SYARAT – SYARAT TEKNIS


PASAL 1 : PEKERJAAN PPERSIAPAN
1.1 Mobilisasi dan Demobilisasi
Bagian ini meliputi mendatangkan (mobilisasi) alat-alat berat dan
mengembalikannya (demobilisasi), memberitahukan dan meminta
persetujuan terhadap jenis/kapasitas excavator/alat yang akan digunakan
kepada Direksi.
Mobilisasi untuk semua peraltan yang diperlukan untuk memulai pekerjaan
harus selesai sebelum pelaksanaan sesuai dengan jadwal yang disetujui oleh
direksi. Demobilisasi akan termasuk pemindahan semua peralatan dari
lokasi sesuai jadwal.

Tabel 1.1 Daftar Jumlah dan Jenis Peralatan


No Jenis Alat Kapasitas Jumlah Kondisi
(Mm) (Unit)
1 Excavator PC 150 0,7 mᵌ 1 Layak
2 Theodolite/waterpass/ 1 Layak
Total Station
3 Stamper 1 Layak
4 Molen 3 Layak
5 Arco/Gerobak 5 Layak
1.1.1
6 P
Pompa air 1 Layak
e
n7 Pick Up 1 Layak
1.1.1 Pengukuran dan Pembayaran
Untuk pembayaran mobilisasi dan demobilisasi dilakukan secara
“lumpsum” dengan rincian pembayaran sebagai berikut:
a. 65% apabila semua perlengkapan ditunjukkan dalam jadual
pelaksanaan yang telah disetujui sampai di lokasi.
b. 95% apabila pekerjaan telah selesai 100% dan peralatan telah
dipindahkan dari lokasi.
c. 5% setelah penyerahan kedua, Apabila waktu pemeliharaan
melebihi waktu angaran tahun yang ditentukan maka wajib
melampir kan jaminan pemeliharaan
Harga “lumpsum” sudah termasuk kompensasi penuh untuk setiap biaya
yang dikeluarkan oleh Penyedia jasa untuk mobilisasi dan demobilisasi.
Semua biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa dalam memenuhi
kebutuhan pada pasal ini dianggap sudah termasuk dalam jumlah
“lumpsum” yang dimasukan dalam daftar kuantitas dan harga.
1.2. Lansiran Material
Pada pekerjaan ini setelah survey yang dilakukan oleh konsultan dan di
diskusikan dengan pihak Direksi, dengan melihat kesimpulan bersama
mengenai lansiran terhadap lokasi kegiatan cukup sulit, maka ditambah
biaya lansiran semua material dengan membuat landasan di jalan lokasi
dengan papan bekisting dan pelansiran material menggunakan arco atau
gerobak.
1.1.2 Pengukuran dan Pembayaran
Pelansiran material baru dihitung biaya/pembayarannya untuk jarak
50 meter keatas dari drooping material. Perhitungan pembayaran mᵌ
per jarak angkut.
Harga “mᵌ” sudah termasuk kompensasi penuh untuk setiap biaya yang
dikeluarkan oleh Penyedia jasa untuk lansiran material.
Semua biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa dalam memenuhi
kebutuhan pada pasal ini dianggap sudah termasuk dalam jumlah “mᵌ”
yang dimasukan dalam daftar kuantitas dan harga.

1.3. Pembuatan Papan Nama Pekerjaan


Pemborong diharuskan membuat papan nama proyek sesuai dengan
persyaratan yang berlaku pada daerah setempat dan harus dipasang paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah dimulainya pekerjaan. Papan nama dibuat dari
spanduk digital printing dan diberi bingkai dari kayu balok.
1.1.3 Pengukuran dan Pembayaran
Untuk pembayaran pembuatan papan nama pekerjaan dilakukan secara
“lumpsum”.
Harga “lumpsum” sudah termasuk kompensasi penuh untuk setiap biaya
yang dikeluarkan oleh Penyedia jasa untuk pembuatan papan nama
pekerjaan. Semua biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa dalam
memenuhi kebutuhan pada pasal ini dianggap sudah termasuk dalam
jumlah “lumpsum” yang dimasukan dalam daftar kuantitas dan harga.

1.4. Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bowplank


Titik tetap (bench mark) yang terdapat didekat lokasi pekerjaan adalah titik
BM. Sedangkan titik yang akan diambil ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan,
Penyedia Jasa boleh menentukan titik tetap tambahan untuk memudahkan
pelaksanaan dan harus sesuai dengan gambar rencana serta harus
mendapat persetujuan dari Direksi.
Sebelum pelaksanakan pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa harus melakukan
pengukuran guna penentuan batas-batas daerah kerja, elevasi galian, elevasi
timbunan dan elevasi dasar bangunan.
Tempat kedudukan titik-titik hasil pengukuran harus ditandai dengan kayu
atau beton pada bagian-bagian yang penting, patok tersebut harus mudah
ditemukan kembali atau dikontrol.
Pengukuran dilakukan untuk menentukan letak bangunan tanggul seperti
yang tertera dalam gambar dengan memakai papan bangunan (Bouwplank)
yang kuat.
1.4.1 Pengukuran dan Pembayaran
Untuk pembayaran pekerjaan pengukuran dan pemasangan Bowplank
dilakukan secara “lumpsum”.
Harga “lumpsum” sudah termasuk kompensasi penuh untuk setiap biaya
yang dikeluarkan oleh Penyedia jasa untuk pekerjaan pengukuran dan
pemasangan bowplank.
Semua biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa dalam memenuhi
kebutuhan pada pasal ini dianggap sudah termasuk dalam jumlah
“lumpsum” yang dimasukan dalam daftar kuantitas dan harga.

1.5. Pekerjaan Penyelenggaraan Keamanan dan Kesehatan Kerja serta


Keselamatan Konstruksi
Untuk Keamanan & Keselamatan Kerja maka pelaksana diwajibkan :
- Penyiapan Rencana Keselamatan Kerja (RKK)
- Sosialisasi, Promosi dan Pelatihan (apabila diperlukan)
- Menyediakan Alat Pelindung Kerja (APK)
- Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD)
- Menyediakan Asuransi dan Perizinan (apabila diperlukan)
- Menyediakan Personel K3 Konstruksi
- Meyediakan Fasilitas, Sarana dan Prasarana Kesehatan
- Menyiapkan Rambu-Rambu Yang Diperlukan
- Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi (apabila
diperlukan)
- Lain-Lain Terkait Pengendalian Keselamatan Konstruksi
Semua Kegiatan Penerapan SMKK disesuaikan dengan kondisi pekerjaan,
lokasi pekerjaan, tingkat resiko pekerjaan dan identifikasi tingkat bahaya
pekerjaan.
1.5.1 Pengukuran dan Pembayaran
Untuk pembayaran pekerjaan Penyelenggaraan Keamanan dan Kesehatan
Kerja serta Keselamatan Konstruksi dilakukan secara “lumpsum”. Semua
biaya yang ditimbulkan akibat kegiatan ini termasuk masalah sosial yang
timbul akibat pekerjaan ini sudah termasuk dalam daftar kuantitas dan
harga.

1.6. Penebangan Pohon


Penebangan pohon dilakukan dengan menggunakan alat (senso), pohon-
pohon yang dibersihkan/dilakukan penebangan didaerah yang terkena jalur
rencana pembuatan tanggul/dinding penahan tanah pada bagian sungai.
Bekas tebengan dibersihkan dibuang disamping jalur sungai yang terkena
pekerjaan tanggul.
1.6.1. Pengukuran dan Pembayaran
Untuk pembayaran penebangan pohon dihitung dalam satuan batang,
Semua biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa dalam memenuhi
kebutuhan pada pasal ini sudah termasuk dalam daftar kuantitas dan
harga.

PASAL 2 : UKURAN TINGGI PEIL


2.1 Sebagai Referensi + 0,00 diambil sesuai patok dengan peil yang sudah
ditentukan dalam gambar.
2.2 Semua ukuran-ukuran tinggi dan ukuran lainnya berpedoman pada point
(2.1) tersebut di atas.
2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan
menggunakan alat ukur standart agar sudut betul-betul siku.
2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut di atas akan
ditentukan oleh Direksi.

PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH


3.1 Galian Tanah Mekanis dan Galian Tanah Manual
3.1.1 Galian Tanah Mekanis
Galian tanah mekanis dilakukan dengan menggunakan alat berat
(excavator long arm PC 150) dan hasil galian di gunakan untuk timbunan
membentuk tanggul sungai dan di hampar di bagian belakang tanggul
sungai yang masih kosong (kanan dan kiri sungai). Pekerjaan normalisasi
sungai di mulai pada station P2 0+041 sampai P40 0+991 dan panjang
normalisasi 943 m dan total panjang pembuatan tanggul sungai kanan dan
kiri 1886 m.

3.1.2 Galian Tanah Manual


Galian tanah dilakukan dengan cara manual hanya dengan alat sederhana
yang dilakukan oleh pekerja dan diawasi oleh mandor, untuk galian tanah
biasa. Panjang galian manual 322,86 m dan total panjang kanan dan kiri
galian manual 645,72 m, Pada station P27 0+666 sampai P28 0+691.

3.1.3 Keamanan Pekerjaan Galian


- Penyedia jasa harus bertanggung jawab penuh untuk menjamin
keselamatan kerja yang melaksanakan pekerjaan galian dan
masyarakat umum.
- Selama pekerjaan galian, maka harus dipertahankan sepanjang waktu
lereng galian sementara yang mantap yang mampu menunjang
pekerjaan yang berdampingan, struktur atau mesin,
- Skor dan turap yang memadai harus dipasang bila permukaan galian
yang yang menunjang struktur yang berdampingan menjadi kurang
stabil atau rusak oleh pekerjaan galian.
- Alat-alat berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau maksud lain
tidak akan diperkenankan untuk berada atau beroperasi lebih dekat
dari 1,5 m dari tepi galian terbuka atau galian pondasi
- Kecuali pipa atau bangunan telah dipasang dan ditutupi dengan
sekurang-kurangnya 600 mm urugan kembali yang telah dipadatkan.
- Pada setiap saat sewaktu para pekerja atau lainnya berada didalam
galian dan bahkan bila hanya sekali-sekali, harus merendah kepada
mereka di bawah permukaan tanah disekitarnya, maka Penyedia jasa
harus menempatkan seorang pengawas keamanan di tempat kerja yang
tugasnya hanya memonitor keamanan dan kemajuan. Setiap saat
peralatan galian yang tidak digunakan (cadangan) dan perlengkapan
pertolongan pertama (P3K) harus tersedia pada tempat pekerjaan
galian.
- Semua galian terbuka harus dipasang barikade secukupnya untuk
mencegah para pekerja atau lainnya jatuh kedalamnya, sehingga tidak
terjadinya insiden fatal dalam pekerjaan
3.1.4 Penjadwalan Kerja
Luas setiap galian yang dibuka dalam setiap operasi harus dibatasi sesuai
dengan pemeliharaan permukaan yang digali pada suatu kondisi yang
baik, dengan memperhatikan pengaruh dari pengeringan, perendaman
oleh air hujan dan gangguan oleh operasi pekerjaan berikutnya.

3.1.5 Pembetulan Pekerjaan yang Kurang Memuaskan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi kriteria toleransi di atas harus
dibetulkan oleh Penyedia jasa sebagai berikut :
1) Bahan-bahan yang berlebihan harus dibuang dengan galian lebih
lanjut.
2) Daerah yang telah digali secara berlebihan, atau daerah yang retak
berlebihan atau longsor harus diurug kembali dengan timbunan
bahan- bahan pilihan atau lapis pondasi agregat sebagaimana
diarahkan oleh Direksi.

3.1.6 Pengukuran dan Pembayaran


A. Pengukuran
Pekerjaan galian yang harus diukur sebagai pembayaran untuk volume
ditempat dalam kubik meter dari bahan-bahan yang dipindahkan. Dasar
perhitungan adalah gambar potongan melintang profil tanah yang disetujui
sebelum galian dan garis, kelandaian dan ketinggian yang ditentukan atau
diterima dari pekerjaan galian yang diselesaikan. Pekerjaan galian yang
memenuhi syarat untuk pengukuran dan pembayaran menurut pasal ini
akan dibayar sebagai Galian.
Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk mengambil bahan-bahan
konstruksi dari lubang galian tambahan atau galian batuan di luar batas
daerah konstruksi tidak akan diukur untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini
dianggap termasuk dalam harga satuan untuk timbunan atau bahan bahan
perkerasan.
Pekerjaan galian diukur berdasarkan cara penggaliannya menggunakan
tenaga manusia ataupun excavator.
B. Pembayaran
Jumlah galian yang diukur sebagaimana ditentukan di atas akan dibayar
pada Harga Penawaran untuk Jenis Pembayaran yang terdaftar di bawah
terlihat dalam Jadual Penawaran. Untuk satuan pembayaran ini dihitung
meter kubik (mᵌ). Harga dan pembayaran ini harus dianggap merupakan
pembayaran penuh dari semua pekerjaan dan biaya yang terlibat dalam
melaksanakan pekerjaan galian yang diuraikan dalam bab ini termasuk
semua Pembuangan hasil galian , tenaga kerja, peralatan, alat pengujian dan
biaya tambahan yang diperlukan atau biasa untuk penyelesaian-
penyelesaian yang layak dari pekerjaan ini termasuk masalah sosial yang
timbul akibat pekerjaan ini sudah termasuk dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.

3.2 Urugan Tanah Kembali di padatkan


Urugan tanah kembali pada bagian di antara tanggul sungai dan belakang
siring diurug kembali menggunakan tanah hasil galian mekanis dan manual,
kemudian dipadatkan dengan stamper.
3.2.1 Pengukuran dan Pembayaran
A. Pengukuran
Pekerjaan Urugan tanah kembali yang harus diukur sebagai pembayaran
untuk volume ditempat dalam meter kubik (mᵌ) dari bahan-bahan tanah
timbunan kembali. Dasar perhitungan adalah gambar potongan melintang
profil tanah yang disetujui sebelum galian dan garis, kelandaian dan
ketinggian yang ditentukan atau diterima dari pekerjaan galian yang
diselesaikan. Pekerjaan tanah timbunan kembali memenuhi syarat untuk
pengukuran dan pembayaran menurut pasal ini akan dibayar sebagai tanah
timbunan kembali.
B. Pembayaran
Jumlah tanah timbunan kembali yang diukur sebagaimana ditentukan di atas
akan dibayar pada Harga Penawaran untuk Jenis Pembayaran yang terdaftar
di bawah terlihat dalam Penawaran. Satuan pembayaran dihitung dengan
meter kubik (mᵌ). Harga dan pembayaran ini telah dianggap merupakan
kompensasi penuh dari semua pekerjaan dan biaya yang terlibat dalam
melaksanakan pekerjaan tanah timbunan kembali yang diuraikan dalam bab
ini termasuk semua pemadatan tanah timbunan kembali, tenaga kerja,
peralatan, alat pengujian dan biaya tambahan yang diperlukan atau biasa
untuk penyelesaian-penyelesaian yang layak dari pekerjaan ini termasuk
masalah sosial yang timbul akibat pekerjaan ini sudah termasuk dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

PASAL 4 : PEKERJAAN PASANGAN


4.1. Pasangan Batu Gunung dengan mortar tipe S (setara campuran 1 PC : 3 PP),
Batu yang dipergunakan untuk pekerjaan pasangan harus batu yang berasal
dari sungai/gunung atau batu pecah dari hasil pemecah batu yang
berbentuk mendekati persegi dengan kualitas yang telah disetujui dan
bebas dari lapisan dan cacat lainnya. Batu - batu yang dipergunakan harus
memiliki berat jenis tidak kurang dari 2,5 ton/m3, keras, bersih, awet,
tidak lapuk dan tidak mengandung bahan organik. Semua batu untuk
pekerjaan pasangan batu yang di timbun sementara di lapangan harus
dijaga sedemikian rupa, sehingga dalam kondisi agak basah pada saat akan
dipergunakan. Batu harus disusun sedemikian rupa untuk menghilangkan
rongga-rongga besar antara batu-batu yang berdekatan. Ukuran batu untuk
pekerjaan pasangan batu minmal 150 s/d 200 mm. Khusus untuk dinding
tipis , ukuran batu tidak boleh lebih dari 2/3 (dua per tiga) dari tebal
dinding. Batu-bulat tidak diperbolehkan sama sekali untuk pasangan batu.
Semua batu minimal harus mempunyai 2 bidang permukaan yang pecah dan
tidak boleh menggunakan jenis batu putih. Pasangan batu yang terpasang
harus sesuai dengan volume rencana yang ada di dalam RAB.

4.2. Plesteran type S (Top Pasangan Batu) Campuran 1 PC : 3 PP


Bagian atas pasangan batu kali, pada dinding luar, dan bagian lain yang
nampak harus diplester dengan mortal campuran 1 : 3, spesifikasi bahan
semen , pasir dan air yang digunakan harus bersih, terhindar dari kotoran-
kotoran atau zat kimia yang dapat merusak hasil pekerjaan. Plesteran
dibuat dari campuran 1 bagian semen dan tiga bagian pasir yang disaring
atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar kontrak. Tebal plesteran
dibuat 2 - 3 cm dari permukaan batu, sebelum plesteran dipasang diantara
batu-batu harus dikorek sampai kedalaman 1 - 2 cm dibawah permukaan
batu. Kemudian permukaan pasangan dibersihkan dan disiram air agar
terjadi ikatan yang kuat antara pasangan dan plesteran.
4.3 Setelah pekerjaan plesteran selesai dilakukan pengacian pada bagian atas
dan dinding tanggul/pasangan batu gunung.

4.4. Semua pasir yang digunakan untuk pekerjaan diwajibkan harus pasir
sungai bukan pasir gunung.

4.5. Adukan mortar untuk pasangan batu gunung dan plesteran menggunakan
alat (molen)

4.6. Siaran Campuran 1 PC : 3 PP, pelaksanaan siaran, bagian permukaan


pasangan batu yang terlihat sesuai kontrak atau petunjuk Direksi harus
disiar. Siaran dibuat dari campuran 1bagian semen dan 3 bagian pasir yang
disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Sebelum siaran
dipasang adukan pasangan diantara batu – batu halus dikorek sampai
kedalaman 1-2 cm dibawah permukaan batu untuk jenis siar rata dan siar
timbul, dan 2-3 cm untuk jenis siar tenggelam, kemudian pasangan
dibersihkan dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan
siaran.

4.7. Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis pekerjaan pasangan harus memuat :
 Pasangan Batu dengan Mortar
1) Penerimaan Bahan

Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan


bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima sesuai
dengan ketentuan persyaratan bahan di atas.
2) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang tidak memenuhi


toleransi yang disyaratkan dalam persyaratan bahan di atas dari
Spesifikasi ini harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa dengan biaya
sendiri dan dengan cara yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
b) Jika kestabilan dan keutuhan dari pekerjaan yang telah
diselesaikan terganggu atau rusak, yang menurut pendapat
Direksi Pekerjaan diakibatkan oleh kelalaian Penyedia Jasa, maka
Penyedia Jasa harus mengganti dengan biayanya sendiri untuk
setiap pekerjaan yang terganggu atau rusak. Penyedia Jasa tidak
bertanggungjawab atas kerusakan yang timbul berasal dari alam
seperti angin topan atau pergeseran lapisan tanah yang tidak
dapat dihindarkan, dengan syarat pekerjaan yang rusak tersebut
telah diterima dan dinyatakan secara tertulis oleh Direksi
Pekerjaan telah selesai.
3) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima

Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan


perbaikan terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau
gagal sebagaimana disyaratkan di atas, Penyedia Jasa juga harus
bertanggungjawab atas pemeliharaan rutin dari semua pekerjaan
pasangan batu dengan mortar untuk drainase yang telah selesai dan
diterima selama sisa Periode Kontrak termasuk Periode
Pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut harus
dilaksanakan dan harus dibayar terpisah.

4.8. Metode Pengujian Kekuatan Tekan Motar Semen Portland


 Ruang lingkup
Ruang lingkup metode ini meliputi persyaratan pegujian, ketentuan
– ketentuan, cara pengujian dan laporan hasil pengujian kekuatan
mortar semen Portland dengan menggunakan benda uji khusus
dengan ukuran 5 cm.
 Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1) Kekuatan tekan mortar semen Portland adalah gaya maksimum per
satuan luas yang bekerja ada benda uji mortar semen Portland
berbentuk kubus dengan ukuran tertentu serta berumur tertentu;
2) Gaya maksimum adalah gaya yang bekerja pada saat benda uji kubus
pecah;
3) Mortar semen Portland adalah campuran antara pasir kwarsa, air
suling dan semenPortland dengan komposisi tertentu;
4) Pasir kwarsa adalah pasir yang mengandung mineral sillka > 90%,
serta memenuhipersyartan standar ASTM No.C 190;
5) Air suling adalah air yang diperoleh dari hasil proses penyulingan air

 Persyaratan Pengujian
1. Jumlah Contoh
Ikhwal yang dipersyaratkan, sebagai berikut :
1) Jumlah contoh semen Portland yang diperlukan untuk
pengujian kekuatan tekan mortarditetapkan berdasarkan
ketentuan yang berlaku;
2) Jika suatu pekerjaan akan menggunakan lebih dari satu tipe
semen, maka untuk setiap tipesemen yang digunakan harus
dilakukan pengujian kekuatan tekan mortar;
3) Pengambilan contoh – contoh untuk setiap tipe semen
dilakukan secara acak berdasarkanketentuan yang
berlaku;Berat volume setiap contoh ditetapkan sesuai dengan
jumlah benda uji;
4) Jumlah benda uji yang harus dibuat ditentukan sesuai dengan
umur benda uji;
2. Pengelolaan contoh
Pengelolaan contoh harus mengikuti peraturan, sebagai berikut;
1) Setiap contoh harus diberi label yang lebih jelas, sehingga
contoh dapat diketahui denganjelas;
2) Label contoh harus memuat :
(1) Contoh nomor;
(2) Tipe semen;
(3) Asal pabrik;
(4) Jumlah contoh;
(5) Nama teknisis yang mengambil contoh;
(6) Tanggal pengambilan contoh;
3) Benda uji setiap contoh juga harus diberi label yang jelas,
meliputi :
(1) Nomor contoh dan nomor benda uji;
(2) Tanggal pembuatan benda uji;
4) Contoh semen harus disimpan di tempat yang kering,
sehingga dapat dihindarikemungkinan terjadinya perubahan
kondisi dan sifat semen.
3. Sistem Pengujian
Ikhwal pengujian, yaitu
1) Pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland dilakukan
secara ganda (duplo);
2) Umur benda uji ditetapkan berdasarkan ketentuan yang
berlaku; jika tidak ada ketentuanlain, benda dapat di uji
setelah mencapai umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari;
3) Pencatatan data pengujian harus menggunakan formulir
laboratorium yang memuat :
(1) Identitas benda uji dan contoh;
(2) Tanggal pengujian;
(3) Penanggung jawab penguji;
(4) Pencatatan data pengujian;
(5) Nama laboratorium dan identitas penguji.
4) Hasil pengujian harus ditanda tangani oleh penanggung jawab
pengujian.
 Ketentuan-ketentuan
1. Benda Uji
Benda uji memenuhi ketentuan – ketentuan, di bawah ini :
1) Benda uji berbentuk kubus dengan ukuran sisi 5 cm dibuat
dan mortar campuran semenPortland, pasir kwarsa, dan air
suling dengan komposisi tertentu;
2) Untuk pembuatan 6 benda uji diperlukan bahan sebagai
berikut :
 Semen Portland 500 gram;
 Pasir kwarsa 1.375 gram;
 Air suling 242 ml.
3) Pasir kwarsa yang digunakan harus memenuhi pesyaratan
standar pasir Ottawa ASTM No.: C 190;
4) Radar air optinium mortar yang digunakan untuk membuat
benda uji ditetapkan berdasarkan hasil pengujian meja leleh.
2. Peralatan
Peralatan untuk pengujin kekuatan tekan mortar, terdiri dari :
1) Mesin pengaduk Standar ASTM C 305 yang kecepatan
perputarannya dapat diatur,dilengkapi dengan pengaduk
kapasitas 2500 cc, lihat gambar 1.
2) Meja leleh lengkap Standar ASTM C-230 dengan cincin leleh
dibuat dari baja 55 HRB, lihat gambar 2.

3) Cetakan benda uji berbentuk kubus dengan panjang sisi 5 cm,


dibuat dari baja HRB harus kedap air, (lihat GAMBAR 3)

4) Timbangan kapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,1 gram;


5) Gelas ukur kapasitas 500 ml dengan ketelitian 2 ml;
6) Stop watch;
7) Alat pemadat;
8) Sendok perata;
9) Mistar dari baja panjang 20 cm, dengan ketelitian 1 mm;
10) Lemari lembab dengan derajat kelembaban 90%;
11) Mesin tekan dengan bidang tumpuan dari baja 60 HRB.

3. Perhitungan
Rumus – rumus yang dugunakan untuk perhitungan adalah
1) Kekuatan tekan mortar dihitung dengan rumus :

Dimana
σm = kekuatan tekan mortar, MPA
Pmaks = gaya tekan maksimum, N
A = luas penampang benda uji, nm2
Untuk benda uji kubus dengan panjang sisi 50 mm, maka A = 2500
mm2
Dimana :
γm = berat isi mortar, kg/ml
Bm = berat benda uji, kg
V = volume benda uji, ml
Untuk benda uji kubus dengan panjang sisi 50 mm, maka V-125 ml.
4. Cara Uji
Pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland dilakukan melalui
tahap pekerjaan, sebagaiberikut :
1) Tuangkan 242 cc air suling ke dalam mengkok pengaduk,
kemudian masukan pula perlahan – lahan contoh semen
sebanyak 500 gram, biarkan kedua baan dalam mangkok
pengaduk selama 30 detik;
2) Aduklah campuran air suling dan semen dengan
menggunakan mesin pengaduk selama 30 detik; kecepatan
putaran mesin pengaduk adalah 140±5 putaran per menit;
3) Siapkan pasir kwarsa sebanyak 1375 gram; masukan sedikit
demi sedikit ke dalam mangkok yang berisi campuran semen-
air suling sambil diaduk dengan kecepatan yang sama dalam 30
detik; setelah itu pengadukan diteruskan selama 30 detik
dengan kecepatan pengadukan 285±10 putaran per menit;
4) Pengadukan dihentikan, bersihkan motornya yang menempel di
bibir dan bagian atas mangkok pengaduk selama 15 detik,
selanjutnya mortar dibiarkan selama 75 detik dalam mangkok
pengaduk yang ditutup;
5) Ulang kembali pengadukan selama 60 detik dengan kecepatan
pengadukan 258±10 putaran per menit;
6) Lakukan percobaan leleh dengan cara, sebagai berikut :
(1) Letakan cincin leleh di atas meja leleh, lalu diisi dengan
mortar sampai penuh; pengisian dilakukan dalam 2 lapis,
setiap lapis harus didapatkan 20 kali dengan alat pemadat;
(2) Ratakan permukaan atas mortar dalam cincin leleh dan
bersihkan mortar yang menempel di bagian luar cincin
leleh;
(3) Angkatlah cincin leleh perlahan – lahan, sehingga di atas
meja leleh terbentuk mortar berbentuk kerucut
terpancung;
(4) Getarkan meja leleh sebanyak 25 kali selama 15 detik,
dengan tinggi jatuh ½ in (12,7 mm)
(5) Ukurlah diameter mortar diatas meja leleh minimal pada
4 tempat yang berlainan, lain hitung diameter rata – rata
(d) mortar tersebut;
7) Ulangi pekerjaan 1) sampai dengan 6) dengan mortar baru &
beberapa variasi kadar air, sehingga diperoleh diameter rata –
rata dr sama dengan 1,00 – 1,15 kali diameter semula ds;
8) Setelah tercapai dr = 1,00 – 1,15 kali ds, pekerjaan selanjutnya
dilanjutkan dengan mencetak benda uji dengan urutan sebagai
berikut :
(1) Aduk kembali mortar di dalam mangkok pengaduk dengan
kecepatan pegadukan 285±10 putaran per menit selama 15
detik;
(2) Masukan mortar kedalam cetakan kubus; pengisian cetakan
dilakukan sebanyak 2 lapis dan setiap lapis harus dipadatkan
32 kali dengan 4 kali putaran dalam 10 detik; konfigurasi
pemadatan seperti tercantum pada GAMBAR 4; pekerjaan
pencetakan benda uji, harus sudah dimulai dalam waktu
paling lama 2 ½ menit setelah pengadukan semula (butir 5);

(3) Ratakan permukaan atas kubus benda uji dengan


menggunakan sendok perata;
(4) Simpan kubus – kubus benda uji dalam lemari lembab
selama 24 jam;
(5) Setelah itu bukalah cetakan dan redamlah kubus – kubus
benda uji dalam air bersih sampai saat pengujian kuat tekan
dilakukan;
9) Bila dibuat campuran mortar dulpo untuk benda uji tambahan,
percobaan leleh ditiadakan dan mortar dibiarkan dalam mangkok
pengaduk selama 75 detik tanpa ditutup, selanjutnya mortar yang
menempel di bibir & bagian atas mangkok di bersihkan dalam
waktu 15 detik; kemudian mortar diaduk kembali untuk
mencetak benda uji, sesuai urutan dalam butir 8;
10) Pada umur yang telah ditentukan, lakukan pengujian kekuatan
tekan terhadap benda uji itu dengan urutan kegiatan sebagai
berikut :
(1) Angkatlah benda uji dan tempat peredaman, kemudian
permukaannya dikeringkan dengan cara di lap dan dibiarkan
selama ±15 menit;
(2) Timbanglah kubus benda uji, lalu cacat berat benda uji itu;
(3) Letakan benda uji pada mesin penekan; tekanlah benda uji
itu dengan penambahan besarnya gaya tetap sampai benda
uji itu pecah. Pada saat pecah, catatlah besarnya gaya tekan
maksimum yang bekerja.
11) Hitunglah berat isi benda uji dengan rumus 3.3.2 serta kuat
tekan dengan rumus 3.3.1 selanjutnya hitung nilai rata – rata
berat isi dan kekuatan tekan benda uji.
5. Laporan Uji
Laporan uji kekuatan tekan mortar semen Portland harus
mencantumkan :
1. Identitas contoh
 Nomor contoh;
 Tipe contoh;
 Asal semen;
 Proyek yang akan menggunakan;

2. Laboratorium dan identitas yang melakukan pengujian:


 Nama teknisi penguji;
 Nama penanggung jawab;
 Tanggal pengujian;
3. Hasil pengujian;
4. Kelainan dan kegagalan selama pengujian;
5. Rekomendasi dan saran – saran.
Lampiran A lain – lain
4.9. Pengukuran dan Pembayaran
A. Pengukuran
 Pasangan Batu dengan mortar
a. Pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus diukur untuk
pembayaran dalam meter kubik sebagai volume nominal pekerjaan
yang selesai dan diterima.
b. Pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk pelapisan pada
selokan dan saluran air, atau pelapisan pada permukaan lainnya,
volume nominal harus ditentukan dari luas permukaan terekspos
dari pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dan tebal nominal
lapisan untuk pelapisan. Untuk keperluan pembayaran, tebal
nominal lapisan harus diambil yang terkecil dari berikut ini :
 Tebal yang ditentukan seperti yang ditunjukkan pada Gambar
atau diperintahkan Direksi Pekerjaan;
 Tebal aktual rata-rata yang dipasang seperti yang ditentukan
dalam pengukuran lapangan.
c. Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang digunakan bukan
untuk pelapisan, volume nominal untuk pembayaran harus dihitung
sebagai volume teoritis yang ditetapkan dari garis dan penampang
yang ditentukan atau disetujui.
 Adukan Semen
Adukan semen tidak akan diukur untuk pembayaran yang terpisah.
Pekerjaan ini harus dianggap sebagai pelengkap terhadap berbagai jenis
pekerjaan yang diuraikan dalam Spesifikasi ini.

B. Dasar Pembayaran
Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar
dengan Harga Kontrak per satuan dari pengukuran untuk Mata
Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan
semua bahan, untuk galian yang diperlukan dan penyiapan seluruh
formasi atau pondasi, untuk pembuatan lubang sulingan dan sambungan
konstruksi, untuk pemompaan air, untuk penimbunan kembali sampai
elevasi tanah asli dan pekerjaan akhir dan untuk semua pekerjaan
lainnya atau biaya lain yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian
yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam bagian
ini.
No Uraian Satuan Pengukuran

1 Pasangan Batu dengan Meter Kubik (mᵌ)


mortar
2 Plesteran Meter Persegi (m²)
3 Siaran Meter Persegi (m²)
PASAL 5 : PEKERJAAN BETON DAN PEMANCANGAN
5.1. Pemancangan
5.1.1 Sebelum dilakukan pekerjaan beton untuk lantai kerja dilakukan
pemancangan kayu galam diameter 8-10 cm untuk jumlah galam , ukuran
dan penempatannya sesuai dengan gambar kerja.
5.1.2 Untuk pengadaan galam disarankan yang tercantum di dalam perencanaan
panjang 1,5 m atau 3 m, diameter atas 10 cm, diameter bawah 8 cm.
Sebelum dilakukan pemancangan kepala galam dipotong untuk diratakan
dan pada bagian ujung diruncingkan.
5.1.3 Pemancangan galam dilakukan menggunakan alat berat excavator long arm
(PC 150)
5.1.4 Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan pembayaran pekerjaan Pemancangan didasarkan atas
satuan meter sesuai SSUK dan SSKK dalam dokumen kontrak disaksikan
dan dihitung bersama oleh Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Teknis.
5.2. Pekerjaan Beton
5.2.1. Pekerjaan beton dilakukan untuk pekerjaan lantai kerja untuk ukuran,
desain dan penempatan sesuai dengan gambar kerja, sebelum dilakukan
pengecoran lubang galian lantai kerja dilapisi dengan plastik cor, agar air
adukan semen pada waktu pengecoran tidak lolos keluar atau merembes.
5.2.2. Pekerjaan beton dengan mutu beton K100- K125 dan tebal 5 cm, bahan-
bahan untuk campuran adukan harus bermutu baik dan bebas dari
kotoran-kotoran. Pengadukan menggunakan mesin molen. Beton yang
sudah dicampur segera mungkin dituang, sehingga antara beton yang
baru dan yang sebelumnya dapat menyatu dengan baik dan diratakan
sesuai dengan ketebalan acuan dan harus benar-benar padat setiap sudut
dan rongga-rongga terisi dengan campuran beton. Pekerjaan beton yang
terpasang harus sesuai dengan volume rencana yang ada di dalam RAB.
5.2.3. Kegiatan pekerjaan beton harus dilaksanakan dengan kehadiran Direksi
Pekerjaan dan Konsultan Supervisi atau wakilnya. Selambat-lambatnya
tiga puluh hari sebelum peralatan untuk pekerjaan beton yang akan
digunakan oleh Penyedia Jasa untuk pengolahan, penakaran,
pencampuran, pengecoran beton dan membuat adukan pasangan
(mortar), Penyedia Jasa harus menyerahkan bagan alir, gambar dan
uraian tertulis untuk menghasilkan pengelolaan yang benar efisien dari
peralatan yang akan digunakan dan menghasilkan metode pelaksanaan
pengecoran beton yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan dalam
kontrak.
5.2.4. Semua persiapan pengamanan yang memadai harus dipenuhi oleh
Penyedia Jasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi
umum dan spesifikasi teknis sehingga air buangan dari pengolahan
maupun perawatan beton yang mengandung endapan-endapan bahan-
bahan tidak boleh langsung di buang ke sungai dan dilimpahkan ke
tempat disekitar pekerjaan.
5.2.5. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan
Agregat Halusdan Kasar;
SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
AgregatKasar;
SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton;
SNI 03-1973-1990 : Metode Pengujian Berat Isi Beton;
SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton;
SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin
Los
Angeles;
SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar;
SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambahan
untuk Campuran Beton;
SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur;
SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton;
SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti;
SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium;
SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton;
SNI 03-2530-1991 : Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland;
SNI 03-2531-1991 : Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland;
SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir
untuk Campuran Mortar dan Beton;
SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai
Gelagar Sederhana Dengan Sistem Beban Titik
diTengah;
SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal;
SNI 03-2854-1992 : Spesifikasi Kadar Ion Klorida dalam Beton;
SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air;
SNI 03-2915-1992 : Spesifikasi Beton Tahan Sulfat;
SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural;
SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat
Terhadap Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat;
SNI 03-3418-1994 : Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton
Segar;
SNI 03-3419-1994 : Metode Pengujian Abrasi Beton di Laboratorium;
SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi Ringan di
Lapangan;
SNI 03-3449-1994 : Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton
Ringan dengan Agregat Ringan;
SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton;
SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan
Butirbutir Mudah Pecah dalam Agregat;
SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat
Yang Lolos No.200 (0,075 mm);
SNI 03-4154-1996 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan Balok
Uji Sederhana Yang dibebani Terpusat Langsung;
SNI 03-4155-1996 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Benda
Uji Patahan Balok Bekas Uji Lentur;
SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar;
SNI 03-4169-1996 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan
Rasio Poison Beton dengan Kompresor
Ekstensometer;
SNI 03-4430-1997 : Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur
Beton Dengan Alat Palu Beton Tipe n dan nr;
SNI 03-4431-1997 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan
Dua Titik Pembebanan;
SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai;
SNI 03-4805-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland Dalam
Beto Keras Yang Memakai Semen Hidrolik;
SNI 03-4806-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam
Beton Segar dengan Titrasi Volumetri;
SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton
Segar Semen Portland;
SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton
Segar Semen Volumetri;
SNI 03-4809-1998 : Metode Pengujian untuk membandingkan berbagai
Beton Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap
Tulangan;
SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
diLapangan;
SNI 03-4811-1998 : Metode Pengujian Rangkak Pada Beton Yang
Tertekan;
SNI 03-4812-1998 : Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara Langsung;
SNI 03-4817-1998 : Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk
Perawatan Beton;
SNI 03-4820-1998 : Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan
Perubahan Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen
Yang Sudah Mengeras;
SNI 03-6369-2000 : Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji
Silinder Beton;
SNI 03-6429-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Dengan
Cetakan Silinder Di Dalam Tempat Cetakan;
SNI 06-6430-2000 : Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding;
SNI06-6430.1-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk Beton
Dengan Agregat Praletak di Laboratorium;
SNI03-6430.2-2000 : Metode Pengujian Waktu Pengikatan Graut Untuk
Beton dengan Agregat Praletak di Laboratorium;
SNI 03-6451-2000 : Metode Pengujian Kuat Lentur Adukan Semen
Hidraulik;
SNI 03-6477-2000 : Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk Agregat;
SNI 03-6805-2002 : Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan
Beton pada Umur Awal dan Memproyeksikan
Kekuatan Pada Umur Berikutnya;
SNI 03-6806-2002 : Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang
Struktural;
SNI 03-6807-2002 : Metode Pengujian Kemampuan Mempertahankan
Air pada Campuran Graut untuk Beton Agregat
Praletak di Laboratorium;
SNI 03-6808-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Graut Untuk Beton
Agregat Praletak (Metode Pengujian Corong Alir);
SNI 03-6809-2002 : Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan Metode
Maturity;
SNI 03-6810-2002 : Metode Pengujian Kadar Bahan Padat Total dan
Bahan Anorganik dalam Air Untuk Campuran Beton;
SNI 03-6811-2002 : Spesifikasi Bahan Pencampur Untuk Beton Semprot;
SNI 03-6815-2002 : Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton;
SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam
Beton;
SNI 03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan
Struktur;
SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam
Beton;
SNI 03-6717-2002 : Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat;
SNI 03-6889-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat.

5.2.6. Ketentuan dan Persyaratan bahan untk campuran beton dapat dilihat
pada no.2 Material dan Peralatan
5.2.7. Perawatan Beton
a. Perawatan dengan Pembasahan
 Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan
mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang
terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang
relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin
hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan
pengerasan beton.
 Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air.
Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh
dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan
atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada
permukaan yang dirawat.
 Jika bekisting tidak dibongkar maka bekisting tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai bekisting
dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-
sambungan dan pengeringan beton. Beton semen yang
mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus dibasahi
sampai kuat tekannya mencapai 70% dari kekuatan rancangan
beton berumur 28 hari.
b. Perawatan dengan Cara Lain
 Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton
segerasesudah air meningggalkan permukaan (kering), terlebih
dahulu setelah beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan.
Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung
sebelum lapisan membran cukup kering, atau seandainya lapisan
membran rusak makaharus dilakukan pelapisanulang lagi.
 Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton
dengan bahan lembaran kedap air yang bertujuan mencegah
kehilangan kelembaban air permukaan beton. Beton harus basah
pada saat lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini
aman untuk tidak terbang/pindah tertiupangin dan apabila ada
kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama periode
perawatan berlangsung.
 Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan
cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu
yang diperlukan beton dalam masa perawatan.
c. Pengukuran dan pembayaran pekerjaan perawatan beton sudah
termasuk dalam harga satuan pekerjaan beton.

5.2.8. Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis pekerjaan beton.
1. Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila
diperlukan) harus diperiksa oleh Konsultan Supervisi dan/atau
Direksi Teknis penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa
bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan pada
Pekerjaan Beton.
2. Pengawasan
Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Teknis harus
menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai
keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan kerja.
3. Perencanaan Campuran

a) Ketentuan Sifat-sifat Campuran


 Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan
(misalnya dinyatakan dengan nilai “slump”) seperti yang
diusulkan tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali
bila Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Teknis dalam
beberapa hal menyetujui penggunaannya secara terbatas.
Kelecakan (Workability) dan tekstur campuran harus
sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan
tanpa membentuk rongga,celah, gelembung udara atau
gelembung air dan sedemikian rupa sehingga pada saat
pembongkaran bekisting diperoleh permukaan yang rata,
halus dan padat.
 Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus
memenuhi kuat tekan yang disyaratkan, atau yang disetujui
oleh Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Teknis.
Pengambilan contoh, perawatan dan pengujian harus
sesuaidengan SNI 03-1974-1990, SNI 03-4810-1998, SNI
03-2493-1991, SNI 032458-1991.
 Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan
beton di bawah kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia
Jasa tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut,
sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut diketahui
dengan pasti dan diambil tindakan-tindakan yang menjamin
bahwa produksi beton berikutnya memenuhi ketentuan
yang disyaratkan dalam Spesifikasi.
 Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi
ketentuan yang disyaratkan harus dipandang sebagai
pekerjaan yang tidak dapat diterima sebagaimana yang
disyaratkan. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dariyang
disyaratkan jika hasil pengujian serangkaian benda uji dari
suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari
kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh dari rumus
yang diuraikan.
 Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Teknis dapat pula
menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan
Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan perbaikan dalam
meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian
kuat tekan beton umur 3 hari harus memenuhi rasio kuat
tekan 55%. Dalam keadaan demikian, Penyedia Jasa harus
segera menghentikan pengecoran beton yang diragukan
tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat
tekan beton umur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan
tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Konsultan
Supervisi dan/atau Direksi Teknis akan menelaah kedua
hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera
memerintahkan tindakan perbaikan.
 Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi
ketentuan dapat mencakup pembongkaran dan penggantian
seluruh beton. Tindakan tersebut tidak boleh berdasarkan
pada hasil pengujian kuat tekan beton umur 3 hari saja,
kecuali bila Penyedia Jasa, Konsultan Supervisi dan/atau
Direksi Teknis sepakat dengan perbaikan tersebut.
b) Penyesuaian Campuran
 Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau
Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang
semula dirancang sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh
melakukan perubahan rancangan agregat, dengan syarat
dalamhal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak
berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan
berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang
memenuhi tidak dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang
telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara
lain tidak diijinkan. Bahan tambahan untuk meningkatkan
sifat kelecakan hanya diijinkan bila telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Teknis.
 Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka
kadar semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan
bahan tambahan dengan syarat disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan/atau Direksi Teknis.
 Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh
dilakukan tanpa pemberitahuan tertulis kepada Konsultan
Supervisi dan/atau Direksi Teknis.Bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Konsultan dan Direksi menerima bahan
tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru
berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru
yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
 Bahan Tambahan (admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia
Jasa harus mendapat persetujuan dari Konsultan Supervisi
dan/atau Direksi Teknis. Jenis dan takaran bahan tambahan
yang akan digunakan untuk tujuantertentu harus
dibuktikan kebenarannya melalui pengujian campuran
dilaboratorium. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini
harus mengacu pada SNI 03-2495-1991.
Bila akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang
sangat halus, sebagian besar berupa mineral yang bersifat
cementious seperti abu terbang(fly ash), mikrosilika
(silicafume), atau abu slag besi (iron furnace slag) yang
umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan utama
beton, makapenggunaan bahan tersebut harus berdasarkan
hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil
kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang
diinginkan pada Gambar Rencana dan disetujui oleh
Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Teknis.Dalam hal
penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton, maka
bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton.
Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk
meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete).
Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal
sebagai berikut:
- Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa
menambah air;
- Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa
mengurangi kelecakan;
- Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan
beton;
- Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan
beton;
- Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
- Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
- Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit
pengembangan volume beton(ekspansi);
- Mengurangi terjadinya bleeding;
- Mengurangi terjadinya segregasi.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah
mengeras, bahan tambahan campuran beton bisa
digunakan untuk keperluan- keperluan sebagai berikut :
- Meningkatkan kekuatan pada beton muda;
- Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada
proses pengerasan beton,terutama untuk beton dengan
kekuatan awal yang tinggi;
- Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di
laut;
- Meningkatkan keawetan jangka panjang beton;
- Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas
beton);
- Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat;
- Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama;
- Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan;

- Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan


tumbukan.
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu
dilakukan secara hati-hati dan dengan takaran yang tepat
sesuai manual penggunaannya, serta dengan proses
pengadukan yang baik, agar pengaruh penambahannya
pada kinerja beton bisa dicapai secara merata pada semua
bagian beton. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa dosis
yang berlebih akan dapat mengakibatkan menurunnya
kinerja beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat
menimbulkan kerusakan pada beton.
c) Perencanaan Campuran
 Penakaran Agregat
Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat,
untuk mutu beton fc’ < 19,3 MPa diijinkan ditakar menurut
volume sesuai SNI 033976-1995. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitaspenakaran harus sedemikian
sehingga kuantitas semen yang digunakanadalah setara dengan
satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat
harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
 Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh
kering permukaan (SSD- Saturated Surface Dry). Apabila hal
tersebut tidak dilakukan maka harus dilakukan koreksi
penakaran sesuai dengan kondisi agregat di lapangan.
Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering
permukaan dapat dilakukan dengan cara menyemprot
tumpukan agregat dengan air secara berkala paling sedikit
12 jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi jenuh
kering permukaan.
 Pencampuran
 Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang
memadai dan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan
mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
 Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut,
pertama masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat
sehingga mencapai kondisi yang cukup basah, dan
selanjutnya masukkan seluruh semenyang sudah ditakar
hingga tercampur dengan agregat secara merata. Terakhir
masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
 Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air
dimasukkan kedalam campuran bahan kering. Seluruh sisa
air yang diperlukan harus sudah dimasukkan sekira
seperempat waktu pencampuran tercapai. Waktu
pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang
harussekira 1,5 menit. Untuk mesin yang lebih besar waktu
harus ditingkatkan15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
 Pengujian Campuran
Pengujian Untuk Kelecakan (Workability) Satu pengujian
"slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Teknis, harus
dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang
dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan
kecuali disaksikan oleh Konsultan Supervisi dan/atau
Direksi Teknis. Nilai slump pada setiap campuran tidak
boleh berada di luar rentang nilai slump (± 2 cm) yang
disyaratkan.Uji slump harus dilakukan sebelum pengecoran
dan pada waktu pengambilan contoh pengujian atau jika
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan Konsultan
Supervisi. Uji slump harus sesuai dengan ASTM C. 143,
AASHTO T119 atau SNI 1972-90-F.
 Pengujian Kuat Tekan
- Penyedia Jasa harus membuat sejumlah benda uji untuk
pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan
untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen
bangunan yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
- Untuk keperluan frekuensi pengujian kuat tekan sesuai dengan
SNI 032847-2002 dan persetujuan konsultan supervisi dan/atau
Direksi Teknis sebagai berikut :
 Pengujian kekuatan masing-masing mutu beton yang dicor setiap
harinya haruslah dari dua (2) contoh uji per hari, atau tidak
kurang dari tiga (3) contoh uji untuk setiap 60 m3 beton, atau
tidak kurang dari 3(tiga) contoh.
 Pada suatu pekerjaan pengecoran, jika volume total adalah
sedemikian hingga frekuensi pengujian yang disyaratkan oleh
point diatas hanya akan menghasilkan jumlah uji kekuatan beton
kurang dari 5 untuk suatu mutu beton, maka contoh uji harus
diambil dari paling sedikit 5 adukan yang dipilih secara acak
atau dari masing- masing adukan bilamana jumlah adukan yang
digunakan adalah kurang dari lima.
 Jika volume total dari suatu mutu beton yang digunakan kurang
dari 40 m3, maka pengujian kuat tekan tidak perlu dilakukan
bila bukti terpenuhinya kuat tekan diserahkan dan disetujui oleh
pengawas lapangan.
 Suatu uji kuat tekan harus merupakan nilai kuat tekan rata-rata
dari dua contoh uji silinder yang berasal dari adukan beton yang
sama dan diujipada umur beton 28 hari atau pada umur uji yang
ditetapkan untuk penentuan f '.
 Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat
tekan beton umur 28 hari dan dilakukan pengujian di lab Beton
Indenpendent
 Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat
perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji
dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut
harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan
dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah benda uji
yang berdekatan nilainya.
 Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di
bawah 0,85 fc’.
 Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi,
maka harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari
hasil uji kuat tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk
memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari bangunan tidak
membahayakan.
 Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan
bahwa kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka
diperlukan suatu ujibor (core drilling) pada daerah yang
diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam
hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti
pada daerah yang tidak membahayakan bangunan untuk setiap
hasil uji tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah
seperti disebutkan di atas.
 Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata
kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang
dari 0,85 fc’, dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang
mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal ini,
perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor
inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan
kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan),
perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan
kuat tekan beton yang dihasilkan.
 Contoh Beton diambil menggunakan silinder dengan ukuran
berdiameter sepuluh
 (10) cm dengan standar perawatan dan diuji pada umur tujuh (7)
hari dan usia dua puluh delapan (28) hari sesuai dengan
persyaratan ASTM C. 39/C.42 atau ASHTO
 T.23. Jika Ukuran maksimum agregat adalah empat puluh (40)
mm, maka selinder harus berukuran diameter lima belas (15)
cm dengan panjang tiga puluh (30)cm.
 Pengujian Sampel beton dilakukan di lab. Beton indenpendent
yang disetujui direksi pekerjaan/Konsultan pengawas, pengujian
dilakukan dan disaksikan direksi pekerjaan/konsultan
pengawas atau perwakilan.
d) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi
kriteria toleransi yang disyaratkan atau yang tidak memiliki
permukaan akhir yang memenuhi ketentuan atau yang tidak
memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan, harus
mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Konsultan
Supervisi dan/atau Direksi Teknis;
b. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang
belum dikerjakan;
c. Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya
gagal;
d. Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau
menyeluruh padabagian pekerjaan yang memerlukan
penanganan khusus;
e. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan
beton atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada,
Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Teknis dapat meminta
Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang
telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil dengan meminta
pihak ketiga untuk melaksanakannya;
f. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser
sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa
harus mengajukan detail rencanaperbaikan untuk
mendapatkan persetujuan Konsultan Supervisi dan/atau
Direksi Teknis sebelum memulai pekerjaan.

5.2.9. Pengukuran dan Pembayaran


A. Pengukuran
1) Pengukuran Pekerjaan Beton
 Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik (mᵌ) pekerjaan beton
yang digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang
ditunjukkan pada Gambar hasil Kerja atau yang diperintahkan oleh
Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Teknis dengan batas toleransi
yang diijinkan dan dibayar ukuran minimal yang masih masuk dalam
toleransi. Tidak ada pengurangan yang akan dilakukan untuk
volume yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari 20
cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water stop",
selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan (weephole).
 Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja
tulangan dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan
bangunan yang telah selesai dan diterima akan diukur untuk
dibayarkan seperti disyaratkan pada Bagian lain dalam Spesifikasi
ini.
 Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar
sebagai beton bangunan atau beton tidak bertulang. Beton
Bangunan harus Beton mutu, f’c = 14,5 MPa (K175) , slump (12±2)
cm, w/c = 0,66. Jika beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi
diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan)
beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai
beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
2) Pengukuran untuk Pekerjaan Beton yang Diperbaiki
 Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk
pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bilamana pekerjaan
semu latelah memenuhi ketentuan.
 Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap
peningkatan kadar semenatau setiap bahan tambah (admixture), juga
tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan
pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang
disyaratkan untuk pekerjaan beton.
B. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan
sebagaimana yang tertera dalam gambar hasil kerja, akan dibayar pada
Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan
pengukuran yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas Harga.

PASAL 6 : PEKERJAAN DEWATERING


6.1. Sebelum melakukan pekerjaan pengecoran lantai kerja dan pasangan siring
batu gunung maka di buat timbunan dari tanah cut (potong) dan fill
(timbun) untuk membendung air agar tidak mengalir/masuk pada area
pekerjaan.
6.2. Pengoperasian pompa air, pompa air digunakan untuk membuang kelebihan
air pada saat akan memproses pekerjaan pengecoran lantai kerja dan
pemasangan siring batu gunung.
6.3. Setelah selesai pengecoran lantai kerja dan pasangan batu gunung setinggi
50 cm, tanah timbunan untuk menahan air sepanjang yang sudah dibuat,
dibersihkan dari dasar sungai.
6.4. Pengukuran dan Pembayaran
A. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pompa air harus didasarkan pada jam atau
waktu pemompaan nya itu sendiri dan atau atas perintah Direksi
Pekerjaan/ Konsultan Supervisi.
B. Pembayaran
Pembayaran untuk pompa air dan semua kompensasi untuk penyediaan
tenaga kerja, material, perlengkapan peralatan, prasarana, alat-kerja dan
sebagainya untuk menghasilkan pekerjaan yang lengkap, memenuhi syarat
dan dengan teknik pelaksanaan terbaik dan sepenuhnya sesuai dengan
semua ketentuan dalam spesifikasi.
PASAL 7 : PEKERJAAN LAIN-LAIN
7.1. Pekerjaan pipa suling-suling atau saluran drainase, semua pipa yang
digunakan untuk lubang-lubang drainase harus dari jenis dan kwalitas
terbaik dan menggunakan pipa PVC ø 2,5" type D panjang 60 cm dan 80 cm.
Semua perlengkapan yang dibuat harus berdasarkan rekomendasi dari
pabrik yang memiliki reputasi baik, semua material yang ditunjukkan dalam
gambar, harus disediakan oleh Penyedia Jasa dengan jenis dan kualitas
terbaik dan mendapatkan persetujuan dari Pengguna Jasa.
7.2. Pipa PVC atau lubang drainase harus dipasang di dalam dinding penahan
tanah/batu gunung sebanyak satu buah setiap 1 m pada panjang pasangan
siring batu gunung dengan pemasangan zigzag atas dan bawah, pipa PVC
ditanam dalam dinding penahan tanah/batu gunung dan dibagian ujung
yang mengarah pada urugan tanah ditutup dengan geotextil non woven
yang diikat dengan kawat bindrat dipasang miring 12 derajat terhadap
bidang harizontal kepalaan pasangan batu gunung . Penggunaan geotextil
non woven harus berkualitas baik, tidak sobek/cacat.
7.3. Selain mobilisasi semua harga sudah termasuk overhead dalam harga
satuan.
7.4. Pengukuran dan Pembayaran
A. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran lubang-lubang drainase harus
didasarkan pada panjang yang diperoleh dari gambar dan atau atas
perintah Direksi Pekerjaan/ Konsultan Supervisi.
B. Pembayaran
Pembayaran untuk lubang-lubang drainase harus berdasarkan pada
harga satuan setiap meter yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan
Harga dan harus dianggap sudah termasuk penutup geotextil non woven
dan isian krikil dan semua kompensasi untuk penyediaan tenaga kerja,
material, perlengkapan peralatan, prasarana, alat-kerja dan sebagainya
untuk menghasilkan pekerjaan yang lengkap, memenuhi syarat dan
dengan teknik pelaksanaan terbaik dan sepenuhnya sesuai dengan
semua ketentuan dalam spesifikasi.

PASAL 8 : PERALATAN YANG DIGUNAKAN


8.1. Excavator Long Arm PC 150
Excavator digunakan untuk mengeruk/menggali tanah dan membentuk
tanggul sungai, menghampar, meratakan dan merapihkan tanah hasil galian.
Spesifikasi Excavator Long Arm PC 150:
Berat Operasi : 15.700-16.485 kg
Tenaga Mesin : 128 - 138 HP
Kapasitas Ember : 0,7 mᵌ
Panjang Boom : 9.005 mm
Panjang Arm : 6.645 mm
8.2. Stamper
Untuk memadatkan tanah timbunan stamper yang digunakan jenis kodok 5
Hp
8.3. Molen
Untuk mengaduk campuran mortar pada pekerjaan beton.
8.4. Arco dan Gerobak
Untuk mengangkut/melansir material pekerjaan.
PASAL 9 : PERATURAN PENUTUP
Bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh pemborong
atau yang harus dibuat/dipasang oleh pemborong, tetapi pekerjaan-pekerjaan
dan bahan-bahan ini dinyatakan/dimuat dalam RKS, tetapi menjadi bagian dari
pekerjaan pembangunan ini, perkataan-perkataan disepakati dianggap ada
dan dimuat dalam RKS ini.
Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan, tetapi
tidak dimuat dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan/dikerjakan
oleh pemborong, hal tersebut harus dianggap ada, seakan-akan dimuat kata
demi kata dalam RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai yang lengkap dan
sempurna, sesuai menurut pertimbangan direksi.

Anda mungkin juga menyukai