Pada hari Kamis, 14 Januari 2021 kelompok Long Beach melaksanakan wawancara
dengan Frederick Yoel Tjandrawibowo selaku ketua PELMA mengenai “Tantangan dan
Kinerja LKKBM selama Pandemi.” Dari wawancara ini, kami bisa mengetahui bahwa
PELMA merupakan organisasi kemahasiswaan yang mengkoordinir seluruh kegiatan
kerohanian di Universitas Kristen Petra (UKP). Karena UKP merupakan Universitas
“Kristen”, maka harus ada value-value Kristiani yang ditanamkan kepada mahasiswa UKP.
PELMA cukup berbeda dengan organisasi lainnya seperti BEM dan MPM, karena untuk
menjadi ketua tidak diwajibkan mengikuti proses LKMM-TM.
Ketua
Umum
Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Bidang
Persekutuan Pembinaan Pengkaderan Misi Multimedia Litbang
Wakil Kepala Wakil Kepala Wakil Kepala Wakil Kepala Wakil Kepala
Bidang Bidang Bidang Bidang Wakil Kepala
Bidang Misi Bidang Litbang
Persekutuan Pembinaan Pengkaderan Multimedia
Hal ini bisa dilihat dari berbagai kegiatan-kegiatan PELMA yang semakin banyak
peminat. Salah satu kegaitan PELMA, Veritas Artificial Intelligence, bahkan mengundang
narasumber internasional dan program tersebut berjalan dengan baik. Selain itu, PELMA juga
melakukan kolaborasi dengan BEM dan TPS untuk mengadakan “Doa bagi Bangsa” yang
dilaksanakan saat 17 Agustus dan Hari Pahlawan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
memperingati hari besar tersebut yang biasanya kita isi dengan upacara.
PELMA tidak berhenti di situ, organisasi ini akan terus melakukan inovasi program
untuk kedepannya. Setengah periode yang telah dilalui merupakan fase adaptasi dengan
kondisi online, untuk kedepannya PELMA akan menggarap berbagai kegiatan baru. Menurut
Frederick Yoel, online memang tidak mudah. Salah satu kendalanya adalah kedekatan atau
relationship anggota PELMA, tidak mudah untuk mendekatkan kurang lebih 60 anggota
PELMA. Jika kondisi offline, ada kegiatan rutin setiap periode yakni Camp Rapat Tengah,
biasanya anggota PELMA berkumpul dan bisa mengenal satu sama lain lebih dekat. Tetapi,
karena online, kegiatan tersebut ditiadakan.
Selain itu, juga ada beberapa kegiatan yang tidak dapat terlaksana. Contohnya,
perjalanan misi keluar kota atau keluar negeri yang tidak memungkinkan untuk diadakan.
Lalu kebaktian Universitas yang dulunya dipegang oleh bidang persekutuan diambil alih oleh
Pusat Kerohanian Universitas, sedangkan kebaktian Universitas merupakan salah satu
jobdesc dari bidang persekutuan. (narasumber: Tirsa Sutisna; anggota bidang misi, kepala
program prayer moment ganjil)
Permasalahan lainnya yang sering dialami saat melayani di organisasi adalah perasaan
jenuh. Apalagi di saat kondisi online seperti ini perasaan jenuh cukup mudah terjadi, maka
diperlukan upaya untuk meminimalisir hal tersebut. Cara PELMA untuk mempertahankan
kinerja anggotanya saat ini adalah melalui “fungsi pemerhati”. Berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya, fungsi ini dirangkap sekaligus oleh Wakil Kepala setiap bidang. Tugasnya
adalah mendekatkan anggota bidangnya, melakukan bonding, persekutuan hingga sharing.
Karena, menurut Frederick Yoel, kedekatan antar anggota juga berdampak pada pelaksanaan
kegiatan. Wakil Kepala Bidang, selaku SC dan anggota, selaku pelaksana kegiatan bisa
berkoordinasi dengan baik tanpa adanya rasa “sungkan”.
Kesimpulan dari hasil wawancara di atas adalah PELMA telah melakukan hal yang
luar biasa dengan tidak memandang online sebagai alasan atau hambatan untuk
mengembangkan organisasi. Melainkan, PELMA menganggap online sebagai batu loncatan
untuk terus berkembang dan memberi dampak. Tentunya dengan kondisi online seperti ini
tidak semua kegiatan dapat dilaksanakan, solusinya adalah membuat inovasi berbagai
kegiatan baru agar Lembaga kemahasiswaan dapat menjangkau mahasiswa. Di masa online
seperti ini, dampak PELMA lebih terasa bagi mahasiswa, inilah saatnya lembaga
kemahasiswaan untuk melakukan yang terbaik bagi mahasiswa. Jangan hanya terfokus pada
kinerja tetapi juga perhatikan relasi, kedekatan dan kemampuan untuk menghadirkan
komunitas itulah yang berkesan.