Jakarta -
Wakil Presiden Republik Indonesia Ma'ruf Amin menegaskan Pancasila sangat
relevan dalam menghadapi tantangan zaman. Hal ini ia sampaikan pada acara
Penguatan Pembinaan Ideologi Pancasila kepada Aparatur Pemerintah Provinsi
Banten hari ini.
Menurut Ma'ruf Amin, terlepas dari lika-liku tantangan berbagai zaman, Pancasila
tetap menjadi panduan untuk hidup dan masih relevan untuk menjawab segala
tantangan dalam seluruh sektor pembangunan dari pusat sampai berbagai daerah.
"Pancasila itu bersifat terbuka, tidak kaku yang selalu mengedepankan nilai-nilai
luhur," jelas Ma'ruf Amin.
Ia kembali menegaskan Pancasila adalah kesepakatan yang mulia dan lahir sebagai
Ideologi Negara. Tujuan adanya Pancasila adalah untuk menyatukan tekad semua
orang dan golongan
"Kalau bahasa agamanya, Pancasila itu 'Kalimatun Sawa' yang artinya titik temu
mengedepankan persamaan dan mempersatukan perbedaan", terangnya.
Lebih lanjut, Ma'ruf Amin menyebut Pancasila dengan agama tidak saling
bertentangan dan tidak saling menjatuhkan. Keduanya justru saling menguatkan.
"Seorang muslim yang baik, ia adalah muslim yang Pancasilais dan seorang
Pancasilais dia adalah muslim yang baik", kata Ma'ruf Amin.
Ma'ruf Amin menekankan kepada Kepala Daerah Kabupaten Kota dan Aparatur Sipil
Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Banten untuk selalu
mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kebijakan. Ia juga meminta
nilai-nilai Pancasila juga dibawa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
"Para ASN tidak hanya dituntut untuk mengerjakan teknisi, manajerial dan struktural,
tetapi harus memiliki jiwa dan karakter Pancasila", tekannya.
Tidak hanya itu, Ma'ruf Amin mengatakan Kepala Daerah dan ASN juga harus ikut
serta dalam menghantarkan Indonesia maju dengan mengelola agenda
pembangunan nasional.
Mantan Anggota Dewan Pengarah BPIP itu juga berpesan untuk menghadapi pemilu
2024, nilai-nilai Pancasila harus dijadikan lokomotif dalam pesta demokrasi tersebut.
Ma'ruf juga meminta Pancasila untuk kembali dikenalkan kepada para milenial.
"Hal itu karena belum tumbuh ketertiban, belum tumbuh kepatuhan hukum, belum
tumbuh itikad baik dalam bermedia sosial," katanya.