Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

ESTETIKA HUMANISME
SELF CONCEPT
“FOMO (Fear Of Missing Out) TERHADAP KONSER
COLDPLAY DI JAKARTA”

Disusun Oleh:
Nama : Renita Wahyu Meydasari
NIM : 220202020020
Kelas : MJ205

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS SIBER ASIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya,
sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Self Concept Fomo terhadap
Konser Coldplay di Jakarta. Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah sebagai salah satu
persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Estetika Humanisme.

Penulis menyadari dalam penulisan Makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini saya sampaikan
terimakasih kepada Ibu Delvina S.Sos, M.M selaku dosen mata kuliah Esetetika Humanisme
atas materi yang telah dibagikan dan disampaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan lebih lanjut,
sehingga Makalah ini dapat bermanfaat bagi segenap pihak.

Bogor, 21 Mei 2023

Renita Wahyu Meydasari

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

a. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

b. Permasalahan .................................................................................................................. 1

c. Tujuan Makalah .............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 7

a. Kesimpulan ..................................................................................................................... 7

b. Saran ............................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 8

LAMPIRAN.............................................................................................................................. 9

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pernyataan Orisinalitas .............................................................................................. 9

iv
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Tim Pusat Hubungan Masyarakat Departemen Perdagangan Republik Indonesia
(2014) dalam Sholichah 2022 menemukan bahwa media sosoal telah memberikan
banyak dampak kepada orang orang di berbagai belahan dunia baik dampak positif
maupun negatif. Coldplay merupakan boy band yang berasal dari Inggris, dimana band
ini sudah memiliki nama di lingkup internasional. Khusunya di Indonesia, band
Coldplay ini memiliki banyak penggemar dan akan melaksanakan konser pertama kali
di Indonesia pada 15 November 2023 mendatang. Dengan adanya hal ini, antusiasme
masyarakat dalam menyambut idolanya membuat trending topic di berbagai media
sosial. Bukan hanya penggemar saja yang berburu tiket agar bisa menonton Coldplay,
namun juga masyarakat yang bukan penggemar juga ikut-ikutan agar dianggap tidak
ketinggalan trend yang ada. Menurut Johansyah (2014) Tren adalah mode yang sedang
diikuti atau digandrungi pada saat tertentu dan merupakan sesuatu kebiasaan dari apa
yang diikuti masyarakat. Seiring dengan perkembangan informasi lewat media sosial
sehingga masyarakat update mengenai informasi-informasi.
Salah satu dampak negatif dari percepatan infomasi ini yaitu menciptakan
fenomena Fomo atau Fear of missing out. Menurut JWT Intelligence (2012) dalam
Sholichah 2022 menjelaskan bahwa Fomo adalah kecemasan yang menyangkut emosi-
emosi yang ada dalam diri individu seperti adanya rasa hilang dan tertinggal saat tahu
bahwa orang lain melakukan kegiatan yang menurutnya lebih penting daripada apa
yang sedang ia kerjakan dalam waktu yang bersamaan. Seperti hal nya, menonton
konser Coldplay yang sedang ramai di media sosial membuat individu Fomo (fear of
missing out). Menurut Self Determination Theory (Przybylski et al, 2013) dalam
Sholichah 2022 fenomena Fomo dapat disebabkan dari rendahnya regulasi diri dan
buruknya konsep diri pada individu.
Menurut Seifert dan Hoffnung (Desmita, 2010: 163) dalam Sumartini, 2015 self
concept adalah suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Konsep
diri ini berkaitan dengan cara interaksi dengan lingkungan sekitar, baik lingkungan
kerja, lingkungan tetangga maupun lingkungan pembentuk atau keluarga. Fitts

1
2

(Agustiani, 2006) dalam Johansyah 2014 menyebutkan self concept berpengaruh


terhadap tingkah laku seseorang. Dengan adanya self concept ini akan mencerminkan
tindakan individu pada self concept positif maupun self concept negatif.

b. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah adalah sebagai
berikut:
1. Apakah fenomena Fomo ini mempengaruhi sel concept ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi self concept individu?

c. Tujuan Makalah
Manfaat dari penulisan Makalah adalah:
1. Memberikan pengetahuan, wawasan dan informasi bagi pembaca mengenai self
concept atau konsep diri.
2. Menambah referensi bagi pembaca mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi self
concept atau konsep diri.
3. Mengetahui dampak yang diakibatkan dari Fomo.
BAB II

PEMBAHASAN
Adanya teknologi informasi yang pesat, membuat masyarakat mengetahui informasi
dengan cepat, contohnya informasi mengenai konser Coldplay yang akan diselenggarakan di
Jakarta pada 15 November mendatang. Konser Coldplay ini sedang menjadi trending topic dan
mengundang masyarakat untuk menyaksikan. Hal ini memberikan respon terhadap individu
merasa bahwa dirinya harus mengikuti konser tersebut agar tidak tertinggal dengan individu
lainnya atau sering disebut fomo (fear of missing out). Hal ini ditandai dengan munculnya
keinginan individu untuk selalu terhubung dengan media sosial (Przybylski et al, 2013 dalam
Mudrikah, 2019). Pada dasarnya sindrom fomo merupakan kecemasan atau kegelisahan sosial
yang memunculkan perkembangan internet khususnya media sosial di zaman sekarang menjadi
penyebab sindrom fomo (fear of missing out) pada individu semakin meningkat
(JWTIntelligence, 2011 dalam Mudrikah, 2019).

Pembelian tiket konser Coldplay berlangsung selama 2 hari yaitu pada tanggal 17 Mei
2023 dan 19 Mei 2023. Dikutip dari CNNIndonesia.com kuota tiket penjualan umum resmi
dinyatakan ludes sekitar pukul 13.15 WIB atau lebih dari 3 jam setelah dibuka pukul 10.00
WIB. Hal ini menandakan antusiasme masyarakat untuk menyaksikan konser coldplay, banyak
masyarakat yang tidak mendapatkan tiket konser, sehingga dapat menimbulkan rasa
kehilangan kesempatan dan kecemasan terhadap ejekan orang lain. Hal ini dapat
mengakibatkan dampak negatif bagi mental suatu individu. Rahman (2010) dalam Sumartini
2015 menyebutkan beberapa self concept positif, diantaranya: bangga terhadap yang
diperbuatnya, menunjukkan tingkah laku yang mandiri, mempunyai rasa tanggung jawab,
mempunyai toleransi terhadap frustasi, antusias terhadap tugas-tugas yang menentang, dan
merasa mampu mempengaruhi orang lain. Disebutkan pula self concept negatif, diantaranya:
menghindar dari situasi yang menimbulkan kecemasan, merendahkan kemampuan sendiri,
merasakan bahwa orang lain tidak menghargainya, menyalahkan orang lain karena
kelemahannya, mudah dipengaruhi orang lain, mudah frustasi, dan merasa tidak mampu.
Berdasarkan konsep pemahaman tersebut, fenomena fomo atau fear of missing out ini
memberikan dampak positif diantaranya:

1. Bangga terhadap dirinya


Bangga karena dirinya bisa mendapatkan tiket konser dan mengalahkan banyak orang saat
melakukan war tiket konser.

3
4

2. Percaya diri
Menimbulkan rasa percaya diri karena bisa menyaksikan konser.
3. Menambah relasi
Band-band ternama memiliki penggemar atau fans club, dimana penggemar akan saling
berkenalan dan menambah relasi.

Selain dampak positif, terdapat dampak negatif yang ditimbukan dari fenomena fomo,
diantaranya:
1. Tidak percaya diri
Menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi individu karena tidak bisa mengikuti tren dan
merasa dirinya tertinggal.
2. Kecemasan yang berlebih
Kecemasan timbul karena takut terhadap ejekan dari orang lain, bahkan takut dianggap
kurang pergaulan dan tidak mengikuti tren.
3. Frustasi
Menimbulkan rasa frustasi karena tidak mendapatkan tiket konser pada saat pembelian
berlangsung.
4. Membeli tiket dengan harga mahal
Dengan adanya konser Coldplay ini, banyak individu yang membeli tiket dengan harga
mahal demi ketemu idolanya dan banyak juga yang membeli tiket karena ikut-ikutan,
sehingga mengorbankan tabungan agar dirasa tidak ketinggalan tren.

Konsep diri diartikan sebagai semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain (Rosanah, 2023). Hal ini berkaitan dengan cara individu berinteraksi dengan
lingkungan sekitar. Pembentuk kepribadian paling utama yaitu cirle pertama kita keluarga.
Keluarga memiliki pengaruh sangat penting dalam membentuk konsep diri seorang individu.
Self concept bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir melainkan gambaran campuran
yang diperoleh atas penilaian terhadap diri sendiri dan pandangan yang diberikan oleh orang
lain (Sumartini, 2015). Self concept atau konsep diri adalah semua ide-ide, pikiran,
kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain (Saputra, 2012 dalam Sumartini 2023
5

Konsep diri atau self concept merupakan suatu kognisi atas penilaian terhadap aspek-
aspek yang ada dalam dirinya, pemahaman atas gambaran orang lain kepada dirinya, serta
gagasan tentang apa yang harus dilakukan (Sumartini, 2015). Dimana konsep diri ini terbentuk
dari hubungan individu terhadap lingkungan keluarga, baik komunikasi, interaksi dan
kebiasaan yang membentuk kepribadian seseorang. Jika keluarga memberikan pengalaman
positif, maka seseorang akan memiliki self concept yang positif, demikian juga sebaliknya
(Sumartini, 2015). Konsep diri yang positif akan terbentuk dengan adanya lingkungan yang
mendukungnya, untuk kasus fomo konser Coldplay ini apabila menyikapi dengan konsep diri
yang positif maka akan memahami dirinya dan menerima, menerima disini diartikan bahwa
segala usaha yang dilakukan sudah untuk mengikuti war tiket tetapi belum mendapatkan tiket
konser. Dan akan menyusun plan untuk kedepannya dengan mengalokasikan ke hal-hal positif
sehingga tidak ada rasa kekecewaan yang berlebihan. Dan melakukan evaluasi terhadap dirinya
sendiri agar menjadi lebih baik lagi. Sedangkan, apabila menyikapi dengan konsep diri negatif
maka akan merasa bahwa dirinya akan malu dan memiliki kecemasan akan hal-hal yang akan
terjadi, seperti: cemas akan ejekan teman karena tidak mendapatkan tiket konser, merasa
tertinggal dan tidak melakukan evaluasi yang baik terhadap dirinya.

Rahman (2010) dalam Sumartini, 2015 menyebutkan faktor-faktor yang dapat


mempengaruhi self concept, yaitu:
a. Kondisi fisik dan penilaian terhadap individu.
b. Faktor psikologis, antara lain: intelegensi, tingkat aspirasi, emosional yang tidak stabil.
c. Faktor keluarga yang meliputi sikap orang tua, suasana rumah, kebiasaan keluarga dan
komunikasi antar sesama keluarga.
d. Faktor lingkungan, baik lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja, dan
lingkungan pertemanan.
e. Faktor masyarakat, kebudayaan dan penilaian terhadap status sosial.

Dengan adanya faktor-faktor tersebut akan membuat individu merasa memiliki kepuasan
atau kepercayaan terhadap dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri
(self esteem) yang rendah pula dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar
pada dirinya, pun sebaliknya bagi individu yag memiliki kepuasan diri yang tinggi,
kesadaran dirinya lebh realistis, sehingga memungkinkan individu yang bersangkutan utuk
melupakan keadaan dirinya dan memfokuskan energi serta perhatiannya ke luar diri dan
pada akhirnya dapat berfungsi lebih konstruktif atau membangun ( Johansyah, 2014). Hal
6

ini didukung oleh penelitian Setyawati 1984 dalam Afiatin 1996 yang menunjukkan peran
harga diri dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Menurut Branden (Riyadi, 1993)
dalam Afiatin 1996 menyebutkan harga diri berperan dalam perilaku melalui proses
berpikir, emosi, nilai, cita-cita serta tujuan yang hendak dicapai seseorang. Dan menurut
Aziez 1994 dalam Afiatin 1996 menyimpulkan bahwa harga diri akan mengarahkan
perilaku seseorang, positif bila dirinya tinggi dan negatif bila harga dirinya rendah.

Dalam menyikapi fomo atau fear of missing out ini dapat memberikan pengaruh bahwa
fenomena ini akan memberikan pelajaran kepada individu, bahwa mengikuti tren atau sering
disebut fomo dapat merugikan individu dikemudian hari apabila tidak diperhitungkan.
Menurut Social Learning Theory dalam Johansyah, 2014 self-reinforcement adalah
pengendali tindakan seseorang. Disfungsi pada sistem self-reinforcement bisa
mengakibatkan self-punishment yang berlebihan dan kondisi yang tidak menguntungkan
yang bisa mempertahankan perilaku merusak. Banyak individu yang mengalami stress
karena standar yang mereka buat terlalu tinggi, karena perilaku mereka tidak sebanding
(Bandura, 1971 dalam Johansyah, 2014). Untuk mengendalikannya dibutuhkan self-control
dengan mempertimbangkan 3 aspek yaitu: Behavioral control, Cognitif control, dan
Decisional control.

- Behavioral control, yaitu dengan melakukan control dengan kesiapa atau tersedianya
suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu
keadaan yang tidak menyenangkan.
- Cognitif control, yaitu sebuah kontrol yang dilakukan untuk melakukan pertimbangan
agar mengantisipasi keadaan.
- Decisional control, yaitu sebuah kontrol yang dilakukan untuk menentukan pilihan
dengan adanya kesempatan, kebebasan atau kemungkinan individu untuk memilih.
(Menurut Averil dalam Wahid, 2007)
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan diantaranya:
1. Fomo (fear of missing out) merupakan tindakan ikut-ikutan tren agar tidak
mengalami ketinggalan.
2. Tindakan fomo (fear of missing out) bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya: kondisi fisik, faktor psikologis, faktor keluarga, faktor lingkungan dan
faktor masyarakat.
3. Untuk mengurangi dampak dari adanya fenomena fomo ini, dilakukan self control
untuk memperhitungkan dampak yang ditimbulkan baik dampak negatif maupun
positif.

b. Saran
Sebagai pengguna media sosial harus lebih pintar dalam menerima dan mengelola
informasi, dan memberikan kebebasan individu lainnya untuk memilih dan don’t judge
individu lainnya dengan menyamakan kemapuan setiap individu.

7
DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, Tina dan Budi Andayani. (1996). Konsep Diri, Harga Diri, dan Kepercayaan Diri
Remaja. Jurnal Psikologi, No. 2, 23-30.
CNNIndonesia.com. 19 Mei 2023. Semua Konser Tiket Coldplay Jakarta resmi Sold
Out. Diakses pada 21 Mei 2023 dari
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20230519125239-227-951456/semua-tiket-
konser-coldplay-jakarta-resmi-sold-out
Johansyah, Pramudya Permana. (2014). Pengaruh Self-Control dan Self-Concept
terhadap Perilaku Modelling pada remaja Berkaitan dengan Trend Berbusana dari
Korea. Skripsi SI. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah:Jakarta.
Kompas.com. 19 Mei 2023. Tiket Konser Habis Dikaitkan dengan Fomo, Fenomena
Apa Itu?. Diakses pada 21 Mei 2023 dari
https://www.kompas.com/tren/read/2023/05/19/153000265/tiket-konser-coldplay-
habis-dikaitkan-dengan-fomo-fenomena-apa-itu-?page=all
Mudrikah, Chilmiyatul. (2019). Hubungan Antara Sindrom Fomo (Fear of Missing
out) dengan Kecenderungan Nomophobia pada Remaja. Skripsi S1. Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel:Surabaya.
Sholichah, Ima Fitri dan Lailatuz Zahroh. (2022). Pengaruh Konsep Diri dan Regulasi
Diri terhadap Fear of Missing Out (FoMo) pada Mahasiswa Pengguna Instagram. Jurnal
Pendidikan dan Konseling, Vol. 4 No. 3, Hal. 1103-1109.
Sumartini, Tina Sri. (2015). Mengembangkan Self Concept Siswa Melalui Model
Pembelajaran Concept Attainment. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4 No. 2, Hal.
48-57.
Widiarti, Pratiwi Wahyu. (2017). Konsep Diri (Self Concept) dan Komunikasi
Interpersonal dalam Pendampingan pada Siswa SMP Se Kota Yogyakarta. Kajian Ilmu
Komunikasi, Vol. 47 No. 1, Hal 135-148.

8
LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pernyataan Orisinalitas

Anda mungkin juga menyukai