Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

WORKSHOP

PENYUSUNAN STANDAR PENATAAN RUANG PUSAT


PELAYANAN KAWASAN PERDESAAN
Jakarta, 6 – 8 Agustus 2014

A. Pendahuluan
Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang menjadi arahan utama
bagi kegiatan penataan ruang di Indonesia. Berdasarkan peraturan perundang-undangan
tersebut, sistem penataan ruang di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan sistem , fungsi
utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Hal
tersebut diatur dalam Bab III Pasal 4 dan 5 UU Nomor 26 Tahun 2007, sebagai berikut:
 Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri sistem wilayah dan sistem internal
perkotaan
 Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri dari kawasan lindung dan
kawasan budidaya
 Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri dari penataan ruang
wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang
kabupaten/kota. Disebutkan juga dalam Pasal 6 ayat (2) disebutkan bahwa penataan
ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang
kabupaten/kota dilakukan secara berjenjeng dan komplementer.
 Penataan ruang berdasarkan kawasan terdiri dari penataan ruang kawasan perkotaan
dan penataan ruang kawasan perdesaan.
 Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri dari penataan ruang
kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.
Selain itu, berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007, pemerintah memiliki kewenangan
dalam penataan ruang yang meliputi Pengaturan, Pembinaan, Pelaksanaan, dan
Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang. Dalam pelaksanaan penataan ruang,
pemerintah memiliki kewenangan dalam hal perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
serta pengendalian pemanfaatan ruang.
Sebagai operasionalisasi dari peraturan perundang-undangan tersebut, Pemerintah telah
menetapkan peraturan pemerintah, diantaranya adalah PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan PP Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Terkait dengan kewenangan Pemerintah di bidang Pengaturan penataan ruang, Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 mengamanatkan penyiapan pedoman di bidang
penataan ruang melalui Peraturan Menteri yang mencakup standar teknis dan manual
bidang penataan ruang. Penyiapan pedoman di bidang penataan ruang dimaksudkan untuk
memberikan acuan bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan
penataan ruang untuk mewujudkan tujuan penataan ruang.
Lebih lanjut, di dalam Dokumen Renstra Kementerian Pekerjaan Umum 2010 – 2014
disebutkan bahwa salah satu tantangan di bidang penataan ruang adalah melengkapi
peraturan perundang-undangan dan NSPK bidang Penataan Ruang untuk mendukung
implementasi penataan ruang yang efektif. Hal ini kemudian menjadi salah satu sasaran
strategis Kementerian Pekerjaan Umum bidang Penataan Ruang untuk menyiapkan
peraturan perundang-undangan dan NSPK bidang Penataan Ruang. Salah satunya melalui
penyiapan standar teknis di bidang Penataan Ruang.
Berdasarkan Pedoman BSN Nomor 8 Tahun 2000 tentang Penulisan Standar Nasional
Indonesia (SNI), yang dimaksud dengan Standar adalah Spesifikasi teknis atau sesuatu
yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keamanan, keselamatan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta berdasarkan pengalaman, perkembangan masa kini dan
masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
Definisi lain menyebutkan bahwa Standar Teknis adalah standar spesifikasi atau ketentuan
yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak terkaiat dengan
mempertimbangkan syarat-syarat, kriteria, dan norma yang berlaku.
Terkait dengan hal tersebut, pada tahun anggaran 2014, Direktorat Jenderal Penataan
Ruang, Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Wilayah II tengah menyiapkan 6 (enam)
standar teknis di bidang penataan ruang, yaitu:
1) Standar teknis penataan ruang wilayah provinsi;
2) Standar teknis penataan ruang wilayah kabupaten;
3) Standar teknis penataan ruang kawasan strategis provinsi;
4) Standar teknis penataan ruang kawasan strategis kabupaten;
5) Standar teknis penataan ruang kawasan perdesaan; dan
6) Standar teknis peraturan zonasi
Dalam rangka penyusunan enam standar teknis tersebut, maka diselenggarakan kegiatan
Workshop untuk mendapatkan masukan dari pakar/narasumber serta pihak terkait untuk
penyempurnaan standar teknis yang sedang disusun.

B. Tujuan dan Sasaran Kegiatan


Tujuan pelaksanaan Workshop #1 – Penyusunan Standar Teknis di Bidang Penataan
Ruang adalah mendapatkan masukan dan dari pakar/narasumber serta pihak terkait untuk
melengkapi substansi standar teknis di bidang pelaksanaan penataan ruang yang sedang
disusun.
Adapun sasaran yang diharapkan adalah:
a. Masukan dari pakar/narasumber tentang kebutuhan standar untuk pengendalian
pemanfaatan ruang di daerah (provinsi dan kabupaten)
b. Masukan dari pakar/narasumber terkait kebutuhan standar untuk pelaksanaan
penataan ruang kawasan agropolitan dan kawasan perdesaan;
c. Masukan dari pakar/narasumber terkait kebutuhan standar untuk peraturan zonasi
pada setiap tingkatan perencanaan tata ruang

d. a. masukan dan/atau review terhadap standar teknis penataan ruang wilayah


provinsi
e. masukan dan/atau review terhadap standar teknis penataan ruang wilayah
kabupaten
f. masukan dan/atau review terhadap standar teknis penataan ruang kawasan strategis
provinsi
g. masukan dan/atau review terhadap standar teknis penataan ruang kawasan strategis
kabupaten
h. masukan dan/atau review terhadap standar teknis penataan ruang kawasan
agropolitan
i. masukan dan/atau review terhadap standar teknis peraturan zonasi
Hasil dari kegiatan Workshop diharapkan akan menjadi input bagi penyempurnaan standar
teknis yang sedang disiapkan.

C. Lingkup
Terdapat 6 (enam) standar teknis yang sedang disiapkan, yaitu:
1) Standar teknis penataan ruang wilayah provinsi;
2) Standar teknis penataan ruang wilayah kabupaten;
3) Standar teknis penataan ruang kawasan strategis provinsi;
4) Standar teknis penataan ruang kawasan strategis kabupaten;
5) Standar teknis penataan ruang kawasan perdesaan; dan
6) Standar teknis peraturan zonasi
Workshop #1 ini difokuskan pada pembahasan menyangkut beberapa isu yang dipandang
penting dalam penyusunan keenam standar teknis yang sedang disusun, yaitu:
a. Pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Pengembangan kawasan agropolitan sebagai bagian dari kawasan perdesaan;
c. Peraturan zonasi

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan


D.1 Waktu
Kegiatan Seminar akan diselenggarakan selama 2 (dua) hari, pada:
Hari/Tanggal : Rabu – Kamis, 21 – 22 Agustus 2013
Waktu : Pukul 08.00 – 16.00 WIB (Agenda Terlampir)
D.2 Tempat
Tempat : Hotel Grand Kemang
Jl. Kemang Raya 2H, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan

E. Pembicara dan Topik Bahasan


Workshop #1 – Penyusunan Standar Teknis bidang Penataan Ruang akan melibatkan
pembicara dari unsur Pakar/Praktisi dan Akademisi.
Pembicara dan pokok-pokok bahasan akan meliputi:
1. KEBUTUHAN STANDAR PELAKSANAAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI DAN
KAWASAN STRATEGIS PROVINSIDI KAWASAN STRATEGIS
PROVINSI/KABUPATEN
Pembicara : Dr. Ir. Maurits M. M. PasaribuIr. Bambang Susanto Priyohadi,
MPA
Deputi Perencanaan Badan Pelaksana BPWSPraktisi di Bidang
Tata Ruang
Pokok-pokok bahasan:
 Pengertian dan komponen pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi dan
kawasan strategis provinsi
 Pendekatan dan kerangka pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah provinsi
dan kawasan strategis provinsi dalam rangka mewujudkan rencana tata ruang
wilayah provinsi dan KSP
 Program dan praktek pemanfaatan ruang di wilayah provinsi dan kawasan
strategis provinsi
 Pembiayaan untuk pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan
kawasan strategis provinsi
 Kelembagaan pengelolaan kawasan strategis provinsi
 Kewenangan pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan strategis
provinsi/kabupaten
 Institusi pengendali pemanfaatan ruang di kawasan strategis
provinsi/kabupatenKebutuhan standar untuk kegiatan pemanfaatan ruang
berdasarkan pengalaman pelaksanaan penataan ruang di daerah

2. KEBUTUHAN STANDAR PENGEMBANGAN PELAKSANAAN PENATAAN


RUANG KAWASAN AGROPOLITAN SEBAGAI BAGIAN DARI DAN
KAWASAN PERDESAAN
Pembicara : Dr. Ernan Rustiadi, M.Agr
Dekan Fakultas Pertanian – IPB
Pokok-pokok bahasan:
 Kriteria Pengertian dan kriteria umum kawasan agropolitan dan kawasan
perdesaan (perbedaan antara kawasan agropolitan dan kawasan perdesaan)
 …Kekhasan pelaksanaan tata ruang kawasan agopolitan dan kawasan
perdesaan, meliputi aspek:
o Perencanaan tata ruang kawasan agropolitan dan kawasan
perdesaan;
o Pemanfaatan ruang kawasan agropolitan dan kawasan perdesaan;
o Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan agropolitan dan kawasan
perdesaan (insentif/disinsentif, perizinan, kelembagaan)
 Kebutuhan standar dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan agropolitan
dan kawasan perdesaan.

3. KEBUTUHAN STANDAR TEKNIK PERATURAN ZONASIPENGENDALIAN


PEMANFAATAN RUANG DALAM KONTEKS PERATURAN ZONASI
Pembicara : Dr. Petrus NatalivanNuzul Achjar, ST, MT
Pengajar Universitas Indonesia
Pokok-pokok bahasan:
 Pengendalian dalam konteks Peraturan Zonasi untuk semua tingkatan
perencaaan (rencana umum dan rencana rinci);
 Teknik pengaturan zonasi (overlay zoning, bonus zoning, TDR, dll.) – teori
dan penerapannya
 Kebutuhan standar untuk peraturan zonasi pada setiap tingkatan perencanaan
ruang (arahan peraturan zonasi, ketentuan umum peraturan zonasi, dan
peraturan zonasi)

F. Peserta Kegiatan
1. Kabag Perundang-undangan II, Biro Hukum, Kementerian PU;
2. Kabag Hukum dan Perundang-undangan; Sestditjen Penataan Ruang;
3. Kasubdit Pengaturan, Direktorat Penataan Ruang Wilayah Nasional;
4. Kasubdit Pengaturan, Direktorat Perkotaan;
5. Kasubdit Pengaturan, Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I;
6. Kasubdit Pengaturan, Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II;
7. Kasubdit Kebijakan, Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II;
8. Kasubdit Bimbingan Teknis Wilayah II A, Direktorat Pembinaan Penataan Ruang
Daerah Wilayah II;
9. Kasubdit Bimbingan Teknis Wilayah II B, Direktorat Pembinaan Penataan Ruang
Daerah Wilayah II;
10. Kasubdit Pengendalian, Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II;
11. DR. Hardian, SH, MM, Kasi Wilayah II A, Subdit Wilayah II, Direktorat Penataan
Ruang Wilayah Nasional;
12. Ir. Hery Ansary, Kasubag Tata Usaha, Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah
Wilayah II;
13. Ir. Bambang Ismubagio, MUP, Jabatan Fungsional;
14. Ir. Cut Safana, CES, Jabatan Fungsional Direktorat Pembinaan Penataan Ruang
Daerah Wilayah II;
15. Drs. Eko Hadi Sampurno, CES, Jabatan Fungsional Direktorat Pembinaan Penataan
Ruang Daerah Wilayah II;
16. Ir. Hardjono Dwidjowinarto, CES, Jabatan Fungsional Direktorat Pembinaan
Penataan Ruang Daerah Wilayah II;
17. Ir. Herman Sobana, Jabatan Fungsional;
18. Drs. Buyung Nazer Rauf, Jabatan Fungsional;
19. Subdit Pengaturan, Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II;
20. Staf Profesional Subdit Pengaturan, Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah
Wilayah II.

G. Penutup

Anda mungkin juga menyukai