Anda di halaman 1dari 6

1.

Perbedaan antara data kuantitatif dan kualitatif:


 Data Kuantitatif: Data kuantitatif adalah data yang berupa angka atau ukuran yang
dapat dihitung atau diukur secara numerik. Data ini berkaitan dengan kuantitas,
jumlah, atau besaran tertentu. Data kuantitatif dapat dianalisis dengan
menggunakan metode statistik. Contoh data kuantitatif yang berkaitan dengan
Sistem Informasi Akademik di Binus adalah:
 Jumlah mahasiswa per program studi.
 Rata-rata nilai mahasiswa dalam sebuah mata kuliah.
 Persentase mahasiswa yang lulus tepat waktu.
 Data Kualitatif: Data kualitatif adalah data yang menggambarkan kualitas atau
karakteristik tertentu yang tidak dapat diukur secara numerik. Data ini berupa
deskripsi, pendapat, atau pengalaman subjektif. Data kualitatif sering
dikumpulkan melalui wawancara, observasi, atau analisis teks. Contoh data
kualitatif yang berkaitan dengan Sistem Informasi Akademik di Binus adalah:
 Tanggapan mahasiswa tentang kegunaan Sistem Informasi Akademik.
 Deskripsi pengalaman dosen dalam menggunakan Sistem Informasi Akademik.
 Pendapat mahasiswa tentang fitur-fitur yang perlu ditingkatkan dalam Sistem
Informasi Akademik.

2. Initial Processing dalam tahap analisis data adalah langkah awal dalam mengolah data
yang telah dikumpulkan. Kegunaan dari initial processing adalah untuk
mempersiapkan data agar siap untuk analisis lebih lanjut. Beberapa kegiatan yang
dilakukan dalam initial processing antara lain:
 Data Cleaning: Membersihkan data dari kesalahan, duplikasi, atau nilai yang tidak
valid.
 Data Integration: Menggabungkan data dari berbagai sumber menjadi satu dataset
yang terintegrasi.
 Data Transformation: Mengubah format atau struktur data agar sesuai dengan
kebutuhan analisis.
 Data Reduction: Mengurangi volume data dengan memilih subset data yang
relevan atau melakukan agregasi.
 Data Formatting: Menyusun data dalam format yang sesuai untuk analisis.

Initial processing membantu memastikan bahwa data yang digunakan dalam analisis
adalah data yang valid, konsisten, dan siap untuk dianalisis. Hal ini mempermudah
proses analisis data selanjutnya dan meningkatkan keakuratan hasil analisis.

3. Affinity Diagram, juga dikenal sebagai "Diagram Kesesuaian" atau "Diagram


Kategorisasi," adalah alat yang digunakan dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan kelompok. Tujuannya adalah untuk mengorganisir dan
menggolongkan informasi yang luas atau ide-ide yang kompleks ke dalam kelompok-
kelompok yang saling terkait.

Berikut adalah beberapa kegunaan dari Affinity Diagram:


1. Pengorganisasi Informasi: Affinity Diagram membantu dalam mengumpulkan
informasi yang luas, seperti ide, masalah, atau input dari berbagai orang atau
kelompok, dan mengorganisirnya secara sistematis. Ini membantu untuk
memahami dan mengelompokkan informasi menjadi pola-pola yang lebih teratur
dan teratur.
2. Identifikasi Pola dan Hubungan: Dengan mengelompokkan ide atau informasi
yang berkaitan, Affinity Diagram membantu dalam mengidentifikasi pola dan
hubungan yang mungkin tidak terlihat secara langsung. Ini membantu dalam
memahami dan memvisualisasikan kesamaan, perbedaan, dan keterkaitan antara
berbagai elemen informasi.
3. Pemecahan Masalah: Affinity Diagram digunakan sebagai alat pemecahan
masalah kelompok, di mana kelompok orang dapat mengidentifikasi dan
mengatasi masalah secara bersama-sama. Dengan mengorganisir masalah-masalah
yang ada, mereka dapat menemukan akar penyebab masalah, menghasilkan ide-
ide solusi, dan membuat rencana tindakan yang terstruktur.
4. Pemutusan Eselon: Affinity Diagram membantu dalam memutuskan prioritas dan
membagi informasi atau tugas ke dalam eselon yang lebih terkelompok. Hal ini
membantu dalam mengurangi kompleksitas dan memfasilitasi pemecahan masalah
atau pengambilan keputusan yang lebih efisien.
5. Peningkatan Kolaborasi Tim: Dengan melibatkan anggota tim dalam proses
pembuatan dan kategorisasi ide-ide, Affinity Diagram meningkatkan kolaborasi
dan pemahaman bersama antar anggota tim. Ini dapat menghasilkan diskusi yang
lebih efektif, pemecahan masalah yang lebih kreatif, dan pemahaman yang lebih
dalam tentang masalah yang dihadapi.

Dengan menggunakan Affinity Diagram, individu atau kelompok dapat


memvisualisasikan dan mengorganisir informasi yang kompleks, memahami
hubungan antara elemen-elemen informasi, dan memecahkan masalah secara
kolaboratif. Ini adalah alat yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan
kelompok, analisis masalah, dan perbaikan proses.

4. Analisis induktif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk


mengembangkan teori atau generalisasi berdasarkan pengamatan dan pola yang
ditemukan dari data. Pendekatan ini berfokus pada pengumpulan data khusus yang
kemudian digunakan untuk membuat generalisasi yang lebih umum. Analisis induktif
melibatkan tiga tahap utama: pengamatan, pencarian pola, dan pengembangan teori.

Contoh: analisis induktif digunakan untuk memahami lalu lintas di sebuah jalan.
Tahap pengamatan melibatkan pengamatan langsung terhadap jalan yang sibuk.
Pengamat menyadari bahwa lalu lintas di jalan tersebut padat mulai dari pukul 9 pagi
hingga 6 sore. Tahap kedua adalah mencari pola dari pengamatan tersebut, di mana
pola yang ditemukan adalah bahwa lalu lintas padat selama jam kerja. Tahap ketiga
adalah pengembangan teori berdasarkan pola yang ditemukan, yaitu bahwa jalan
tersebut memiliki lalu lintas padat selama jam kerja.

Dalam analisis induktif, teori dikembangkan berdasarkan pengamatan yang spesifik


dan kemudian diperluas menjadi generalisasi yang lebih luas. Namun, penting untuk
diingat bahwa analisis induktif tidak memberikan bukti konklusif atau pasti.
Meskipun pola dapat diamati secara konsisten, ada kemungkinan bahwa situasi atau
faktor lain dapat mempengaruhi pola tersebut di masa mendatang. Oleh karena itu,
hasil analisis induktif perlu divalidasi melalui pengumpulan data tambahan dan
pendekatan penelitian lainnya sebelum generalisasi dapat dianggap benar.
5. Dalam konteks Human-Computer Interaction (HCI), berikut adalah kategorisasi
masalah perizinan usaha yang dapat ditemukan dalam kutipan di atas:

a) Keterbatasan kemudahan berusaha:


 Bank Dunia menilai bahwa Jakarta, sebagai barometer perkembangan bisnis di
Indonesia, tidak memberikan kemudahan berinvestasi bagi dunia usaha.
 Indonesia berada di peringkat rendah dalam indikator memulai usaha dan izin
bangunan, menunjukkan bahwa proses perizinan usaha masih sulit dan
kompleks.
b) Ketidaktransparan dalam perizinan usaha:
 Tidak adanya mekanisme yang jelas untuk memantau dan melacak proses
perizinan dapat mengurangi transparansi dalam memberikan layanan
perizinan.
 Kurangnya informasi mengenai status dan perkembangan perizinan dapat
menimbulkan ketidakpastian bagi pengusaha.
c) Kompleksitas dan panjangnya proses perizinan:
 Proses perizinan usaha di Jakarta harus ditempuh dalam tiga tahap, termasuk
izin pendirian usaha, izin pembangunan tempat usaha, dan urusan operasional
usaha.
 Proses perizinan terkait pembangunan tempat usaha dianggap paling rumit
karena melibatkan analisis dampak lingkungan, izin mendirikan bangunan,
dan lain-lain.
d) Tingginya jumlah prosedur dan waktu yang dibutuhkan:
 Jumlah prosedur perizinan di Indonesia dua kali lebih banyak daripada
Hongkong dan membutuhkan waktu empat kali lebih lama dibandingkan
Singapura.
 Waktu yang lama dalam pengurusan perizinan mengakibatkan peningkatan
biaya operasional dan kehilangan peluang bisnis.
e) Kurangnya pembenahan tata kelola perizinan:
 Beberapa pemerintah daerah belum mampu membenahi perizinan secara
efektif dan belum menyadari manfaat pembenahan tata kelola perizinan.
 Minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap pembenahan perizinan dapat
menghambat perkembangan ekonomi di daerah.

Dalam HCI, solusi untuk masalah perizinan usaha dapat meliputi perancangan sistem
perizinan yang lebih efisien, antarmuka yang lebih intuitif, penyediaan informasi yang
mudah diakses, pemantauan proses perizinan yang transparan, serta pembenahan tata
kelola perizinan secara menyeluruh.
6. berikut adalah kategorisasi masalah yang dapat ditemukan dalam kasus perizinan
usaha yang dijelaskan dalam kutipan di atas:

1. Kompleksitas antarmuka pengguna:


 Proses perizinan yang panjang dan berbelit-belit dapat menghasilkan
antarmuka pengguna yang kompleks dan sulit dipahami.
 Jumlah prosedur yang banyak dan tahapan yang rumit dapat
membingungkan pengguna saat berinteraksi dengan sistem perizinan.
2. Kesulitan mencari informasi:
 Informasi mengenai persyaratan perizinan, prosedur, dan dokumen yang
diperlukan mungkin sulit diakses atau tersebar di berbagai sumber yang
berbeda.
 Pengusaha atau investor mungkin kesulitan menemukan informasi yang
relevan dan terkini untuk mengurus perizinan usaha.
3. Waktu dan biaya yang besar:
 Proses perizinan yang memakan waktu lama dan kompleks dapat
mengakibatkan peningkatan biaya operasional bagi pengusaha.
 Keterlambatan dalam perizinan juga dapat menyebabkan kehilangan
peluang bisnis yang berdampak pada kerugian finansial.
4. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas:
 Keterbatasan informasi mengenai status dan perkembangan perizinan
dapat menyebabkan ketidakpastian dan kebingungan bagi pengusaha.
 Tidak adanya mekanisme yang jelas untuk memantau dan melacak proses
perizinan dapat mengurangi akuntabilitas pemerintah dalam memberikan
pelayanan yang efisien dan efektif.
5. Pengalaman pengguna yang buruk:
 Antarmuka pengguna yang kompleks, proses yang rumit, dan keterbatasan
informasi dapat menyebabkan pengalaman pengguna yang buruk.
 Pengusaha atau investor mungkin merasa frustrasi, stres, atau kehilangan
minat dalam mengurus perizinan usaha.

Dalam HCI, fokus akan diberikan pada perancangan interaksi antara manusia dan
sistem perizinan usaha untuk memperbaiki pengalaman pengguna, meningkatkan
efisiensi, dan mengurangi hambatan-hambatan yang ada. Solusi dapat mencakup
perancangan antarmuka yang intuitif, penyediaan informasi yang mudah diakses,
pengurangan langkah-langkah yang tidak perlu, dan pemantauan yang transparan
terhadap proses perizinan.
7.
a) Structured notations dalam konteks Human-Computer Interaction (HCI) merujuk
pada penggunaan format yang terstruktur untuk menyajikan informasi kepada
pengguna. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman dan interaksi
pengguna dengan sistem.
Contoh structured notations dalam HCI termasuk:
 Menu navigasi yang terstruktur dan terorganisir secara hierarkis untuk
memudahkan pengguna dalam menemukan dan mengakses fitur atau halaman
tertentu dalam aplikasi atau situs web.
 Tampilan tabel yang mengorganisir data dengan jelas dan memungkinkan
pengguna untuk mencari, menyortir, atau memfilter informasi sesuai
kebutuhan.
 Diagram aliran atau langkah-langkah yang menggambarkan proses atau urutan
tindakan yang harus dilakukan oleh pengguna dalam menggunakan suatu
sistem atau aplikasi.
b) Storytelling dalam konteks HCI merujuk pada penggunaan narasi atau cerita untuk
menjelaskan dan menggambarkan pengalaman pengguna dalam berinteraksi
dengan sistem. Tujuan storytelling dalam HCI adalah untuk menciptakan
pengalaman yang lebih menarik, memikat, dan mudah dipahami bagi pengguna.
Contoh storytelling dalam HCI termasuk:
 Menggunakan skenario penggunaan yang menggambarkan situasi nyata di
mana pengguna berinteraksi dengan sistem. Skenario ini dapat
menggambarkan masalah atau tantangan yang dihadapi pengguna, solusi yang
ditawarkan oleh sistem, dan dampak dari penggunaan sistem tersebut.
 Menggunakan testimonial pengguna yang menggambarkan pengalaman
pengguna sebenarnya dalam menggunakan sistem atau aplikasi. Testimonial
ini dapat berupa kutipan langsung dari pengguna, foto atau video pengguna
yang menggambarkan pengalaman mereka, atau cerita sukses pengguna dalam
mencapai tujuan mereka melalui penggunaan sistem.
 Menggunakan cerita visual seperti storyboard atau video animasi untuk
menggambarkan interaksi pengguna dengan sistem. Cerita ini dapat mengikuti
alur naratif yang menarik dan menggambarkan perubahan atau transformasi
yang dialami oleh pengguna melalui penggunaan sistem.
c) Summary of the findings dalam konteks HCI merujuk pada rangkuman temuan
atau hasil analisis yang relevan dalam sebuah studi atau penelitian HCI.
Rangkuman ini menyajikan informasi penting secara ringkas dan mudah
dipahami.
Contoh summary of the findings dalam HCI termasuk:
 Menyajikan temuan utama dalam bentuk poin-poin penting atau bulleted list
yang mencakup kesimpulan utama dari penelitian HCI.
 Menggunakan grafik atau diagram untuk menyajikan temuan yang signifikan
secara visual. Misalnya, menggunakan grafik batang untuk membandingkan
tingkat kepuasan pengguna terhadap berbagai fitur atau aspek sistem.
 Menyusun temuan menjadi bagian-bagian yang terorganisir, seperti temuan
terkait kegunaan, temuan terkait kepuasan pengguna, atau temuan terkait
tantangan atau masalah yang dihadapi pengguna. Setiap bagian kemudian
diikuti dengan rangkuman temuan spesifik di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai