Anda di halaman 1dari 6

UTS ETIKA PROFESI

Nama : Moch. Achsanul Azhar


NIM : 211101125
Kelas : TI 4D

1) a.

Istilah “etika" pun berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal
mem- punyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rum- put, kandang; kebiasaan,
adat; akhlak, watak; perasaan, si- kap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya
adalah: adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi la- tar belakang bagi terbentuknya
istilah "etika" yang oleh fil- suf Yunani besar Aristoteles (384-322 s.M.) 1

“Moral” secara bahasa berasal dari bahasa Latin: mos (bentuk tunggal) yang artinya
kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat dan cara hidup. Atau mores (bentuk jamak) yang berarti
adat istiadat Sementara secara istilah moral adalah sesuatu yang digunakan untuk memberikan
batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.

Sedangkan “akhlak", ditulis dalam bahasa Arab (‫ أخالق‬,(secara etimologis diambil dari bahasa
Arab alkhuluq (‫( الخلق‬yang memiliki arti tabiat (‫ الطبع‬,(watak (‫ الس>>جيت‬,(perangai (‫)الم>>روءة‬,
(Abadi, no date) kebiasaan dan budi pekerti(Yunus, 2007). Kata akhlak (‫( أخالق‬adalah bentuk
jamak dari kata khuluq (‫ خلق‬.(Padanannya seperti kata a’naq (‫( أغى>>اق‬dan unuq (‫( عىق‬yang
artinya leher. Secara terminologis, akhlak didefinisikan oleh Azyumardi Azra sebagai daya
kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan
direnungkan lagi.

Perbedaan Etika, Moral dan Akhlak terletak pada tolok ukurnya. Etika berpedoman pada akal
fikiran, moral pada ukuran adat kebiasaan yang umum di masyarakat dan akhlak menilai dari
ukuran ajaran al-Qur‟an dan al-Sunnah.2

1) b.

Etika Periode Yunani


Sophisticians ialah orang yang bijaksana yang menjadi guru dan tersebar ke berbagai negeri.
Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak. karena ia pertama berusaha dengan
sungguhsungguh membentuk perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan. Dia
berpendapat akhlak dan bentuk berhubungan itu. tidak menjadi benar kecuali bila didasarkan
ilmu pengetahuan. Faham Antisthense, yang hidup pada 444-370 SM. Ajaranya mengatakan
ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan. dan sebaik-baik manusia itu yang berperangai
dengan akhlak ketuhanan.

Etika Periode Abad Pertengahan


Pada Abad pertengahan, Etika bisa dikatakan 'dianiaya' oleh Gereja. Pada saat itu, Gereja
memerangi Filsafat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan
kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu. dan apa yang
terkandung dan diajarkan oleh wahyu adalah benar, jadi manusia tidak perlu lagi bersusah-
bersusah menyeliki tentang kebenaran hakikat, karena semuanya telah diatur oleh Tuhan.

1
Bertens, K. (2007). Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
2
Hambali, M. R. (2021). Etika Profesi. (M. I. Fathoni, Penyunt.) Bojonegoro: CV. AGRAPANA MEDIA.
Etika Periode Bangsa Arab
Bangsa Arab pada masa itu, telah puas mengambil etika dari agama dan tidak merasa butuh
untuk menyelidiki mengenai dasar baik dan buruk. oleh karena itu, agama banyak menjadi
dasar buku-buku yang dilukiskan di dalam etika. Seperti buku karya AlGhazali dan Al-
Mawardi.

Etika Periode Abad Modern


Pada akhir abad lima belas, Eropa mulai bangkit. Ahli pengetahuan mulai menyuburkan
Filsafat Kuno. Begitu juga dengan Italia, lalu berkembang ke suluruh Eorpa. Pada masa ini,
segala sesuatu dikecam dan diselidiki, sehingga tegaklah kemerdekaan berfikir. Dan mulai
melihat segala sesuatu dengan pandangan baru, dan mempertimbangkanya dengan ukuran
yang baru3

1) c.

Secara umum, etika profesi (professional ethics) adalah suatu sikap etis yang dimiliki seorang
profesional sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengembangkan tugasnya serta
menerapkan norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) dalam kehidupan
manusia. Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan
profesi atau lingkup kerja tertentu.4

2) a.

a. Adanya Pengetahuan Khusus.

Ciri ciri profesi yang pertama adalah terdapat pengetahuan khusus. Umumnya, keahlian dan
keterampilan ini dimiliki lantaran proses pendidikan, pelatihan atau suatu pengalaman yang
sudah dijalani selama bertahun-tahun. Sehingga, bisa dipastikan bahwa seseorang dikatakan
memiliki profesi apabila ia memiliki pengetahuan khusus

b. Adanya Kaidah dan Standar Moral yang Tinggi.

Selanjutnya, profesi memiliki ciri berupa adanya kaidah dan standar moral yang tinggi.
Umumnya, masing-masing perilaku di dalam profesi mendasarkan aktivitas dan perbuatannya
kepada kode etik profesi.

c. Mengabdi untuk Kepentingan Masyarakat.

Ciri yang selanjutnya dari profesi adalah terdapat unsur mengabdian kepada kepentingan
masyarakat. Maksudnya adalah, masing-masing pelaksana dari profesi harus mengutamakan
kepentingan yang terdapat di masyarakat ketimbang kepentingan pribadi.

d. Ada Izin Khusus untuk Menjalankan Suatu Profesi.

Profesi juga memiliki ciri ada izin khusus untuk menjalankan sebuah profesi tertentu.
Disadari atau tidak, setiap profesi akan bersinggungan dengan kepentingan yang ada di
masyarakat, sehingga berbagai nilai kemanusiaan seperti keselamatan, kelangsungan hidup,
keamanan dan sebagainya yang menuntut sebuah profesi harus memperoleh izin khusus.

e. Dijalankan oleh Kaum Profesional.

Ciri selanjutnya dari suatu profesi adalah dijalankan oleh anggota yang merupakan kaum
profesional. Setiap profesi memang harus dilakukan secara profesional. Tidak bisa semena-
3
Hasibuan, A. (2017). Etika Profesi Profesionalisme Kerja. (A. F. Hasibuan, Penyunt.) Medan: UISU Press.
4
Hambali, M. R. (2021). Etika Profesi. (M. I. Fathoni, Penyunt.) Bojonegoro: CV. AGRAPANA MEDIA.
mena dan harus mengikuti tugas serta aturan yang berlaku. Maka, yang bisa menjalani sebuah
profesi dengan baik adalah para kaum professional.5

2) b.

- Melibatkan kegiatan intelektual.


- Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
- Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.
- Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
- Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
- Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
- Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
- Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.6

Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI)

3) a.

Profesi berasal dari kata profession, serta profesional berasal dari kata professional, yang
mempunyai batasan bervariasi tergantung dari konteks yang ingin diungkapkan Profesional
adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian
atau keterampilan yang tinggi dengan penuh ketekunan dan melakukan pekerjaan sesuai
dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang diambilnya. Seorang professional dapat
dibedakan dari penampilan atau performancenya Profesional dan Profesionalisme Kerja 78
dalam melakukan pekerjaan di profesinya sedangkan profesionalisme merupakan komitmen
para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.
Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau kelompok
orang menjadi profesional. Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi
tertentu yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus, dan
disamping itu pula ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) didalam melaksanakan
suatu kegiatan kerja.7

3) b.

 Pengabdian pada profesi (dedication)


 Kewajiban sosial (social obligation)
 Kemandirian (autonomy demands)
 Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation)
 Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation)8

3) c.

a) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Kode Etik Profesi 128 Maksudnya bahwa dengan kode etik
5
Hambali, M. R. (2021). Etika Profesi. (M. I. Fathoni, Penyunt.) Bojonegoro: CV. AGRAPANA MEDIA.
6
Isnanto, R. Rizal. (2009). Buku Ajar Etika Profesi.
7
Hasibuan, A. (2017). Etika Profesi Profesionalisme Kerja. (A. F. Hasibuan, Penyunt.) Medan: UISU Press.
8
Hasibuan, A. (2017). Etika Profesi Profesionalisme Kerja. (A. F. Hasibuan, Penyunt.) Medan: UISU Press.
profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan.

b) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada
masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).

c) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.9

3) d.

(1) tanggung jawab seperti tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya,
dan tanggung jawab terhadap dampak profesi/kerja terhadap kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya;
(2) keadilan yang berorientasi pada pemberian kepada siapa saja apa yang menjadi hak-
nya; dan
(3) otonomi yaitu berorientasi pada tuntuan agar setiap kaum pekerja memiliki dan diberi
kebebasan dalam menjalankan kerja/profesinya10

3) e.

 Manipulasi laporan keuangan PT. KAI


 Manipulasi KAP Anderseon dan Enron
 KPMG-Siddharta
 Kasus Mulyana W Kusuma
 9 KAP yang diduga kolusi11

9
Hasibuan, A. (2017). Etika Profesi Profesionalisme Kerja. (A. F. Hasibuan, Penyunt.) Medan: UISU Press.
10
Riwukore, J. R., Habaora, F., Marnisah, L. (2022). Hubungan Etika Kerja, Profesionalisme dan Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor Intern di Badan Inspektorat Kota Kupang. EKOMBIS REVIEW:
Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 10(2)
11
Afriani, Nopi. (2019) 10 Kasus Pelanggaran Hak Etika Profesi
Daftar Pustaka

Bertens, K. (2007). Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hasibuan, A. (2017). Etika Profesi Profesionalisme Kerja. (A. F. Hasibuan, Penyunt.)


Medan: UISU Press.

Hambali, M. R. (2021). Etika Profesi. (M. I. Fathoni, Penyunt.) Bojonegoro: CV.


AGRAPANA MEDIA.

Riwukore, J. R., Habaora, F., Marnisah, L. (2022). Hubungan Etika Kerja,


Profesionalisme dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor Intern di Badan
Inspektorat Kota Kupang. EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 10(2)

Isnanto, R. Rizal. (2009). Buku Ajar Etika Profesi.

Afriani, Nopi. (2019). 10 Kasus Pelanggaran Hak Etika Profesi.

Anda mungkin juga menyukai