DISUSUN OLEH
Kelompok 3
Analis 3A
Nama Nim
A. Pengertian Profesi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa
Inggris "Profess", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban
melakukan suatu tugas khusus secara tetap atau permanen".
Profesi juga sebagai pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang
khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada
bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik desainer, tenaga
pendidik.
B. Lingkup Etika
Ruang lingkup etika sangat luas sehingga terbagi atau terpecah menjadi
beberapa bagian atau bidang atau bidang seperti :
Etika terhadap sesama
Etika keluarga
Etika Profesi
Etika Politik
Etika Lingkungan
Etika Ideologi
b) Standar profesi
Standar adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek
terhadap staf atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat diterima
sampai pada wewenang tertentu (schroeder, 1991).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu
sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna
menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan
pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama
pada pelayanan (Winsley, 1964).
Dalam melaksanakan kewajibannya para profesional harus mengacu
pada standar profesi menurut bidangnya masing-masing. Standar profesi
adalah pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi secara baik (Komalawati, 2002).
E. Standar Kompetensi
1. Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tugas pokok dan
fungsi di laboratorium kesehatan
2. Mampu merencanakan atau merancang proses yang berkaitan dengan
tugas pokok dan fungsinya di laboratorium kesehatan sesuai jenjangnya
3. Memiliki keterampilan untuk melaksanakan proses teknis operasional
pelayanan laboratorium, yaitu :
Keterampilan pengambilan dan penanganan spesimen
Keterampilan melaksanakan prosedur laboratorium, metode pengujian
dan pemakaian alat dengan benar
Keterampilan melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi
dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan
Keterampilan melaksanakan uji kualitas media dan reagensia
4. Mampu memberikan penilaian analisis terhadap hasil uji laboratorium
5. Memiliki pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu
dan prosedur laboratorium
6. Memiliki kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
uji laboratorium.
A. Standar profesi
Standar adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap
staf atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat diterima sampai pada
wewenang tertentu (schroeder, 1991).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai
dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak
tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama,
serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan (Winsley, 1964).
Dalam melaksanakan kewajibannya para profesional harus mengacu
pada standar profesi menurut bidangnya masing-masing. Standar profesi
adalah pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi secara baik (Komalawati, 2002:17)
Menurut KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NO 377/MENKES/SK/III/2007, Standar profesi ini disusun sebagai pedoman
bagi tenaga profesi manaajemen informasi kesehatan dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan di
Indonesia.
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia adalah
suatu standar bagi profesi ahli teknologi laboratorium kesehatan di Indonesia
dalam menjalankan tugas profesinya untuk berperan secara aktif terarah dan
terpadu bagi pembangunan nasional Indonesia.
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
mencakup standar kompetensi kerja yang harus dimiliki dan kode etik yang
harus dilaksanakan oleh ahli teknologi laboratorium kesehatan Indonesia
dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai tenaga kesehatan.
Kualifikasi pendidikan untuk Profesi Ahli Teknologi Laboratorium
Kesehatan Indonesia adalah lulusan Sekolah Menengah Analis Kesehatan
(SMAK) atau Akademi Analis Kesehatan (AAK) atau Akademi Analis Medis
(AAM), atau Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan (PAM-AK) atau lulusan
Pendidikan Tinggi yang berkaitan langsung dengan laboratorium kesehatan.
Standar profesi adalah niat atau iktikad baik dokter yang didasari etika
profesinya, bertolak dan suatu tolak ukur yang disepakati bersama oleh
kalangan pendukung profesi. Wewenang untuk menentukan hal-hal yang
dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan dalam suatu kegiatan profesi
merupakan tanggung jawab profesi itu sendiri.
Teknologi laboratorium Kesehatan adalah disiplin ilmu kesehatan yang
memberikan perhatian terhadap semua aspek laboratorik dan analisis
terhadap cairan dan jaringan tubuh serta ilmu kesehatan lingkungan
Pranata Laboratorium Kesehatan adalah tenaga kesehatan dan ilmuwan
berketrampilan tinggi yang melaksanakan dan mengevaluasi prosedur
laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber daya.
Supriadi (2001: 52) mengemukakan pendapat Prof. Mr. W.B. Van der Mijn
sebagai berikut:
Dalam melaksanakan profesinya, seorang tenaga kesehatan harus
berpegang pada tiga ukuran umum meliputi:
a) Kewenangan
Yang dimaksud dengan kewenangan ialah kewenangan hukum
(rechtsbevoegheid) yang dipunyai oleh seorang tenaga kesehatan untuk
melaksanakan pekerjaannya. Atas dasar kewenangan inilah, seorang
tenaga kesehatan berhak melakukan pengobatan sesuai dengan
bidangnya.
b) Kemampuan Rata-rata
Dalam menentukan kemampuan rata-rata seorang tenaga kesehatan,
banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Selain dan faktor pengalaman
tenaga kesehatan yang bersangkutan fasilitas, sarana prasarana di
daerah tempat tenaga kesehatan (dokter) tersebut bekerja juga ikut
mempengaruhi sikap dokter dalam melakukan pekerjaannya. Sehingga
sangat sulit untuk. menentukan standar kemampuan rata-rata ini.
c) Ketelitian yang Umum
Untuk menentukan ketelitian umum, harus berdasarkan ketelitian
yang dilakukan oleh dokter dalam melaksanakan pekerjaan dan situasi
yang sama. Tolak ukur untuk menentukan ketelitian mi sangat sulit,
karena setiap bidang keahlian mempunyai aturan main sendiri-sendiri
yang seharusnya bisa dituangkan di dalam Standar Umum. Sebagai
contoh misalnya, standar untuk pelayanan anestesiologi dapat
berpedoman kepada Keputusan Direktorat Jenderal pelayanan Medik
Depkes RI Nomor HK. 00.06.3.3.320 tentang Standar Umum Pelayanan
Anestesiologi dan Reanimasi di Rum Sakit. Standar mi hanya berlaku
untuk pelayanan anestesiologi dan reanimasi, sedangkan untuk
pelayanan di luar anestesiologi tentunya tidak dapat mengacu kepada
peraturan tersebut.
Ciri-ciri Profesi :
Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki
sebuah profesi;
Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan;
Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada
masyarakat.
Adanya proses lisensi atau sertifikat;
Adanya organisasi;
Otonomi dalam pekerjaannya.
B. Definisi Analis Kesehatan
Analis Kesehatan adalah profesi yang bekerja pada sarana kesehatan
yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit,
kondisi kesehatan atau faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada
kesehatan perorangan dan masyarakat.
Sedangkan menurut KEPMENKES RI NOMOR 370/MENKES/SK/III/200,
Analis Kesehatan atau disebut juga Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan
adalah tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang
melaksanakan dan mengevaluasi prosedur laboratorium dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya.
Menurut Kerlinger analisa adalah suatu usaha yang dilakukan secara
sengaja untuk mengetahui sesuatu. Dalam linguistik, analisa atau analisis
adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti
struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan
laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang
dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam
cuplikan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Jadi Analis kesehatan adalah petugas yang bekerja di laboratorium untuk
melakukan pemeriksaan lab sebagai penunjang diagnosa dokter demi
membantu seseorang mencapai keadaan jasmani, dan jiwa yang sejahtera.
Analis kesehatan atau pranata laboratorium adalah bagian dari profesi di
bidang kesehatan. Seorang analis harus memiliki ketrampilan dan tanggung
jawab yang tinggi dalam pemeriksaan sampel. Hal ini berhubungan dengan
adanya risiko yang fatal jika terjadi kesalahan.
Banyak yang tidak mengetahui analis kesehatan memiliki banyak sekali
peluang pekerjaan. Seorang lulusan analis bisa bekerja pada laboratorium
rumah sakit tentunya bertugas membantu diagnosa seorang dokter. Selain
rumah sakit analis kesehatan bisa ditempatkan di Prodia, PMI, dan segala
tempat yang berhubungan dengan analisis dan laboratorium.
C. Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya
kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian
yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima
panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan
pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah
gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).
D. Harapan Profesionalisme Analis Kesehatan
Tangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi kemampuan hasil
pengujian, dapat menunjukkan konsep derajat kesehatan pada diri
sendiri
Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan
Responsiveness (daya tanggap), yaitu tanggap dalam memberikan
pelayanan yang baik terhadap pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi
lain)
Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat dapat
dipercaya yang dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari risiko bahaya
atau keragu-raguan
Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pemakai jasa (pasien,
klinisi, dan profesi lain)
A. Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting, tidak
hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara
umum. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan saat
berinteraksi dengan sesama. Komunikasi atau communicaton berasal dari
bahasa Latin communis yang berarti 'sama'. Communico, communicatio atau
communicare yang berarti membuat sama (make to common). Komunikasi
dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang
yang menerima pesan, sehingga komunikasi bergantung pada kemampuan
untuk memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our
ability to understand one another).
Pengertian komunikasi pada umumnya adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak
lain. Komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu, dan cara seperti ini
disebut komunikasi nonverbal.
Adapun definisi atau pengertian komunikasi dari beberapa ahli, antara
lain:
1. Carl I.Hovland
Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang
menyampaikan rangsa ngan (biasanya dengan menggunakan lambang
verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
2. Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber
kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka.
3. Theodore M. Newcomb
Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan
diskriminatif dari sumber kepada penerima.
4. Hani Handoko
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk
gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain, melibatkan lebih
dari sekedar kata-kata dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah,
intonasi, titik putus tidak hanya memerlukan transmisi data, tetapi bahwa
tergantung pada ketrampilan tertentu untuk membuat sukses pertukaran
informasi.
Menurut Joseph A. De Vito tipe komunikasi terdiri atas empat macam yaitu:
1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication) merupakan
proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu atau proses
berkomunikasi dengan diri sendiri.
2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) merupakan
proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara
tatap muka.
3. Komunikasi Publik (Public Communication) merupakan proses
komunikasi di mana pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi
tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.
4. Komunikasi Massa (Mass Communication) merupakan proses
komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber
yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat
yang bersifat mekanis separti radio, televisi, surat kabar dan film.
B. Komunikasi Interpersonal
Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang
paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Komunikasi
interpersonal (interpersonal communication) merupakan komunikasi yang
berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih. Menurut
Effendi, hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar
komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif
dalam mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya
yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator
mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga.
Komponen komunikasi merupakan berbagai hal yang harus ada agar
komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Harold Laswell
komponen komunikasi adalah:
1. Pengirim atau komunikator (source) adalah pihak yang mengirimkan
pesan kepada pihak lain.
2. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh
satu pihak kepada pihak lain.
3. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada
komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat
berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
4. Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan
dari pihak lain.
5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi
pesan yang disampaikannya.
6. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana
komunikasi itu akan dijalankan "Protokol"
D. Karakteristik Komunikasi
a. Komunikasi Efektif (Verbal)
Komunikasi verbal adalah proses komunikasi di mana pesan
disampaikan menggunakan kata-kata melalui mulut. Komunikasi verbal
mencakup aspekaspek berupa:
1. Perbendaharaan kata-kata (Vocabulary)
Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-
kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam
berkomunikasi.
2. Kecepatan berbicara (Speaking rate)
Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara
dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
3. Intonasi suara (Intonation)
Suara akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga
pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara
yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proporsional merupakan
hambatan dalam berkomunikasi.
4. Humor (Humour)
Humor dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989)
mengambil kesimpulan bahwa dengan tertawa dapat membantu
menghilangkan stres dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik
dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu -
satunya selingan dalam berkomunikasi.
5. Singkat dan jelas (Concise and Clear)
Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas,
langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah
dimengerti.
6. Waktu yang tepat (Timing)
Waktu yang tepat untuk berbicara adalah hal kritis yang perlu
diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang
bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk
mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang kita
kirimkan benar-benar telah diterima secara tepat sebagaimana kita
maksudkan adalah dengan mendapatkan umpan balik mengenai akibat
maupun pengaruh yang ditimbulkan oleh penerima sesuai dengan harapan
komunikator. Umpan balik adalah proses yang memungkinkan komunikator
mengetahui bagaimana pesan yang di komunikasikannya, dikodefikasikan
dan ditangkap oleh si penerima.
Tanggapan si penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh pengirim
dapat menyebabkan pengirim memodifikasikan atau mengubah bentuk
pengiriman pesannya agar lebih efektif dan tepat. Jika pengirim tidak
menerima umpan balik seperti yang ia kehendaki, maka tentu saja
kesenjangan dalam penafsiran pesan telah terjadi. Kesalahpahaman ini juga
dapat dipicu dari adanya komunikasi satu arah, di mana komunikator tidak
memiliki kesempatan untuk mengetahui bagaimana penerima telah
mendekodefikasikan pesannya. Sebaliknya, komunikasi dua arah
berlangsung apabila pengirim cukup leluasa dalam menerima umpan balik
tentang bagaimana tanggapan penerima terhadap pesan yang
disampaikannya. Komunikasi dua arah yang terbuka seperti ini akan
memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi, dan
selanjutnya sangat menolong dalam mengembangkan suatu relasi yang
memuaskan pihak-pihak yang berkomunikasi dan efektif.
G. Kegagalan Komunikasi
Sumber kesalahan dari komunikasi adalah ketika penerima tidak
menangkap pesan yang disampaiakan pengirim sesuai dengan maksudnya,
penerima menangkap makna yang berbeda, karena pengirim gagal
mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat.
Menurut Johnson (1981) kegagalan komunikasi yang diakibatkan dari
adanya kesenjangan dalam memaknai pesan yang disampaiakan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya :
1) Sumber-sumber hambatan yang bersifat emosional maupun kultural.
Misalnya, perasaan tidak suka terhadap seseorang mengakibatkan
semua pesan yang disampaikannya berarti negatif.
2) Ketika mendengar suatu pesan, maka orientasi kita hanya untuk menilai
dan menghakimi isi pembicaraan, akibatnya komunikator menjadi orang
yang benar-benar berhati-hati dalam berbicara dan cenderung menutup
diri.
3) Adanya kegagalan dalam menangkap makna konotatif di balik ucapan
komunikator meskipun kita sepenuhnya memahami arti denotatifnya.
4) Distorsi atau kesalahpahaman dalam komunikasi sering terjadi karena
kita tidak saling mempercayai.
A. Definisi Organisasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa yunani, yaitu "Organon" atau dalam
bahasa Latin "Organum" yang berarti alat,bagian, anggota, atau badan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
Organisasi adalah kesatuan (susunan) yang terdiri atas bagian bagian orang
dalam perkumpulan untuk mencapai tujuan bersama.
Definisi Organisasi menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut.
1) James D. Mooney (1974) mengutarakan bahwa organisasi adalah setiap
bentuk kerja sama manusia untuk mencapai tujuan bersama.
2) Ralp Currier Davis (1951) berpendapat bahwa organisasi adalah suatu
kelompok orang-orang yang sedang bekerja kearah tujuan bersama
dibawah satu kepemimpinan.
3) Herbert A. Simon (1958) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu
rencana mengenai usaha kerjasama yang mana setiap peserta
mempunyai peranan yang diakui untuk dijalankan dan kewajiban-
kewajiban atau tugas-tugas untuk dilaksanakan.
4) Drs. Dydiet Hardjito, M.Sc organisasi adalah kesatuan sosial yang di
koordinasikan secara sadar yang memungkinkan anggota mencapai
tujuan yang tidak dapat dicapai melalui individu secara terpisah.
5) Menurut Maringan (2004) pengertian organisasi dapat dibedakan pada
dua macam, yaitu :
Organisasi sebagai alat dari manajemen artinya organisasi sebagai
wadah/tempat manajemen sehingga memberikan bentuk
manajemen yang memungkinkan manajemen bergerak atau dapat
dikaitkan.
Organisasi sebagai fungsi manajemen artinya organisasi dalam arti
dinamis (bergerak) yaitu organisasi yang memberikan kemungkinan
tempat manajemen dapat bergerak dalam batas-batas tertentu.
Dinamis berarti baa organisasi itu bergerak mengadakan pembagian
pekerjaan. Misalnya pimpinan harus ditempatkan di bagian yang
strategis.
6) Menurut Edgar H. Shein dalam bukunya the Psykologi of Organization
(1982) organisasi adalah Koordinasi yang direncanakan mengenai
kegiatan-kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama
melalui pembagian kerja dan fungsi berdasarkan tingkatan otoritas
(kewenangan) dan tanggungjawab. Dengan definisi ini, pada hakekatnya
dalam sebuah organisasi diperlukan sejumlah pesyaratan atau gagasan,
antara lain:
Bahwa Organisasi memerlukan pengembangan dan pemeliharaan
koordinasi.
Bahwa didalam organisasi terdapat tujuan bersama yang
pencapaianya harus di upayakan semaksimal mungkin.
Di dalam Organisasi tedapat pembagian kerja (division of labor)
Seluruh kegiatan dalam organisasi harus menciptakan keterpaduan
(integration), menekankan bahwa objek koordinasi pada dasarnya
bukan orang tetapi kegiatan atau pekerjaan.
7) Menurut J.William Schulze Organisasi adalah suatu penggabungan dari
orang orang,benda benda,alat alat perlengkapan,ruang lingkup kerja dan
segala hal yang berhubungan dengannya,yang disatukan dalam sebuah
hubungan yang teratur dan sangat efektif untuk mencapai segala tujuan
yang diinginkan.
B. Definisi Profesi
Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu
profession atau bahasa Latin profecus yang artinya mengakui, adanya
pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan
yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan
pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis
sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan
manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok,
yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.
Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan,
dsb) tertentu. Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus
serta standar layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi
hanya dapat dilakukan oleh orang-orang secara khusus di persiapkan untuk
itu. Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka
yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain. Profesi adalah suatu
pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut
keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang
tinggi.
Good's Dictionary of Education mendefinisikan profesi sebagai "suatu
pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di
Perguruan Tinggi dan dikuasai oleh suatu kode etik yang khusus", Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi diartikan sebagai "bidang pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian (seperti ketrampilan, kejuruan dan
sebagainya) tertentu." Dalam pengertian ini, dapat dipertegas bahwa profesi
merupakan pekerjaan yang harus dikerjakan dengan bermodal keahlian,
ketrampilan dan spesialisasi tertentu. Jika selama ini profesi hanya dimaknai
sekedar "pekerjaan", sementara substansi dibalik makna itu tidak terpaut
dengan persyaratan, maka profesi tidak bisa dipakai di dalam semua
pekerjaan.
C. Definisi Organisasi Profesi
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para
praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung
bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka
laksanakan dalam kapasitas mereka seagai individu.
Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga anggota
kelompok profesi tidak akan ketinggalan zaman. Kode etik profesi
merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan dan
ini perwujudan moral yang hakiki, yang tidak dapat dipaksakan dari luar.
Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-
nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri.
Laboratorium kesehatan kepada masyarakat sebagai unit pelayanan
penunjang medis, diharapkan memberikan informasi yang teliti dan akurat
tentang aspek laboratoris terhadap spesimen/sampel yang penujianya
dilakukan di laboratorium. Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian
laboratorium terus ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahian
dan teknologi serta perkembangan penyakit.
a) Kewajiban Terhadap Profesi:
Menjunjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan, profesi,
menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
Meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur
operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik
profesi.
Menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan
kewajiban profesi.
E. Standar Kompetensi
Tugas Pokok dan Fungsi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah
melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan adalah melaksanakan
pelayanan laboratorium kesehatan meliputi bidang HEMATOLOGI, Kimia
Klinik, Mikrobiologi, Imunologi-Serologi, Toksikologi, Kimia Lingkungan,
Patologi Anatomi (Histopatologi, Sitopatologi, Histokimia, lmunopatologi,
Patologi Molekuler), Biologi dan Fisika.
Selain tugas pokok, Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan mempunyai
a) Fungsi/Kewajiban sebagai berikut :
1. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses
specimen.
2. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen dan specimen.
3. Mengoperasikan dan memelihara peralatan/instrumen laboratorium.
4. Mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan
prosedur pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan
masalah yang berkaitan dengan data hasil uji.
5. Mengevaluasi teknik, instrument, dan prosedur baru untuk
menentukan manfaat kepraktisannya.
6. Membantu klinisi dalam pemanfaatan data laboratorium secara efektif
dan efisien untuk menginterpretasikan hasil uji laboratorium.
7. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
laboratorium.
8. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang
teknik kelaboratoriuman.
9. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium
kesehatan.
JENJANG
No KOMPETENSI SMAK DIII S1
1. MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN
1.1. Hematologi & transfusi darah V V V
1.2. Kimia Klinik V V V
1.3. Serologi-lmunologi V V V
1.4. Mikrobiologi V V V
1.5. Toksikologi - V V
1.6. Patologi Anatomi - V V
1.7. Biologi Molekuler - V V
1.8. Komputer V V V
1.9. Manajemen - V V
1.10. Virologi - V V
1.11. Kesehatan Lingkungan V V V
2. MAMPU MEMBUAT PERENCANAAN /
MERANCANG PROSES
2.1. Alur kerja proses pemeriksaan di - V V
laboratorium
2.2. Alur keselamatan kerja di laboratorium - V V
2.3. Menyusun prosedur baku di laboratorium - V V
2.4. Menyusun prosedur cara ukur keberhasilan - - V
proses
2.5. Menyusun program pemantapan mutu - - V
internal
2.6. Menyusun program pemantapan mutu - - V
eksternal
2.7. Merancang upaya keselamatan kerja di - - V
laboratorium
3. MAMPU MELAKSANAKAN PROSES TEKNIS
OPRASIONAL
3.1. Mengambil spesimen V V V
3.2. Menilai kualitas spesimen V V V
3.3. Menangani spesimen V V V
(labeling, penyimpanan,pengiriman)
3.4. Mempersiapkan bahan/reagensia V V V
3.5. Memilih reagen & metode analisa - V V
3.6. Mempersiapkan alat V V V
3.7. Memilih/menentukan alat - V V
3.8. Memelihara alat V V V
3.9. Mengkalibrasi alat - V V
3.10.Menguji kelaikan alat - V V
3.1 1 .Mengerjakan prosedur analisa bidang :
a. Hematologi sederhana V V V
b. Hematologi khusus - V V
c. Kimia Klinik V V V
d. Serologi-lmunologi sederhana V V V
e. Serologi-lmunologi komplex - V V
f. Mikrobiologi sederhana V V V
g. Mikrobiologi khusus - V V
h. Toksikologi - V V
i. Patologi Anatomi - V V
j. Biologi Molekuler - - V
k. Virologi (riset) - V V
3.12.Mengerjakan prosedur dalam pemantapan V V V
mutu
3.13.Membuat laporan administrasi V V V
4. MAMPU MEMBERIKAN PENILAIAN
(JUDGMENT)
4.1. Mendeteksi secara dini keadaan spesimen V V V
yang berubah
4.2. Mendeteksi secara dini perubahan kondisi V V V
alat / reagen /kondisi analisa
4.3. Mendeteksi secara dini bila muncul V V V
penyimpangan dalam proses teknis
oprasional
4.4. Menilai validitas rangkaian analisa atau V V V
hasilnya
4.5. Menilai normal tidaknya hasil analisa untuk V V V
dikonsulkan kepada yang berwenang
4.6. Menilai layak tyidaknya hasil proses - V V
pemantapan mutu internal
4.7. Menilai layak tyidaknya hasil proses - - V
pemantapan mutu eksternal
4.8. Mendeteksi secara dini terganggunya - V V
keamanan lingkungan kerja
5. MAMPU DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
5.1. Perlunya koreksi terhadap - V V
proses/alat/spesimen/reagensia
5.2. Perlunya koreksi terhadap proses - V V
pemantapan mutu
5.3. Perlunya koreksi terhadap proses - - V
pemantapan mutu eksternal
G. Peran PATELKI
a. POKJA Standar Profesi
b. Kajian akademik terkait pengembangan standar profesi
c. Telaah regulasi (pendidikan, pelayanan, keprofesian)
d. Advokasi kepada pemerintah (PPSDM, MTKI, Dirjen BUK, MENPAN)
e. Monitoring
BAB VIII
KODE ETIK PATELKI
KEWAJIBAN U M U M
Pasal 1
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung tinggi, menghayati
dan mengamalkan sumpah profesi
Pasal 2
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan praktik
profesinya harus berpedoman pada standar profesi.
Pasal 3
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menghormati hak-hak pasien,
hak-hak teman sejawat dan hak-hak tenaga kesehatan lainnya.
Pasal 4
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung tinggi serta
memelihara martabat, kehormatan profesi, menjaga integritas, kejujuran serta
dapat dipercaya, Produktif, Efektif, Efisien, Peduli terhadap tugas dan
Lingkungan.
Pasal 5
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik berkewajiban menjunjung tinggi
norma-norma dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan dalam penyelenggaraan
praktik profesinya
Pasal 6
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik senantiasa harus melakukan
pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur operasional, standar
keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik profesi.
Pasal 7
Setiap ATLM yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP)
B. Profesionalisme Analis Kesehatan :
- Tangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi kemampuan hasil
pengujian, dapat menunjukkan konsep derajat kesehatan pada diri
sendiri.
- Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
- Responsiveness (daya tanggap), yaitu tanggap dalam memberikan
pelayanan yang baik terhadap pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi
lain).
- Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat dapat
dipercaya yang dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari risiko bahaya
atau keragu-raguan.
- Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pemakai jasa (pasien,
klinisi, dan profesi lain).
Pasal 8
Setiap ATLM memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma
yang berlaku sebagaimana dia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 9
Setiap ATLM harus menjunjung tinggi kesetiakawanan dan sikap saling
menghargai dengan teman sejawat dalam penyelenggaraan profesinya.
Pasal 10
Setiap ATLM harus membina hubungan kerjasama yang baik dan saling
menghormati dengan teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan
tujuan utama untuk menjamin pelayanan senantiasa berkualitas tinggi.
Pasal 11
Setiap ATLM dalam memberikan pelayanan harus bersikap adil dan
mengutamakan kepentingan pasien dan atau pemakai jasa tanpa membeda-
bedakan kedudukan, golongan, suku, agama, jenis kelamin dan kedudukan
sosial.
Pasal 12
Setiap ATLM harus bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam
memberikan pelayanan kepada pasien dan atau pemakai jasa secara
profesional.
Pasal 13
Setiap ATLM berkewajiban merahasiakan segala sesuatu baik informasi dan
hasil pemeriksaan yang diketahui berhubungan dengan tugas yang
dipercayakannya kecuali jika diperlukan oleh pihak yang berhak dan jika diminta
oleh pengadilan.
Pasal 14
Setiap ATLM dapat berkonsultasi/merujuk kepada teman sejawat atau pihak
yang lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Pasal 15
Setiap ATLM dalam menjalankan praktik profesinya harus mengutamakan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan aspek pelayanan kesehatan serta
nilai budaya, adat istiadat yang berkembang di masyarakat
Pasal 16
Setiap ATLM harus memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan
kemampuan profesionalnya baik secara teori maupun praktek kepada
masyarakat luas serta selalu mengutamakan kepentingan masyarakat.
Pasal 17
Setiap ATLM dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus
mengikuti peraturan perundang - undangan yang berlaku serta norma-norma
yang berkembang pada masyarakat.
Pasal 18
Setiap ATLM harus dapat mengetahui penyimpangan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar prosedur operasional dan norma yang berlaku pada saat
itu serta melakukan upaya untuk dapat melindungi kepentingan masyarakat.
Pasal 19
Setiap ATLM senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Pasal 20
Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuannya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 21
Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan
ketrampilan di bidang teknologi Laboratorium Medik maupun bidang lain yang
dapat menunjang pelayanan profesinya.
Pasal 21
Dalam melakukan pekerjaannya, setiap ATLM harus bersikap dan
berpenampilan sopan dan wajar serta selalu menjaga nilai-nilai kesopanan
Pasal 22
Setiap ATLM harus memelihara kesehatan dirinya supaya dapat bekerja dan
melayani dengan baik
SANKSI
Pasal 23
Sanksi profesi adalah hukuman yang memaksa ATLM untuk mentaati ketentuan
yang telah disepakati profesi.
JENIS SANKSI
Pasal 24
Sanksi Etik adalah sanksi Moral berupa ;
1. Sanksi ringan berupa peringatan tertulis
2. Sanksi berat berupa tugas menjalankan pelatihan/pendidikan tertentu sampai
pencabutan hak sebagai profesi atau direhabilitasi
A. Dasar Hukum
Undang-Undang Praktik Kedokteran
Undang-Undang Kesehatan
Undang-Undang Tenaga Kesehatan
2) E t i k a
Bagi para praktisi (dokter, pengacara, akuntan, dsb) etika berarti
pedoman dan aturan yang disepakati bersama tentang bagaimana
seharusnya mereka berperilaku dalam menjalankan profesi masing-
masing dengan baik dan benar.
3) Etika Medis
Adalah etika terapan dan etika normatif yang merupakan pedoman
dan rambu-rambu sistematis bagi perilaku etis seorang dokter/tenaga
kes lain secara khusus dalam hubungan profesional dan hubungan
kemanusiaan dengan pasien (hubungan dokter-pasien), agar ia tidak
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan moral, terkait dengan
hidup, kesehatan, dan kematian pasien.
5) D i s i p l i n
Secara umum arti disiplin dapat mengacu pada blacks law
dictionary yaitu aturan yang sistematis tentang perilaku.
Berdasarkan uu nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
pasal 55, disiplin diartikan sebagai kepatuhan kepada aturan/ketentuan
penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan Kedokteran oleh
dokter dan dokter gigi.
Tenaga Kes adalah setiap org yg mengabdikan diri dlm bidang kes
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yg utk jenis tertentu memerlukan kewenangan utk
melakukan upaya kes. (UU Tenaga Kes)
Dalam Hukum Perikatan hubungan dua Pihak terkandung 2 isi hub:
1. Inspanningsverbintennis
2. Resultaatsverbintennis
- syarat sahnya perjannjian
Tanggung Jawab
Etik
Displin
Hukum : Perdata, Pidana, dan Administrasi.
Hukum Perdata
Tanggung Gugat Dibagi 2 :
1. Tanggung Gugat Bedasarkan Adanya Kesalahan :
a) Schuld aansprakelijkheid adalah tanggung gugat berdasarkan adanya
kesalahan yang dilakukan.
Cth : Psl 1365 BW (Perbuatan Melawan Hukum)
b) Schuld aanprakelijkheid met omkering van de bewijslast adalah
tanggung gugat berdasarkan adanya kesalahan dengan pembalikan
beban pembuktian.
Cth : Psl 1367 ayat (2) BW (tidak hati-hati)
c) Risico aansprakelijkheid adalah tanggung gugat berdasarkan risiko
atau majikan bertanggung gugat terhadap bawahan (pelimpahan
kewenangan)
Cth : Psl 1367 ayat (3) dan 1369 BW
BAB X
Pasal 7
Tentang ketentuan pidana setiap orang dengan sengaja menggunakan
alat, metode, atau cara lain yang memberik pelayanan kepada masyarakay
yang menimbulkan kesan seolah - olah dokter di pidana dengan penjara lama
5 tahun atau denda paling banyak Rp. 150 juta.
TANGGUNG JAWAB PERDATA MENURUT UU NO 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN.
Pasal 5
1. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang tenaga
kesehatan dan ataupu penyelenggara kesehatan akibat kesalahan atau
kelainan dalam pelayanan kesehatan.
2. Tuntutan ganti rugi sebagai mana di maksud ayat 1 tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegah cacat dalam keadaan darurat.
MEMUTUSKAN
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Dalam peraturan Menteri ini di atur segala sesuatu yang
berkaitan dengan penyelenggara praktik Ahli Teknolog
Laboratorium Medik di bidang pelayanan kesehatan.
PERIZINAN
(Bagian Kesatu Kualifikasi Ahli Teknologi Laboratorium Medik)
Pasal 3
Kualifikasi Ahli Teknologi Laboratorium Medik di tentukan
berdasarkan pendidikan yang terdiri atas :
a. Diploma III sebagai Ahli Madya Teknologi Laboratorium
Medik.
b. Diploma IV sebagai sarjana Terapan Teknologi
Lboratorium Medik.
Pasal 5
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik warga negara asing
untuk dpat menyelenggarakan atau menjalankan
prakteknya harus memiliki STR-ATLM sementara.
2. STR-ATLM sementara sebagaimana di maksud pada
ayat (1) diperoleh melalui evaluasi kompetensi yang
meliputi penilaian kelengkapan administrasi dan
penilaian kemampuan untuk melakukan praktek sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Contoh STR-ATLM sementara sebagaimana
tercantum dalam formulir II terlampir yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.
SIP-ATLM
Pasal 6
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang
mnyelenggarakan atau menjalankan praktek di bidang
pelayanan kesehatan wajib memiliki SIP-ATLM.
2. SIP-ATLM sebagaimana di maksudkan pada ayat (1)
kepada Alhi Teknologi Laboratorium Medik yang telah
memiliki STR-ATLM.
3. SIP-ATLM sebagaimana di maksud pada ayat (1) yang
di keluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten / kota.
Pasal 7
Pasal 8
1. Untuk memperoleh SIP-ATLM sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7, Ahli Teknologi Laboratoeium Medik
harus mengajukan permohonan kepada pemerintah
daerah kabupaten/kota dengan melampirkan :
a. Foto kopi ijazah yang dilegalisir
b. Foto kopi STR-ATLM
c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki
surat izin praktek.
d. Surat keterangan bekerja dari fasilitas pelayanan
kesehatan yang bersangkutan.
e. Pas foto bewarna terbaru ukuran 4x6 cm berlatar
belakang merah
f. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan
kaupaten/kota atau penjabat yang di tunjuk dan
rekomendasi dari organisasi profesi.
2. Contoh surat permohonan memperoleh SIP-ATLM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terantum dalam
formulir III terlampir yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan menteri in
3. Contoh SIP-ATLM sebagaimana tercantum dalam
formulir IV terlampir yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan Menteri ini.
Pasal 9
1. Dalam keadan tertentu berdasarkan kebutuhan
pelayanan kesehatan dan jumlah Ahli Teknologi
Laboratorium Medik, pemerintah daerah kabupaten/kota
setempat dapat memberikan SIP-ATLM kepada Ahli
Teknologi Laboratorium Medik sebagai izin
menyelenggarakan atau menjalankan praktek di bidang
pelayanan kesehatan yang ketiga setelah mendapat
persetujuan gubernur.
2. Untuk mengajukan permohonan izin sebagaimana di
maksud pada ayat (1) Ahli Teknologi Laboratorium
Medik harus memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksudkan pada pasal 8.
Pasal 10
1. SIP-ATLM berlaku sepanjang STR-ATLM masih berlaku
dan dapat di perpanjang kembali selama memenuhi
persyaratan.
2. Perpanjang STR-ATLM harus memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
Pasal 11
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik warga negara asing
dapat mengajukan permohonan memperoleh STR-ATLM
setelah:
a. Memiliki STR-ATLM sementara
b. Memenuhi persyaratan sebagaimana di maksud
dalam pasal 8.
c. Memenuhi persyaratan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan,
2. Ahli Teknologi Laboratorium medic warga negara
Indonesia lulusan luar negri dapat mengajukan
permohinan memperoleh SIP-ATLM setelah memenuhi
persyaratan sebagaiman di maksud dalam pasal 8.
PENYELENGGARAAN PRAKTEK AHLI TEKNOLOGI
LABORATORIUM MEDIK
Pasal 12
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang memiliki
SIP-ATLM dapat menyelenggarakan atau
menjalankan praktek di bidang pelayanan kesehatan
di laboratorium pada fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana di
maksud pada ayat (1) meliputi laboratorium:
a. Patologi Klinik
b. Patologi anatomi
c. Mikrobiologi Klinik
d. Parasit Klinik
e. Biologi Molukuler
f. Riset Medik
g. Reproduksi Manusia
h. Sitogenetik
i. Forensik
j. Penguji narkotika dan psikotropika
k. Toksikologi
l. Imunologi
m. Virologi/ serologi
3. Selain laboratorium sebagai mana di maksud pada
ayat (2) Ahli Teknologi Laboratorium Medik dapat
menyelenggarakan atau menjalankan prakteknya di
laboratorium lain sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Pasal 13
Pasal 15
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik dapat
melaksanakan kewenangan selain sebagaimana di
maksud dalam pasal 14 apabila dalam penugasan
pimpinan Fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana di
maksud pada ayat 1 harus memperhatikan
kompetensi, kedaruratan dan kemungkinan untuk di
rujuk.
Pasal 16
1. Dalam melakukan prakteknya, Ahli Teknologi
Laboratorium Medik wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan.
2. Pencatatan dan pelaporan sebagaimana di maksud
pada ayat (1) wajid di simpan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.