Anda di halaman 1dari 71

TUGAS UTS

HUKUM & ETIKA PROFESI

DISUSUN OLEH

Kelompok 3

Analis 3A

Nama Nim

1. Winda Listyani 15.0083.727.03


2. Erlinda Fauzi 15.0023.667.03
3. Linda 15.0039.683.03
4. Siti Aulia Rahmianti 15.0067.711.03
5. Alfiatul Laila 15.0005.649.03

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2017
BAB I
ETIKA PROFESI

A. Pengertian Profesi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa
Inggris "Profess", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban
melakukan suatu tugas khusus secara tetap atau permanen".
Profesi juga sebagai pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang
khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada
bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik desainer, tenaga
pendidik.

Pengertian profesi menurut para ahli :


1) Peter Jarvis (1983: 21)
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang didasarkan pada studi
intelektual dan latihaan yang khusus, tujuannya ialah untuk menyediakan
pelayanan ketrampilan terhadap yang lain dengan bayaran maupun upah
tertentu.
2) Cogan (1983: 21)
Profesi merupakan suatu ketrampilan yang terdapat dalam
prakteknya didasarkan atas suatu struktur teoritis tertentu dari beberapa
bagian pelajaran ataupun ilmu pengetahuan
3) Dedi Supriyadi (1998: 95)
Profesi merupakan pekerjaan atau jabatan yang menuntut suatu
keahlian, tanggung jawab serta kesetiaan terhadap profesi.
4) SCHEIN,E.H(1962)
Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun
suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang
khusus di masyarakat
5) HUGHES,E.C(1963)
Profesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya
tentang apa yang diderita atau terjadi pada kliennya
6) DANIELBELL(1973)
Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan
yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan
memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang
bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat,
menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan
kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral
serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam
masyarakat.
7) PAULF.COMENISCH(1983)
Profesi adalah komunitas moral yang memiliki cita-cita dan nilai
bersama.
8) KBBI
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(ketrampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diartikan bahwa profesi
merupakan suatu pekerjaan, jabatan yang menuntut suatu keahlian, yang
didapat melalui pendidikan serta latiahan tertentu, menuntut persyaratan
khusus, memiliki tanggung jawab serta kode etik tertentu.

B. Lingkup Etika
Ruang lingkup etika sangat luas sehingga terbagi atau terpecah menjadi
beberapa bagian atau bidang atau bidang seperti :
Etika terhadap sesama
Etika keluarga
Etika Profesi
Etika Politik
Etika Lingkungan
Etika Ideologi

C. Pengertian Etika Profesi


Etika profesi berasal terdiri atas etika dan profesi. Istilah Etika berasal
dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata etika yaitu ethos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki
penilaian normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang
seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan etika muncul dari keinginan untuk
menghindari permasalahan permasalahan di dunia nyata. Kata etika dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988 mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
a) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
b) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
c) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.

Istilah etika menghubungkan penggunaan akal budi perseorangan


dengan tujuan untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku
seseorang terhadap orang lain. Dalam bahasa Indonesia perkataan etika
lazim juga disebut susila atau kesusilaan yang berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu dari kata su yang artinya indah dan kata indah yang artinya kelakuan.
Jadi kesusilaan mengandung arti kelakuaan yang baik yang berwujud kaidah,
norma (peraturan hidup kemasyaratan).
Sedangkan dalam bahasa agama Islam, istilah etika ini merupakan
bagian dari akhlak. Dikatakan merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak
bukanlah sekedar menyangkut perilaku manusia yang bersifat perbuatan yang
lahiriah saja, akan tetapi mencakup hal- hal yang lebih luas, yaitu meliputi
bidang akidah, ibadah, dan syariah.
Profesi sendiri berasal dari bahasa latin Proffesio yang mempunyai dua
pengertian yaitu janji atau ikrar dan pekerjaan, dalam arti sempit profesi
berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus
dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi
merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan
yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan
yang rumit dari manusia.
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup
dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi
adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral
dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi)
kehidupan manusia. Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau
disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu. Etika profesi
Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga
sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap
konsumen (klien atau objek).

D. Peranan Dan Prinsip Etika Profesi


1. Peranan etika profesi
Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau
segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan
kelompok yang paling kecil yaitu keluarga sampai satu bangsa. Dengan
nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok diharapakan akan mempunyai
tata nilai untuk mengtur kehidupan bersama. Salah satu golongan
masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan dalam
pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun
dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini
sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur
dan tertuang secara tidertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan
menjadi pegangan para anggotanya.
Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-
perilaku sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-
nilai pergaulan yang telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik
profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada masyarakat profesi
tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya
maia peradilan,demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik
super spesialis didaerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak
mungkin menjamahnya.

2. Prinsip etika profesi


a. Tanggung jawab
- Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
- Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
b. Keadilan
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.
c. Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di
beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.
d. Prinsip Kompetensi
Prinsip ini menuntut untuk melaksanakan pekerjaan sesuai jasa
profesionalnya, kompetensi dan ketekunan.
e. Prinsip Perilaku Profesional
Prinsip ini menuntut kita untuk berprilaku konsisten dengan
reputasi profesi
f. Prinsip kerahasiaan
Prinsip ini menuntut untuk menghormati kerahasiaan informasi.

E. Kode Etik Profesi Dan Standar Profesi


a) Kode Etik Profesi
Kode etik profesi adalah suatu sistem norma, nilai serta aturan
professsional tertulis yang dengan secara tegas menyatakan apa yang
benar serta baik, dan juga apa yang tidak benar serta tidak baik bagi
professional. Kode etik tersebut menyatakan perbuatan apa yang benar
atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan serta juga apa yang harus
dihindari.
Kode etik profesi dalam bidang apapun merupakan bagian dari etika
profesi. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih
umum yang telah dibahas dan dirumuskna dalam etika profesi. Kode etik
lebih memperjelas, memepertegas, dan merinci norma-norma ke bentuk
yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah
tersira dalam etika profesi. Tujuan utama dari kode etik adalah memberi
pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa mementingkan kepentingan
pribadi atau kelompok.
Tujuan kode etik
Supaya dapat professional memberikan jasa sebaik-baiknya
kepada pemakai atau juga kustomernya. Dengan adanya kode etik
tersebut akan dapat melindungi perbuatan yang tidak professional.
Fungsi kode etik
Menurut Biggs dan Blocher (1986:10) mengemukakan tiga fungsi
kode etik yaitu :
1) Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah
2) Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi
3) Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi
Sifat dan susunan kode etik
1) Harus rasional
2) Harus konsisten, tetapi tidak kaku
3) Harus bersifat universal
Kode etik profesi terdiri atas :
1) Aturan kesopanan
2) Aturan kelakuan, dan
3) Sikap antara para anggota profesi
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar kode etik dapat
berfungsi dengan baik, yaitu :
Kode etik harus dibuat oleh kelompok profesi itu sendiri dan bukan
didrop saja dari atas, dari instansi pemerintah atau instansi lainnya.
Kode etik harus menjadi hasil self regulation dari profesi. Rumusannya
harus muncul sebagai rangkaian nilai luhur, berisi perwujudan nilai-
nilai moral yang hakiki, yang ingin mereka hayati secara kongkrit dan
konsisten dalam menjalankan profesi mereka.
Pelaksanaan kode etik harus tetap diawasi terus menerus. Perlu
adanya semacam badan atau dewan penegak kode etik, yang
berperan melaksanakan pemantauan dan sekaligus menerapkan
sanksi-sanksi yang juga harus diatur didalamnya.

b) Standar profesi
Standar adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek
terhadap staf atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat diterima
sampai pada wewenang tertentu (schroeder, 1991).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu
sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna
menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan
pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama
pada pelayanan (Winsley, 1964).
Dalam melaksanakan kewajibannya para profesional harus mengacu
pada standar profesi menurut bidangnya masing-masing. Standar profesi
adalah pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi secara baik (Komalawati, 2002).

F. Etika Profesi Analis Kesehatan


Etika profesi Analis Kesehatan memiliki tiga dimensi utama, yaitu :
Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan
terlatih)
Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal)
Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya
dilakukan)

Kewajiban Terhadap Profesi


Menjunjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan, profesi,
menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
Meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur
operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik
profesi.
Menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan
kewajiban profesi.
Kewajiban Terhadap Pekerjaan
Bekerja dengan ikhlas dan rasa syukur
Amanah serta penuh integritas
Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab
Penuh semangat dan pengabdian
Kreatif dan tekun
Menjaga harga diri dan jujur
Melayani dengan penuh kerendahan hati

Kewajiban Terhadap Rekan


Memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma yang
berlaku
Menjunjung tinggi kesetiakawanan dalam melaksanakan profesi.
Membina hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati
dengan teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan
utama untuk menjamin pelayanan tetap berkualitas tinggi.

Kewajiban Terhadap Pasien


Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan
pelayanan kepada pasien / pemakai jasa secara profesional.
Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai
jasa, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak.
Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang
lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat

Kewajiban Terhadap Masyarakat


Memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan kemampuan
profesionalnya kepada masyarakat luas serta selalu mengutamakan
kepentingan masyarakat.
Dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus
mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta
norma-norma yang berkembang pada masyarakat.
Dapat menemukan penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya untuk
dapat melindungi kepentingan masyarakat.
BAB II
STANDAR KOMPETENSI
D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

A. Pengertian Ahli Teknologi Laboratorium Medik menurut PERMENKES


No.42 Tahun 2015
Teknologi Laboratorium Medik adalah setiap orang yang telah lulus
pendidikan Teknologi Laboratorium Medik atau analis kesehatan atau analis
medis dan memiliki kompetensi melakukan analisis terhadap cairan dan
jaringan tubuh manusia untuk menghasilkan informasi tentang kesehatan
perseorangan dan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

B. Tugas Pokok Analis Kesehatan


Analis Kesehatan bertugas melaksanakan pelayanan laboratorium
kesehatan meliputi bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi,
imunoserologi, patologi anatomi (histology, histopatologi, imunopatologi,
histokimia), toksikologi, kimia lingkungan, biologi dan fisika. Di dalam
pelayanan laboratorium, Analis Kesehatan melakukan pengujian/analisis
terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari
manusia yang tujuannya adalah menentukan jenis penyakit, penyebab
penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang berpengaruh pada kesehatan
perorangan atau masyarakat.

C. Ahli Madya Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan


atau menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan di
Laboratorium padaFasilitas Pelayanan Kesehatan mempunyai
kewenangan
a) mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan di laboratorium;
b) melakukan pengambilan dan penanganan spesimen darah serta
penanganan cairan dan jaringan tubuh lainnya;
c) mempersiapkan, memilih serta menguji kualitas bahan/reagensia;
d) mempersiapkan, memilih, menggunakan, memelihara, mengkalibrasi,
serta menangani secara sederhana alat laboratorium;
e) memilih dan menggunakan metoda pemeriksaan;
f) melakukan pemeriksaan dalam bidang hematologi, kimia klinik, imunologi,
imunohematologi, mikrobiologi, parasitologi, mikologi, virologi, toksikologi,
histoteknologi, sitoteknologi;
g) mengerjakan prosedur dalam pemantapan mutu;
h) membuat laporan hasil pemeriksaan laboratorium;
i) melakukan verifikasi terhadap proses pemeriksaan laboratorium;
j) menilai normal tidaknya hasil pemeriksaan untuk dikonsultasikan kepada
yang berwenang;
k) melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium; dan
l) memberikan informasi hasil pemeriksaan laboratorium secara analitis.
D. Fungsi Analis Kesehatan
1. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses spesimen
2. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen dan spesimen
3. Mengoperasikan dan memelihara peralatan atau instrument laboratorium
4. Mengevaluasi data laboratorium
5. Mengevaluasi teknik, instrument, dan prosedur baru laboratorium secara
efektif dan efisien
6. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
laboratorium
7. Membimbing dan memelihara tenaga kesehatan lain dalam bidang teknik
kelaboratoriuman
8. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium

E. Standar Kompetensi
1. Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tugas pokok dan
fungsi di laboratorium kesehatan
2. Mampu merencanakan atau merancang proses yang berkaitan dengan
tugas pokok dan fungsinya di laboratorium kesehatan sesuai jenjangnya
3. Memiliki keterampilan untuk melaksanakan proses teknis operasional
pelayanan laboratorium, yaitu :
Keterampilan pengambilan dan penanganan spesimen
Keterampilan melaksanakan prosedur laboratorium, metode pengujian
dan pemakaian alat dengan benar
Keterampilan melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi
dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan
Keterampilan melaksanakan uji kualitas media dan reagensia
4. Mampu memberikan penilaian analisis terhadap hasil uji laboratorium
5. Memiliki pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu
dan prosedur laboratorium
6. Memiliki kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
uji laboratorium.

F. Peran Analis Kesehatan


1) Pelaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan
2) Penyelia teknis operasional laboratorium kesehatan
3) Peneliti dalam bidang laboratorium kesehatan
4) Penyuluh dalam bidang laboratorium kesehatan (Promotion Health
Laboratory)
5) Analis Kesehatan Sebagai Profesi
Memberikan pelayanan kepada masyarakat bersifat khusus atau
spesialis.
Melalui jenjang pendidikan tinggi.
Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.
Mempunyai kewenangan yang sah, peran dan fungsi jelas.
Mempunyai kompetensi jelas dan terukur.
Memiliki organisasi profesi, kode etik, standar pelayanan, standar
praktek, standar pendidikan.
6) Standar Profesi Analis Kesehatan
Profesionalisme : tuntutan profesi sebagai jawaban memenangkan
kompetisi GLOBAL
7) Standar mutu : berlaku bagi semua Analis Kesehatan di Indonesia
8) Melindungi pasien/klien & masyarakat dari pelayanan yg tidak
professional
9) Melindungi Analis Kesehatan dari tuntutan klien
10) Penapisan Ahli Laboratorium asing

G. Kewajiban Analis Kesehatan


1) Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses specimen
2) Melaksanakan uji analitik terhadap reagen maupun terhadap spesimen,
yang berkisar dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks.
3) Mengoperasikan dan memelihara peralatan laboratorium dari yang
sederhana sampai dengan yang canggih.
4) Mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur
pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan masalah yang
berkaitan dengan data hasil uji.
5) Mengevaluasi teknik, instrumen dan prosedur baru untuk menentukan
manfaat kepraktisannya.
6) Membantu klinisi dalam pemanfaatan yang benar dari data laboratorium
untuk memastikan seleksi yang efektif dan efisien terhadap uji
laboratorium dalam menginterpretasi hasil uji.
7) Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
laboratorium.
8) Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang Teknik
kelaboratoriuman.
9) Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium
kesehatan.

H. Kemampuan yang Harus Dimiliki Analis Kesehatan


1) Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fungsinya di laboratorium
kesehatan.
2) Keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan spesimen, termasuk
penyiapan pasien (bila diperlukan), labeling, penanganan, pengawetan,
atau fiksasi, pemrosesan, penyimpanan dan pengiriman spesimen.
3) Keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium.
4) Keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian dan pemakaian
alat dengan benar.
5) Keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat,
kalibrasi dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang
dilakukan.
6) Keterampilan dalam pembuatan uji kualitas media dan reagen untuk
pemeriksaan laboratorium.
7) Pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan
prosedur laboratorium.
8) Kewaspadaan terhadap faktor yang mempengaruhi hasil uji.
9) Keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui
evaluasi mutu spesimen, sebelum melaporkan hasil uji.
10) Keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.
11) Kemampuan merencanakan kegiatan laboratorium sesuai dengan
jenjangnya.
I. Standar Kompetensi Analis Kesehatan
1) Ilmu pengetahuan yang melatarbelakangi dan berkaitan dengan
fungsinya di laboratorium kesehatan
2) Kemampuan untuk merancang proses teknik operasional
Dapat merancang alur kerja pengujian/pemeriksaan mulai tahap pra
analitik, analitik, sampai dengan paska analitik
Membuat SOP, Manual Mutu, indikator kinerja dan proses analisis
yang akan digunakan.
3) Kemampuan melaksanakan proses teknik operasional.
Melakukan pengambilan spesimen :pengetahuan persiapan pasien
Penilaian terhadap spesimen (memenuhi syarat atau tidak).
Pelabelan, pengawetan, fiksasi, pemrosesan, penyimpanan,
pengiriman
Dapat melakukan pemilihan alat, alat bantu, metode, reagent untuk
pemeriksaan atau analisa tertentu.
Dapat mengerjakan prosedur laboratorium
Dapat memahami cara kerja dan menggunakan peralatan dalam
proses teknis operasional
Mengetahui cara-cara kalibrasi dan cara menguji kelaikan alat
Dapat memelihara alat dan menjaga kinerja alat tetap baik
4) Kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses teknik
operasioanl.
Mampu menilai layak dan tidak hasil pemeriksaan, pemantapan mutu
yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan proses
selanjutnya
Mampu menilai proses pemeriksaan atau rangkaian pemeriksaan.
Diterima tidaknya suatu hasil atau rangkaian hasil pemeriksaan
5) Kemampuan komunikasi dengan pelanggan atau pemakai jasa, seperti
pasien, klinisi, mitra kerja, dll.
6) Mampu mendeteksi secara dini :
munculnya penyimpangan dalam proses operasional
terjadinya kerusakan media, reagent alat yang digunakan atau
lingkungan pemeriksaan
mampu menilai validitas (kesahihan) suatu hasil pemeriksaan atau
rangkaian hasil pemeriksaan
7) Kemampuan untuk melakukan koreksi atau penyesaian terhadap
masalah teknis operasional yang muncul.
8) Kemampuan menjaga keselamatan kerja dan lingkungan kerja
9) Kemampuan administrasi
J. Kompetensi Analis Kesehatan
1) Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tugas pokok dan
fungsinya di laboratorium Kesehatan.
2) Mampu merencanakan/merancang proses yang berkaitan dengan tugas
pokok dan fungsinya di laboratorium kesehatan sesuai jenjangnya.
3) Memiliki keterampilan untuk melaksanakan proses teknis operasional
pelayanan laboratorium, yaitu:
4) Keterampilan pengambilan specimen, termasuk penyiapan pasien (bila
diperlukan), labeling, penanganan, pengawetan,fiksasi, pemrosesan,
penyimpanan dan pengiriman specimen.
5) Keterampilan melaksanakan prosedur laboratorium, metode pengujian
dan pemakaian alat dengan benar.
6) Keterampilan melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi dan
penanganan masalah yang erkaitan dengan uji yang dilakukan.
7) Keterampilan melaksanakan uji kualitas media dan reagen untuk
pengujian specimen.
8) Mampu memberikan penilaian analitis terhadap hasil uji laboratorium.
9) Memiliki pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu
dan prosedur laboratorium.
10) Memiliki kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
uji laboratorium.
BAB III
STANDAR PROFESI
PRANATA LABORATORIUM KESEHATAN INDONESIA

A. Standar profesi
Standar adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap
staf atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat diterima sampai pada
wewenang tertentu (schroeder, 1991).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai
dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak
tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama,
serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan (Winsley, 1964).
Dalam melaksanakan kewajibannya para profesional harus mengacu
pada standar profesi menurut bidangnya masing-masing. Standar profesi
adalah pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi secara baik (Komalawati, 2002:17)
Menurut KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NO 377/MENKES/SK/III/2007, Standar profesi ini disusun sebagai pedoman
bagi tenaga profesi manaajemen informasi kesehatan dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan di
Indonesia.
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia adalah
suatu standar bagi profesi ahli teknologi laboratorium kesehatan di Indonesia
dalam menjalankan tugas profesinya untuk berperan secara aktif terarah dan
terpadu bagi pembangunan nasional Indonesia.
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
mencakup standar kompetensi kerja yang harus dimiliki dan kode etik yang
harus dilaksanakan oleh ahli teknologi laboratorium kesehatan Indonesia
dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai tenaga kesehatan.
Kualifikasi pendidikan untuk Profesi Ahli Teknologi Laboratorium
Kesehatan Indonesia adalah lulusan Sekolah Menengah Analis Kesehatan
(SMAK) atau Akademi Analis Kesehatan (AAK) atau Akademi Analis Medis
(AAM), atau Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan (PAM-AK) atau lulusan
Pendidikan Tinggi yang berkaitan langsung dengan laboratorium kesehatan.
Standar profesi adalah niat atau iktikad baik dokter yang didasari etika
profesinya, bertolak dan suatu tolak ukur yang disepakati bersama oleh
kalangan pendukung profesi. Wewenang untuk menentukan hal-hal yang
dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan dalam suatu kegiatan profesi
merupakan tanggung jawab profesi itu sendiri.
Teknologi laboratorium Kesehatan adalah disiplin ilmu kesehatan yang
memberikan perhatian terhadap semua aspek laboratorik dan analisis
terhadap cairan dan jaringan tubuh serta ilmu kesehatan lingkungan
Pranata Laboratorium Kesehatan adalah tenaga kesehatan dan ilmuwan
berketrampilan tinggi yang melaksanakan dan mengevaluasi prosedur
laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber daya.
Supriadi (2001: 52) mengemukakan pendapat Prof. Mr. W.B. Van der Mijn
sebagai berikut:
Dalam melaksanakan profesinya, seorang tenaga kesehatan harus
berpegang pada tiga ukuran umum meliputi:
a) Kewenangan
Yang dimaksud dengan kewenangan ialah kewenangan hukum
(rechtsbevoegheid) yang dipunyai oleh seorang tenaga kesehatan untuk
melaksanakan pekerjaannya. Atas dasar kewenangan inilah, seorang
tenaga kesehatan berhak melakukan pengobatan sesuai dengan
bidangnya.
b) Kemampuan Rata-rata
Dalam menentukan kemampuan rata-rata seorang tenaga kesehatan,
banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Selain dan faktor pengalaman
tenaga kesehatan yang bersangkutan fasilitas, sarana prasarana di
daerah tempat tenaga kesehatan (dokter) tersebut bekerja juga ikut
mempengaruhi sikap dokter dalam melakukan pekerjaannya. Sehingga
sangat sulit untuk. menentukan standar kemampuan rata-rata ini.
c) Ketelitian yang Umum
Untuk menentukan ketelitian umum, harus berdasarkan ketelitian
yang dilakukan oleh dokter dalam melaksanakan pekerjaan dan situasi
yang sama. Tolak ukur untuk menentukan ketelitian mi sangat sulit,
karena setiap bidang keahlian mempunyai aturan main sendiri-sendiri
yang seharusnya bisa dituangkan di dalam Standar Umum. Sebagai
contoh misalnya, standar untuk pelayanan anestesiologi dapat
berpedoman kepada Keputusan Direktorat Jenderal pelayanan Medik
Depkes RI Nomor HK. 00.06.3.3.320 tentang Standar Umum Pelayanan
Anestesiologi dan Reanimasi di Rum Sakit. Standar mi hanya berlaku
untuk pelayanan anestesiologi dan reanimasi, sedangkan untuk
pelayanan di luar anestesiologi tentunya tidak dapat mengacu kepada
peraturan tersebut.

Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus


melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi
guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian
dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat
dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup
yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan
hidupnya; serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh
kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

Ciri-ciri Profesi :
Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki
sebuah profesi;
Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan;
Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada
masyarakat.
Adanya proses lisensi atau sertifikat;
Adanya organisasi;
Otonomi dalam pekerjaannya.
B. Definisi Analis Kesehatan
Analis Kesehatan adalah profesi yang bekerja pada sarana kesehatan
yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit,
kondisi kesehatan atau faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada
kesehatan perorangan dan masyarakat.
Sedangkan menurut KEPMENKES RI NOMOR 370/MENKES/SK/III/200,
Analis Kesehatan atau disebut juga Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan
adalah tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang
melaksanakan dan mengevaluasi prosedur laboratorium dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya.
Menurut Kerlinger analisa adalah suatu usaha yang dilakukan secara
sengaja untuk mengetahui sesuatu. Dalam linguistik, analisa atau analisis
adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti
struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan
laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang
dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam
cuplikan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Jadi Analis kesehatan adalah petugas yang bekerja di laboratorium untuk
melakukan pemeriksaan lab sebagai penunjang diagnosa dokter demi
membantu seseorang mencapai keadaan jasmani, dan jiwa yang sejahtera.
Analis kesehatan atau pranata laboratorium adalah bagian dari profesi di
bidang kesehatan. Seorang analis harus memiliki ketrampilan dan tanggung
jawab yang tinggi dalam pemeriksaan sampel. Hal ini berhubungan dengan
adanya risiko yang fatal jika terjadi kesalahan.
Banyak yang tidak mengetahui analis kesehatan memiliki banyak sekali
peluang pekerjaan. Seorang lulusan analis bisa bekerja pada laboratorium
rumah sakit tentunya bertugas membantu diagnosa seorang dokter. Selain
rumah sakit analis kesehatan bisa ditempatkan di Prodia, PMI, dan segala
tempat yang berhubungan dengan analisis dan laboratorium.

C. Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya
kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian
yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima
panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan
pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah
gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).
D. Harapan Profesionalisme Analis Kesehatan
Tangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi kemampuan hasil
pengujian, dapat menunjukkan konsep derajat kesehatan pada diri
sendiri
Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan
Responsiveness (daya tanggap), yaitu tanggap dalam memberikan
pelayanan yang baik terhadap pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi
lain)
Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat dapat
dipercaya yang dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari risiko bahaya
atau keragu-raguan
Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pemakai jasa (pasien,
klinisi, dan profesi lain)

E. Langkah Menuju Profesional


Self comitment (teguh pada tujuan yang ingin dicapai dan berprinsip
namun tidak kaku)
Self management (manajemen prioritas dan manajemen waktu)
Self awareness (pengelolaan kelemahan dan kelebihan diri)

F. Analis Kesehatan Sebagai Profesi


Memberikan pelayanan kepada masyarakat bersifat khusus atau
spesialis.
Melalui jenjang pendidikan tinggi.
Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.
Mempunyai kewenangan yang sah, peran dan fungsi jelas.
Mempunyai kompetensi jelas dan terukur.
Memiliki organisasi profesi, kode etik, standar pelayanan, standar
praktek, standar pendidikan.

G. Standar Profesi Analis Kesehatan


Profesionalisme : tuntutan profesi sebagai jawaban memenangkan
kompetisi GLOBAL
Standar mutu : berlaku bagi semua Analis Kesehatan di Indonesia
Melindungi pasien/klien & masyarakat dari pelayanan yg tidak
profesional
Melindungi Analis Kesehatan dari tuntutan klien
Penapisan Ahli Laboratorium asing
H. Organisasi Profesi Yang Menaungi Analis Kesehatan di Indonesia
Organisasi yang menaungi alumni Analis Kesehatan atau para Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah PATELKI (Persatuan Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia). Sedangkan organisasi
yang menjadi wadah dan menjembatani pemikiran-pemikiran mahasiswa
Analis Kesehatan adalah IMATELKI (Ikatan Mahasiswa Teknologi
Laboratorium Kesehatan Indonesia).

I. Sikap dan Kepribadian yang Harus dimiliki Pranata Laboratorium


a) Teliti dan cekatan
b) Jujur dan dapat dipercaya
c) Rasa tanggung jawab yang tinggi
d) Mampu berkomunikasi dengan efektif
e) Disiplin
f) Berjiwa melayani
BAB IV
KOMUNIKASI INTERPERSONAL

A. Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting, tidak
hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara
umum. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan saat
berinteraksi dengan sesama. Komunikasi atau communicaton berasal dari
bahasa Latin communis yang berarti 'sama'. Communico, communicatio atau
communicare yang berarti membuat sama (make to common). Komunikasi
dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang
yang menerima pesan, sehingga komunikasi bergantung pada kemampuan
untuk memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our
ability to understand one another).
Pengertian komunikasi pada umumnya adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak
lain. Komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu, dan cara seperti ini
disebut komunikasi nonverbal.
Adapun definisi atau pengertian komunikasi dari beberapa ahli, antara
lain:
1. Carl I.Hovland
Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang
menyampaikan rangsa ngan (biasanya dengan menggunakan lambang
verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
2. Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber
kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka.
3. Theodore M. Newcomb
Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan
diskriminatif dari sumber kepada penerima.
4. Hani Handoko
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk
gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain, melibatkan lebih
dari sekedar kata-kata dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah,
intonasi, titik putus tidak hanya memerlukan transmisi data, tetapi bahwa
tergantung pada ketrampilan tertentu untuk membuat sukses pertukaran
informasi.

Menurut Joseph A. De Vito tipe komunikasi terdiri atas empat macam yaitu:
1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication) merupakan
proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu atau proses
berkomunikasi dengan diri sendiri.
2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) merupakan
proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara
tatap muka.
3. Komunikasi Publik (Public Communication) merupakan proses
komunikasi di mana pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi
tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.
4. Komunikasi Massa (Mass Communication) merupakan proses
komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber
yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat
yang bersifat mekanis separti radio, televisi, surat kabar dan film.

B. Komunikasi Interpersonal
Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang
paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Komunikasi
interpersonal (interpersonal communication) merupakan komunikasi yang
berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih. Menurut
Effendi, hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar
komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif
dalam mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya
yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator
mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga.
Komponen komunikasi merupakan berbagai hal yang harus ada agar
komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Harold Laswell
komponen komunikasi adalah:
1. Pengirim atau komunikator (source) adalah pihak yang mengirimkan
pesan kepada pihak lain.
2. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh
satu pihak kepada pihak lain.
3. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada
komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat
berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
4. Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan
dari pihak lain.
5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi
pesan yang disampaikannya.
6. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana
komunikasi itu akan dijalankan "Protokol"

Komponen dalam proses komunikasi, merupakan unsur yang berkaitan


antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap komponen mempunyai peran
dan fungsi masing-masing, sesuai maksud dan tujuan komunikasi dilakukan.
Sebagai pelaku dalam proses komunikasi, komunikator memegang
peranan penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Agar
tercapai komunikasi yang efektif, seorang komunikator selain dituntut untuk
mengenal dirinya terlebih dahulu, maka ia juga harus memiliki kepercayaan
(credibility), daya tarik (attractiveness) dan kekuatan (power), dan homophily,
yakni ada kesamaan yang dimiliki seorang komunikator dengan khalayaknya,
misal: dalam hal bahasa, pendidikan, agama, usia dan jenis kelamin.
Dalam berkomunikasi juga terdapat tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk
menciptakan kesesuaian, kesamaan, dan pemahaman yang sama tentang
informasi, ide, pemikiran dan sikap terhadap orang, pihak atau kelompok
tertentu. Agar tercapai semuanya maka harus menempatkan setiap manusia
dalam posisi sentral, menghormati dan menghargainya secara proposional.
C. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal dapat juga disebut sebagai komunikasi diadik
(dyadic). Menurut Redding (dalam Muhammad:2004) komunikasi
interpersonal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Interaksi intim, termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota
famili, dan orang yang mempunyai ikatan emosional kuat.
b. Percakapan sosial, interaksi untuk menyenangkan seseorang secara
sederhana.
c. Interogasi atau pemeriksaan, adalah interaksi antara seseorang yang
ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari
yang lain.
d. Wawancara, salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua
orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Menurut
Deddy Mulyana (2005),

D. Ciri Ciri Komunikasi Interpersonal


Ciri-ciri komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut
1. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat
2. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan
spontan, baik secara verbal maupun nonverbal. Kenyataan komunikasi
interpersonal ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan
sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti
surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.

E. Tujuan Komunikasi Interpersonal


Menurut Muhammad (2004), komunikasi interpersonal mempunyai
beberapa tujuan, yakni:
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan
personal atau pribadi. Bila terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan
orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan untuk berbicara
tentang apa yang di sukai, atau mengenai diri kita. Dengan
membicarakan diri dengan orang lain, bisa memberikan umpan balik pada
perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
b. Menemukan Dunia Luar
Dengan komunikasi interpersonal dapat memahami lebih banyak
tentang diri sendiri dan orang lain. Banyak informasi yang diketahui
datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi
yang datang dari media massa seringkali didiskusikan dan akhirnya
dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.
c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak waktu digunakan
dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan
menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu digunakan mengubah sikap dan tingkah laku dengan
pertemuan interpersonal. Kita menginginkan mereka memilih cara
tertentu, misalnya mencoba diet baru, membeli barang tertentu, melihat
film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya
bahwa sesuatu itu benar atau salah.
e. Untuk Bermain dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang tujuan utama mencari
kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas waktu akhir
pekan, diskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita lucu merupakan
pembicaraan untuk menghabiskan waktu.
f. Untuk Membantu
Ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional untuk mengarahkan
kliennya. Kita semua berfungsi membantu orang lain dalam interaksi
interpersonal sehari-hari. Berkonsultasi dengan teman yang putus cinta,
dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain
sebagainya.

Menurut Devito (1997) komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika


memiliki :
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu tiga aspek komunikasi interpersonal,
yakni:
Pertama, komunikator yang efektif harus terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka
diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut.
Kedua. kesediaan komunikator bereaksi secara jujur terhadap stimulus
yang datang. Orang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap merupakan
peserta percakapan yang menjemukan. Diharapkan bereaksi secara
terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Tidak ada yang lebih buruk
daripada ketidak acuhan, bahkan ketidak sependapatan jauh lebih
menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi
secara spontan terhadap orang lain.
Ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran yakni
mengakui perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik
anda dan bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan
tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya
(kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) empati adalah kemampuan seseorang untuk
mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu,
dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.
Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagian orang lain atau merasa
ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti
orang yang mengalaminya. Orang empatik mampu memahami motivasi
dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan
dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Secara nonverbal, dapat
mengkomunikasikan empati dengan:
a. keterlibatan aktif melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai
b. konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh
perhatian, dan kedekatan fisik.
c. sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi terbuka dan
empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung.
Diperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap:
a. deskriptif, bukan evaluative.
b. spontan, bukan strategic.
c. provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal ada
dua cara:
a. menyatakan sikap positif,
b. secara positif mendorong teman berinteraksi.
Sikap positif mengacu sedikitnya dua aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang
memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif
untuk komunikasi sangat penting untuk interaksi efektif. Tidak ada yang
lebih menyenangkan berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati
interaksi, atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau
suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Disetiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih
atletis dari yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar
setara dalam segala hal. Komunikasi interpersonal lebih efektif bila
suasananya setara. Harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa
kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan para pihak
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan tidak
mengharuskan menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku
verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti menerima pihak lain,
atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk
memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain.
Pada akhirnya semua orang menginginkan dua hal dalam hidup ini
,yaitu; sukses dan bahagia. Faktor umum dari kesuksesan ternyata ada
pada orang lain. Keberhasilan kita membina hubungan dengan orang lain,
berarti sudah menempuh 85% dari perjalanan menuju sukses dalam
profesi apapun, dan 95% dari perjalanan menuju kebahagiaan pribadi.
Membina hubungan dengan orang lain bukan sekedar memiliki pergaulan,
tetapi membina hubungan dengan orang lain memberi kepuasan pribadi
dan tidak menyakiti ego orang lain. Ego mereka dan ego kita tetap utuh.
Penyebab 90% orang gagal dalam kehidupan adalah kegagalan dalam
membina hubungan baik dengan orang lain. Mereka bukanlah orang-
orang yang bodoh, namun congkak dan merasa serba unggul atau
sebaliknya merasa minder dan serba kekurangan Kita tidak akan
kehilangan apa-apa manakala kita melepaskan sesuatu milik kita untuk
membuat orang lain merasa penting.Pada profesi kesehatan, hal ini
sangat penting, terlebih penanganan pasien-pasien narkoba atau pasien-
pasien dengan gangguan emosi. Membuat orang merasa penting harus
dilakukan dengan tulus.
a. Berpikirlah bahwa orang lain itu penting; bila kita sudah berpikir bahwa
orang lain itu penting, maka senyum kita dan bahasa non verbal kita akan
terpancar dengan tulus dan hangat.
b. Tersenyumlah dengan tulus; senyum itu sederhana, tapi efeknya dasyat.
Memberri sedikit dengan senyum jauh lebih membahagiakan, daripada
memberi banyak dengan muka masam. Berkata tidak dengan halus, lebih
enak didengar, daripada berkata kasar.
c. Kebaikan dan kesopanan; akan memancarkan kharisma pribadi yang
mempesona.
d. Mengakui orang lain; pengakuan atas saran-sarannya mengatasi
keluhan, meminta pendapat, ucapan terima kasih, membiarkan orang lain
mengeluarkan lebih banyak pendapatnya, mendengar dengan empati
Topik pembicaraan mengenai mereka, menyebut nama, sambutlah orang
yang menunggu untuk bertemu kita, perhatikan setiap orang didalam
sebuah kelompok, pujilah mereka, meskipun ada hal-hal yang tidak
sependapat dengan kita carilah hal-hal dimana kita bisa sependapat.
Berbicara banyak tentang diri sendiri hanya bila kita diundang dan
diminta.
e. Mendengarkan orang; menjadi pendengar yang baik itu jauh lebih baik
sulit daripada berbicara. Mendengar merupakan bagian penting dari
komunikasi. Michael P. Nicholas dalam bukunya The lost Art of Listening,
1997 mengatakan : masalah besar dalam kehidupan adalah berbicara
tanpa mendengar, dan mendengar tanpa memahami.. Mendengar adalah
terlibat dalam situasi orang lain secara aktif dan imajinatif dengan cara
berusaha melihat dunia sebagaimana dilihat orang tersebut, mendengar
dengan empati/ secara aktif. Pada mendengar dengan reflektif,
komunikator dengan empati mendengar dan mengulangi beberapa
kalimat penting yang diucapkan pasien, kadang-kadang menebak kondisi
pasien dan bila keliru segera minta maaf dan meminta pasien mengulangi
pembicaraannnya. Bila ini dilakukan dengan baik, maka pasien akan
bercerita lebih banyak lagi dan bersedia membuka hal-hal yang
dirahasiakannya sehingga dokter dengan mudah memasuki tahap
motivational interviewing.
BAB V
ETIKA KOMUNIKASI

A. Definisi Etika & Etiket


Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat kebiasaan, di mana etika berhubungan erat dengan
konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi
terhadap sesuatu yang telah dilakukan. Etika mempunyai pengertian yang
cukup dekat dengan moral. Moral dari bahasa latin mos jamaknya mores
berarti kebiasaan, adat. Dalam kamus bahasa Indonesia pertama kali tahun
1988 kata mores dipakai dalam arti yang sama yakni adat kebiasaan. Jadi
kata moral dan etika keduanya berasal dari kata yang berarti adat
kebiasaan. Arti kata etika berbeda sekali dengan etiket. Etika di sini berarti
moral sedang etiket berarti sopan-santun.
Definisi Etiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan
lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab
dalam pergaulan. (cenderung ke sikap / caranya suatu perbuatan) Etiket
menyangkut cara/sikap suatu perbuatan yang harus dilakukan manusia
sebagai nilai umum yang diakui dan diterima. Misal : jika kita menyerahkan
sesuatu kepada Guru/Dosen atau orang yang kita hormati, kita harus
menyerahkannya dengan tangan kanan. Jika kita mau buang air kecil maka
harus pergi ke ke wc/toilet, bukannya di tembok kelas atau di pohon. Jika
kita tidak melakukan hal itu atau bertentangan maka kita bisa dikatakan
melanggar etiket.
Sedangkan pada etika memberikan norma dari suatu perbuatan yang
dilakukan oleh manusia. Jadi, etika menyangkut masalah apakah suatu
perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Misalnya : mengambil barang milik
orang lain tanpa ijin tidak diperbolehkan, jangan mencuri adalah
merupakan suatu norma etika.
Definisi Etika & Etiket Persamaan antara keduanya : 1. Etika dan Etiket
menyangkut perilaku manusia. 2. Baik etika maupun etiket mengatur
kehidupan manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku
manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan. Beberapa perbedaan mendasar, yaitu : 1. Etiket
menyangkut suatu cara/sikap perbuatan dilakukan oleh manusia, sedangkan
etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan. 2. Etika
memberi norma pada perbuatan itu sendiri. Norma etis tidak terbatas pada
cara perbuatan dilakukan, melainkan menyangkut perbuatan itu sendiri. 3.
Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika tidak tergantung
pada hadir tidaknya orang lain.

B. Etika dan Etiket yang baik dalam komunikasi


Beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam
kehidupan sehari-hari : Jujur tidak berbohong, bersikap dewasa tidak
kekanak-kanakan, lapang dada dalam berkomunikasi, menggunakan
panggilan / sebutan orang yang baik, menggunakan pesan bahasa yang
efektif dan efisien, tidak mudah emosi / emosional, berinisiatif sebagai
pembuka dialog, berbahasa yang baik, ramah dan sopan, menggunakan
pakaian yang pantas sesuai keadaan, bertingkah laku yang baik.
C. Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting, tidak
hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara
umum. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan saat
berinteraksi dengan sesama. Komunikasi atau communicaton berasal dari
bahasa Latin communis yang berarti 'sama'. Communico, communicatio atau
communicare yang berarti membuat sama (make to common). Komunikasi
dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang
yang menerima pesan, sehingga komunikasi bergantung pada kemampuan
untuk memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our
ability to understand one another).
Pengertian komunikasi pada umumnya adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak
lain. Komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu, dan cara seperti ini
disebut komunikasi nonverbal.

D. Karakteristik Komunikasi
a. Komunikasi Efektif (Verbal)
Komunikasi verbal adalah proses komunikasi di mana pesan
disampaikan menggunakan kata-kata melalui mulut. Komunikasi verbal
mencakup aspekaspek berupa:
1. Perbendaharaan kata-kata (Vocabulary)
Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-
kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam
berkomunikasi.
2. Kecepatan berbicara (Speaking rate)
Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara
dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
3. Intonasi suara (Intonation)
Suara akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga
pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara
yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proporsional merupakan
hambatan dalam berkomunikasi.
4. Humor (Humour)
Humor dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989)
mengambil kesimpulan bahwa dengan tertawa dapat membantu
menghilangkan stres dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik
dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu -
satunya selingan dalam berkomunikasi.
5. Singkat dan jelas (Concise and Clear)
Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas,
langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah
dimengerti.
6. Waktu yang tepat (Timing)
Waktu yang tepat untuk berbicara adalah hal kritis yang perlu
diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang
bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk
mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.

Bahasa merupakan simbol verbal dan pencapaian manusia yang


paling impresif. Melalui bahasa dan kata-kata yang diucapkan, kita dapat
mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud
mereka, menyampaikan fakta, data, informasi serta menjelaskannya,
saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.

b. Komunikasi Efektif (Non-Verbal/bahasa tubuh)


Komunikasi non-verbal adalah proses komunikasi di mana pesan
disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non-
verbal ialah:
1) Komunikasi objek Komunikasi objek yang paling umum adalah
penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang
digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu stereotip.
Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara
berpakaiannya menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan
seseorang yang berpakaian cenderung lebih murah mendapatkan
pekerjaan daripada yang tidak. Contoh lain dari penggunaan
komunikasi objek adalah seragam.
2) Sentuhan (Haptic) Sentuhan adalah komunikasi yang paling sering
dilakukan oleh manusia. Sentuhan dapat termasuk bersalaman,
menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-
elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini
menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang
penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada
sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif.
3) Kronemik Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan
waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam
komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu
aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam
jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).
4) Gerakan tubuh Dalam komunikasi nonverbal, kinetik atau gerakan
tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh.
Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata
atau frasa, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk
mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan,
misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk
mengatur atau mengendalikan jalannya percakapan; atau untuk
melepaskan ketegangan.
5) Proxemik Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda
gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga
tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak menentukan
seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan
orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau
tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga
menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat dibedakan
menjadi 4 ruang interpersonal yaitu jarak intim, jarak personal, jarak
sosial dan jarak publik.
6) Vokalik (Paralanguage) Vokalik atau paralanguage adalah unsur
nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara.ilmu yang
mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah nada
bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara,
kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan suara-
suara pengisi seperti mm, e, o, um, saat berbicara juga
tergolong unsur vokalik, da dalam komunikasi yang baik hal-hal
seperti ini harus dihindari.
7) Lingkungan Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan tertentu. Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak,
temperatur, penerangan dan warna.Dalam komunikasi sehari-hari,
35% berupa komunikasi verbal dan 65% berupa komunikasi non-
verbal.

E. Teknik Komunikasi yang Baik


Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan
lingkungan, gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara,
menatap mata lawan bicara dengan lembut, memberikan ekspresi wajah
yang ramah dan murah senyum, gunakan gerakan tubuh / gesture yang
sopan dan wajar, bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan
bicara, memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai kondisi, tidak
mudah terpancing emosi lawan bicara, menerima segala perbedaan
pendapat atau perselisihan yang terjadi, mampu menempatkan diri dan
menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara,
menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang
baik, menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang
berlaku seperti berjabat tangan, merunduk, hormat.

F. Etika & Penerapan


Dalam penerapan etika yang secara efektif, menurut Johnson ada tiga
syarat yang harus dipenuhi :
1) komunikator harus mengusahakan agar pesan-pesan yang
disampaikan mudah dipahami.
2) Komunikator harus memiliki kredibilitas di mata komunikannya.
3) Komunikator berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal
tentang pengaruh pesan dalam diri penerima, artinya komunikator
harus terampil dalam mengirimkan pesan.

Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang kita
kirimkan benar-benar telah diterima secara tepat sebagaimana kita
maksudkan adalah dengan mendapatkan umpan balik mengenai akibat
maupun pengaruh yang ditimbulkan oleh penerima sesuai dengan harapan
komunikator. Umpan balik adalah proses yang memungkinkan komunikator
mengetahui bagaimana pesan yang di komunikasikannya, dikodefikasikan
dan ditangkap oleh si penerima.
Tanggapan si penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh pengirim
dapat menyebabkan pengirim memodifikasikan atau mengubah bentuk
pengiriman pesannya agar lebih efektif dan tepat. Jika pengirim tidak
menerima umpan balik seperti yang ia kehendaki, maka tentu saja
kesenjangan dalam penafsiran pesan telah terjadi. Kesalahpahaman ini juga
dapat dipicu dari adanya komunikasi satu arah, di mana komunikator tidak
memiliki kesempatan untuk mengetahui bagaimana penerima telah
mendekodefikasikan pesannya. Sebaliknya, komunikasi dua arah
berlangsung apabila pengirim cukup leluasa dalam menerima umpan balik
tentang bagaimana tanggapan penerima terhadap pesan yang
disampaikannya. Komunikasi dua arah yang terbuka seperti ini akan
memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi, dan
selanjutnya sangat menolong dalam mengembangkan suatu relasi yang
memuaskan pihak-pihak yang berkomunikasi dan efektif.

G. Kegagalan Komunikasi
Sumber kesalahan dari komunikasi adalah ketika penerima tidak
menangkap pesan yang disampaiakan pengirim sesuai dengan maksudnya,
penerima menangkap makna yang berbeda, karena pengirim gagal
mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat.
Menurut Johnson (1981) kegagalan komunikasi yang diakibatkan dari
adanya kesenjangan dalam memaknai pesan yang disampaiakan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya :
1) Sumber-sumber hambatan yang bersifat emosional maupun kultural.
Misalnya, perasaan tidak suka terhadap seseorang mengakibatkan
semua pesan yang disampaikannya berarti negatif.
2) Ketika mendengar suatu pesan, maka orientasi kita hanya untuk menilai
dan menghakimi isi pembicaraan, akibatnya komunikator menjadi orang
yang benar-benar berhati-hati dalam berbicara dan cenderung menutup
diri.
3) Adanya kegagalan dalam menangkap makna konotatif di balik ucapan
komunikator meskipun kita sepenuhnya memahami arti denotatifnya.
4) Distorsi atau kesalahpahaman dalam komunikasi sering terjadi karena
kita tidak saling mempercayai.

H. Jenis Hubungan Interpersonal


Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu:
a) berdasarkan jumlah individu yang terlibat;
b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai;
c) berdasarkan jangka waktu;
d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi
menjadi 2, yaitu hubungan diad dan hubungan triad.
Hubungan diad merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan
hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot
mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan
diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad menampilkan
wajah yang berbeda dengan wajah yang ditampilkannya dalam hubungan
diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi
(termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan
hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain. Sedangkan hubungan
triad merupakan hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri
lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah,
dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak
(dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi). Hubungan
interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu
hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah
hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak
dapat dikerjakan oleh individu sendirian.
Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa
dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain. Sedangkan
hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan
untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal
dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan
dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya. Hubungan
interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu
hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka
pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya
hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama.
Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam
didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu,
komitmen dan sebagainya). Dan karena investasi yang ditanam itu banyak
maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya. Selain ketiga
jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat
satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat
kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau
intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam
atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai
dengan penyingkapan diri (self-disclosure).
Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya
penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim
terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka
panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena
investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang
lama telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal
yang ritual.

I. Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal


Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal,
yaitu:
1) Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara
pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatifinteraktif
dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh
validitas Hubungan Interpersonal informasi yang disampaikan dan
keterlibatan dalam memformulasikan ide atau gagasan secara bersama.
Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan
pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila
berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat
tegang, resah dan tidak enak.
2) Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat
menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman yang
dilontarkan akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai
kemarahan dan seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber informasi
dalam komunikasi interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang
sangat penting dalam menyampaikan makna dalam beberapa detik raut
wajah akan menentukan dan menggerakkan keputusan yang diambil.
Kepekaan menangkap emosi wajah sangat menentukan kecermatan
tindakan yang akan diambil.
3) Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin.
Kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan,
karakter dan perilaku. Faktor kepribadian lebih mengarah pada
bagaimana tanggapan dan respon yang akan diberikan sehingga terjadi
hubungan. Tindakan dan tanggapan terhadap pesan sangat tergantung
pada pola hubungan pribadi dan karakteritik atau sifat yang dibawanya.
4) Stereotyping merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai
orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini
kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat,
terutama pada saat pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan
untuk melakukan perbaikan. Individu atau kelompok akan merespon
pengalaman dan lingkungan dengan cara memperlakukan anggota
masyarakat secara berbeda atau cenderung melakukan pengelompokan
menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh, rajin, atau malas. Penggunaan
cara ini untuk menyederhanakan begitu banyak stimuli yang diterimanya
dan merupakan pengkatagorian pengalaman untuk memperoleh informasi
tambahan dengan segera.
5) Kesamaan karakter personal. Hubungan Interpersonal Manusia selalu
berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya atau kita
cenderung menyukai orang lain, kita ingin mereka memilih sikap yang
sama dengan kita, dan jika menyukai orang, kita ingin memilih sikap
mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-
nilai, norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi,
budaya, agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima
keberadaan masing-masing.
6) Daya tarik Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang
orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir,
bahasa dan tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng
atau cantik akan cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang
menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa
yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun
sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik
fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan
penerimaan personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik cederung
akan disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk
mempengaruhi pendapat orang lain.
7) Ganjaran Seseorang lebih menyenangi orang lain yang memberi
penghargaan atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral. Kita
akan menyukai orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial
ibaratnya transaksi dagang, dimana seseorang akan melanjutkan
interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Bila pergaulan seorang
pendamping masyarakat dengan orang-orang disekitarnya sangat
menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau dari
keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan
sosial.
8) Kompetensi Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada
orang lain karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya.
Masyarakat akan cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang
berpengalaman, ahli dan profesional serta mampu memberikan kontribusi
secara intelektual, sikap Hubungan Interpersonal dan mampu
memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dalam situasi krisis,
para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan
dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untuk
mendorong penyelesaian.
BAB VI
ORGANISASI PROFESI

A. Definisi Organisasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa yunani, yaitu "Organon" atau dalam
bahasa Latin "Organum" yang berarti alat,bagian, anggota, atau badan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
Organisasi adalah kesatuan (susunan) yang terdiri atas bagian bagian orang
dalam perkumpulan untuk mencapai tujuan bersama.
Definisi Organisasi menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut.
1) James D. Mooney (1974) mengutarakan bahwa organisasi adalah setiap
bentuk kerja sama manusia untuk mencapai tujuan bersama.
2) Ralp Currier Davis (1951) berpendapat bahwa organisasi adalah suatu
kelompok orang-orang yang sedang bekerja kearah tujuan bersama
dibawah satu kepemimpinan.
3) Herbert A. Simon (1958) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu
rencana mengenai usaha kerjasama yang mana setiap peserta
mempunyai peranan yang diakui untuk dijalankan dan kewajiban-
kewajiban atau tugas-tugas untuk dilaksanakan.
4) Drs. Dydiet Hardjito, M.Sc organisasi adalah kesatuan sosial yang di
koordinasikan secara sadar yang memungkinkan anggota mencapai
tujuan yang tidak dapat dicapai melalui individu secara terpisah.
5) Menurut Maringan (2004) pengertian organisasi dapat dibedakan pada
dua macam, yaitu :
Organisasi sebagai alat dari manajemen artinya organisasi sebagai
wadah/tempat manajemen sehingga memberikan bentuk
manajemen yang memungkinkan manajemen bergerak atau dapat
dikaitkan.
Organisasi sebagai fungsi manajemen artinya organisasi dalam arti
dinamis (bergerak) yaitu organisasi yang memberikan kemungkinan
tempat manajemen dapat bergerak dalam batas-batas tertentu.
Dinamis berarti baa organisasi itu bergerak mengadakan pembagian
pekerjaan. Misalnya pimpinan harus ditempatkan di bagian yang
strategis.
6) Menurut Edgar H. Shein dalam bukunya the Psykologi of Organization
(1982) organisasi adalah Koordinasi yang direncanakan mengenai
kegiatan-kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama
melalui pembagian kerja dan fungsi berdasarkan tingkatan otoritas
(kewenangan) dan tanggungjawab. Dengan definisi ini, pada hakekatnya
dalam sebuah organisasi diperlukan sejumlah pesyaratan atau gagasan,
antara lain:
Bahwa Organisasi memerlukan pengembangan dan pemeliharaan
koordinasi.
Bahwa didalam organisasi terdapat tujuan bersama yang
pencapaianya harus di upayakan semaksimal mungkin.
Di dalam Organisasi tedapat pembagian kerja (division of labor)
Seluruh kegiatan dalam organisasi harus menciptakan keterpaduan
(integration), menekankan bahwa objek koordinasi pada dasarnya
bukan orang tetapi kegiatan atau pekerjaan.
7) Menurut J.William Schulze Organisasi adalah suatu penggabungan dari
orang orang,benda benda,alat alat perlengkapan,ruang lingkup kerja dan
segala hal yang berhubungan dengannya,yang disatukan dalam sebuah
hubungan yang teratur dan sangat efektif untuk mencapai segala tujuan
yang diinginkan.

Dari beberapa definisi organisasi diatas dapat disimpulkan bahwa


Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui orang-orang
di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama Organisasi yang
anggotanya para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan
bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak
dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
Organisasi profesi merupakan bagian dari perkembangan sebuah profesi
dalam proses profesionalnya untuk mengembangkan profesi ke arah status
profesional yang diakui pemerintah atau masyarakat pengguna jasa profesi
tersebut. Proses profesional yang dimaksud adalah proses evolusi yang
menggunakan pendekatan organisasi dan sistematis untuk mengembangkan
profesi ke arah status profesional.

B. Definisi Profesi
Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu
profession atau bahasa Latin profecus yang artinya mengakui, adanya
pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan
yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan
pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis
sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan
manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok,
yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.
Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan,
dsb) tertentu. Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus
serta standar layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi
hanya dapat dilakukan oleh orang-orang secara khusus di persiapkan untuk
itu. Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka
yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain. Profesi adalah suatu
pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut
keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang
tinggi.
Good's Dictionary of Education mendefinisikan profesi sebagai "suatu
pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di
Perguruan Tinggi dan dikuasai oleh suatu kode etik yang khusus", Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi diartikan sebagai "bidang pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian (seperti ketrampilan, kejuruan dan
sebagainya) tertentu." Dalam pengertian ini, dapat dipertegas bahwa profesi
merupakan pekerjaan yang harus dikerjakan dengan bermodal keahlian,
ketrampilan dan spesialisasi tertentu. Jika selama ini profesi hanya dimaknai
sekedar "pekerjaan", sementara substansi dibalik makna itu tidak terpaut
dengan persyaratan, maka profesi tidak bisa dipakai di dalam semua
pekerjaan.
C. Definisi Organisasi Profesi
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para
praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung
bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka
laksanakan dalam kapasitas mereka seagai individu.
Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga anggota
kelompok profesi tidak akan ketinggalan zaman. Kode etik profesi
merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan dan
ini perwujudan moral yang hakiki, yang tidak dapat dipaksakan dari luar.
Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-
nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri.
Laboratorium kesehatan kepada masyarakat sebagai unit pelayanan
penunjang medis, diharapkan memberikan informasi yang teliti dan akurat
tentang aspek laboratoris terhadap spesimen/sampel yang penujianya
dilakukan di laboratorium. Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian
laboratorium terus ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahian
dan teknologi serta perkembangan penyakit.
a) Kewajiban Terhadap Profesi:
Menjunjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan, profesi,
menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
Meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur
operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik
profesi.
Menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan
kewajiban profesi.

b) Kewajiban Terhadap Pekerjaan:


Bekerja dengan ikhlas dan rasa syukur.
Amanah serta penuh integritas.
Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab.
Penuh semangat dan pengabdian.
Kreatif dan tekun.
Menjaga harga diri dan jujur.
Melayani dengan penuh kerendahan hati.

D. Fungsi Pokok Organisasi Profesi


Mengatur keanggotaan organisasi Organisasi profesi menentukan struktur
organisasi, syarat-syarat keanggotaan sebuah profsi, Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga. Membantu anggota untuk dapat terus
memperbaharui pengetahuannya sesuai perkembangan teknologi Organisasi
profesi melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi anggotanya untuk
meningkatkan pengetahuan sesuai perkembangan dan tuntutan masyarakat
yang membutuhkan pelayanan profesi tersebut, baik berupa seminar, atau
workshop sebagai ajang pertemuan para anggota dalam menyikapi
perkembangan baru tersebut.
Menentukan standarisasi pelaksanaan sertifikasi profesi bagi anggotanya
Organisasi profesi berperan mengatur pelaksanaan sertifikasi profesi bagi
anggotanya, termasuk mengatur syarat-syarat sertifikasi, teknis pelaksanaan
sertifikasi dsb. Membuat kebijakan etika profesi yang harus diikuti oleh
semua anggota Etika profesi adalah aturan yang berlaku untuk seluruh
anggota organisasi profesi. Aturan tersebut menyangkut hal-hal yang boleh
dilakukan maupun tidak bagi sebuah profesi. Memberi sanksi bagi anggota
yang melanggar etika profesi Sanksi yang diterapkan mengikat semua
anggota. Sanksinya bergantung jenis pelanggaran, bisa bersifat internal
organisasi misalnya black list atau dikeluarkan dari organisasi profesi
tersebut.
a) Fungsi Untuk Bidang pendidikan TLM, yaitu :
Menetapkan standar pendidikan TLM
Mengembangkan pendidikan TLM berjenjang lanjut
Bidang pelayanan TLM
Menetapkan standar profesi TLM
Memberikan izin praktik
Memberikan regsitrasi tenagaTLM
Menyusun dan memberlakukan kode etik TLM

b) Dalam Bidang IPTEK :

Merencanakan, melaksanakan dan mengawasai riset TLM


Merenncanakan, melaksanakan dan mengawasi perkembangan
IPTEK dalam TLM
Bidang kehidupan profesi
Membina, mengawasi organisasi profesi
Membina kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, profesi lain
dan antar anggota
Membina kerjasama dengan organisasi profei sejenis dengan
negara lain
Membina, mengupayakan dan mengawasi kesejahteraan anggota

c) Bidang kehidupan profesi :

Membina, mengawasi organisasi profesi


Membina kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, profesi lain
dan antar anggota
Membina kerjasama dengan organisasi profei sejenis dengan
negara lain
Membina, mengupayakan dan mengawasi kesejahteraan anggota

E. Ciri-ciri Organisasi Profesi


Menurut Prof. DR. Azrul Azwar MPH (1998), ada 3 ciri organisasi :
a) Umumnya untuk satu profesi hanya ada satu organisasi profesi yang para
anggotanya berasal dari satu profesi saja dalam arti telah menyelesaikan
pendidikan profesi dengan dasar-dasar keilmuan yang sama.
b) Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode etik (Code
of professional ethnic) merumuskan kompetensi profesi (professional
competency) serta memperjuangkan tegaknya kebebasan profesi
(professional autonomous).
c) Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta merumuskan
standar pelayanan profesi (standar of professional services) yang mana
kode etik termasuk kedalamnya, merumuskan dan menetapkan standar
pendidikan dan pelatihan profesi (standar of professional education and
training ) serta menetapkan dan memperjuangkan kebijakan dan politik
profesi (professional policy)

Ciri-ciri organisasi memiliki pengetahuan (intellectual character),


diabdikan untuk kepentingan orang lain (mengutamakan pelayanan), bukan
didasarkan pada keuntungan finansial, adanya pengakuan dari otoritas yang
berwenang, kewenangan dalam praktek profesi, adanya standar kualifikasi
profesi, tanggung jawab (diri sendiri, teman sejawat, masyarakat dan Tuhan)
kode etik, di dukung oleh adanya organisasi (association) profesi, dan mitra
organisasi sejenis di Luar Negeri (Badan PPSDMK Kemenkes RI).

F. Peran Organisasi Profesi


Organisasi profesi dalam pembuatan dan pengembangan berperan
sebagai :
a) Pembinaan, pengembangan dan pengawasan mutu pendidikan TLM.
b) Pembinaan, pengembangan dan pengawasan pelayanan TLM.
c) Pembinaan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi TLM.
d) Pembinaan, pengembangan dan pengawasan kehidupan profesi TLM

G. Manfaat Organisasi Profesi


Apabila organisasi profesi bekerja dengan baik dan lancar banyak
manfaat yang akan diperoleh, akan tetapi menurut Brecko 1989, minimal ada
4 manfaat yakni :
1) Dapat lebih mengembangkan dan memajukan profesi.
2) Dapat menertibkan dan memperluas bidang gerak profesi.
3) Dapat menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi.
4) Dapat memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk berkarya
dan berperan aktif dalam mengembangkan dan memajukan profesi.

Apabila manfaat-manfaat tersebut dapat dicapai maka dampak akhir


banyak pula yg akan dihasilkan. Menurut World Medical Assosiation (1991)
dampak minimal yg akan diperoleh adalah : makin tertibnya pekerjaan
profesi, dan meningkatnya kualitas hidup serta derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.
H. Organisasi Profesi Yang Menaungi Analis Kesehatan di Indonesia
Organisasi yang menaungi alumni Analis Kesehatan atau para Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah PATELKI (Persatuan Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia). Sedangkan organisasi
yang menjadi wadah dan menjembatani pemikiran-pemikiran mahasiswa
Analis Kesehatan adalah IMATELKI (Ikatan Mahasiswa Teknologi
Laboratorium Kesehatan Indonesia).
BAB VII
SERTIFIKASI KOMPETENSI ANALIS KESEHATAN

A. Tiga Pilar Utama Analis Kesehatan Sebagai Profesi


1. Standar Pendidikan ( Pendidikan )
2. Standar Profesi Kode Etik ( Organisasi Profesi )
3. Standar Profesional ( Pelayanan )

B. Pentingnya 3 Pilar Utama


1. Analis Kesehatan yang profesional hanya bisa dibangun dengan
kerjasama antara OP, Pelayanan (user : pemerintah & swasta) dan
Institusi Pendidikan
2. Meminimalisasi gap antara yang dihasilkan dengan yang dibutuhkan
3. Dengan optimalisasi peran dan fungsi OP dalam bidang pendidikan,
pelayanan, IPTEK dan kehidupan profesi
4. OP harus menjadi lokomotif perubahan atau matahari yang dapat
memberi energi kehidupan agar Profesi menjadi lebih bermartabat
5. Namun kekuatan OP ada pada kualitas sumber daya manusia

C. Peran dan Fungsi Organisasi Profesi


1. Bidang pendidikan: menetapkan standar pendidikan dan pendidikan
berkelanjutan (continuing education).
2. Bidang pelayanan : menetapkan standar profesi, ijin praktik, registrasi
anggota serta menyusun dan memberlakukan kode etik profesi.
3. Bidang iptek: merencanakan, melaksanakan dan mengawasi riset dan
perkembangan IPTEK dalam profesi tersebut.
4. Bidang kehidupan profesi: membina operasionalisasi organisasi profesi.
membina kerjasama dengan pemerintah. masyarakat. profesi lain bahkan
dengan organisasi profesi sejenis dinegara lain, serta mengupayakan
kesejahteraan anggotanya.
Organisasi Profesi Yang Menaungi Analis Kesehatan di Indonesia
Organisasi yang menaungi alumni Analis Kesehatan atau para Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah PATELKI (Persatuan Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia). Sedangkan organisasi yang
menjadi wadah dan menjembatani pemikiran-pemikiran mahasiswa Analis
Kesehatan adalah IMATELKI (Ikatan Mahasiswa Teknologi Laboratorium
Kesehatan Indonesia).
D. Ciri-Ciri Profesi
1. Ciri-ciri pengetahuan (intellectual character)
2. Diabdikan untuk kepentingan orang lain (mengutamakan pelayanan)
3. Bukan didasarkan pada keuntungan finansial
4. Adanya pengakuan dari otoritas yang berwenang
5. Kewenangan dalam praktek profesi
6. Adanya standar kualifikasi profesi
7. Tanggung jawab (diri sendiri, teman sejawat, masyarakat dan Tuhan)
kode etik
8. Didukung oleh adanya organisasi (association) profesi
9. Mitra organisasi sejenis di Luar Negeri (; Badan PPSDMK Kemenkes RI)
Tingkat Pendidikan, Kompetensi, dan Jabatan
a. Kualifikasi Pendidikan
Kualifikasi pendidikan untuk Profesi Ahli Teknologi Laboratorium
Kesehatan Indonesia adalah lulusan Sekolah Menengah Analis
Kesehatan (SMAK) atau Akademi Analis Kesehatan (AAK) atau
Akademik Analis Medis (AAM), atau Pendidikan Ahli Madya Analis
Kesehatan (PAM-AK) atau lulusan Pendidikan TInggi yang berkaitan
langsung dengan laboratorium kesehatan.

E. Standar Kompetensi
Tugas Pokok dan Fungsi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah
melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan adalah melaksanakan
pelayanan laboratorium kesehatan meliputi bidang HEMATOLOGI, Kimia
Klinik, Mikrobiologi, Imunologi-Serologi, Toksikologi, Kimia Lingkungan,
Patologi Anatomi (Histopatologi, Sitopatologi, Histokimia, lmunopatologi,
Patologi Molekuler), Biologi dan Fisika.
Selain tugas pokok, Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan mempunyai
a) Fungsi/Kewajiban sebagai berikut :
1. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses
specimen.
2. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen dan specimen.
3. Mengoperasikan dan memelihara peralatan/instrumen laboratorium.
4. Mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan
prosedur pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan
masalah yang berkaitan dengan data hasil uji.
5. Mengevaluasi teknik, instrument, dan prosedur baru untuk
menentukan manfaat kepraktisannya.
6. Membantu klinisi dalam pemanfaatan data laboratorium secara efektif
dan efisien untuk menginterpretasikan hasil uji laboratorium.
7. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
laboratorium.
8. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang
teknik kelaboratoriuman.
9. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium
kesehatan.

F. Kompetensi Yang Harus Dimiliki Oleh Ahli Teknologi Laboratorium


Kesehatan
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi/keWajibannya, Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan harus mempunyai kompetensi sebagai berikut :
1. Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tugas pokok dan
fungsinya di laboratorium Kesehatan.
2. Mampu merencanakan/merancang proses yang berkaitan dengan tugas
pokok dan fungsinya di laboratorium kesehatan sesuai jenjangnya.
3. Memiliki keterampilan untuk melaksanakan proses teknis operasional
pelayanan laboratorium, yaitu:
a) Keterampilan pengambilan specimen, termasuk penyiapan pasien
(bila diperlukan), labeling, penanganan, pengaWetan,fiksasi,
pemrosesan, penyimpanan dan pengiriman specimen.
b) Keterampilan melaksanakan prosedur laboratorium, metod
pengujian dan pemakaian alat dengan benar.
c) Keterampilan melakukan peraWatan dan pemeliharaan alat,
kalibrasi dan penanganan masalah yang erkaitan dengan uji yang
dilakukan.
d) Keterampilan melaksanakan uji kualitas media dan reagen untuk
pengujian specimen.
4. Mampu memberikan penilaian analitis terhadap hasil uji laboratorium.
5. Memiliki pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian
mutu dan prosedur laboratorium.
6. Memiliki keWaspadaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
uji laboratorium.

Uraian mengenai Standar Kompetensi Ahli Teknologi Laboratorium


Kesehatan sesuai jenjang pendidikan SMAK, D-lll, dan S1 secara lengkap
ditetapkan dalam MusyaWarah Nasional (MUNAS) V PATELKI tanggal 22Mei
2006 dengan Ketetapan Nomor 08/MUNA8-V/05-2006.

KOMPETENSI AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN


SESUAI JENJANG PENDIDIKAN (SMAK, DIII, S1)

JENJANG
No KOMPETENSI SMAK DIII S1
1. MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN
1.1. Hematologi & transfusi darah V V V
1.2. Kimia Klinik V V V
1.3. Serologi-lmunologi V V V
1.4. Mikrobiologi V V V
1.5. Toksikologi - V V
1.6. Patologi Anatomi - V V
1.7. Biologi Molekuler - V V
1.8. Komputer V V V
1.9. Manajemen - V V
1.10. Virologi - V V
1.11. Kesehatan Lingkungan V V V
2. MAMPU MEMBUAT PERENCANAAN /
MERANCANG PROSES
2.1. Alur kerja proses pemeriksaan di - V V
laboratorium
2.2. Alur keselamatan kerja di laboratorium - V V
2.3. Menyusun prosedur baku di laboratorium - V V
2.4. Menyusun prosedur cara ukur keberhasilan - - V
proses
2.5. Menyusun program pemantapan mutu - - V
internal
2.6. Menyusun program pemantapan mutu - - V
eksternal
2.7. Merancang upaya keselamatan kerja di - - V
laboratorium
3. MAMPU MELAKSANAKAN PROSES TEKNIS
OPRASIONAL
3.1. Mengambil spesimen V V V
3.2. Menilai kualitas spesimen V V V
3.3. Menangani spesimen V V V
(labeling, penyimpanan,pengiriman)
3.4. Mempersiapkan bahan/reagensia V V V
3.5. Memilih reagen & metode analisa - V V
3.6. Mempersiapkan alat V V V
3.7. Memilih/menentukan alat - V V
3.8. Memelihara alat V V V
3.9. Mengkalibrasi alat - V V
3.10.Menguji kelaikan alat - V V
3.1 1 .Mengerjakan prosedur analisa bidang :
a. Hematologi sederhana V V V
b. Hematologi khusus - V V
c. Kimia Klinik V V V
d. Serologi-lmunologi sederhana V V V
e. Serologi-lmunologi komplex - V V
f. Mikrobiologi sederhana V V V
g. Mikrobiologi khusus - V V
h. Toksikologi - V V
i. Patologi Anatomi - V V
j. Biologi Molekuler - - V
k. Virologi (riset) - V V
3.12.Mengerjakan prosedur dalam pemantapan V V V
mutu
3.13.Membuat laporan administrasi V V V
4. MAMPU MEMBERIKAN PENILAIAN
(JUDGMENT)
4.1. Mendeteksi secara dini keadaan spesimen V V V
yang berubah
4.2. Mendeteksi secara dini perubahan kondisi V V V
alat / reagen /kondisi analisa
4.3. Mendeteksi secara dini bila muncul V V V
penyimpangan dalam proses teknis
oprasional
4.4. Menilai validitas rangkaian analisa atau V V V
hasilnya
4.5. Menilai normal tidaknya hasil analisa untuk V V V
dikonsulkan kepada yang berwenang
4.6. Menilai layak tyidaknya hasil proses - V V
pemantapan mutu internal
4.7. Menilai layak tyidaknya hasil proses - - V
pemantapan mutu eksternal
4.8. Mendeteksi secara dini terganggunya - V V
keamanan lingkungan kerja
5. MAMPU DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
5.1. Perlunya koreksi terhadap - V V
proses/alat/spesimen/reagensia
5.2. Perlunya koreksi terhadap proses - V V
pemantapan mutu
5.3. Perlunya koreksi terhadap proses - - V
pemantapan mutu eksternal

Dalam mengantisipasi pasar bebas, PATELKI sebagai organisasi yang


mewadahi ahli teknologi laboratorium kesehatan Indonesia telah membentuk
Lembaga Serifikasi Profesi yang dikenal dengan nama Lembaga Sertifikasi
Profesi Tenaga Laboratorium Penguji Indonesia (LSP-TELAPI). Lembaga ini
bersifat independent, didirikan dengan akte notaris bulan Maret 2003, telah
mendapatkan pengesahan dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI bulan Agustus 2004 dan pada bulan Januari 2006 telah diakreditasi oleh
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sampai saat ini, LSP-TELAPI
telah memiliki daftar unit kompetensi yang menjadi Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI).

G. Peran PATELKI
a. POKJA Standar Profesi
b. Kajian akademik terkait pengembangan standar profesi
c. Telaah regulasi (pendidikan, pelayanan, keprofesian)
d. Advokasi kepada pemerintah (PPSDM, MTKI, Dirjen BUK, MENPAN)
e. Monitoring
BAB VIII
KODE ETIK PATELKI

KEWAJIBAN U M U M

Pasal 1
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung tinggi, menghayati
dan mengamalkan sumpah profesi

Pasal 2
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan praktik
profesinya harus berpedoman pada standar profesi.

Pasal 3
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menghormati hak-hak pasien,
hak-hak teman sejawat dan hak-hak tenaga kesehatan lainnya.

A. Kewajiban Umum Analis Kesehatan :


- Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan profesi, standar prosedur operasional, dan etika
profesi serta kebutuhan kesehatan penerima pelayanan kesehatan
- Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan atau
keluarganya atas tindakan yang akan diberikan
- Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan
- Membuat dan menyimpan catatan dan atau dokumen tentang
pemeriksaan, asuhan dan tindakan yang dilakukan
- Merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang
mempunyai kompetensi dan kewenangan yang sesuai.

KEWAJIBAN ATLM TERHADAP PROFESI

Pasal 4
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung tinggi serta
memelihara martabat, kehormatan profesi, menjaga integritas, kejujuran serta
dapat dipercaya, Produktif, Efektif, Efisien, Peduli terhadap tugas dan
Lingkungan.

Pasal 5
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik berkewajiban menjunjung tinggi
norma-norma dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan dalam penyelenggaraan
praktik profesinya

Pasal 6
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik senantiasa harus melakukan
pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur operasional, standar
keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik profesi.

Pasal 7
Setiap ATLM yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP)
B. Profesionalisme Analis Kesehatan :
- Tangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi kemampuan hasil
pengujian, dapat menunjukkan konsep derajat kesehatan pada diri
sendiri.
- Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
- Responsiveness (daya tanggap), yaitu tanggap dalam memberikan
pelayanan yang baik terhadap pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi
lain).
- Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat dapat
dipercaya yang dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari risiko bahaya
atau keragu-raguan.
- Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pemakai jasa (pasien,
klinisi, dan profesi lain).

C. Kewajiban Terhadap Profesi:


- Menjunjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan, profesi,
menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
- Meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur
operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik
profesi.
- Menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan
kewajiban profesi.

D. Kewajiban Terhadap Pekerjaan:


- Bekerja dengan ikhlas dan rasa syukur.
- Amanah serta penuh integritas.
- Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab.
- Penuh semangat dan pengabdian.
- Kreatif dan tekun.
- Menjaga harga diri dan jujur.
- Melayani dengan penuh kerendahan hati.

E. Kemampuan Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Analis Kesehatan :


- Keterampilan dan pengetahuan dalam pengembilan spesimen,
termasuk penyiapan pasien, labeling, penanganan, pengawetan, atau
fiksasi, pemprosesan, penyimpanan dan pengiriman spesimen.
- Keterampilan dalam mengerjakan prosedur laboratorium
- Keterampilan dalam melaksanankan metode pengujian dan pemakaian
alat yang benar
- Keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat,
kalibrasi, dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang di
lakukan
- Keterampilan dalam pembuatan dan uji kualitas media serta reagen
untuk pemeriksaan laboratorium
- Kewaspadaan terhadap faktor yang mempengaruhi hasil
- Keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji
melalui evaluasi mutu hasil, sebelum melaporkan hasil uji
- Keterampilan dalam menginterprestasikan hasil uji
- Kemampuan merencanakan kegiatan laboratorium sesuai dengan
jenjangannya.

F. Hak dan Kewajiban ATLM


- Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses
specimen
- Melaksanakan uji analitik terhadap reagen maupun terhadap spesimen
yang berkisar dari yang sedrhana sampai dengan kompleks
- Mengoperasikan dan memelihara peralatan lab untuk memastikan
akurasi dan keabsahan, menkonfirmasi hasil abnormal, melaksanakan
prosedur pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan
masalah yang berkaitan dengan data hasil uji.
- Mengevaluasi teknik, instrumen dan prosedur baru untuk menentukan
manffat dan kepraktisannya.
- Membantu klinis dalam pemanfaatan yang benar dari data lab untuk
memastikan seleksi yang efektif dan efisien terhadap uji laboratorium
dalam menginterprestasikan hasil uji.
- Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
laboratorium. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam
bidang teknis kelaboratoriuman.
- Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium
kesehatan.

KEWAJIBAN ATLM TERHADAP TEMAN SEJAWAT DAN PROFESI LAIN

Pasal 8
Setiap ATLM memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma
yang berlaku sebagaimana dia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 9
Setiap ATLM harus menjunjung tinggi kesetiakawanan dan sikap saling
menghargai dengan teman sejawat dalam penyelenggaraan profesinya.

Pasal 10
Setiap ATLM harus membina hubungan kerjasama yang baik dan saling
menghormati dengan teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan
tujuan utama untuk menjamin pelayanan senantiasa berkualitas tinggi.

G. Kewajiban Terhadap Rekan:


- Memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma yang
berlaku
- Menjunjung tinggi kesetiakawanan dalam melaksanakan profesi.
- Membina hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati
dengan teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan
utama untuk menjamin pelayanan tetap berkualitas tinggi
KEWAJIBAN ATLM TERHADAP PASIEN / PEMAKAI JASA

Pasal 11
Setiap ATLM dalam memberikan pelayanan harus bersikap adil dan
mengutamakan kepentingan pasien dan atau pemakai jasa tanpa membeda-
bedakan kedudukan, golongan, suku, agama, jenis kelamin dan kedudukan
sosial.

Pasal 12
Setiap ATLM harus bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam
memberikan pelayanan kepada pasien dan atau pemakai jasa secara
profesional.

Pasal 13
Setiap ATLM berkewajiban merahasiakan segala sesuatu baik informasi dan
hasil pemeriksaan yang diketahui berhubungan dengan tugas yang
dipercayakannya kecuali jika diperlukan oleh pihak yang berhak dan jika diminta
oleh pengadilan.

Pasal 14
Setiap ATLM dapat berkonsultasi/merujuk kepada teman sejawat atau pihak
yang lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Pasal 15
Setiap ATLM dalam menjalankan praktik profesinya harus mengutamakan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan aspek pelayanan kesehatan serta
nilai budaya, adat istiadat yang berkembang di masyarakat

Pasal 16
Setiap ATLM harus memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan
kemampuan profesionalnya baik secara teori maupun praktek kepada
masyarakat luas serta selalu mengutamakan kepentingan masyarakat.

Pasal 17
Setiap ATLM dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus
mengikuti peraturan perundang - undangan yang berlaku serta norma-norma
yang berkembang pada masyarakat.

Pasal 18
Setiap ATLM harus dapat mengetahui penyimpangan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar prosedur operasional dan norma yang berlaku pada saat
itu serta melakukan upaya untuk dapat melindungi kepentingan masyarakat.

H. Kewajiban Terhadap Pasien:


- Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan
pelayanan kepada pasien / pemakai jasa secara profesional.
- Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai
jasa, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak.
- Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang
lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat.
I. Kewajiban Terhadap Masyarakat:
- Memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan kemampuan
profesionalnya kepada masyarakat luas serta selalu mengutamakan
kepentingan masyarakat.
- Dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus
mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-
norma yang berkembang pada masyarakat.
- Dapat menemukan penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya untuk
dapat melindungi kepentingan masyarakat.

J. Etika Menghadapi Seorang Pasien


- Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan
pelayanan kepada pasien / pemakai jasa secara profesional.
- Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai
jasa, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak..
- Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang
lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat.
- Menghadapi pasien dengan ekspresi muka (smile).
- Menghindari sebuah konflik dengan pasien.
- Karakter yang lembut.
- Menghargai lawan bicara.
- Menjaga kepercayaan dan rahasia - rahasia pasien.
- Memberikan informasi yang baik
- Menjaga rahasia dan menyimpan kondisi - kondisi pasien yang di hadapi.
- Mengontol jarak dengan pasien.
- Intonasi suara yang jelas.
- Rileks.

KEWAJIBAN ATLM TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 19
Setiap ATLM senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Pasal 20
Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuannya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal 21
Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan
ketrampilan di bidang teknologi Laboratorium Medik maupun bidang lain yang
dapat menunjang pelayanan profesinya.

Pasal 21
Dalam melakukan pekerjaannya, setiap ATLM harus bersikap dan
berpenampilan sopan dan wajar serta selalu menjaga nilai-nilai kesopanan
Pasal 22
Setiap ATLM harus memelihara kesehatan dirinya supaya dapat bekerja dan
melayani dengan baik

K. Kewajiban ATLM Terhadap Diri Sendiri


- Setiap ATLM berhak untuk memilih dan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama yang di anut
- Setiap ATLM berhak untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih
tinggi
- Setiap ATLM berhak untuk mengikuti setiap seminar yang
diselenggarakan
- Setiap ATLM berhak untuk berpenampilan yang sopan
- Setiap ATLM harus menjaga nilai-nilai kesopanan
- Setiap ATLM berhak melindungi diri dari berbagai penyakit yang dapat
tertular pada saat bekerja.

SANKSI

Pasal 23
Sanksi profesi adalah hukuman yang memaksa ATLM untuk mentaati ketentuan
yang telah disepakati profesi.

JENIS SANKSI

Pasal 24
Sanksi Etik adalah sanksi Moral berupa ;
1. Sanksi ringan berupa peringatan tertulis
2. Sanksi berat berupa tugas menjalankan pelatihan/pendidikan tertentu sampai
pencabutan hak sebagai profesi atau direhabilitasi

L. Alur penyelesaian pelanggaran kode etik


BAB IX
ASPEK HUKUM PELAYANAN KESEHATAN

A. Pengertian Hukum Kesehatan


Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun masyarakat.
Dalam pelayanan kesehatan tentu ada aturan-aturan yang berkaitan
dengan kesehatan yaitu bagaimana menghandle masalah-masalah itu tidak
keluar dari etika dan hukum agar apa yang dikerjakan tidak menimbulkan
efek secara etika dan hukum terhadap diri sendiri dan orang lain.
Secara lebih luas, etika merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola
tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa
kepada masyarakat. Pekerjaan profesi antara lain dokter, apoteker, ahli
kesehatan masyarakat, perawat, wartawan, hakim, pengacara, akuntan, dan
lain-lain.
Etika maupun hukum dalam suatu masyarakat mempunyai tujuan yang
sama, yakni terciptanya kehidupan masyarakat yang tertib, aman dan damai.
Oleh sebab itu, semua masyarakat harus mematuhi etika dan hukum yang
ada. Apabila tidak maka bagi pelanggar etika sanksinya adalah moral
sedangkan bagi para pelanggar hukum, sanksinya adalah hukuman (pidana
atau perdata).1 Petugas kesehatan dalam melayani masyarakat, juga akan
terkait pada etika dan hukum, atau etika dan hukum kesehatan. Dalam
pelayanan kesehatan masyarakat, perilaku petugas kesehatan harus tunduk
pada etika profesi (kode etik profesi) dan juga tunduk pada ketentuan
hukum, peraturan. Perudangan-undangan yang berlaku. Apabila petugas
kesehatan melanggar kode etik profesi akan memperoleh sanksi etika dari
organisasi profesinya, dan mungkin apabila juga melanggar ketentuan
peraturan atau perudangan-undangan, juga akan memperoleh sanksi hukum
(pidana atau perdana).

B. Ruang lingkup kesehatan


Ruang lingkup hukum kesehatan meliputi sebagai berikut :
a) Hukum Medis (Medical Law);
b) Hukum Keperawatan (Nurse Law);
c) Hukum Rumah Sakit (Hospital Law);
d) Hukum Pencemaran Lingkungan (Environmental Law);
e) Hukum Limbah (dari industri, rumah tangga, dsb);
f) Hukum peralatan yang memakai X-ray (Cobalt, nuclear);
Hukum Keselamatan Kerja;
g) Peraturan-peraturan lainnya yang ada kaitan langsung yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia.

Hukum Kesehatan tidak terdapat dalam suatu bentuk peraturan khusus,


tetapi letaknya tercecer dalam berbagai peraturan dan perundang-
undangan. Dapat diketemukan di dalam pasal-pasal khusus yang ada
kaitannya dengan bidang kesehatan. Hukum Kesehatan merupakan suatu
conglomeraat dari peraturan-peraturan dari sumber yang berlainan.
C. Batasan Ruang Lingkup Hukum Kesehatan
Hukum Kesehatan adalah penggabungan dari dua disiplin yang tertua,
yaitu Hukum dan Medis . Kedua ilmu bekerja sama dengan bidang medis
tetap mempertahankan wilayah keilmuan masing-masing. Di sini terletak
kendala dalam perkembangan hukum medisnya. Karena Hukum Medis
adalah cabang dari ilmu hukum, maka sebagai suatu cabang harus
memenuhi prinsip-prinsip ilmu hukum. Disiplin medis merupakan
komponen yang dibutuhkan oleh Hukum Medis, disiplin medis berfungsi
untuk mengisi bidang-bidang tertentu yang diperlukan oleh hukum medis.
Pengertian Terminologi Hukum Kesehatan Dunia ilmu sudah sejak lama
merintis adanya disiplin baru yaitu Hukum Kedokteran, atau Hukum Medik
sebagai terjemahan dari Medical Law. Atau juga ada yang menyebut Hukum
Kesehatan atau Health Law atau Gezondheidsrech. Batasan ruang lingkup
pengertian ini sangat penting artinya, karena akan relevan dengan
perkembangannya di dunia internasional. Perkembangan bidang hukum
baru ini di negara-negara yang menganut sistem kodifikasi seperti halnya
Negeri Belanda, Perancis dan Jerman, agak berbeda bila dibandingkan
dengan Negara-Negara yang menganut sistim kebiasaan (common law),
seperti Amerika Serikat, Australia dan Inggris. Sehingga perlu ditetapkan
batasan ruang lingkup pengertiannya, sehingga pembahasannya juga akan
jelas.
Mengenai penyebutannya misalnya, Negara-Negara Eropa ( Belanda,
Prancis, Jerman dan sebagainya) mempergunakan Pengantar Hukum
Kesehatan dan masuk dalam kurikulum fakultas hukum. Penggunaannya
belum terlalu lama dan penting adanya pemahaman yang sama tentang
ruang lingkup dan pengertian hukum kesehatan, karena masih ada pendapat
yang keliru, menganggap hukum kesehatan identik dengan hukum
kedokteran. Kemudian belum pula ada pemahaman antara lingkup hukum
kesehatan dan ilmu kedokteran kehakiman. Selanjutnya perlu juga dipahami
bahwa dalam hukum kesehatan dikenal pendekatan dua ilmu, yaitu ilmu
kesehatan / kedokteran dan ilmu hukum yang disebut pendekatan
medicolegal. Memakai istilahkan Medical Law, atau Medical Recht,
sementara di Amerika, Inggris dan Australia lebih menyukai istilah Health
Law atau hukum kesehatan.

D. Ruang Lingkup, Objek dan Subjek Hukum Kesehatan.


Seorang sarjana Belanda Leenen memberikan batasan ruang lingkup
hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan
hukum di bidang pemeliharaan kesehatan beserta studi ilmiahnya. Dari
batasan ruang lingkup tersebut semakin jelas apa yang dimaksud dengan
bidang hukum baru ini yaitu hal-hal yang menyangkut kesehatan yang
berlaku disemua negara dan yang bersumber tidak saja pada hukum
perundang-undangan, tetapi juga meliputi peraturan-peraturan internasional,
asas-asas yang berlaku di dunia internasional, hukum yurisprudensi, serta
doktrin ilmu pengetahuan dan kepustakaan.
Subjek Hukum Kesehatan adalah Pasien dan tenaga kesehatan termasuk
institusi kesehatan sedangkan objek Hukum Kesehatan adalah perawatan
kesehatan (Zorg voor de gezondheid).
Secara harafiah Gezondheidsrecht mengandung konotasi kearah
pengertian health law atau hukum kesehatan, yang mencakup ruang lingkup
yang lebih luas daripada sekedar produk profesi medik. Sedang medisch
recth atau medical law lebih sempit, dan hanya mencakup segi medik
sebagai produk profesi medik. Gezodheidsrecht atau health law dapat
mencakup ruang lingkup yang luas, seperti misalnya masalah farmasi,
keluarga berencana, pusat kesehatan masyarakat, asuransi kesehatan,
kesehatan kerja, kesehatan lingkungan dan lain sebagainya.
1. Sumber Hukum Kesehatan
Sumber dari hukum kesehatan adalah; peraturan perundang-
undangan yang secara langsung atau tidak langsung mengatur masalah
bidang kesehatan, termasuk peraturan-peraturan internasional. Asas
asas yang berlaku antar negara dalam perhubungan internasional,
kebiasaan yang baik dan diikuti secara terus menerus dalam bidang
kesehatan, yurisprudensi atau keputusan hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap di bidang kesehatan / kedokteran dan doktrin ilmu
pengetahuan.
2. Ide Dasar Perlindungan Pasien
Seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan seperti rumah
sakit dan kemajuan teknoligi di bidang kesehatan biasanya juga tidak
bebas dari permasalahan hukum seperti Malpraktek yang mulai
menggejala di tahun empat puluhan, membawa pengaruh terhadap
rumah sakit. Pada awalnya tujuan didirikan RS adalah memberi
pelayanan dan orientasinya bukan ekonomi tetapi sosial, seperti
memberikan pelayanan bagi korbam perang atau pendirian rumah sakit
yang dilakukan oleh organisasi keagamanan dengan bermaksud memberi
pertolongan bagi masyarakat sejalan dengan misi agama yaitu mengasihi
sesama manusia.
Dengan orientasi pelayanan demikian rumah sakit (RS) pada waktu
itu memiliki sifat kekebalannya (imunity). Selanjutnya dengan dimulainya
era industri kesehatan yang ditandai dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan, yang diikuti dengan
berkembang-biaknya bisnis rumah sakit dan medical group sehingga bagi
rumah sakit yang bergerak di bidang sosial dan rumah sakit pemerintah
mulai dipersoalkan. RS secara terbatas dianggap bertanggung jawab atas
kelalaian baik yang dilakukan oleh staf medis maupun tenaga medis yang
bekerja sebagai staf RS. Sejak itu mulai berkembang doktrin
pertanggung-jawaban borrowed servant. Menurut Doktrin Captain of the
ship, tenaga medis bertanggung awab atas segala kelalaian yang
dilakukan oleh paramedis, meskipun paramedis adalah pegawai rumah
sakit, sepanjang kelalain tersebut terjadi di ruang operasi. Berdasarkan
doktrin Respondeat Superior RS dapat diminta pertanggungan jawab atas
kelalaian yang dilakukan pegawainya. Demikian juga doktrin non delable
duty yaitu rumah sakit harus bertanggung jawab atas hal-hal yang ada
dalam RS oleh karena dianggap merupakan tugas rumah sakit, seperti
kelengkapan / fasilitas RS dan sebagainya.
E. Hukum Dan Etik Dalam Pelayanan Kesehatan
Etika berhubungan dengan moral orang Hukum kesehatan merupakan
aturan-aturan dalam kesehatan Di dalam pelayanan kesehatan tentu ada
aturan-aturan yang berkaitan dengan kesehatan yaitu bagaimana
menghandle masalah-masalah itu tidak keluar dari etika dan hukum agar
apa yang dikerjakan tidak menimbulkan efek secara etika dan hukum
terhadap diri sendiri dan orang lain. Etik berasal dari bahasa Yunani yaitu
ethos yang artinya yang baik/yang layak. Yang baik / yang layak ini
ukurannya orang banyak. Secara lebih luas, etika merupakan norma-norma,
nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam
memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Pekerjaan profesi antara
lain dokter, apoteker, ahli kesehatan masyarakat, perawat, wartawan, hakim,
pengacara, akuntan, dan lain-lain. Katanya, kedokteran adalah profesi yang
paling duluan menyusun etika. Yang mana etika kedokteran itu adalah
prinsip-prinsip moral atau azas-azas akhlak yang harus diterapkan oleh
dokter dalam hubungannya dengan pasien, sejawat, dan masyarakat umum.
Sedangkan etika ahli kesehatan masyarakat adalah bagaimana bertingkah
laku dalam memberikan jasa dalam pelayananya nanti. Ciri-ciri pekerjaan
profesi adalah :
1) Mengikuti pendidikan standar nasional
2) Pekerjaannya berlandaskan etik profesi
3) Mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada keuntungan
4) Pekerjaannya legal melalui perizinan
5) Anggotanya belajar sepanjang hayat
6) Mempunyaiorganisasi profesi

Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu


kekuasaan dalam mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat agar
masyarakat bisa teratur. Hukum perdata mengatur subjek dan antar subjek
dalam hubungan interrelasi (kedudukan sederajat) (1887) Hukum pidana
adalah peraturan mengenai hokum KUHP di Indonesia (1 Januari 1918)
Hukum kesehatan (No. 23 tahun 1992) adalah semua ketentuan hukum
yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan / pelayanan dan
penerapannya. Yang diatur menyangkut hak dan kewajiban baik perorangan
dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan
maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala
aspeknya, organisasi, sarana pedoman standar pelayanan medic, ilmu
pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya.
Hukum kesehatan mencakup komponen-komponen yang berhubungan
dengan kesehatan, contohnya hukum pelayanan kesehatan terhadap
keluarga miskin (Gakin).

F. Hubunagan Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan


Hukum Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masayarakat Modern
Hukum adalah merupakan salah satu produk hubungan-hubungan dan
perimbangan-perimbangan kemasyarakatan maka di dalam proses
penciptaan dan perkembangannya ia ditentukan oleh sejarah sejumlah
aspek hubungan-hubungan dan perimbangan tersebut. Sebagaimana
diperlihatkan pada zaman sekarang ini, kepastian hubungan sebab akibat
antara setiap aspek tersebut dan perkembangan hukum itu sendiri, satu
sama lain karena sejumlah besar faktor kemasyarakatan ini bekerja secara
bersamaan. Perkembangan hukum dan kesehatan dapat dilihat dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sendirinya hukum
harus bisa membiasakan dengan perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan tersebut, dari abad ke abad kehidupan manusia sering
mengalami perubahan yang sangat cepat demikian halnya dengan
kesehatan memasuki zaman modern sekarang perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan begitu cepat berdampak pada
perubahan kondisi sosial masyarakat serta peran serta hukum dalam
mengatur kehidupan masyarakat. Semakin meningkatnya peranan hukum
dalam pelayanan kesehatan antara lain disebabkan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, meningkatnya perhatian
terhadap hak yang dimiliki manusia untuk memperoleh pelayanan
kesehatan, pertumbuhan yang sangat cepat dibidang ilmu teknologi
kedokteran dihubungkan dengan kemungkinan penanganan secara lebih
luas dan mendalam terhadap manusia, adanya spesialisasi dan pembagian
kerja yang telah membuat pelayanan kesehatan itu lebih merupakan
kerjasama dengan pertanggungjawaban di antara meningkatnya
pembentukan lembaga pelayanan kesehatan.
Dengan demikian, adanya gejala seperti itulah yang mendorong orang
untuk berusaha menemukan dasar yuridis bagi pelayanan kesehatan. Lagi
pula, perbuatan yang dilakukan oleh para pelaksana pelayanan kesehatan
itu sebenarnya juga merupakan perbuatan hukum yang mengakibatkan
timbulnya hubungan hukum, walaupun hal tersebut seringkali tidak disadari
oleh para pelaksana pelayanan kesehatan pada saat dilakukan perbuatan
yang bersangkutan. Pelayanan kesehatan itu sebenarnya tidak hanya
meliputi kegiatan atau aktivitas profesional di bidang pelayanan kuratif dan
preventif untuk kepentingan perorangan, tetapi juga meliputi misalnya
lembaga pelayanannya, sistem kepengurusannya, pembiayaannya,
pengelolaannya, tindakan pencegahan umum dan penerangan. Pemahaman
tentang timbulnya hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan perorangan
atau individual yang disebut pelayanan medik, dasar hukum hubungan
pelayanan medik, kedudukan hukum para pihak dalam pelayanan medik dan
resiko dalam pelayanan medik. Timbulnya hubungan hukum dalam
pelayanan medik dapat dipahami, jika pengertian pelayanan kesehatan,
prinsip pemberian bantuan dalam pelayanan kesehatan, tujuan pemberian
pelayanan kesehatan dapat dipahami. Sebagai memberikan rasa sehat atau
adanya penyembuhan bagi si pasien. Dalam hal ini antara hubungan hukum
yang terjadi antara pelayan kesehatan didalamnya ada dokter dan tenaga
Kesehatan lainnya yang berkompoten,
BAB X
KORELASI NORMA ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM TENAGA
KESEHATAN

A. Dasar Hukum
Undang-Undang Praktik Kedokteran
Undang-Undang Kesehatan
Undang-Undang Tenaga Kesehatan

ETIK DISIPLIN HUKUM

1. Dibuat dan 6. Organisasi Profesi. 9. Dibuat oleh


disepakati oleh Standar Profesi Pemerintah dan
organisasi Diatur, Norma Dewan
profesi Prilaku pelaksana Perwakilan
2. Kode Etik profesi Rakyat
3. Diatur, norma 7. Sanksi moral 10.UU, PP,
prilaku psikologis dan Keppres, dsb
pelaksanaan teguran / 11.Diatur, norma
profesi pencabutan prilaku manusia
4. Sanksi, yaitu 8. Yang mengadili : pada umumnya
moral psikologis Badan yang 12.Untuk pidana:
5. Yang mengadili : dibentuk:Majelis mati/ kunjungan,
Ikatan/ Kehormatan Disiplin penjara, denda
organisasi Kedokteran Provinsi Untuk Perdata:
profesi terkait; dan Majelis ganti rugi Adm :
Majelis Kehormatan Disiplin teguran/
Kehormatan Etik Kedokteran Pusat pencabutan
Kedokteran 5. Pengadilan :
(MKEK), Panitia Perdata :
Pertimbangan gugatan ke
dan Pembinaan pengadilan
Etik Kedokteran
(P3EK) Pidana : laporan/
tuntutan
Adm : gugatan
ke pengadilan

Etik, disiplin dan hukum


Undang-undang nakes mengatur:
Konsil:
Kedokteran
kedokteran gigi
keperawatan
kebidanan dsb
Majelis disiplin nakes :
kedokteran
kedokteran gigi
keperawatan
kebidanan
analis

B. Pengertian
1) N o r m a
Suatu ukuran atau pedoman bagi seseorang dalam bertindak atau
bertingkah laku dalam masyarakat. intinya norma adalah segala uturan
yang harus dipatuhi.

2) E t i k a
Bagi para praktisi (dokter, pengacara, akuntan, dsb) etika berarti
pedoman dan aturan yang disepakati bersama tentang bagaimana
seharusnya mereka berperilaku dalam menjalankan profesi masing-
masing dengan baik dan benar.

3) Etika Medis
Adalah etika terapan dan etika normatif yang merupakan pedoman
dan rambu-rambu sistematis bagi perilaku etis seorang dokter/tenaga
kes lain secara khusus dalam hubungan profesional dan hubungan
kemanusiaan dengan pasien (hubungan dokter-pasien), agar ia tidak
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan moral, terkait dengan
hidup, kesehatan, dan kematian pasien.

4) Kode Etik Nakes


Kode etik kedokteran adalah seperangkat (tertulis) tentang aturan-
aturan etika yang memuat amar (apa yang dibolehkan) dan larangan
(apa yang harus dihindari) sebagai pedoman pragmatis bagi nakes
dalam menjalankan profesinya.
Singkatnya, kode etik tenaga kes adalah buku (code berasal dari
bahasa latin codex yang berarti buku) yang memuat aturan-aturan etika
bagi tenaga kesehatan.

5) D i s i p l i n
Secara umum arti disiplin dapat mengacu pada blacks law
dictionary yaitu aturan yang sistematis tentang perilaku.
Berdasarkan uu nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
pasal 55, disiplin diartikan sebagai kepatuhan kepada aturan/ketentuan
penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan Kedokteran oleh
dokter dan dokter gigi.

6) Ruang Lingkup Disiplin


Dalam kegiatan asuhan medis meliputi :
Aturan Materiil
a. menyangkut pelaksanaan standar pelayanan, standar prosedur
operasional, kompetensi dan sikap/ perilaku dalam tindakan asuhan
medis
Aturan Formil
a. aturan-aturan dalam penyelenggaraan praktik pelayanan kesehatan

Tenaga Kes adalah setiap org yg mengabdikan diri dlm bidang kes
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yg utk jenis tertentu memerlukan kewenangan utk
melakukan upaya kes. (UU Tenaga Kes)
Dalam Hukum Perikatan hubungan dua Pihak terkandung 2 isi hub:
1. Inspanningsverbintennis
2. Resultaatsverbintennis
- syarat sahnya perjannjian

Pasal 73 Undang-Undang Praktik Kedokteran


1. Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam
memberikan Pelayanan Kepada masyarakat yang menimbulkan
kesan yang seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter
gigi yang telah memiliki STR dan atau SIP
2. Ayat (1) & (2) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang diberikan
kewenangan oleh peraturan perundang-undangan
Penjelasan : Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah bidan dan
perawat di beri kewengan melakukan Tindakan Medis
Legalitas Kewenangan atlm ada 2 :
1) Kewenangan berdasarkan kompetensi (STR )
2) Kewenangan untuk melakukan praktik di tempat tertentu (SIP
ATLM)

- Pelimpahan kewenangan dari Dokter ke Perawat:


Dokter yang memeliki STR dan SIP, Kemudian memberikan Perintah
tertulis atau Dokter tidak ada di tempat, dan perawat yang memeliki
kewenangan (STRP) dan perawat praktik (SIPP) melaksanakannya.
- Pelimpahan kewenangan dari Dokter ke Bidan:
Dokter yang memeliki STR dan SIP, Kemudian memberikan Perintah
tertulis atau Dokter tidak ada di tempat, dan perawat yang memeliki
kewenangan (STRB) dan Bidan praktik (SIPB) melaksanakannya.

Tanggung Jawab
Etik
Displin
Hukum : Perdata, Pidana, dan Administrasi.

Hukum Perdata
Tanggung Gugat Dibagi 2 :
1. Tanggung Gugat Bedasarkan Adanya Kesalahan :
a) Schuld aansprakelijkheid adalah tanggung gugat berdasarkan adanya
kesalahan yang dilakukan.
Cth : Psl 1365 BW (Perbuatan Melawan Hukum)
b) Schuld aanprakelijkheid met omkering van de bewijslast adalah
tanggung gugat berdasarkan adanya kesalahan dengan pembalikan
beban pembuktian.
Cth : Psl 1367 ayat (2) BW (tidak hati-hati)
c) Risico aansprakelijkheid adalah tanggung gugat berdasarkan risiko
atau majikan bertanggung gugat terhadap bawahan (pelimpahan
kewenangan)
Cth : Psl 1367 ayat (3) dan 1369 BW

2. Tanggung Gugat Tidak Di Dasari Adanya Kesalahan :


a) Tanggung gugat mutlak (Strict liability) yaitu kerugian yang dialami
pengguna atas suatu produk baik kerugian tersebut sudah maupun
belum dapat diperkirakan sebelumnya, menjadi beban produsen
sepenuhnya.
b) Tanggung gugat absolut yaitu semua kerugian akan di ganti
berdasarkan sebab akibat dari kerugian yang timbul tidak
dipersoalkan ada atau tidaknya kesalahan yang dilakukan produsen
c) Dalam UU Rumah Sakit psl 46 diatur :
Rumah Sakit Bertanggung jawab secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yg dilakukan oleh tenaga
kesehatan di Rumah Sakit
BAB XI
TANGGUNG JAWAB PIDANA DAN PERDATA TENAGA KESEHATAN

A. Pengertian Tanggung Jawab Pidana


Pertanggung jawaban pidana mengandung asas kesalahan (asas
culpabilitas), yang di dasarkan pada ke seimbangan monodualistik bahwa
asas kesalahan yang didasarkan pada nilai keadilan harus di sejajarkan
berpasangan dengan asas legalitas yang didasarkan pada nilai ke pastian.
Walaupun Konsep berprinsip bahwa pertanggung jawaban pidana
berdasarkan kesalahan, namun dalam beberapa hal tidak menutup
kemungkinan adanya pertanggung jawaban pengganti (vicarious liability) dan
pertanggung jawaban yang ketat (strict liability). Masalah kesesatan (error)
baik kesesatan mengenai keadaannya (error facti) maupun kesesatan
mengenai hukumnya sesuai dengan konsep merupakan salah satu alasan
pemaaf sehingga pelaku tidak dipidana kecuali kesesatannya itu patut di
persalahkan kepadanya.
Pertanggung jawaban pidana (criminal responsibility) adalah suatu
mekanisme untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka di
pertanggung jawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak.
Untuk dapat di pidananya si pelaku, disyaratkan bahwa tindak pidana yang di
lakukannya itu memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam Undang-
undang.
Pertanggung jawaban pidana mengandung makna bahwa setiap orang
yang melakukan tindak pidana atau melawan hukum, sebagai mana di
rumuskan dalam undang-undang, maka orang tersebut patut
mempertanggung jawabkan perbuatan sesuai dengan kesalahannya. Dengan
kata lain orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggung
jawab kan perbuatan tersebut dengan pidana apabila ia mempunyai
kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan apabila pada waktu melakukan
perbuatan di lihat dari segi masyarakat menunjukan pandangan normatif
mengenai kesalahan yang telah dilakukan orang tersebut.
Pertanggung jawaban pidana di terapkan dengan pemidanaan, yang
bertujuan untuk untuk mencegah di lakukannya tindak pidana dengan
menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat; menyelesaikan
konflik yang ditimbulkan tindak pidana; memulihkan keseimbangan;
mendatangkan rasa damai dalam masyarakat; memasyarakatkan terpidana
dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang baik dan
membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
Perbuatan agar dapat di pertanggung jawabkan secara pidana, harus
mengandung kesalahan. Kesalahan tersebut terdiri dari dua jenis yaitu
kesengajaan (opzet) dan kelalaian (culpa).
1. Kesengajaan (opzet) Sesuai teori hukum pidana Indonesia, ke sengajaan
terdiri dari tiga macam, yaitu sebagai berikut:
a. Kesengajaan yang bersifat tujuan Bahwa dengan ke sengajaan yang
bersifat tujuan, si pelaku dapat di pertanggung jawabkan dan mudah
dapat di mengerti oleh khalayak ramai. Apabila kesengajaan seperti
ini ada pada suatu tindak pidana, si pelaku pantas di kenakan
hukuman pidana. Karena dengan adanya ke sengajaan yang bersifat
tujuan ini, berarti si pelaku benar-benar menghendaki mencapai
suatu akibat yang menjadi pokok alasan di adakannya ancaman
hukuman ini.
b. Kesengajaan secara keinsyafan kepastian Kesengajaan ini ada
apabila si pelaku, dengan perbuatannya tidak bertujuan untuk
mencapai akibat yang menjadi dasar dari delik, tetapi ia tahu benar
bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan itu.
c. Kesengajaan secara ke insyafan ke mungkinan Ke sengajaan ini
yang terang-terang tidak di sertai bayangan suatu ke pastian akan
terjadi akibat yang bersangkutan, melainkan hanya di bayangkan
suatu kemungkinan belaka akan akibat itu. Selanjutnya mengenai
kealpaan karena merupakan bentuk dari kesalahan yang
menghasilkan dapat di mintai pertanggung jawaban atas perbuatan
seseorang yang di lakukannya.

2. Kelalaian (culpa) Kelalaian (culpa) terletak antara sengaja dan kebetulan,


bagaimana pun juga culpa di pandang lebih ringan di banding dengan
sengaja, oleh karena itu delik culpa, culpa itu merupakan delik semu
(quasideliet) sehingga di adakan pengurangan pidana. Delik culpa
mengandung dua macam, yaitu delik kelalaian yang menimbulkan akibat
dan yang tidak menimbulkan akibat, tapi yang diancam dengan pidana
ialah perbuatan ketidak hati-hatian itu sendiri, perbedaan antara
keduanya sangat mudah di pahami yaitu kelalaian yang menimbulkan
akibat dengan terjadinya akibat itu maka di ciptalah delik kelalaian, bagi
yang tidak perlu menimbulkan akibat dengan kelalaian itu sendiri sudah
diancam dengan pidana. Sesuai dengan uraian di atas maka diketahui
bahwa terdapat dua unsur kesalahan sehingga seseorang patut
mempertanggung jawabkan perbuatannya di depan hukum, yaitu ke
sengajaan dan kelalaian.

TANGGUNG JAWAB PIDANA DALAM UU No.29 tahun 2004

tentang Praktek kedoteran

BAB X

Pasal 7
Tentang ketentuan pidana setiap orang dengan sengaja menggunakan
alat, metode, atau cara lain yang memberik pelayanan kepada masyarakay
yang menimbulkan kesan seolah - olah dokter di pidana dengan penjara lama
5 tahun atau denda paling banyak Rp. 150 juta.
TANGGUNG JAWAB PERDATA MENURUT UU NO 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN.

Pasal 5
1. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang tenaga
kesehatan dan ataupu penyelenggara kesehatan akibat kesalahan atau
kelainan dalam pelayanan kesehatan.
2. Tuntutan ganti rugi sebagai mana di maksud ayat 1 tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegah cacat dalam keadaan darurat.

B. Pengertian Hukum Perdata


Pengertian Hukum Perdata, berdasarkan pendapat para ahli, secara
sederhana adalah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain, atau
antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain, dengan
menitik beratkan pada kepentingan perseorangan, dimana ketentuan dan
peraturan dimaksud dalam kpentingan untuk mengatur dan membatasi
kehidupan manusia atau seseorang dalam usaha untuk memenuhi
kebutuhan atau kepentingan hidupnya. Dalam praktek, hubungan antara
subyek hukum yang satu dengan yang lainnya ini, di laksanakan dan tunduk
karena atau pada suatu kesepakatan atau perjanjian yang disepakati oleh
para subyek hukum dimaksud. Dalam kaitan dengan sanksi bagi yang
melanggar, maka pada umumnya sanksi dalam suatu perikatan adalah
berupa ganti kerugian. Permintaan atau tuntutan ganti kerugian ini wajib
dibuktikan disertai alat bukti yang dalam menunjukkan bahwa benar telah
terjadi kerugian akibat pelanggaran atau tidak di laksanakannya suatu
kesepakatan Hukum Perdata mengatur hubungan hukum antara orang satu
dengan orang lain dengan menitik beratkan pada kepentingan perorangan.
Pengertian Hukum Perdata tenaga kesehatan adalah Aspek hukum
perdata dalam pelayanan kesehatan antara tenaga kesehatan dan pasien
dapat dilihat dalam suatu transaksi terapeutik yang dibuat oleh kedua belah
pihak. Adapun yang dimaksud dengan transaksi terapeutik adalah transaksi
(perjanjian atau verbintenis) untuk menentukan mencari terapi yang paling
tepat bagi pasien oleh dokter. Transaksi secara umum diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (Het Burgerlijk Wetboek) yang selanjutnya
disebut sebagai KUHPerdata, yang untuk berlakunya secara sah transaksi
tersebut secara umum harus memenuhi 4 (empat) syarat dalam Pasal 1320
KUH Perdata, yaitu:
1) Kata sepakat dari mereka yang mengikatkan dirinya (toesteming van
degene die zich verbinden)
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan (bekwaamheid om en
verbindtenis aan te gaan)
3) Mengenai suatu hal tertentu (een bepaald onderwerp)
4) Karena suatu sebab yang halal (een geoorloofde oorzaak).
Dalam transaksi terapeutik tersebut kedua belah pihak harus memenuhi
syarat syarat tersebut di atas, dan bila transaksi sudah terjadi maka kedua
belah pihak dibebani dengan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi.Seperti
yang disebutkan dalam pasal 1338 KUHPerdata yang berbunyi :
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya.Suatu perjanjian tidak dapat ditarik
kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-
alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.Suatu
perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Pada dasarnya hubungan dokter-pasien dalam tansaksi terapeutik itu
bertumpu pada dua macam hak asasi, yaitu hak untuk menentukan nasib
sendiri (the right to self-determination) dan hak atas informasi (the right to be
informed).Antara dokter dan pasien timbul hak dan kewajiban timbal balik.
Apabila hak dan kewajiban ini tidak dipenuhi oleh salah satu pihak dalam
transaksi terapeutik, maka wajarlah apabila pihak yang lain terutama pihak
yang merasa dirugikan akan menggugat.
Dasar dalam mengajukan gugatan untuk meminta pertanggungjawaban
medis adalah :
1. Wanprestasi (Contractual Liability)
Wanprestasi dalam pelayanan kesehatan, timbul karena tindakan
seorang dokter yang berupa pemberian jasa perawatan yang tidak patut
sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Perawatan yang tidak patut ini
dapat berupa tindakan kekuranghati-hatian, atau akibat kelalaian dari
dokter yang bersangkutan sehingga menyalahi persetujuan
terapeutik.Dalam pasal 1243 KUHPerdata menyebutkan bahwa:
penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya
suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan
Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang
harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau
dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan.
Wanprestasi dalam pelayanan kesehatan baru terjadi bila telah
terpenuhi unsur-unsur berikut ini:
a. Hubungan antara dokter dengan pasien terjadi berdasarkan kontrak
terapeutik;
b. Dokter telah memberikan pelayanan kesehatan yang tidak patut yang
menyalahi tujuan kontrak terapeutik;
c. Pasien menderita kerugian akibat tindakan dokter yang
bersangkutan.
Dalam gugatan atas dasar wanprestasi, ketiga untus tersebut
harus dibuktikan terlebih dahulu adanya kontrak terapeutik yang diajukan
dengan menggunakan rekam medik.
2. Perbuatan Melanggar Hukum (Onrechtmatige daad)
Hal tersebut dapat kita lihat dalam pasal 1365 KUHPerdata yang
berbunyi bahwa Tiap perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad),
yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, menggantikan kerugian
tersebut. Dalam gugatan atas dasar perbuatan melawan hukum, maka
harus dipenuhi empat syarat antara lain.
a. Pasien harus mengalami suatu kerugian.
b. Adanya kesalahan atau kelalaian
c. Ada hubungan kausal antara kerugian dan kesalahan.
d. Perbuatan itu melanggar hukum.

Ciri khas gugatan berdasarkan perbuatan melawan hukum dapat di


lihat dari model pertanggung jawaban yang di terapkan yaitu pertanggung
jawaban karena ke salahan (faults liability) yang di atur dalam pasal
1366.Pasal 1366 KUH Perdata menyebutkan bahwa Setiap orang
bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang disebabkan
perbuatan-perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan
kelalaian atau kesembronoannya.
Selain pasal 1366 KUHPerdata diatas, berlaku juga Pasal 1371
KUHPerdata menyebutkan bahwa : Menyebabkan luka atau cacat
anggota badan seseorang dengan sengaja atau karena kurang hati-hati,
memberi hak kepada korban selain untuk menuntut penggantian biaya
pengobatan, juga untuk menuntut penggantian kerugian yang disebabkan
oleh luka atau cacat badan tersebut. Juga penggantian kerugian ini dinilai
menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak dan menurut
keadaan. Ketentuan terakhir ini pada umumnya berlaku dalam hal menilai
kerugian yang ditimbulkan oleh suatu kejahatan terhadap pribadi
seseorang.
BAB XII
PERATURAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN
PRAKTIK AHLI LABORATORIUM MEDIK

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bawa tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Mediksebagai salah


satu dari jenis tenaga kesehata, berwenang untuk
menyelenggarakan dan menjalankan praktek di bidang pelayanan
kesehatan sesuai dengan bidang keahlian yang di miliki.

b. Bahwa bedasarkan ketentuan pasal 23 Undan-undang Nomor


36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan pasal 46 undang-undang
nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, setiap tenaga
kesehatan dalam menyelenggarakan atau menjalankan praktek di
bilang pelayanan kesehatan wajib memiliki izin.

c. Bahwa beradasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan peraturan Menteri
Kesehatan tentang izi dan penelenggaraan Praktik Ahli Teknologi
Laboratorium Medik.

Mengingat : 1. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan


(lembaga Negara Tahun 2009 nomor 114, tambahan lembaga
negeri Republik Indonesia Nomor 5063.

2. Undang - undang nomor 23 Tahun nomor 2014 tentang


Pemerintah Darah ( Lembaga Negara Tahun 2014 nomor 224,
tambahan lembaga negara nomor 5587) sebagaimana telah
diubah dengan undang-undang nomor 2 tahun 2015 (lembaga
negara tahun 2015 Nomor 24, tambahan lembaga negara nomor
5657 )

3. Undang - undang Nomor 36 Tahun 2014 tenaga kerja


kesehatan (lembaga Negara Tahun 2014 Nomor 298,Tambahan
Lembaga Negara Nomor 5607)

4. Peraturan menteri kesehatan nomor 1144/Menkes/per/VIII/2010


tentang organisasi dan tata kerja kementerian kesehatan ( berita
negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585 )
Sebagaimana telah diubah dengan peraturan menteri kesehatan
nomor 35 tahun 2013 (berita negara dengan republic tahun 2013
nomor 741)
5. Peraturan menteri kesehatan nomor 46 tahun 2013 tentang
registrasi tenaga kesehatan (Berita negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 977)

6. Peraturan menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2013 tentang


pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1320 )

MEMUTUSKAN

Menerapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG


IZIN DAN PENYELANGGARAAN PRAKTIK AHLI TEKNOLOGI
LABORATORIUM MEDIK.

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan Mneteri ini yang di maksud dengan :

1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik adalah Setiap orang yang


telah lulus pendidikan Teknologi laboratorium medic atau
analis kesehatan memiliki kopetensi melakukan analisis
terhadap cairan atau jaringan tubuh manusia untuk
menghasilkan informasi tentang kesehatan perseorangan dan
masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau
tempat yang di gunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitative yang di lakukan oleh pemerintah daerah atau
masyarakat.
3. Surat tanda registrasi Ahli Madya Teknologi Laboratorium
Medik selanjutnya disingkat STR-ATLM adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh konsil tenaga kesehatan kepada para Ahli
Teknologi Laboratorium Medik yang telah diregistrasi.
4. Surat izin praktek Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang
selanjutnya disingkat SIP-ATLM adalah bukti tertulis yang di
berikan oleh pemerintah daerah kebupaten kota kepada Ahli
Teknologi sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan
praktek.
5. Satndar Profesi ahli Teknologi Laboratorium Medik yang
selanjutnya di sebut standar profesi adalah batasan
kemampuan minimal berupa pengetahuan, keterampilan dan
perilaku profesional yang harus di kuasai dan dimiliki oleh Ahli
Teknologi Laboratorium Medik untuk dapat melakukan
kegiatan profesional pada masyarakat secara mandiri yang di
buat oleh organsasi profesi bidang kesehatan.
6. Organisasi profesi Alhi Teknologi Laboratorium Medik yang
selanjutnya di sebut organisasi profesi adalah wadag untuk
berhimpunan para Ahli Teknologi Laboratorium Medik.
7. Pemerintah Daerah adalah kpala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintah daerah yang meminpin
pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
8. Menteri adalah yang menyelenggara urusan pemerintah di
bidang kesehatan.

Pasal 2
Dalam peraturan Menteri ini di atur segala sesuatu yang
berkaitan dengan penyelenggara praktik Ahli Teknolog
Laboratorium Medik di bidang pelayanan kesehatan.

PERIZINAN
(Bagian Kesatu Kualifikasi Ahli Teknologi Laboratorium Medik)

Pasal 3
Kualifikasi Ahli Teknologi Laboratorium Medik di tentukan
berdasarkan pendidikan yang terdiri atas :
a. Diploma III sebagai Ahli Madya Teknologi Laboratorium
Medik.
b. Diploma IV sebagai sarjana Terapan Teknologi
Lboratorium Medik.

STR-ATLM dan STR-ATLM Sementara


Pasal 4
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik dan Ahli Teknologi
Laboratorium Medik warga negara Indonesa lulusan
luar negri untuk dapat menyelenggarakan atau
menjalankan praktiknya harus memiliki STR- ATLM.
2. STR-ATLM sebagaimana di maksud pada ayat (1)
berlaku selama 5 tahun.
3. STR-ATLM sebagai mana di maksud pada ayat (1) di
peroleh sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
4. Contoh STR-ATLM sebagai mana tercantum dalam
formulir 1 terlampir yang merupakan sebagian
terpisahkan dari peraturan Menteri ini.

Pasal 5
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik warga negara asing
untuk dpat menyelenggarakan atau menjalankan
prakteknya harus memiliki STR-ATLM sementara.
2. STR-ATLM sementara sebagaimana di maksud pada
ayat (1) diperoleh melalui evaluasi kompetensi yang
meliputi penilaian kelengkapan administrasi dan
penilaian kemampuan untuk melakukan praktek sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Contoh STR-ATLM sementara sebagaimana
tercantum dalam formulir II terlampir yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.

SIP-ATLM
Pasal 6
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang
mnyelenggarakan atau menjalankan praktek di bidang
pelayanan kesehatan wajib memiliki SIP-ATLM.
2. SIP-ATLM sebagaimana di maksudkan pada ayat (1)
kepada Alhi Teknologi Laboratorium Medik yang telah
memiliki STR-ATLM.
3. SIP-ATLM sebagaimana di maksud pada ayat (1) yang
di keluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten / kota.

Pasal 7

1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik hanya dapat


memiliki paling banyak 2 SIP-ATLM.
2. SIP-ATLM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
masing-masing berlaku hanya untuk 1 tempat praktek.
3. Permohonan SIP-ATLM kedua dapat dilakukan
dengan menunjukan bahwa yang bersngkutan telah
memiliki SIP-ATLM pertama.

Pasal 8
1. Untuk memperoleh SIP-ATLM sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7, Ahli Teknologi Laboratoeium Medik
harus mengajukan permohonan kepada pemerintah
daerah kabupaten/kota dengan melampirkan :
a. Foto kopi ijazah yang dilegalisir
b. Foto kopi STR-ATLM
c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki
surat izin praktek.
d. Surat keterangan bekerja dari fasilitas pelayanan
kesehatan yang bersangkutan.
e. Pas foto bewarna terbaru ukuran 4x6 cm berlatar
belakang merah
f. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan
kaupaten/kota atau penjabat yang di tunjuk dan
rekomendasi dari organisasi profesi.
2. Contoh surat permohonan memperoleh SIP-ATLM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terantum dalam
formulir III terlampir yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan menteri in
3. Contoh SIP-ATLM sebagaimana tercantum dalam
formulir IV terlampir yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan Menteri ini.

Pasal 9
1. Dalam keadan tertentu berdasarkan kebutuhan
pelayanan kesehatan dan jumlah Ahli Teknologi
Laboratorium Medik, pemerintah daerah kabupaten/kota
setempat dapat memberikan SIP-ATLM kepada Ahli
Teknologi Laboratorium Medik sebagai izin
menyelenggarakan atau menjalankan praktek di bidang
pelayanan kesehatan yang ketiga setelah mendapat
persetujuan gubernur.
2. Untuk mengajukan permohonan izin sebagaimana di
maksud pada ayat (1) Ahli Teknologi Laboratorium
Medik harus memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksudkan pada pasal 8.

Pasal 10
1. SIP-ATLM berlaku sepanjang STR-ATLM masih berlaku
dan dapat di perpanjang kembali selama memenuhi
persyaratan.
2. Perpanjang STR-ATLM harus memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.

Pasal 11
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik warga negara asing
dapat mengajukan permohonan memperoleh STR-ATLM
setelah:
a. Memiliki STR-ATLM sementara
b. Memenuhi persyaratan sebagaimana di maksud
dalam pasal 8.
c. Memenuhi persyaratan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan,
2. Ahli Teknologi Laboratorium medic warga negara
Indonesia lulusan luar negri dapat mengajukan
permohinan memperoleh SIP-ATLM setelah memenuhi
persyaratan sebagaiman di maksud dalam pasal 8.
PENYELENGGARAAN PRAKTEK AHLI TEKNOLOGI
LABORATORIUM MEDIK

Pasal 12
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang memiliki
SIP-ATLM dapat menyelenggarakan atau
menjalankan praktek di bidang pelayanan kesehatan
di laboratorium pada fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana di
maksud pada ayat (1) meliputi laboratorium:
a. Patologi Klinik
b. Patologi anatomi
c. Mikrobiologi Klinik
d. Parasit Klinik
e. Biologi Molukuler
f. Riset Medik
g. Reproduksi Manusia
h. Sitogenetik
i. Forensik
j. Penguji narkotika dan psikotropika
k. Toksikologi
l. Imunologi
m. Virologi/ serologi
3. Selain laboratorium sebagai mana di maksud pada
ayat (2) Ahli Teknologi Laboratorium Medik dapat
menyelenggarakan atau menjalankan prakteknya di
laboratorium lain sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

Pasal 13

1. Ahli teknologi Laboratorium Medik dalam


memberikan pelayanan kesehatan hanya dapat
melakukan pelayanan atas permintaan tertulis
dengan keterangan klinis yang jelas dari tenaga
medis dan bidan.
2. Ahli teknologi Laboratorium Medik yang bekerja di
laboratorium riset dapat melakukan pelayanan atas
permintaan dari peneliti terkait.
3. Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang bekerja di
laboratorium penguji narkotika dan psikotropika dapat
melakukan pelayanan atas permintaan dari penyidik
atau pihak lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
Pasal 14
1. Ahli Madya Teknologi Laboratorium Medik dalam
menyelenggarakan atau menjalankan praktek di
bidang pelayanan kesehatan di laboratorium pada
fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai
kewenangan :
a. Mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan di
laboratorium.
b. Melakukan pengambilan dan penangan
specimen darah serta serta penanganan cairan
dan jaringan tubuh.
c. Mempersiapkan dan memilih kualitas reagen dan
lain- lainnya.
2. Selain berwenang melaksanaka praktek Ahli Madya
Teknologi Laboratorium Medik sebagaimana pada
ayat (1) sarjana terapan Teknologi Laboratorium
Medik berwenang.

Pasal 15
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik dapat
melaksanakan kewenangan selain sebagaimana di
maksud dalam pasal 14 apabila dalam penugasan
pimpinan Fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana di
maksud pada ayat 1 harus memperhatikan
kompetensi, kedaruratan dan kemungkinan untuk di
rujuk.

Pasal 16
1. Dalam melakukan prakteknya, Ahli Teknologi
Laboratorium Medik wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan.
2. Pencatatan dan pelaporan sebagaimana di maksud
pada ayat (1) wajid di simpan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai