Anda di halaman 1dari 6

BAB 5 : MENJADIKAN MATEMATIKA MENARIK

Menjadikan matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang menarik merupakan
tantangan bagi setiap pendidik. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk hal ini.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan Anda mampu:
1. Menjelaskan pentingnya menjadikan matematika menarik
2. Mendeskripsikan trik yang dapat digunakan untuk menjadikan matematika menarik.

5.1 Mengapa Penting Menjadikan Matematika Menarik


Mengapa banyak anak mengalami kesulitan dalam empelajari matematika? Bahkan
sering kita temui anak takut dan menghindar untuk mempelajari matematika, mengapa
demikian? Ada banyak jawaban terhadap pertanyaan ini. Pertama, guru cenderung
menjadikan matematika sebagai kumpulan angka-angka, konsep, dan rumus-rumus yang
kurang bermakna. Kedua, matematika dipersepsikan sebagai pelajaran yang kaku,
prosedurnya sudah baku, peserta didik hanya perlu menghafal rumus, selanjutnya
mengerjakan soal sesuai dengan contoh yang diberikan. Ketiga, aspek ke tekstual atau
realistik jarang dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika. Kenyataan lainnya
menunjukkan bahwa aspek kontekstual dilibatkan dalam pembelajaran biasa pula kita temui
dalam pembelajaran matematika, tetapi itu biasanya ditemukan ketika guru menerapkan
konsep atau prinsip yang dipelajari dalam memecahkan masalah yang disajikan dalam bentuk
soal cerita.
Matematika kemudian dimaknai peserta didik sebagai kumpulan angka-angka yang
seringkali tidak dihubungkan dengan konteks nyata. Bahkan ditemui pula guru yang tidak
dapat memaknai secara benar masalah kehidupan nyata yang dihadapi untuk kemudian
menggunakan matematika secara benar dalam memecahkan masalah tersebut. Mereka hanya
menggunakan operasi matematika dalam memecahkan masalah yang dihadapi tanpa
memaknainya secara benar. Temuan penulis (2013) agaknya cukup mengagetkan. Kepada 41
guru SD diberikan masalah sebagai berikut:
"Seorang gembala menggembalakan 125 ekor domba, ia ditemani oleh 5 ekor anjing.
Berapakah usia gembala tersebut?"
Para guru SD tersebut diminta menyelesaikan masalah tersebut, menuliskan
penyelesaiannya pada lembar kertas yang telah disediakan dan diminta menulis pula
alasannya. 32 guru menulis bahwa masalah tersebut tidak bisa diselesaikan. 21 diantaranya
menuliskan bahwa informasi yang disediakan tidak memadai. Yang mengagetkan bahwa
terdapat 9 guru yang menyelesaikan masalah tersebut sebagai berikut:
125
Usia Pengembala adalah =25tahun
5

Ketika ditanya mengapa demikian, salah satu guru menjawab bahwa usia itu yang
paling mungkin sebab kalau ditambah menjadi 130 tahun tetapi kalau dikurangi menjadi 120
tahun, terlalu tua untuk menjadi penggembala.
Menjadikan matematika menarik menjadi salah satu tantangan bagi para guru. Semua
pendidik tentunya mengharapkan peserta didik menguasai dengan baik materi matematika
yang dipelajari, mampu membuat pengaitan antar konsep, dan mampu menggunakannya
dalam pemecahan masalah. Hal ini hanya akan dapat terjadi bila matematika dipersepsikan
sebagai mata pelajaran yang menarik bagi siswa. Matematika juga harus dipersepsikan
sebagai kunci sukses bagi peserta didik. Dengan mempelajari matematika, peserta didik tidak
hanya memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memecahkan masalah matematika, tetapi
juga memiliki dasar yang kuat untuk dapat mempelajari mata pelajaran lainnya, memiliki
kemampuan yang lebih baik dalam memecahkan masalah sehari-hari, dan memiliki
kemampuan penalaran yang jauh lebih baik.
Menjadikan matematika menarik adalah hal penting untuk diperhatikan guru. Hal ini
dimaksudkan untuk:
1. Membentuk sikap dan kecintaan matematika di kalangan siswa.
2. Memfokuskan perhatian dan mengkondisikan siswa untuk terlibat lebih aktif dalam
pembelajaran.
3. Meningkatkan penguasaan siswa terhadap matematika dan kemampuan
menerapkannya dalam pemecahan masalah
5.2 Kiat Menjadikan Matematika Menarik
Bagaimana menjadikan matematika menjadi pelajaran yang menarik? Ini sebuah
pertanyaan penting bagi para gun dan dosen (pendidik). Terdapat beberapa cara yang dapat
dipertimbangkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Cara atau kiat dimaksud adalah
sebagai berikut :
1. Memulai Pelajaran Dengan Cara yang Menarik
Setiap aktivitas belajar mengajar tentunya akan dimulai dengan kegiatan pendahuluan.
Pada kegiatan pendahuluan dapat dilakukan berbagai variasi aktivitas, antara lain:
a. Mereview materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya.
b. Menjelaskan materi apa yang akan dipelajari.
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran.
Aktivitas semacam ini memang penting dan perlu dilakukan. Tetapi akan lebih baik jika
pendidik memulai kegiatan pembelajaran dengan pertanyaan yang menantang yang
mendorong peserta didik untuk berpikir dan mencari jawabannya. Menurut Sobel & Maletsky
(2004), sebuah pertanyaan yang menantang dapat digunakan sebagai cara yang efektif untuk
memulai atau mengakhiri suatu pelajaran. Sebuah pertanyaan yang memancing diberikan,
kemudian murid-murid diberikan kesempatan menduga, mendiskusikan, maupun berdebat
untuk memperoleh jawabannya. Kemudian dengan dituntun oleh guru, metode yang tepat
dibahas untuk menjawab pertanyaannya.
Untuk kebutuhan ini penting bagi guru untuk merancang pertanyaan yang menarik dan
relevan dengan kurikulum dan kemampuan berpikir peserta didik. Sebagai contoh ketika
memulai belajar tentang barisan dan deret, guru dapat memulai dengan memberikan masalah
yang bersifat menantang, misalnya:
Bila hari pertama terdapat 1 bakteri, hari kedua berkembang menjadi 2 bakteri, hari
ketiga berkembang menjadi 4 bakteri, hari keempat berkembang menjadi 8 bakteri, hari
kelima berkembang menjadi 16 bakteri, dst. Terdapat berapa bakterikah pada hari yang ke-
1000?
Peserta didik tentu saja akan mengerjakan ini dengan cara bervariasi. Ada yang menebak,
ada yang mengerjakan dengan mengalikan satu persatu dengan 2, dst. Guru dapat
mengarahkan peserta didik bahwa masalah atau pertanyaan ini akan lebih mudah diselesaikan
dengan menggunakan barisan geometri yang akan dipelajari hari ini.
2. Menggunakan Sejarah Matematika
Melibatkan sejarah matematika dalam pembelajaran akan menghadirkan nuansa tersendiri
yang akan mampu memotivasi peserta didik untuk belajar. Dengan menggunakan sejarah
sedikitnya ada dua manfaat yang dapat diperoleh, yakni :
(1) wawasan peserta didik mengenai latar belakang materi matematika yang dipelajari
menjadi lebih luas, dan
(2) peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar, karena diperkenalkan dengan
seseorang atau tokoh yang dapat dijadikan sebagai model.
Beberapa contoh penggunaan sejarah matematika dalam pembelajaran matematika adalah
sebagai berikut:
a. Misalnya dalam pembelajaran Aljabar, guru dapat memperkenalkan Diofantus,
matematikawan Yunani yang dikenal sebagai bapak Aljabar. Guru dapat menjelaskan
bahwa Diofantus dikenal sebagai bapak Aljabar karena ia adalah orang pertama yang
merumuskan pemikirannya secara singkat dan sistematis dengan menggunakan
lambang hasil rancangannya sendiri. Diofantus juga memecahkan apa yang sekarang
disebut persamaan tak tentu atau persamaan Diofantus. Persamaan tak tentu tidak
mengandung keterangan yang cukup untuk menjawabnya dengan bilangan tertentu,
tetapi cukup untuk mengelompokkan jawabannya dalam jenis tertentu. Bergamini
(1981) menjelaskan bahwa kehidupan Diofantus, bapak Aljabar asal Yunani tidak
banyak diketahui kecuali umurnya pada saat kematiannya. Umur Diofantus
dilestarikan dalam teka-teki terkenal, yakni:

Masa muda Diofantus 1/6 masa hidupnya. Kemudian 1/12 tahun masa hidupnya la
berjenggot.
1/7 tahun masa hidupnya kemudian la menikah. 5 tahun setelah menikah anaknya
lahir. Anak tersebut hidup tepat 1/12 tahun hidup ayahnya. Diofantus kemudian
meninggal 4 tahun setelah anaknya meninggal. Tentukanlah umur Diofantus.

b. Dalam pembelajaran barisan dan deret, guru dapat memperkenalkan Karl Friedrich
Gauss (1777-1855). salah seorang matematikawan termasyhur asal Jerman. Pada saat
Gauss di Sekolah Dasar, gurunya menugaskan Gauss untuk menghitung jumlah 1
sampai 100. Gauss dengan cepat menjawab 5050, karena ia tidak menghitung satu
persatu, tetapi menghitung dengan menggunakan pola berikut:
Karena terdapat 50 pasang bilangan, masing-masing dengan jumlah 101, maka totalnya
adalah 50 x 101 = 5.050.
3. Menggunakan Paradoks
Penggunaan paradoks dalam pembelajaran matematika juga dapat membuat pembelajaran
menjadi menarik. Paradoks merupakan suatu proposisi yang meskipun menurut logika benar,
tetapi bertentangan dengan pikiran sehat. Misalnya dalam pembelajaran limit, guru dapat
memodifikasi paradoks yang dikemukakan Zeno, tokoh ahli paradoks Yunani sebagai
berikut:
Misalnya Akhilles berlomba lari dengan seekor kura -kura.
Kura-kura hanya menempuh setengah dari jarak yang ditempuh Akhilles. Pada pengukuran
pertama (t1). Akhilles menempuh setengah jarak yang harus ditempuh, demikian pula kura-
kura menempuh setengah jarak yang harus ditempuh. Pada pengukuran kedua (t1), Achilles
mencapai seperempat dari jarak yang harus ditempuhnya, demikian pula kura-kura
menempuh seperempat jarak yang harus ditempuh kura-kura. Pertanyaannya yang mana
yang akan mencapai finish lebih dulu, Akhilles ataukah kura-kura?
4. Menyajikan bentuk-bentuk menarik dari operasi bilangan.
Banyak bentuk khusus operasi bilangan yang menghasilkan bilangan dengan
komposisi menarik. Bentuk-bentuk ini akan semakin menambah daya tarik bagi
peserta didik. Beberapa contoh berikut menunjukkan hal ini:
 Contoh 1.

(1 × 8) + 1 = 9
(12 × 8) + 2 = 98
(123 × 8) + 3 = 987
(1234 × 8) + 4 = 9876
(12345 × 8) + 5 = 98765
(123456 × 8) + 6 = 987654
(1234567 × 8) + 7 = 9876543
(12345678 × 8) + 8 = 98765432
(123456789 × 8) + 9 = 987654321
 Contoh 2.
37.037 × 3 = 111.111
37.037 × 6 = 222.222
37.037 × 9 = 333.333
37.037 × 12 = 444.444
37.037 × 15 =…..
37.037 × 18 =……
37.037 × 21 =……
37.037 × 24 =……
37.037 × 27 =…..

5. Penggunaan Matematika Magic (Mathemagic)


Kita dapat membuat peserta didik terkesan dengan seakan akan menampilkan
kemampuan kita menebak bilangan yang dipikirkan siswa. Dalam konteks ini kita
menggunakan trik atau pola matematika sederhana dalam permainan pikiran.
Sebagai contoh, kita mintakan peserta didik untuk memikirkan usia ibunya. Mintakan
mereka untuk mengalikan usia tersebut dengan 2 dan tambahkan hasilnya dengan 10. Kalikan
hasilnya dengan 5, kemudian jumlahkan dengan jumlah saudaranya. Selanjutnya mintakan
mereka kurangkan dengan 50.
Mintakan peserta didik ke-1 untuk menyebutkan hasilnya Jika dia mengatakan 432, maka
guru merespons dengan mengatakan bahwa usia ibunya 43 tahun dan dia memiliki 2 saudara.
Mintakan peserta didik ke-2 untuk menyebutkan hasil hitungannya. Jika dia mengatakan 365,
maka guru merespons dengan mengatakan bahwa usia ibunya 36 tahun dan dia memiliki 5
saudara.
Penggunaan mathemagic seperti ini akan membuat peserta didik takjub dan menyenangi
matematika.
Secara sederhana bentuk di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Aktivitas hitung Hasil
Pikirkan usia ibu Anda n
Kalikan usia tersebut dengan 2 2n
Tambahkan dengan 10 2n + 10
Kalikan dengan 5 10n + 50
Tambahkan dengan jumlah saudara 10n + 50 + k
Kurangkan dengan 50 10n + k

Jika n = 43 dan k= 2, maka 10n+ k = 430+2 = 432 Dua angka pertama merupakan usia ibu
dari peserta didik dan angka ketiga merupakan jumlah saudaranya.
6. Lakukan Aktivitas Belajar di Luar Kelas
Aktivitas belajar di luar kelas akan memberikan suasana baru (berbeda) bagi peserta
didik. Belajar matematika di alam terbuka membuat peserta didik merasa lebih leluasa dan
tidak lagi dibatasi sekat-sekat ruang kelas. Aktivitas belajar akan menjadi lebih menarik,
peserta didik akan terlibat secara lebih aktif dalam berbagai aktivitas seperti mengamati,
mengukur, bertanya, menghitung, dan sebagainya.
Dalam pembelajaran trigonometri misalnya, guru dapat mengajak siswa untuk mengukur
tinggi pohon, tingg hangunan, tinggi gunung, dan sebagainya dengan menggunakan
linometer. Guru dapat mengarahkan peserta didik untuk menentukan besar sudut elevasi, dan
jarak ke objek kemudian menggunakan perbandingan trigonometri untuk menemukan tinggi
objek yang diukur.
7. Permainan
Belajar matematika akan lebih menyenangkan bila dilakukan dalam bentuk permainan.
Misalnya untuk meningkatkan penguasaan dan kemampuan operasi hitung bilangan pecahan
guru dapat membuat seperangkat kartu operasi. Kartu domino dimodifikasi menjadi kartu
operasi pecahan. Misalnya:

Contoh Kartu Pecahan


Dalam permainan ini peserta didik akan memasangkan masing-masing bagian kartu
dengan bagian kartu lainnya yang nilainya sama, seperti pada permainan kartu domino.
Awalnya mungkin peserta didik perlu menghitung pada selembar kertas sebelum
memasangkan kartunya, lama kelamaan operasi tersebut bersifat rutin dan menjadi jauh lebih
mudah bagi peserta didik.
8. Teka-teki
Teka-teki merupakan soal yang berupa kalimat (cerita atau gambar) yang disajikan secara
samar-samar, biasanya disajikan sebagai suatu permainan atau untuk mengasah pikiran. teka-
teki Dalam berfungsi mendorong rasa ingin tahu, mendorong berpikir pembelajaran
matematika, tingkat tinggi, dan menjadikan pembelajaran matematika menjadi lebih menarik.

Anda mungkin juga menyukai