Anda di halaman 1dari 10

Nama : Gerhajun Fredy Purba

NPM : 2110501009
UAS Mata Kuliah Analisis Kurikulum dan P2M

1. Kurikulum prototipe tahun 2022 sifatnya mengembangkan kurikulum sebelumnya yang berorientasi
holistik, berbasis kompetensi, kontekstualisasi dan personalisasi. Kemukakan pendapat anda
bagaimana peran kepala sekolah dan guru dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut.
Jawaban
Peran kepala Sekolah
Peran kepala sekolah dalam mengembangkan kurikulum Merdeka belajar (Prototipe)
harus aktif. yaitu sebagai fasilitator dan motivator guru dalam penyediaan akses pendidikan dan
pelatihan kurikulum Merdeka. Kepala sekolah sebagai supervisor secara intensif, berpartisipasi
aktif dalam pembinaan kompetensi guru. Dalam aspek monitoring dan evaluasi, kepala sekolah
mengadakan rapat secara rutin atau diskusi untuk mengetahui kendala dan faktor penghambat
untuk selanjutnya mencari solusi dan memberikan arahan. Faktor penghambat dalam proses
implementasi kurikulum merdeka belajar cepat diatasi dan dicari solusinya oleh kepala sekolah
dengan megikuti berbagai macam pelatihan eksternal maupun internal serta memberdayakan
belajar dengan teman sejawat baik dari permasalahan pembelajaran maupun berkaitan dengan
teknologi.
Peran Guru
Sama halnya dengan guru berperan sebagai manajerial dalam kegiatan pembelajaran yang
menuntut banyak projek yang harus diberikan kepada siswa meskipun hambatan terhadap guru
yang kurang maksimal menggunakan teknologi dalam pembelajaran dan jaringan internet yang
kurang kuat, harus diupayakan karena berpengaruh dalam proses pembelajaran kurikulum
merdeka. Sarana internet adalah salah satu hal penting dalam penerapan pembelajaran di
kurikulum merdeka belajar sebagai media digital dan mempunya daya tarik serta membawa
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
peran guru adalah melaksanakan inovasi pembelajaran untuk menjawab kebutuhan
peserta didik dan menciptakan iklim pembelajaran yang memerdekakan. Inovasi pembelajaran
diharapkan mampu membantu peserta didik untuk merdeka berpikir, merdeka berinovasi, belajar
mandiri dan kreatif, merdeka belajar untuk kebahagiaan. Peran guru dalam inovasi pembelajaran
melahirkan guru inovatif. Guru inovatif maka guru bertanggungjawab membantu peserta didik
untuk belajar dan berperilaku dengan cara baru yang berbeda. Hal ini berarti bahwa guru harus
memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diandalkan. Guru menguasai berbagai
metode, strategi, dan media pembelajaran terbaru. Bahkan guru juga harus menguasai teknologi
pembelajaran untuk menunjang kegiatan pendidikan. Guru inovatif adalah guru yang berdaya
saing selain karena inovatif, kreatif dan kritis melainkan juga menguasai teknologi inovatif yang
didesain dan diterapkan dalam pembelajaran.
Nama : Gerhajun Fredy Purba
NPM : 2110501009
UAS Mata Kuliah Analisis Kurikulum dan P2M

2. Buatlah satu disain proses pembelajaran yang membimbing siswa untuk mengkonstruksi atau
menemukan Kembali (reinvent) suatu konsep matematika.

Jawab

Desain Pembelajaran

Materi Perkalian

Langkah Pembelajaran Penemuan kembal

a. Pendahuluan
 Kegiatan awal pembelajaran (salam, doa, dan kegiatan nasionalisme)
 Menyampaikan tujuan pembelajaran matematika realistik
 Guru menjelaskan garis besar pembelajaran
 Guru melakukan apersepsi dengan menggunakan teknik tanya jawab. Teknik
apersepsi ini dilaksanakan menggunakan sistem koopertif. Siswa diminta untuk
membentuk kelas menjadi 5 kelompok sesuai dengan jadwal piket harian siswa.
Setelah itu guru memberi pertanyaan,
 Selanjutnya guru memberikan permasalahan awal berkaitan dengan tema pembelajaran
(Perkalian) yang harus diselesaikan tiap kelompok. Pertanyaannya berupa cerita.

“Pak tani memiliki 5 ekor sapi di kandangnya. Maka berapa total jumlah kaki yang
dimiliki oleh 5 ekor sapi tersebut?”

b. Kegiatan Inti
 Langkah pertama
Guru menyiapkan media manik-manik sebagai sarana alat bantuhitung untuk anak
(manik-manikbisa diganti dengan media lainseperti lidi, sdotan minuma, dankoin).
Media tersebut dibagikanberbeda-beda untuk tiapkelompoknya. Guru meminta tiap
kelompok untuk berdiskusi,menemukan solusi terhadappermasalah tersebut dan
menuliskanjawabannya pada selembar kertas.Kemungkinan jawaban yangdiberikan
oleh siswa diantaranya:
Kemungkinan pertama
Siswa menghitung satu persatu kaki yang dimiliki 5 ekor sapi, sampaimenemukan hasil
yang menurut mereka benar. Sistem penghitungan seperti ini tidak akurat dan adanya
kemungkinan siswa melakukankesalahan dalam penghitungan.

Kemungkinan kedua
Siswa menghitung jumlah kaki yang dimiliki oleh 5 sapi menggunakan media manik-
manik yang diberikan oleh guru. Penghitungan yang dilakukan ini menggunakan sistem
pengelompokan seperti:
Nama : Gerhajun Fredy Purba
NPM : 2110501009
UAS Mata Kuliah Analisis Kurikulum dan P2M

Sapi 1 Sapi 2 Sapi 3 Sapi 4 Sapi 5

Gambar Ilustrasi manik-manik sebagai alat bantu hitung.

Kemungkinan ketiga

4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 4 X5 = 25

Gambar Ilustrasi perhitungan langkah pertama.

Jawaban siswa ini merupakan jawaban formal yang dapat diterapkan setelah materi
perkalian dikuasai dan dipahami dengan baik.
 Langkah kedua
Guru harus mampu menanggapi beragam jawaban yang diberikan oleh tiap
kelompok, baik jawaban yang salah maupun yang benar. Apabila jawaban beberapa
kelompok salah, maka tugas guru untuk melihat alasan jawaban dari siswa,
memberikan apresiasi, serta mengoreksi hingga jawaban yang diberikan sesuai.
Untuk jawaban yang benar seperti contoh di atas, maka guru memberikan apresiasi
dan memberikan pemahaman kepada siswa jawaban mana yang paling mudah
dikerjakanmenggunakan cerita:

“Apabila kita disuruh menghitung banyaknya kaki pada 20 ekor sapi, apakah kita
harus menghitung satu persatu kaki sapi yang ada?” (kemungkinan pertama), “atau
kita harus menjumlahkan kaki yang dimiliki pada tiap sapi?” (kemungkinan kedua)

Guru kemudian memberikanpermasalahan baru:

“Bagaimana jika seandainya bapak/ibu meminta kalian untuk menghitung jumlah kaki
pada ratusan sapi?” (masalah)

“untuk mempermudah kita harus menghitungnya dengan cara yang paling mudah, yaitu
dengan mengubah penjumlahan kedalam bentuk perkalian” (solusi).

 Langkah ketiga
Guru mengajarkan kepada siswa bagaimana cara mengubah bentuk penjumlahan
berulang kedalam bentuk perkalian sesuai dengan contoh pada kemungkinan ketiga.
Nama : Gerhajun Fredy Purba
NPM : 2110501009
UAS Mata Kuliah Analisis Kurikulum dan P2M
Sebelum masuk pada materi tersebut, siswa dijelaskan terlebih dahulu terkait perbedaan
antara 4 X

5 dan 5 X 4. Cara mudah menjelaskan hal tersebut kepada anak adalah


mengaplikasikannya dengan ilustrasi tata cara meminum obat.

“saat kita sakit, dokter memberi resep obat untuk diminum. Pada bungkus obat tersebut
terdapat tulisan 3 X 1. Apakah kalian paham maksud dari dokter tersebut? artinya,
dokter meminta pasiennya untuk meminum 1 tablet sebanyak 3

kali. berati 3 x 1 = 1 + 1 +1”

Selanjutnya guru menjelaskan materi sesuai dengan permasalahan awal tentang jumlah
kaki pada 5 ekor sapi. Pemecahan masalahnyaseperti berikut:
4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 4 X5 = 25

Gambar Ilustrasi perhitungan langkah ketiga

 Langkah keempat
Guru membagikan lembar kerja kepada siswa yang berkaitan dengan mengubah
bentuk penjumlahanberulang kedalam bentuk perkalian.

c. Penutup
 Mengadakan refleksi dan umpanbalik hasil pembelajaran
 Kegiatan akhir (salam dan doa)

Lembar Kerja Siswa


Beberapa lembar kerja yang dapat digunakan antara lain berisi pertanyaan berikut:

a. Pak tani memiliki 5 ekor sapi. Ada berapa kaki yang dimiliki oleh 5 ekor sapi
tersebut?

… + … + … + … + … = … X … = …

Gambar Ilustrasi lembar kerja pertanyan 1

b. Aqela membeli 4 bungkus permen. Setiap bungkus berisi 8 permen. Jumlah seluruh
permen Aqela adalah…
Nama : Gerhajun Fredy Purba
NPM : 2110501009
UAS Mata Kuliah Analisis Kurikulum dan P2M
. + … + … + … = … X … = …

Gambar Ilustrasi lembar kerja pertanyan 2

… + … + … + … + … + … = … X … = …

Gambar Ilustrasi lembar kerja pertanyan 3

c. Ibu membeli 5 ikat wortel. Setiap ikat berisi 3 wortel. Jumlah seluruh wortel yang dibeli
ibu adalah…

… + … + … + … + … = … X … = …

Gambar Ilustrasi lembar kerja pertanyan 4

d. Selesaikan permasalahan dibawah menggunakan tabel perkalian!

… + … + … + … + … + … = … X … = …
Nama : Gerhajun Fredy Purba
NPM : 2110501009
UAS Mata Kuliah Analisis Kurikulum dan P2M

3. Buatlah analisis anda tentang hal yang mendasar sebagai landasan perubahan kurikulum ke
kurikulum Merdeka Belajar dari kurikulum sebelumnya.
Jawab

Landasan Perubahan kurikulum merdeka

Landasan Filosofis

Bangsa Indonesia berlandaskan Pancasila untuk filosofi pendidikannya. Nilai-nilai yang


terkandung bertujuan menciptakan manusia Indonesia yang cerdas secara spiritual, intelektual,
dan kepribadian. Pewujudan tujuan ini dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat pendidikan berikut:
(1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme.

Aliran progresivisme beranggapan bahwa proses pembelajaran pada umumnya perlu sekali
ditekankan pada: (a) pembentukan kreativitas, (b) pemberian sejumlah kegiatan, (c) suasana
yang alamiah (natural), dan (d) memperhatikan pengalaman peserta didik. Dengan kata lain
proses pembelajaran itu bersifat mekanistis.

Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik (direct experiences) sebagai
kunci dalam pembelajaran. Sebab itu, pengalaman orang lain yang diformulasikan misalnya
dalam suatu buku teks perlu dihubungkan dengan pengalaman peserta didik secara langsung.
Aliran konstruktivisme ini menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi atau
bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek,
fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan
itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.
Bagi konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada
peserta didik, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing peserta didik. Peserta
didik harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi,
melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktifan peserta
didik yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya amat berperan dalam perkembangan
pengetahuannya. Pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar, pengetahuan lebih
dianggap sebagai proses pembentukan (konstruksi) yang terus-menerus, terus berkembang, dan
berubah. Para penganut konstruktivisme menganggap bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan
dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Alat
dan sarana yang tersedia bagi peserta didik untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Peserta
didik berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan cara melihat, mendengar, menjamah,
mencium, dan merasakan. Dari sentuhan inderawi itulah peserta didik membangun gambaran
dunianya.
Nama : Gerhajun Fredy Purba
NPM : 2110501009
UAS Mata Kuliah Analisis Kurikulum dan P2M
Aliran humanisme melihat peserta didik dari segi: (a) keunikan/ kekhasannya, (b) potensinya,
dan (c) motivasi yang dimilikinya. Peserta didik selain memiliki kesamaan juga memiliki
kekhasan. Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (a) layanan
pembelajaran selain bersifat klasikal, juga bersifat individual, (b) pengakuan adanya peserta
didik yang lambat dan peserta didik yang cepat, (c) penyikapan yang unik terhadap peserta didik
baik yang menyangkut faktor personal/individual maupun yang menyangkut faktor lingkungan
sosial/kemasyarakatan. Secara fitrah peserta didik memiliki bekal atau potensi yang sama dalam
upaya memahami sesuatu. Implikasi wawasan tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (a)
guru bukan merupakan satu-satunya sumber informasi, (b) peserta didik disikapi sebagai subjek
belajar yang secara kreatif mampu menemukan pemahamannya sendiri, (c) dalam proses
pembelajaran, guru lebih banyak bertindak sebagai model, teman pendamping, pemberi motivasi,
penyedia bahan pembelajaran, dan aktor yang juga bertindak sebagai peserta didik (pembelajar).
Dilihat dari motivasi dan minat, peserta didik memiliki ciri tersendiri. Implikasi dari pandangan
tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (a) isi pembelajaran harus memiliki manfaat bagi
peserta didik secara aktual, (b) dalam kegiatan belajarnya peserta didik harus menyadari
penguasaan isi pembelajaran itu bagi kehidupannya, dan (c) isi pembelajaran perlu disesuaikan
dengan tingkat perkembangan, pengalaman, dan pengetahuan peserta didik.

Ketiga aliran ini menjadi landasan pengembangan pembelajaran berdiferensiasi. Diferensiasi


pembelajaran merupakan cara pandang guru, bahwa setiap peserta didik memiliki pendekatan
dan kesiapan belajar yang berbeda. Meskipun berada di dalam satu tingkat atau kelas yang sama,
peserta didik memiliki proses berpikir dan persepsi yang berbeda terhadap konten yang
disampaikan, jenis konten yang disampaikan, stabilitas emosional, bahkan langkah-langkah
pembelajaran yang mungkin berbeda.

Pembelajaran berdiferensiasi dilakukan di dalam kelas dengan berlandaskan pada teori bahwa
semua orang memiliki hak untuk berkembang. Cara pandang untuk selalu berkembang (growth
mindset) inilah yang harus dimiliki bukan hanya oleh guru tetapi juga para peserta didik.
Landasan teori untuk pembelajaran berdiferensiasi adalah semua peserta didik dapat berhasil
sesuai dengan kapasitas yang dimiliki peserta didik. John Hattie (2012) menjelaskan bahwa guru
yang ahli adalah guru yang percaya bahwa kecerdasan peserta didik dapat diubah. Ini berarti
guru tidak hanya menghargai setiap peserta didik dengan keunikannya masing-masing, tetapi
juga menunjukkan semangat bahwa semua peserta didik dapat berhasil. Di sisi lain pengalaman
berhasil yang dialami oleh peserta didik dapat mendorong untuk meningkatkan rasa percaya
dirinya sehingga dapat menerima dirinya, bahwa dirinya mampu belajar dan memiliki motivasi
untuk berusaha menjadi lebih baik. Hattie juga menekankan bahwa diferensiasi lebih berkaitan
dengan menangani tahapan belajar peserta didik yang berbeda. Mulai dari peserta didik yang
masih pemula, mampu, hingga sudah mahir.
Nama : Gerhajun Fredy Purba
NPM : 2110501009
UAS Mata Kuliah Analisis Kurikulum dan P2M
Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis dalam pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum fleksibel sebagai wujud
merdeka belajar dikembangkan atas dasar adanya perbedaan kebutuhan, karakteristik,
lingkungan sosial, dan budaya peserta didik. Heterogenitas peserta didik ini masih merupakan
permasalahan yang kurang mendapatkan perhatian sehingga dapat berdampak pada rendahnya
hasil belajar peserta didik. Untuk dapat memahami heterogenitas peserta didik, pendidik
sebaiknya melakukan pengambilan data dan berbagai pendekatan sebelum merancang strategi
pembelajaran yang berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) sesungguhnya sudah ada sejak zaman


dahulu. Ki Hajar Dewantara, Menteri Pendidikan pertama Indonesia, memiliki sebuah gagasan
yakni pendidikan yang menghargai perbedaan karakteristik setiap anak. Dalam bukunya Pusara
(1940), Ki Hajar Dewantara menyatakan tidak baik menyeragamkan hal-hal yang tidak perlu
atau tidak bisa diseragamkan harusnya difasilitasi dengan bijak (Yunazwardi, 2018). Namun,
referensi Ki Hajar Dewantara mengenai pembelajaran ini terbatas.

Berawal dari keberagaman tersebut, guru hendaknya mengakomodasi dan melakukan


diferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi memiliki pandangan bahwa setiap peserta didik
seharusnya diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan dirinya. Kreativitas guru sangat
diperlukan untuk dapat mengakomodir hal ini agar dapat memberikan pembelajaran yang
bermakna bagi setiap peserta didik untuk mencapai kompetensi yang ingin disasar.

Selain itu, peserta didik sebaiknya diberi kesempatan untuk bekerja di dalam kelompok yang
fleksibel. Pengelompokan peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti, bekerja
secara individu, secara berpasangan, bekerja dalam satu kelas, merangkul perbedaan yang
dimiliki tiap peserta didik, melihat kesamaan yang dimiliki, atau berdasarkan minat mereka.
Selain itu, seharusnya juga ada penilaian yang berlangsung secara berlanjut (ongoing
assessment) dan pemberian umpan balik kepada tiap peserta didik untuk membantu perencanaan
pembelajaran yang efektif.

Landasan Hukum

Berikut adalah peraturan perundang-undangan terkait dengan pengembangan pembelajaran


berdiferensiasi (differentiated instruction) pada kurikulum fleksibel sebagai wujud merdeka
belajar.

1. Undang-undang No 20 tahun 2003


Di dalam ketentuan umum Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
Nasional (Sisdiknas) disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
Nama : Gerhajun Fredy Purba
NPM : 2110501009
UAS Mata Kuliah Analisis Kurikulum dan P2M
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pasal 12 ayat 1 huruf (b) disebutkan bahwa: Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Selanjutnya pada Pasal 36 ayat (2) disebutkan bahwa: Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik. Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa pengembangan
kurikulum secara berdiversifikasi dimaksudkan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah
untuk mengakomodasi berbagai keragaman yang ada.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Pasal 12 ayat (1) poin (f) disebutkan bahwa: Pelaksanaan pembelajaran diselenggarakan dalam
suasana belajar yang memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Pasal 38 ayat
(2) disebutkan bahwa Pengembangan kurikulum Satuan Pendidikan dilakukan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan Satuan Pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2021 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020-2024 dalam kebijakan merdeka belajar.
1. Memerdekakan pembelajaran sebagai beban pembelajaran menjadi sebagai pengalaman
menyenangkan.
2. Memerdekakan pendekatan pedagogi yang bersifat pukul rata (onesize fits all) menjadi berpusat
pada peserta didik dan personalisasi.
3. Memerdekakan pendidikan yang dibebani oleh perangkat administrasi menjadi bebas untuk
berinovasi.
4. Dalam hal pedagogi kebijakan merdeka belajar akan meninggalkan pendekatan standarisasi
menuju pendekatan heterogen yang lebih paripurna memampukan guru dan peserta didik
menjelajahi khasanah pengetahuan yang terus berkembang.
5. Kebijakan merdeka belajar meliputi kategori ekosistem
pendidikan, guru, pedagogi, kurikulum, dan sistem penilaian.
6. Kebijakan Merdeka Belajar akan meninggalkan pendekatan standardisasi menuju pendekatan
heterogen dengan menekankan sentralitas pemelajaran siswa, kurikulum yang akan
berkarakteristik fleksibel berdasarkan kompetensi.
Nama : Gerhajun Fredy Purba
NPM : 2110501009
UAS Mata Kuliah Analisis Kurikulum dan P2M
4. Hal-hal apa saja dampak positif dan dampak negatif dari perubahan suatu kurikulum, kemukakan
secara singkat menurut pendapat saudara.
Jawab

Dampak Positif Perubahan Kurikulum


1. Menurut saya Kurikulum baru dapat melengkapi kekurangan yang ada pada kurikulum
sebelumnya. Kurikulum yang baru yang akan dilaksanakan, telah didesain dengan menelaah
lebih lanjut apa saja yang menjadi kendala pada kurikulum sebelumnya. Dari sini dapat
dikatakan bahwa salah satu tujuan perubahan kurikulum adalah untuk melengkapi kekurangan-
kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Harapannya, dampak positif dari kurikulum
baru dapat lebih meningkatkan mutu kurikulum yang lama.

2. Terdapat Penyesuaian dengan tuntutan perubahan zaman. Zaman berkembang dengan sangat.
Berbagai aspek kehidupan termasuk pendidikan membutuhkan adanya perubahan-perubahan
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang muncul. Fungsi kurikulum inilah yang akan
menjawab untuk menghadapi tantangan masa depan akibat tuntutan perubahan zaman tersebut
dan tetap mampu merealisasikan tujuan pendidikan.

3. Kurikulum baru akan menciptakan inovasi baru, terutama dalam pemanfaatan teknologi
terbaru atau terkini.

Dampak Negatif dari Perubahan Kurikulum

1. Dampak negatifnya yautu Tidak tercapainya target pendidikan di awal penerapan Hal ini
biasanya disebabkan karena guru sebagai pendidik belum mampu menerapkan kurikulum baru
secara menyeluruh. Guru harus benar-benar memahami kurikulum baru beserta komponen-
komponennya jika ingin menerapkannya dengan hasil yang diharapkan. Sebaik apapun
kurikulum baru yang dikembangkan, jika ujung tombaknya yaitu guru tidak mampu
mengejawantahkannya dalam proses belajar mengajar dengan baik maka kurikulum tersebut
tidak bisa berjalan lancar.

2. Fasilitas yang kurang memadai. Di beberapa daerah, kadang-kadang fasilitas yang dimiliki
sekolah menjadi kendala tidak berhasilnya penerapan kurikulum baru. Fasilitas yang dimiliki
oleh masing-masing sekolah di Indonesia masih belum merata. Sekolah-sekolah yang ada di kota
besar kemungkinan mampu memenuhi tuntutan dari perubahan kurikulum. sekolah di tempat
terpencil memiliki keterbatasan.

3. Sosialisasi penerapan kurikulum baru membutuhkan waktu. Perubahan kurikulum tentu saja
membutuhan sosialisasi kepada guru-guru yang merupakan pelaksana di lapangan. Kurikulum baru harus
mampu membuat semua guru memahami kurikulum baru supaya penerapan kurikulum baru itu berhasil.
Sosialisasi sangat penting untuk memberikan pemahaman tentang tujuan, capaian yang ingin diraih, dan
lain sebagainya dari kurikulum baru. Jika sosialisasi gagal, maka harapan kurikulum akan berhasil juga
sangat kecil

Anda mungkin juga menyukai