Anda di halaman 1dari 11

CONTOH SOAL-SOAL

STUDI KASUS
Kasus pembelajaran IPA kelas V SD

Pak Heru guru kelas V di SD Mutiara. Pak Heru akan mengajarkan pelajaran IPA dengan
materi organ pernapasan pada manusia. Untuk mengajarkan materi ini, Pak Heru
mempersiapkan media berupa gambar dan model organ pernapasan manusia. Selain itu,
beliau juga mempersiapkan LKS tentang nama-nama organ pernapasan pada manusia. Pada
kegiatan appersepsi, Pak Heru meminta siswa untuk menyebutkan salah satu ciri makhluk
hidup dan siswa menjawab “bernapas, Pak!”. Kemudian Pak Heru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada hari itu. Setelah itu, Pak Heru mulai mengajar tentang materi organ
pernapasan manusia.

Pak Heru menyuruh semua siswa menarik napas untuk membuktikan bahwa manusia
bernapas dan untuk mengetahui dimana letak organ-organ pernapasan tersebut. Selanjutnya,
Pak Heru memasang gambar organ pernapasan manusia di papan tulis, dan melakukan tanya
jawab tentang nama-nama organ pernapasan manusia. Setelah itu, Pak Heru memberikan
LKS sebagai latihan secara berkelompok. Setelah selesai siswa melaporkan hasil diskusinya
dan kelompok lain menanggapi.

Untuk menambah pemahaman siswa, Pak Heru menunjukkan model organ pernapasan
manusia. Hal ini juga bertujuan agar siswa lebih tertarik untuk mengetahui letak dan fungsi
organ pernapasan manusia. Sambil menunjukkan pada model, Pak Heru mengadakan tanya
jawab tentang fungsi masing-masing organ pernafasan pada manusia.

Setelah semuanya selesai, Pak Heru mengadakan evaluasi namun setelah dikoreksi, Pak Heru
tidak menyangka bahwa hasilnya tidak memuaskan. Hasil nilai siswa yang mencapai 75 ke
atas hanya 7 orang dari 25 siswa. Pak Heru merenung dan berpikir, mengapa target tidak
tercapai, padahal dia menargetkan 75% siswa mendapat nilai 75 ke atas. Selain itu menurut
Pak Heru langkah pembelajaran yang dilakukannya sudah tepat.

Pertanyaan :
1. Menurut saudara, apa penyebab nilai yang dicapai siswa tidak mencapai target yang
diinginkan oleh Pak Heru?
2. Jelaskan alternatif pemecahan masalah agar dapat membantu Pak Heru mencapai target
nilai yang diinginkannya!

Pemecahan masalah :
1. Penyebab masalah
a) Pak Heru terlalu banyak menggunakan metode, sehingga dalam pelaksanaan masing-
masing metode kurang tuntas
b) Pak Heru tidak memberikan pemantapan materi dan kesimpulan di akhir
pembelajaran
c) Pak Heru kurang menguasai materi
2. Alternatif pemecahan masalah
a) Seharusnya dalam proses belajar mengajar, Pak Heru tidak terlalu banyak
menggunakan metode, karena hal itu justru membuat proses pemahaman konsep
menjadi tidak mantap. Pilih beberapa metode saja yang dianggap paling tepat untuk
mengajarkan materi tersebut.
b) Pada akhir proses belajar mengajar, seharusnya Pak Heru memberikan pemantapan
dan kesimpulan, supaya siswa lebih paham terhadap materi yang diajarkan.
c) Sebelum mengajar seharusnya Pak Heru sudah menguasai materi sehingga dalam
pelaksanaannya berjalan dengan lancar, jelas, dan agar yang disampaikan mudah di
serap oleh siswa.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penguasaan materi bagi seorang guru adalah
mutlak adanya. Jadi untuk mengatasi kasus tersebut, hal yang paling penting adalah
peningkatan kompetensi guru dengan cara rajin membaca, menerapkan dan
mengembangkan ilmunya. Dengan langkah seperti ini, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas guru yang berimbas pada peningkatan prestasi siswa. Jadi
kasus di atas tidak akan terulang kembali.
Kasus pembelajaran Matematika kelas V SD

Ibu Widya adalah guru kelas V di SD Pelita. Beliau adalah guru yang menyenangkan dan
kreatif, terutama pada saat menjelaskan pelajaran matematika. Ibu Widya sering
menggunakan alat peraga yang menarik dalam menjelaskan materi untuk menumbuhkan
kreatifitas siswa dalam memahami konsep matematika.

Pada pertemuan sebelumnya, Ibu Widya telah menjelaskan berbagai jenis bangun ruang
termasuk kubus. Pada pertemuan kali ini, Ibu Widya melanjutkan dengan volume kubus. Di
dalam kelas tersedia papan tulis berkotak-kotak dengan ukuran kotak kecilnya 1cm x 1cm.
Untuk menjelaskan volume kubus, Ibu Widya membawa alat peraga kubus yang terbuat dari
karton bekas. Kegiatan diawali dengan appersepsi dan tanya jawab terkait dengan materi
pertemuan sebelumnya. Kemudian Ibu Widya bertanya "siapa yang mau menjelaskan tentang
volume kubus?" Yuda menjawab dengan spontan "Saya bu, volume kubus yaitu sisi x sisi x
sisi, contohnya kubus yang sisinya 2 cm berarti volumenya adalah 8 cm3”. “Bagus, sekali
Yuda! Dari mana ananda mengetahuinya?” Tanya Ibu Widya. Saya membaca saja di buku
bu, tapi apakah benar seperti itu?. Ibu Widya tersenyum "Benar, wah berarti siswa Ibu sudah
pintar semua, baiklah sekarang siswa Ibu kerjakan soal-soal ini, Ibu beri waktu sampai waktu
istirahat tiba.

Tetapi sebelumnya ibu punya soal, ada sebuah kubus dengan panjang sisinya 3 cm, berapa
volumenya? Tanya Ibu Widya. Setelah beberapa saat siswa berbisik-bisik, ada siswa yang
menjawab "saya bu, 27" Benar, nah sekarang semua mengerjakan soal. Selanjutnya siswa
mengerjakan soal, Ibu Widya meninggalkan kelas. Di kelas, tampak beberapa siswa
kebingungan. Setelah dikumpulkan dan dikoreksi, ternyata tidak semua siswa dapat
menjawab soal dengan benar sehingga hasil belajar siswa rendah.

Pertanyaan :
1. Menurut saudara apa penyebab siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar sehingga
mengakibatkan hasil belajar rendah?
2. Jelaskan alternatif pemecahan masalah berdasarkan kasus diatas!
Pemecahan masalah :
1. Penyebab masalah
a) Guru tidak memanfaatkan papan kotak dan bangun ruang kubus yang terbuat dari
karton bekas yang telah tersedia menjelaskan volume kubus kepada siswa
b) Guru dalam melakssiswaan pembelajaran tidak mempertimbangkan tahap
perkembangan kognitif siswa tingkat Sekolah Dasar
c) Guru langsung membenarkan jawaban siswa sebelum mengecek jawaban dalam
proses pembelajaran
d) Guru belum menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang belum jelas
e) Guru tidak mendampingi atau membimbing siswa ketika siswa menyelesaikan soal
latihan

2. Alternatif pemecahan masalah


a) Guru harus memanfaatkan alat peraga seefektif mungkin agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Hal ini karena alat peraga dalam matematika berfungsi sebagai :
❖ Motivasi dalam proses belajar mengajar, khususnya bagi peserta didik akan dapat
timbul minat belajar sehingga tercapainya tujuan belajar
❖ Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkrit sehingga lebih mudah
untuk dipahami dan dimengerti serta dapat ditanamkan pada tingkat yang lebih
rendah
❖ Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar
akan lebih dapat dipahami dengan jelas
❖ Konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk
model matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian maupun sebagai
alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru.

Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Piaget dalam Banoeatmojo dan Bunarso,
(1979:12 ) “bahwa siswa usia 5-13 tahun berfikirnya masih pada tahap operasional
konkrit, sehingga siswa tidak akan memahami operasi logis dalam konsep matematika
bila tanpa menggunakan alat peraga”.

b) Guru seharusnya dalam pembelajaran matematika harus mempertimbangkan tingkat


perkembangan kognitif siswa. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam Teori Van Hiele,
yaitu :
a. Tahap pengenalan
Guru telah mengenalkan bentuk kubus dengan benda konkret, pada pertemuan
sebelumnya juga telah disinggung bangun kubus.
b. Tahap analisis
Guru telah menjembatani pemahaman konsep dengan pertanyaan-pertanyaan volume
kubus.
c. Tahap Deduksi
Siswa mampu menarik kesimpulan dari hasil pembelajaran.
d. Tahap akurasi
Karena siswa telah berdiskusi tentang volume kubus, berarti siswa menyadari jika
pemahaman konsep tidak dikuasai berarti tidak dapat menghitung volume kubus,
berarti pula menyadari pentingnya belajar volume kubus.

c) Guru sebaiknya menanyakan kepada siswa, apakah semua siswa sudah mengerti dan
jelas tentang materi yang dibahas
d) Ketika siswa menyelesaikan tugas/latihan yang diberikan guru, sebaiknya guru
mendampingi siswa. Sehingga ketika siswa bingung terhadap soal yang sedang
diselesaikannya, siswa langsung dapat terbantu dengan adanya guru di kelas. Dimana
salah satu fungsi guru adalah sebagai fasilitator.
e) Selain itu, beberapa alat peraga yang dapat digunakan untuk menjelaskan volume
kubus adalah
- Kubus terbuat dari karton bekas
- Kubus KIT
- Kerangka kubus dari besi
- Benda-benda berbentuk kubus
Kasus pembelajaran IPA kelas III SD

Ibu Roza sedang mengajarkan pelajaran IPA di kelas 3 SD Matahari. Materi yang dibahas
adalah melayang, terapung, dan tenggelam. Di depan kelas sudah tersedia bak air besar dan
berbagai jenis benda seperti bola, batu, gabus, telur, sikat sepatu dan benda-benda lain yang
bentuk dan bahannya berbeda-beda. Ibu Roza mulai pembelajaran dengan menyampaikan
bahwa pelajaran IPA hari ini adalah melayang, terapung dan tenggelam. Materi tersebut
ditulis di papan tulis dan kemudian Ibu Roza menjelaskan apa yang disebut malayang,
terapung, dan tenggelam. Sambil menjelaskan Ibu Roza menuliskan pokok-pokok materi di
papan tulis dan siswa di minta untuk mencatat di buku catatan masing-masing. Ketika
menjelaskan tentang jenis benda yang dapat melayang, mengapung, dan tenggelam, Ibu Roza
mendemonstrasikan proses melayang, terapung, dan tenggelam dengan memasukan benda
untuk setiap proses kedalam bak air. Kemudian Ibu Roza menyebutkan benda lain yang dapat
melayang, mengapung, dan tenggelam untuk di catat oleh siswa. Pada akhir pelajaran Ibu
Roza memberikan soal-soal latihan. Setelah di periksa hasilnya sangat mengecewakan
karena hanya 8 dari 24 siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih (dalam skala 100).

Pertanyaan : Berdasarkan kasus diatas, menurut saudara apa penyebab kegagalan


pembelajaran yang dilakukan Ibu Roza sehingga nilai yang diperoleh siswa sangat
mengecewakan?

Jawaban :
Penyebab kegagalan pembelajaran yang dilakukan Ibu Roza adalah :
1) Kurang tepat memilih metode.
Dalam pembelajaran tersebut, metode yang dipilih Ibu Roza, demonstrasi (dilakukan oleh
guru). Metode ini sebenarnya dapat dipilih sebagai metode alternatif dalam pembelajaran
jika metode eksperimen tidak dapat dilakukan karena beberapa hal, yaitu:
1. Alat dan bahan yang digunakan sulit didapat atau terbatas jumlahnya.
2. Berbahaya (mengandung unsur resiko) jika dilakukan siswa.
Tetapi pada kasus Ibu Roza, alat dan bahan yang diperlukan cukup mudah
didapat/disediakan dan tidak berbahaya jika dilakukan oleh siswa, karena alasan itu maka
lebih tepat kalau menggunakan metode eksperimen dalam kelompok dimana siswa
diorganisasikan dalam kelompok kecil yang berangggotakan 5-7 siswa.
2) Kurang tepat dalam menentukan pendekatan
Ibu Roza memilih pendekatan faktual yang lebih mengutamakan penyampaian fakta atau
produk dari IPA. Menurut ahli pembelajaran, cara mengajarkan ilmu yang baik itu harus
sesuai dengan hakikat ilmu tersebut. IPA merupakan suatu ilmu yang diperoleh melalui
suatu langkah-langkah ilmiah dengan dilandasi sikap ilmiah pula. Jadi mengajarkan IPA
yang baik harus melalui suatu proses seperti halnya para ahli IPA yang baik tersebut.
Untuk pokok bahasan diatas, pembelajaran akan lebih bermakna kalau menggunakan
pendekatan keterampilan proses.

3) Kegiatan pembelajaran hanya diikuti oleh sebagian siswa.


Kegiatan demonstrasi yang dilakukan Ibu Roza di depan kelas. Dalam kondisi seperti itu
tidak memungkinkan untuk seluruh siswa dapat mengikuti proses tersebut dengan
seksama, terutama siswa-siswa yang duduk di tengah dan di belakang. Ditambah lagi
dengan karakteristik bak air yang tidak mungkin diisi penuh sampai ke permukaan,
karena hal ini akan menyebabkan tumpahnya sebagian air saat benda dimasukan. Untuk
menghindari hal tersebut otomatis Ibu Roza akan mengurangi jumlah air. Ironisnya
sekarang permukaan air jadi tidak tampak karena terhalang dinding bak. Hasilnya dapat
dipastikan siswa yang duduk di tengah dan di belakang tidak akan melihat seluruh
kegiatan dengan jelas.

4) Siswa tidak dilibatkan aktif dalam proses penemuan informasi.


Dalam kasus pembelajaran Ibu Roza, siswa diberi sejumlah informasi yang siswa sendiri
tidak mengerti bagaimana prosesnya sehingga informasi tersebut diperoleh. Cara
pembelajaran yang baik adalah prosedur pembelajaran yang menyebabkan siswa berperan
aktif (fisik, mental dan emosional) dalam proses penemuan informasi tersebut. Dengan
cara ini siswa akan mampu menyerap informasi secara maksimal.
Kasus pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD

Pak Rozi guru kelas IV SD Bangsa. Ketika Pak Rozi memasuki kelas, siswa bergegas ke
tempat duduknya masing-masing. Kemudian Pak Rozi mengucapkan salam. Ketika melihat
seorang siswa yang sedang membaca buku, Pak Rozi menanyakan judul buku yang
dibacanya, lalu meminta siswa untuk berhenti membaca dan melanjutkannya setelah
pelajaran selesai. Selanjutnya Pak Rozi menyampaikan bahwa setelah siswa mendengarkan
sebuah dongeng, mereka diminta untuk menceritakan kembali dongeng tersebut dengan
bahasa sendiri. Pak Rozi memulai pembelajaran dengan tanya jawab tentang manfaat belajar
menceritakan dongeng dengan bahasa sendiri. Pada saat ada seorang siswa yang
menyampaikan pendapatnya yang bagus, Pak Rozi memberi pujian terhadap siswa tersebut.
Ketika ada jawaban siswa yang belum tepat, Pak Rozi meminta siswa lain untuk menanggapi
jawaban temannya.

Setelah menjelaskan pentingnya kemampuan menceritakan kembali, Pak Rozi menjelaskan


pengertian unsur-unsur sebuah cerita. Dengan menggunakan chart, Pak Rozi menjelaskan
bahwa setiap dongeng terdiri dari unsur pelaku, setting, alur cerita, sudut pandang pengarang,
dan gaya bahasa. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa penokohan terbagi menjadi dua yaitu
protagononis dan antagonis; setting dibagi dua yaitu setting waktu dan setting tempat; alur
terbagi menjadi alur maju, alur mundur, dan alur renggang. Pengertian tersebut dijelaskan
tanpa menggunakan contoh. Dengan tidak memberikan kesempatan bertanya, Pak Rozi
langsung memberikan tugas kelompok untuk mengidentifikasi unsur-unsur sebuah dongeng
yang disampaikan dengan menggunakan tape recorder. Karena tidak ada yang bertanya
tentang tugas yang diberikan, Pak Rozi langsung memutar rekaman dongeng Malin Kundang.
Ketika siswa sedang mendengarkan cerita, Pak Rozi memberi komentar terhadap isi dongeng
dan selalu mengatakan “Ini bagian yang penting, yang perlu diingat”.

Setelah dongeng berakhir, siswa sibuk mengerjakan tugas secara kelompok. Pak Rozi
berkeliling melihat pekerjaan siswa. Pada setiap kelompok, Pak Rozi berhenti cukup lama
karena perlu memberikan penjelasan tentang tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Hampir
setiap kelompok mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Setelah selesai mengerjakan tugas kelompok, salah seorang anggota dari setiap kelompok
diminta untuk menceritakan kembali dongeng yang sudah didengarnya. Hampir semua
kelompok belum dapat mengidentifikasi unsur-unsur dongeng tersebut.

Pertanyaan :
1. Apakah konsep yang dibahas Pak Rozi dalam kasus pembelajaran tersebut sudah tepat
dan lengkap? Jelaskan jawaban saudara!
2. Apakah cara penjelasan Pak Rozi sudah sesuai dengan karakteristik siswa SD? Jelaskan
jawaban saudara!

Jawaban :
1. Konsep yang dibahas Pak Rozi dalam kasus pembelajaran tersebut belum tepat. Hal ini
karena:
❖ Pada waktu menjelaskan pengertian dari unsur-unsur sebuah cerita, Pak Rozi tidak
melengkapinya dengan contoh-contoh. Ini mengakibatkan pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran menjadi rendah.
❖ Pak Rozi tidak memberi kesempatan bertanya kepada siswa untuk mengemukakan
hal-hal yang belum dipahaminya.
❖ Ketika anak-anak sedang mendengarkan cerita, Pak Rozi mengomentari isi dongeng
dan selalu mengatakan ini bagian penting untuk diingat. Ini mengganggu konsentrasi
siswa ketika mereka menyimak.
❖ Pak Rozi memberi penjelasan tentang tugas yang harus dikerjakan siswa pada saat
siswa bekerja dalam kelompok. Seharusnya diberikan sebelum siswa mengerjakan
tugas dalam kelompok.
❖ Dalam menjelaskan unsur-unsur sebuah cerita, Pak Rozi seharusnya menggunakan
peta konsep model jaring laba-laba, kemudian pada masing-masing unsur cerita
dilengkapi dengan contoh-contoh yang biasa didengar oleh siswa.

2. Menurut Robert J.Havighurt, anak usia SD memiliki karakteristik senang bermain, senang
bergerak, senang belajar dan bekerja dalam kelompok dan senang melakukan atau
melaksanakan atau meragakan sesuatu secara langsung. Karakteristik ini membawa
implikasi bahwa guru harus mampu merancang model pembelajaran yang ada unsur
permainannya, anak bergerak dan berpindah tempat,anak belajar dan bekerja dalam
kelompok dan anak terlibat secara langsung dalam pembelajaran atau memeragakan
secara langsung. Dalam pembelajaran yang dilakukan Pak Rozi belum tampak adanya
unsur permainan dan anak tidak diberi kesempatan berperan secara langsung
memperagakan tokoh-tokoh dalam alur cerita dongeng yang disajikan.

Anda mungkin juga menyukai