BAB 6
TEORI BELAJAR MENGAJAR
MATEMATIKA
6
PETUNJUK
Bab 6 ini membahas tentang Teori Belajar Mengajar Matematika yang meliputi (1) pengertian
Pengertian Teori Belajar Matematika, (2) Teori Pembalajaran Matematika.
Perhatikan 3 butir rumusn tujuan khusus pembelajaran yang berisi informasi kemampuan apa
yang akan anda peroleh dan persyaratan yang harus anda penuhi. Catat dan perhatikan butir-
butir tersebut sebagai sesuatu yang harus anda capai dalam mempelajari sub-bahasan ini.
Pelajari materi bab ini dengan seksama buatlah catatan kecil semacam ringkasan untuk
memudahkan mengingat kembali. Sub bahasan ini merupakan dasar untuk mempelajari
bahasan selanjutnya. Oleh karena itu pahami benar semua konsep dan prinsip, sebelum
melangkah lanjut.
Untuk menambah wawasan anda dalam mempelajari bab 6 ini, anda dapat membaca bab-bab
yang membahas Teori Belajar Mengajar Matematika dalam buku-buku.
1. Wandini, Rora Rizki. 2019. Pembelajaran Matematika untuk Calon Guru MI/ SD. CV.
Widya Puspita Medan
2. Budininsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
3. Shadiq, Fadjar Dkk. 2011. Penerapan Teori Belajar dalam Pembelajaran
Matematika di SD Penulis. Kementerian Pendidikan Nasional Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.
4. Lestari, Dewi. 2017. Penerapan Teori Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Pembelajaran Simetri Lipat di Kelas IV SDN 02 Makmur Jaya Kabupaten
Mamuju Utara.
5. Pratiwindyanti. 2013. Penerapan Teori Belajar Dienes Dalam Pembelajaran
Matematika Sekolah Dasar. FIP Universitas Negeri Yogyakarta.
6. Suwangsih , Erna . 2016. Teori Belajar Matemmatika . Pendidikan Matematika
Universitas Pendidikan Indonesia.
7. Purwoko 2015. TeoriBelajar Van Hiele. Universitas Negeri Yogyakarta.
6
Bagian ini membahas tentang Teori Belajar Mengajar Matematika, setelah mempelajari sub
pokok bahasan ini, anda akan memiliki kemampuan sebagai berikut :
BAB 6
A. Pengertian Teori Belajar Matematika
Teori belajar atau teori perkembangan mental menurut Ruseffendi (1988) adalah berisi
uraian tentang apa yang terjadi dan apa yang diharapkan terjadi terhadap mental peserta
didik. Sementara itu, pengertian tentang belajar itu sendiri berbeda-beda menurut teori belajar
yang dianut seseorang. Menurut pandangan modern menganggap bahwa belajar merupakan
kegiatan mental seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut
dapat dilihat ketika siswa memperlihatkan tingkah laku baru, yang berbeda dari tingkah laku
sebelumnya. Selain itu, perubahan tingkah laku tersebut dapat dilihat ketika seseorang
memberi respons yang baru pada situasi yang baru (Gledler, 1986). Hudoyo (1998)
menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berlangsung dalam mental seseorang,
sehingga terjadi perubahan tingkah laku, di mana perubahan tingkah laku tersebut bergantung
kepada pengalaman seseorang.
3. Tahap Simbolik
Tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak
lagi ada kaitannya dengan objek-objek. Anak ini tidak lagi terikat dengan objek-objek
pada tahap sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi
tanpa ketergantugan pada objek riil.
2) Dalil Notasi
Dalil notasi menyatakan bahwa dalam penyajian konsep matematis, notasi
memegang peranan yang sangat penting. Penggunaan notasi dalam menyatakan
konsep matematis tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak
didik.
Contoh 1. Notasi untuk menyatakan suatu fungsi f ( x )=x +6, untuk anak SD dapat
digunakan +¿ Δ +5, sedangkan bagi anak sekolah lebih lanjut (SLTP) dapat
digunakan {( ( x , y )| y + x+ 6 ) }.
Contoh 2. Contoh lain, misalnya sebelum menggunakan notasi 2log16, sebaiknya
guru memfasilitasi siswa dengan menentukan atau mencari suatu bilangan yang jika
menjadi pangkat 2 akan menghasilkan 16. Dengan demikian 2log16 = … adalah
identik dengan 16 = 2….
3) Dalil Pengkontrasan dan Keanekaragaman
Pengkontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan
pengubahan konsep matematika dari konsep konkret menjadi kosep yang lebih
abstrak. Untuk melakukan itu diperlukan banyak contoh dan beranekaragam,
sehingga anak memahami karakteristik konsep yang dipelajari. Contoh-contoh yang
diberikan hendaknya memenuhi rumusan konsep yang sedang dipelajari. Untuk
dapat lebih memahami karakteristik konsep, juga diperlukan contoh yang tidak
memenuhi rumusan konsep. Misalnya untuk memhami konsep bilangan 2 (dua)
diberi kegiatan membuat kelompok benda-benda yang beranggotakan 2. Selain itu
juga diberi kegiatan membuat kelompok benda yang anggotanya tidak 2 untuk lebih
memahami konsep bilangan 2. Atau memilik kelompok mana yang merupakan
kelompok 2 benda dan kelompok mana yng bukan kelompok 2 benda. Berikut ini
contoh kegiatan yang diberikan pada siswa kelas 1 SD/MI
6
4) Dalil Pengaitan
Dalil pengaitan menyatakan bahwa antara konsep matematika yang satu dengan
konsep yang lain mempunyai katan yang erat,baik dari segi isi maupun dari segi
penggunaan rumus-rumus. Materi yang satu merupakan prasyarat bagi materi yang
lain, atau suatu konsep digunakan untuk menjelaskan konsep yang lain. Misalnya
dengan pendekatan intuitif-deduktif, rumus isi tabung diperlukan untuk menemukan
rumus isi kerujut. Untuk itu diperlukan alat peraga model sebuah kerucut tanpa
bidang alas yang terbuat dari mika atau karton, dengan syarat tinggi tabung sama
dengan tinggi kerucut dan jari-jari alas tabung sama dengan jari-jari alas kerucut,
dan pasir. Maka anak akan mendapatkan bahwa untuk mengisi tabung dengan pasir
hingga penuh dengan memakai takaran kerucut, diperlukan 3 kali menuangkan pasir
dari kerucut yang penuh pasir kedalam tabung. Secara intuitif anak dapat mengerti
bahwa isi tabung = 3x isi kerucut. Kemudian dengan penalaran deduktif anak diajak
menurunkan rumus isi kerucut dari isi tabung.
6
1
Dari percobaan diatas diperoleh isi tabung ¿ 3 × isi kerucut, atau isi kerucut ¿ × isi
3
kerucut.
Implementasi Teori Brunner
Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:
a. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.
b. Bantu siswa belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
c. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya
sendiri.
d. Ajak dan beri semangat siswa belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan
intuisinya.
4. Representasi (Representation)
Representasi adalah tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa
situasi yang sejenis. Para anak didik menentukan representasi dari konsep-
konsep tertentu. Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak. Anak didik
telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang bersifat abstrak pada
topik-topik yang sedang dipelajari. Contoh kegiatan anak untuk menemukan
banyaknya diagonal poligon (misal segi sepuluh) dengan pendekatan induktif
seperti berikut ini.
Banya 1 1 1 1 1
3 ( 3−3 )=0 ( 4−3 )=2 5 ( 5−3 ) =5 6 ( 6−3 )=9 n ( n−3 )
2 2 2 2 2
k
diago
6
nal
6. Formalisasi (Formalization)
Dalam tahap ini anak didik dituntut menurunkan sifat-sifat konsep dan
kemudian merumuskan sifat-sifat baru rumus tersebut. Contohnya, anak didik
yang telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma
harus mampu merumuskan suatu toerema berdasarkan aksioma, dalam arti
membuktikan teorema tersebut.
Dienes menyatakan bahwa proses pemahaman (abstraction) berlangsung selama
belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan
materi matematika secara konkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan
tepat. Dianes berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian
(multiple embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam
material yang dapat mengembangkan minat anak didik. Berbgai penyajian materi
(multiple embodiment) dapat mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi
konsep.
Berhubungan dengan tahap belajar, suatu waktu anak dihadapkan pada permanan
yang terkontrol dengan berbagai sajian. Kegiatan ini menggunakan kesempatan untuk
membantu anak didik menemukan cara-cara dan juga untuk mendiskusikan temuan-
temuannya. Langkah selanjutnya adalah memotivasi anak didik untuk
mengabstraksikan pelajaran tanpa material konkret dengan gambar yang sederhana,
grafik, peta, dan akhirnya memadukan simbol-sibil dengan konsep tersebut.
Langkah-langkah ini merupakan suatu cara untuk memberi kesempatan kepada
anak didik ikut berpatrtisipasi dalam proses penemuan dan formalisasi melalui
percobaan matemtaika. Proses pembelajaran ini juga lebih melibatkan anak didik pada
kegiatan belajar secacra aktif dari pada hanya sekedar menghapal. Pentingnya
simbolisasi adalah untuk meningkatkan kegiatan matematika ke suatu bidang baru.
2. Tahap Analisis
Pada tahap ini anak didik sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda
geometri yang diamati. Ia sudah mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat
pada benda geomteri tersebut. Misalnya saat dia mengamati kubus, ia telah
mengetahui bahwa kubus terdapat 6 sisi berbentuk persegi yang sama, ada 12
rusuk yang sama panjang, dan 8 titik sudut. Dalam tahap ini anak didik belum
mengetahui hubungan yang terkait antara suatu benda geometri dengan benda
geometri lainnya. Misalnya, anak didik belum mengetahui bahwa kubus merupakan
balok (yang istimewa).
6
3. Tahap Pengurutan
Pada tahap ini anak didik sudah mulai mampu melakukan penarikan kesimpulan,
yang kita kenal dengan sebutan berpikir deduktif. Namun kemampuan ini belum
berkembang secara penuh. Satu hal yang perlu diketahui adalah anak didik pada
tahap ini sudah mampu mengurutkan. Demikian pula dalam pengenalan benda-
benda ruang, anak didik sudah memahami bahwa kubus adalah balik juga. Pola
berpikir anak didik pada tahap ini masih belum menerangkan mengapa diagonal
sutau persegi panjang itu sama panjang.
4. Tahap Deduksi
Dalam tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif yakni
penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat
khusus. Demikian pula ia telah mengerti betapa pentingnya peranan unsur-unsur
yang tidak didefinisikan dismaping unsur-unsur yang didefinsikan. Mislanya, anak
didik sudah memahami perlunya aksioma, asumsi, definisi, teorema, bukti dan dalil.
Selain itu pada tahap ini anak sudah mampu mulai menggunakan aksioma atau
postulat yang digunakan dalam pembuktian. Postulat dalam pembuktian segitiga
yang sama, dan sebangun, seperti sisi-sudut-sisi, sisi-sisi-sisi, atau sudut-sisi-sudut,
dapat dipahaminya, namun belum mengerti mengapa postulattersebut benar dan
mengapa dapat dijadikan sebagi postulat dalam cara-cara pembuktian dua segitiga
yang sama dan sebangun (kongruen).
5. Tahap Akurasi
Dalam tahap ini anak didik sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan
dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya, ia
mengetahui pentingnya aksioma-aksioma atau postulat-postulat dari geometri
Euclid. Ia mengetahui bahwa dengan dasar aksioma yang berbeda dengan
pernyataan benar untuk suatu hal yang sama akan berbeda pula. Tahap akurasi
merupaka tahap berpikir yang tinggi, rumit, dan kompleks. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika ada anak yang belum sampai pada tahap ini.
6
RANGKUMAN
1. Teori Belajar Matematika merupakan terori belajar yang berisi tentang uraian tentang
apa yang terjadi dan apa yang diharapkan terjadi pada mental peserta didik. Belajar
merupakan kegiatan mental sesesorng sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
2. Teori Pembelajaran Matematika Terdapat 4 Teori, yakni: (1) Teori Pembelajaran Piaget
dan Impementasi, (2) Teori Pembelajaran Brunner dan Implementasi, (3) Teori
Pembelajaran Dienes, (4) Teori Pembelajaran Skinner, dan (5) Teori Pembelajaran Van
Hiele.