Anda di halaman 1dari 39

TEORI BELAJAR MATEMATIKA

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Pembelajaran Matematika MI/SD
Dosen Pengampu : Dian Mustika Anggraini, M.Pd

Oleh:

1. Isni Nugrahen ( 1910310011 )


2. Eka Vina Rahmawati ( 1910310016 )
3. Septiana Nurfiani ( 1910310023 )
4. Wardah Mashfiya ( 1910310026 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah hal yang lumrah untuk dimiliki serta
didapatkan oleh setiap orang dan terutama bagi anak anak bangsa yang sangat
membutuhkan yang namanya pendidikan untuk menyokong masa depan nantinya.
Dan dalam dunia pendidikan pasti terdapat peserta didik didalamnya dan sebagai
peserta didik sudah selayaknya untuk melakukan kewajiban sebagai seorang pelajar
berupa belajar. Belajar merupakan hal yang paling sering dilakukan oleh seorang
peserta didik. Banyak hal yang dipelajari oleh para peserta didik di dalam proses
belajar. Dan dalam melakukan kegiatan belajar para peserta didik banyak mempelajari
hal hal baru dari bermacam-macam mata pelajaran yang terdapat di sekolah. Banyak
mata pelajaran yang mengajarkan tentang teori dan terdapat juga mata pelajaran yang
mengajarkan praktik seperti halnya mata pelajaran Matematika. Dan dalam dunia
pendidikan juga terdapat banyak sekali teori teori belajar yang umum seperti teori
belajar dari tokoh Piaget dan juga terdapat pula teori belajar dari tokoh lainnya seperti
Vigotsky.
Mata pelajaran matematika juga salah satu mata pelajaran yang terdapat di
hampir semua jenjang dan jurusan pasti terdapat mata pelajaran matematika terutama
di tingkat Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar. Matematika adalah salah satu
mata pelajaran yang membutuhkan konsentrasi yang cukup untuk memecahkan
persoalan persoalan yang ada dengan menggunakan penjabaran rumus rumus 1a nada
sehingga dapat menghasilkan hasil yang tepat. Matematika merupakan mata pelajaran
yang akan selalu ada sepanjang masa dengan berbagai rumus dan cara pemecahan
masalah yang terdapat didalamnya. Dan dalam mempelajari matematika banyak sekali
tokoh tokoh yang mengungkapkan teori teori belajar. Tokoh yang menemukan dan
mengungkapkan teori belajar matematika seperti tokoh Bruner, Dienes, Gagne dan
juga Van Hiale. Dan dengan banyaknya tokoh yang memiliki teori belajar matematika
akan membuat mempelajari mata pelajaran matematika akan semakin menyenangkan.
Dan isi yang terdapat dalam teori teori dari tokoh tokoh yang sudah disebutkan
sebelumnya seperti Piaget, Vigotsky, Bruner, Dienes, Gagne dan juga Van Hiale akan
dibahas didalam makalah ini dengan lebih lagi dari berbagai referensi sumber-sumber
ilmiah yang didapat oleh penyusun.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Teori Belajar Umum Menurut Piaget Serta Vigotsky ?
2. Bagaimanakah Teori Belajar Matematika Menurut Bruner ?
3. Bagaimanakah Teori Belajar Matematika Menurut Dienes ?
4. Bagaimanakah Teori Belajar Matematika Menurut Gagne ?
5. Bagaimanakah Teori Belajar Matematika Menurut Van Hiele ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Teori Belajar Umum Menurut Piaget Serta Vigotsky.
2. Untuk Mengetahui Teori Belajar Matematika Menurut Bruner.
3. Untuk Mengetahui Teori Belajar Matematika Menurut Dienes.
4. Untuk Mengetahui Teori Belajar Matematika Menurut Gagne.
5. Untuk Mengetahui Teori Belajar Matematika Menurut Van Hiele.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Umum Menurut Piaget dan Vigotsky


Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip yang disusun secara sistematis.
Prinsip tersebut untuk menjelaskan hubungan-hubungan antara fenomena-fenomena
yang ada. Setiap teori akan mengembangkan konsep-konsep yang digunakan sebagai
simbol fenomena tertentu. Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak
yang mengindikasikan adanya hubungan di antara konsep-konsep tersebut yang
membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori
adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk megatur pengetahuan dan melakukan
beberapa tindakan selanjutnya.1
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda
yang diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan orang atau mahkluk hidup belajar”.
Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang berarti “berusaha untuk memperoleh
kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. Dalam proses pembelajaran, teori belajar memiliki peranan yang tidak
kalah peningnya, sehingga guru mengetahui tahap perkembangan siswanya sebagai
acuan untuk melaksanakan pembelajaran.2
a. Teori Belajar Piaget.
Piaget merupakan salah satu ilmuwan yang menganut belajar kogntif. Piaget
melahirkan teori belajarnya yang dikenal dengan “teori perkembangan mental
manusia”. Kata “mental” pada teori piaget dapat dikatakan sebagai “intelektual” atau
“kognitif”. Piaget berpandangan bahwa perkembangan kognitif manusia terbagi
melalui empat (4) tahapan.
Tahap pertama yaitu tahap sensori motor yang berlangsung dari lahir hingga
usia sekitar 2 tahun. Pada tahap sensori motor, pada dasarnya anak mengembangkan
konsep melalui interaksi dunia fisik. Anak belajar dengan memanfaatkan seluruh
pancaindra dan tubuh untuk melakukan perbuatan dan gerak. Selanjutnya, anak dapat
menyatakan suatu ide berdasarkan pandangannya pada tahap pra-operasional yang
dimulai dari usia 2-7 tahun. Kemudian anak melakukan penyelidikan melalui benda-

1
Feida Noorlaila Isti’adah, TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN, (Tasikmalaya: Edu Publisher,
2020), 26.
2
Atiaturrahmaniah dkk, Pengembangan Pendidikan Matematika, (Lombok Timur: Universitas Hamzanwadi
Press, 2017), 2.

3
benda konkret untuk menghubungkan konsep idenya, dan anak mampu berpikir logis
dari hasil penyelidikannya. Hal ini menunjukkan anak berada pada tahap operasi
konkret dengan kisaran usia 7-11 tahun. Kemudian anak masuk pada tahap operasi
formal pada usia 11 tahun ke atas. tahap operasional merupakan tahap berpikir abstrak
dan tidak bergantung pada benda konkret untuk menyatakan suatu konsep. Berikut
empat tahap perkembangan kognitif manusia berdasarkan teori Piaget.
No Umur Tahap
1. 0-2 Sensori Motor
2. 2-7 Pra-Operasional
3. 7-11 Operasional Konkret
4. 11 ke atas Operasional Formal

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa usia anak berkisar antara 7-11
tahun berada pada tahap operasi konkret. Pada tahap ini, umumnya usia anak berada
pada jenjang SD/MI. Oleh karena itu, pembelajaran Matematika di SD/MI harus
mengaitkan konsep Matematika yang abstrak dengan sesuatu yang bersifat konkret.
Sesuatu yang bersifat konkret dapat berupa sesuatu yang ada atau nyatadalam
kehidupan sehari-hari.3
Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu
organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan setiap organisme kemampuan untuk
mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi
sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Piaget juga mengungkapkan bahwa
manusia tumbuh serta beradaptasi dengan lingkungannya, yang mencakup asimilasi
dan akomodasi.4
Proses asimilasi yaitu suatu proses dimana pengetahuan yang dimiliki siswa
(schema) sesuai dengan pengalaman baru yang diperoleh. Proses asimilasi yang
dialami siswa dapat mempermudah adaptasi dalam menyusun hal/konsep materi
sehingga struktur kognitif siswa berada dalam keadaan seimbang. Sedangkan proses
akomodasi yaitu proses perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang sudah
ada sesuai dengan pengalaman baru yang dialami. Dalam proses akomodasi, siswa
tidak dapat menerima hal baru, atau pengetahuan awal tidak sejalan dengan konsep
3
Isrok’atun dan Amelia Rosmala, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA, (Jakarta: Bumi Aksara,
2018), 11-13.
4
Feida Noorlaila Isti’adah, TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN, (Tasikmalaya: Edu Publisher,
2020), 174.

4
yang akan diajarkan sehingga perlu perubahan schema yang dimiliki siswa atau
mengembangkannya dengan schema yang baru supaya terjadi suatu keadaan
seimbang.
Berdasarkan teori Piaget, pembeljaran kooperatif cocok dalam kegiatan
pembelajaran matematika, karena pembelajaran kooperatif memfokuskan pada proses
berpikir anak, bukan sekedar hasil. Selain itu dalam pembelajaran ini mengutamakan
peran siswa berinisiatif untuk menemukan jawaban dari soal yang diberikan oleh guru
dengan cara sendiri dan siswa didorong untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.5
b. Teori Belajar Vygotsky.
Teori Vygotsky berfokus pada keterkaitan antara manusia dan koneksi sosial
budaya dimana mereka saling berinteraksi dalam berbagai hal. Oleh karena itu, teory
Vygotsky dikenal dengan teori perkembangan sosiokultural yang menekankan belajar
pada interaksi sosial dan budaya, dalam kaitannya dengan kemampuan kognitif siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dapat belajar dari lingkungan sosial dan
budaya setempat untuk memahami suatu konsep, salah satunya konsep matematika.
Perkembangan kemampuan kognitif anak dapat diperoleh dari hasil interaksi
sosial dengan orang lain. Siswa melakukan interaksi dengan orang dewasa dan teman
sebaya yang lebih memilih konsep tersebut. Keterkaitannya dengan pembelajaran
matematika adalah siswa dapat belajar berinteraksi dengan teman sebaya, untuk
bertukar pikiran mengenai konsep matematika atau dengan guru sebagai orang dewasa
yang memahami konsep matematika sehingga siswa memahami konsepbmatematika
lebih baik.6
Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik
bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajarinya, namun tugas-
tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya (Zone of proximal
development) yang selalu disingkat ZPD, yaitu perkembangan kemampuan peserta
didik sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya. Jadi ZPD adalah jarak antara
taraf perkembangan aktual, seperti yang nampak dalam pemecahan masalah secara
mandiri dan tingkat perkembangan potensial, seperti yang ditunjukkan dalam

5
Aulia Ar Rakhman Awaludin, TEORI DAN APLIKASI PEEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD/MI, (Aceh:
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021), 6.
6
Isrok’atun dan Amelia Rosmala, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA, (Jakarta: Bumi Aksara,
2018), 23-24.

5
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau dengan bekerja sama
dengan teman sebaya yang lebih mampu.7
Implikasi ZPD dalam pembelajaran matematika adalah sebagai jembatan
proses berpikir konkret menuju berpikir abstrak. Pada umumnya, siswa belajar
matematika diawali dengan proses berpikir konkret. Akan tetapi, tidak selamanya
siswa belajar matematika menggunakan proses berpikir konkret. Siswa belajar
meningkatkan kemampuannya melalui proses berpikir absrak. Dalam menjembatani
proses berpikir konkret menuju proses berpikir abstrak, siswa sering mengalami
kesulitan. Dengan demikian, perlu bimbingan orang dewasa untuk membantu
kesulitan yang dialami siswa tersebut. Orang dewasa yang dapat membantu siswa
misalnya guru atau teman sebaya yang memahami materi dengan baik. Oleh karena
itu, diperlukan suatu interaksi siswa dengan guru dan teman sebaya dalam memahami
suatu konsep matematika.8
B. Teori Belajar Matematika Menurut Bruner
Bruner merupakan ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar
kognitif. Penelitiannya yang dilakukan banyak meliputi persepsi manusia, motivasi,
belajar dan berpikir. dalam teorinya, Bruner menganggap manusia sebagai pemroses,
pemikir dan pencipta informasi. Dalam proses belajar Bruner menegaskan bahwa
anak membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengintegrasikan konsep dan
prosedur baru ke dalam struktur mental yang ada. Anak-anak harus menciptakan
hubungan matematis dalam pikiran mereka sendiri. Menurut Bruner belajar
matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur matematika yang
terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
a. Perkembangan Kognitif menurut Bruner
Bruner dalam teorinya, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar
anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga
yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam
memahami suatu konsep matematika. Pengetahuan matematika adalah
pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman dengan suatu
objek atau kejadian tertentu. Bruner juga menekankan bahwa anak-anak

7
Iwan Usma Wardani, BELAJAR MATEMATIKA SD DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC BERBASIS
KETERAMPILAN, (CV Feniks Muda Sejahtera, 2022), 38.

6
berinisiatif untuk belajar karena rasa keingintahuannya. Untuk memunculkan
rasa ingin tahu anak selama mengajar, peran seorang guru selama mengajar
harus menjadi petunjuk/fasilitator yang membantu siswa menemukan dengan
sendiriya dan mendapatkan kepuasan diri melalui persepsi dan pemahaman.
Dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif anak-anak, Bruner
mengemukakan bahwa anak-anak berkembang melalui tiga tahap
perkembangan mental, yaitu Tahap enaktif (enactive representation), Tahap
ikonik (iconic representation), Tahap simbolis (symbolic representation).
adapun penjelasan untuk masing-masig tahapan sebagai berikut.
1) Tahap Enaktif
Pendekatan kognitif yang paling umum untuk anak-anak dari
usia 1-2 tahun, mereka belajar dan mengerti tentang dunia di sekitar
diri mereka melalui gerakan dan tindakan. Tahap ini anak secara
langsung terlibat dalam memanipulasi subjek. Cara yang dipakai anak
dalam membangun kemampuan kognitifnya dan kemampuan
berpikirnya menggunakan pengalaman nyata. Misalnya anak akan
mengerti nama suatu binatang apabila ditunjukkan bentuk dan
disebutkan namanya.
2) Tahap Ikonik
Umumnya untuk anak usia 2-6 tahun, mereka belajar melalui
persepsi visual dan bisa menggantikan penjelasan dengan gambar atau
imajinasi objek yang ada di depan mata, yaitu anak dapat
mengekspresikan benda melalui gambar (ikon-ikon) atau grafik. Pada
tahap ini, para anak sudah dapat mempelajari suatu pengetahuan dalam
bentuk gambar atau diagram sebagai perwujudan dari kegiatan yang
menggunakan benda konkret atau nyata.
Misalnya sebagai contoh, dalam proses pembelajaran
penjumlahan dua bilangan bulat dimulai dengan menggunkan benda
nyata, selanjutnya pada tahap ikonik dengan dibantu berupa garis
bilangan sebagai “jembatan”. Maka tiap ikonik untuk 5 + (-3) =2 dan
dapat digambarkan pada garis bilangan berikut ini:

7
-3

I I I I I I I I I I I

-5 -4 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3 +4 +5
3) Tahap Simbolik
Umumnya bagi anak-anak di atas 6 tahun, pada tahap ini anak-
anak memahami dunia sekitar diri mereka dengan simbol abstrak,
mampu melakukan penalaran, dan mengekspresikan dengan kata-kata,
bahasa, serta berinteraksi dengan lingkungan. Sebagai contoh, ketika
anak diberi permasalahan “lima permen digabungkan (dijumlahkan)
dengan tujuh permen”. Untuk menjawab masalah tersebut anak tidak
lagi memerlukan bantuan alat peraga baik berupa benda-benda konkret
maupun gambar yang mewakili, tapi untuk menyelesaikannya siswa
melakukan penjumlahan kedua bilangan tersebut dengan menggunakan
lambang-lambang bilangan yaitu, 5+7 = 12.9
b. Aplikasi Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran
Dalam meerapkan teori Bruner, ada beberapa hal yag perlu
diperhatikan sebagai berikut:
1) Sebelum belajar dimulai guru perlu menciptakan suasana belajar dan
sitiasi yang mengandung masalah yang dapat mendorong siswa untuk
menemukan sendiri jalan keluar dari masalah tersebut.
2) Konsep yang diberikan kepada siswa berisi ide pokok yang terkandung
dalam permasalahan tersebut. Apabila siswa memahami ide pokok
tersebut maka siswa akan mnemukan konsep sendiri dalam belajar
yang terkait dengan permasalahan yang diberikan.
3) Dalam belajar, menurut Bruner hendaknya dilakukan dengan proses
secara induktif. Artinya pembelajaran bergerak atau mulai dari fakta-
fakta khusus dan spesifik kearah generalisasi.

9
Atiaturrahmaniah dkk, Pengembangan Pendidikan Matematika, (Lombok Timur: Universitas Hamzanwadi
Press, 2017), 4-6.

8
4) Dalam proses belajar, Bruner menyarankan pengembangan
kemampuan anak dalam intuisi. Dalam hal ini, guru mrnyajikan bukti
yang krang lengkap kemudian siswa diminta memprediksi
kemungkinan adanya bukti bukti lain untuk melengkapi bukti tersebut
secara sistematis.
Contoh penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran matematika
di SD/MI, untuk mengajarkan konsep perkalian menggunakan tahapan teori
Bruner dijabarkan sebagai berikut:
a) Tahap enaktif
Pada tahap ini siswa dapat diajak untuk mengamati sepeda di
tempat parkir sekolah. Siswa mengamati jumlah roda masing-masing
sepeda. Misalkan ada 4 sepeda memiliki 2 roda. Jadi, jumlah roda dari
4 sepeda adalah 2 + 2 + 2 + 2 = 8
b) Tahap ikonik
Selanjutnya siswa diperlihatkan gambar sepeda seperti gambar
berikut ini:

c) Tahap simbolik
Pada tahapan ini siswa sudah mulai diarahkan menyelesaikan
dengan menggunakan simbol-simbol matematika.
2 + 2 + 2 + 2 sama artinya dengan 4 x 2 = 8.10

C. Teori Belajar Matematika Menurut Dienes

Zoltan P. Dienes, matematikawan dengan memusatkan pembelajaran pada siswa.


Teori Dienes mengembangkan teori Piaget yang berorientasi pada pertumbuhan dan
perkembangan berpikir. Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat
dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan hubungan di antara
struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan hubungan di antara struktur-struktur.
Dienes mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika disajikan secara konkret dengan
objek atau benda yang dimanipulasi melalui permainan. Perkembangan konsep
matematika menurut Dienes dapat dicapai melalui pola berkelanjutan, yang setiap seri

10
Atiaturrahmaniah dkk, Pengembangan Pendidikan Matematika, (Lombok Timur: Universitas Hamzanwadi
Press, 2017), Hal 9-10.

9
dalam rangkaian kegiatan belajar dari kongkret ke simbolik. Kegiatan pembelajaran
matematika menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi
matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara kongkret dan lebih
membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Konsep konsep
matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Berikut tahap-tahap
belajar matematika menurut Dienes.11

Salah satu pelopor penting yang membentuk teori yang secara khusus diarahkan
untuk memahami pembelajaran matematika adalah Zoltan Dienes. Menurut Dienes
"principles of mathematical learning have been an integral part of mathematics education
literature and applied both to the teaching and learning of mathematics as well as
research on processes such as abstraction and generalization of mathematical structures".
Prinsip-prinsip pembelajaran matematika telah menjadi bagian integral dari literatur
pendidikan matematika dan diterapkan baik untuk pengajaran dan pembelajaran
matematika maupun penelitian tentang proses seperti abstraksi dan generalisasi struktur
matematika. Seperti halnya Bruner, Dienes berpendapat bahwa setiap konsep atau prinsip
matematika dapat dimengerti secara sempurna jika pertama disajikan dalam bentuk-bentuk
konkrit. Abstraksi didasarkan kepada intuisi dan pengalaman-pengalaman konkrit. Pada
dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan
hubungan hubungan diantara struktur-struktur dan mengkatagorikan hubungan-hubungan
di antara struktur-struktur. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip
dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan
baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan
akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.
Menurut Dienes, belajar matematika itu melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-
konsep tingkat yang lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah dibentuk
sebelumnya.12

Salah satu Pendapat Dienes khususnya pada mata pelajaran : matematika


mengatakan bahwa pada dasarnya matematika sebagai studi tentang struktur, memisah-
misahkan, hubungan antara struktur-struktur dan mengategorikan hubungan-hubungan di
antara struktur-struktur. Dienes mengemukakan tiap-tiap konsep atau prinsip dalam

11
Erna Yayuk, Pembelajaran Matematika SD, ( UMM Press, Malang, 2019 ), Hal. 30-31
12
Atiaturrahmaniah,dkk , Pengembangan Pendidikan Matematika SD, ( Universitas Hamzanwadi Press,
Lombok Timur, 2017), Hal. 16

10
matematika yang disajikan dalam bentuk konkrit akan mudah dipahami siswa dengan
baik.13 Dalam menerapkan enam tahap belajar konsep dari Dienes untuk merancang
pembelajaran matematika, mungkin suatu tahap (bisa tahap bermain bebas) tidak cocok
bagi para siswa atau kegiatan-kegiatan untuk dua atau tiga tahap dapat digabung menjadi
satu kegiatan. Mungkin perlu dirancang kegiatan-kegiatan belajar khusus untuk setiap
tahap jika kita mengajar siswa-siswa SD kelas rendah; tetapi untuk siswa-siswa SMP
dimungkinkan menghilangkan tahap-tahap tertentu dalam mempelajari beberapa konsep.
Model mengajar matematika dari Dienes hendaknya diperlakukan sebagai pedoman, dan
bukan sekumpulan aturan yang harus diikuti secara ketat.14

a. Konsep Matematika

Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi
tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan
mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Seperti halnya dengan
Bruner, Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika
yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini
mengandung arti bahwa jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan
sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika. Dienes
membedakan konsep matematika atas konsep murni, konsep notasi, dan konsep terapan.
Konsep murni matematika merupakan ide-ide matematika mengenai klasifikasi bilangan
dan relasi-relasi antar bilangan dan sama sekali tidak tergantung pada bagaimana bilangan
tersebut disajikan. Konsep notasi matematika merupakan sifat-sifat bilangan yang
merupakan akibat langsung dari cara bagaimana bilangan disajikan. Konsep terapan
matematika merupakan penggunaan konsep murni dan konsep notasi matematika untuk
pemecahan masalah matematika. Dienes, memandang belajar sebagai suatu seni belajar
kreatif. Dienes berpendapat bahwa setiap konsep matematika atau dalil, dapat dipahami
secara baik, hanya jika disajikan kepada siswa secara konkret. Abstraksi dalam belajar
matematika didasarkan pada intuisi dan pengalaman-pengalaman konkret. Untuk
mempelajari matematika, siswa harus belajar untuk:

1. Mengklasifikasikan struktur matematika dan relasi logikanya

13
Sakti Alamsyah dan Sudrajat, Belajar Pembelajaran Di Sekolah Dasar, ( Deepublish, Yogyakarta, 2021) Hal.
62
14
Erna Yayuk,Dkk, Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan, ( UMM Press, Malang, 2018 ), Hal. 39

11
2. Mengabstraksi sifat-sifat bersama dari sejumlah struktur berbeda atau kejadian-
kejadian dan mengklasifikasikan struktur atau kejadian-kejadian yang dimiliki
bersama tersebut

3. Menggeneralisaikan kelas-kelas struktur matematika yang telah dipelajari


sebelumnya dengan memperbesarnya menjadi kelas-kelas yang lebih luas, yang
mempunyai sifat-sifat serupa yang terdapat dalam kelas-kelas yang lebih sempit.

4. Menggunkan abstarksi yang telah dipelajari sebelumnya untuk membentuk abstraksi


yang lebih kompleks dan lebih tinggi tingkatannya.

b. Konsep Dasar Teori Belajar Dienes

Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika


dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara konkret dan lebih membimbing dan
menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan bahwa objek-objek
konkret dalam bentuk permainan mempunyai peranan sangat penting dalam pembelajaran
matematika jika dimanipulasi dengan baik. Menurut Dienes, konsep-konsep matematika
akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dienes membagi tahap-tahap
belajar menjadi 6 tahap yaitu :

1. Permainan Bebas (Free Play)


Permaianan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktivitasnya tidak
berstruktur dan tidak diarahkan. Aktivitas ini memungkinkan anak mengadakan
percobaan dan mengotak-atik (memanipulasi) benda-benda konkret dan abstrak dan
unsur-unsur yang dipelajarinya itu. Dalam tahap permainan bebas anak-anak
berhadapan dengan unsur-unsur dalam interaksinya dengan lingkungan belajarnya
atau alam sekitar. Dalam tahap ini anak tidak hanya belajar membentuk struktur
mental, namun juga belajar membentuk struktur sikap untuk mempersiapkan diri
dalam pemahaman konsep. Penggunaan alat peraga matematika anak-anak dapat
dihadapkan pada balok-balok logic yang dapat membantu anak-anak dalam
mempelajari konsep-konseo abstrak. Dalam kegiatan belajar dengan menggunkan alat
peraga ini anak-anak belajar mengenal warna, tebal tipisnya benda, yang merupakan
ciri atau sifat dari benda yang dimanipulasinya itu.
2. Permainan yang Menggunakan Aturan ( Games )

12
Pada tahap ini, siswa mulai mengamati pola dan keteraturan yang terdapat pada
konsep. Siswa memperhatikan bahwa ada aturan tertentu yang terdapat pada konsep
(kejadian-kejadian). Aturan-aturan tersebut adakalanya berlaku untuk suatu konsep,
namun Belajar tidak berlaku untuk konsep lain. Segera setelah siswa menemukan
aturan dan sifat yang menentukan kejadian, mereka siap melakukan permainan dan
eksperimen dengan mengganti aturan dari guru menjadi aturan yang mereka buat
sendiri.
3. Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
Dalam mencari kesamaan sifat anak-anak mulai diarahkan dalam kegiatan
menentukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih
anak-anak dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka
dengan mentranslasikan kesamaan struktur dan bentuk permainan yang satu ke bentuk
permainan lainnya. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang
ada dalam permainan semula.
4. Penyajian / Representasi ( Representations)
Penyajian adalah tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi yang
sejenis. Setelah siswa mengamati elemen-elemen bersama pada setiap contoh konsep,
mereka perlu mengembangkan suatu penyajian tunggal dari konsep, yang mencakup
semua elemen bersama yang terdapat pada setiap konsep. Penyajian tunggal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan diagram atau secara verbal. Penyajian konsep
biasanya akan lebih abstrak daripada contoh-contoh, dan akan membawa siswa lebih
memahami struktur abstrak matematika.
5. Simbolisasi ( Symbolizations )
Pada tahap ini, siswa menghasilkan symbol-simbol matematika yang cocok untuk
menyatakan konsep. Adalah hal yang sangat baik, jika siswa dapat menghasilkan
symbol mereka sendiri dari setiap konsep.
6. Formalisasi ( Formalizations )
Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini
siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan
sifat-sifat baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar
dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan teorema
dalam arti membuktikan teorema tersebut.
Dienes menyatakan bahwa proses pemahaman (abstracton) berlangsung selama
belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan materi

13
matematika secara konkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan tepat. Dienes
berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple
embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam material yang
dapat mengembangkan minat anak didik. Berbagai penyajian materi (multiple embodinent)
dapat mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi konsep. Menurut Dienes, variasi
sajian hendaknya tampak berbeda antara satu dan lainya sesuai dengan prinsip variabilitas
perseptual (perseptual variability), sehingga anak didik dapat melihat struktur dari
berbagai pandangan yang berbeda-beda dan memperkaya imajinasinya terhadap setiap
konsep matematika yang disajikan.
Dengan demikian, semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam
konsep tertentu, semakin jelas bagi anak dalam memahami konsep tersebut. Langkah
selanjutnya, menurut Dienes, adalah memotivasi anak didik untuk mengabstraksikan
pelajaran tanda material konkret dengan gambar yang sederhana, grafik, peta dan akhirnya
memadukan simbol-simbol dengan konsep tersebut. Langkah-langkah ini merupakan suatu
cara untuk memberi kesempatan kepada anak didik ikut berpartisipasi dalam proses
penemuan dan formalisasi melalui percobaan matematika. Anak didik pada masa kini
bermain dengan simbol dan aturan dengan bentuk-bentuk konkret dan mereka
memanipulasi untuk mengatur serta mengelompokkan aturan-aturan. Pada jaman ini anak
didik menggunakan simbol-simbol sebagai objek manipulasi dan mengarah kepada
struktur pemikiran-pemikiran matematika yang lebih tiggi. Anak harus mampu mengubah
fase manipulasi konkret, agar pada suatu waktu simbol tetap terkait dengan pengalaman
konkretnya.
c. Prinsip-prinsip Belajar Matematika

Teori Dienes mengariskan beberapa prinsip bagaimana anak-anak mempelajari


matematik yaitu:

1. Prinsip Konstruktiviti: Pelajar haruslah memahami konsep sebelum memahaminya


dengan analisa yang logik.

2. Prinsip Perubahan Perspeptual: Anak-anak diperkenalkan berbagai keadaan agar dapat


memaksimakan konsep Matematik.

3. Prinsip Dinamik: Anak-anak mempelajari sesuatu melalui perkenalan dan eksperimen


untuk membentuk satu konsep.

14
4. Prinsip variabilitas matematika: Konsep yang menyertakan variabel yang diajarkan
melalui pengalaman dan menyertakan jumlah kemungkinan variabel yang paling besar.

Contoh Penerapan: Berikut ini adalah salah satu contoh belajar konsep matematika
dalam belajar menjumlah dan mengurang, dengan menerapkan keenam tahap belajar Dienes:

1. Permainan Bebas (Free Play) : Dalam belajar menjumlahkan ataupun mengurang


dengan permainan bebas, siswa diberikan kebebasan untuk bermain dan berinteraksi
dengan lingkungan sekitar meraka. Misalnya anak-anak dibagi dalam beberapa
kelompok, kemudian setiap kelompok diberikan berbagai macam benda atau makanan,
misalnya , bunga, permen atau balok-balok, dan sebagainya. Hal yang mungkin
dilakukan anak-anak adalah bertanya kepada teman mereka, seperti ini:

a. Ada berapa bunga yang warnanya merah?


b. Saya ingin mengambil 2 permen, dan sisanya bisa kamu ambil!
2. Permainan dengan Menggunakan Aturan ( Games): Games 1 : Bermain dalam Ruang
Kesenian Anak-anak dibawa dalam ruang kesenian. Aturannya, ruang kesenian tersebut
hanya boleh diisi paling banyak sepuluh anak untuk latihan menari, dan anak-anak
boleh keluar dan masuk kapan saja.Dari aturan tersebut akan menimbulkan banyak
pertanyaan, dan anak- anak menjawab pertanyan, misalnya:

a. Jika dalam ruangan kesenian tersebut terdapat tujuh anak yang sedang latihan
menari, berapa orang anak kah yang harus masuk untuk mencukupi?

b. Jika anak-anak yang latihan menari semuanya sudah datang, dan ada dua orang anak
meminta ijin keluar untuk minum, berapa anak yang berada di dalam ruang
kesenian?

Games 2 : Bermain mencari harta karun Anak-anak dibawa ke sebuah taman


sekolah, dan bermain dengan mengikuti pola berikut: Caca dkk, sedang berburu harta
karun dimulai dari pulau A dan pulau yang dituju adalah pulau E, meraka harus
membawa Bunga untuk sampai di sana. Di setiap pulau mereka boleh mengambil
bunga, dan di setiap jembatan mereka boleh membuang bunga tapi untuk sampai di
pulau E mereka harus membawa delapan bunga. Sekarang bantulah Caca dkk, untuk
sampai di pulau tersebut dengan melewati pulau A, pulau B, pulau C, pulau F, pulau D
kemudian kembali ke pulau B dan terakhir sampailah ke pulau E. Ingat di pulau A
terdapat dua bunga, pulau B terdapat empat bunga, pulau C tidak ada bunga, pulau D
terdapat tujuh bunga, dan pulau F ada satu bunga.
15
Dari aturan di atas akan memunculkan banyak pertanyaan, misalnya:

a. Ada berapa bunga yang dibawa caca, dkk untuk sampai di pulau c, jika mereka
tidak membuang bunga di jembatan?

b. Pada saat sampai di jembatan antara pulau f dan pulau d, caca, dkk membuang dua
bunga, ada berapa sisa bunga mereka?

3. Kesamaan Sifat (Searching for communalities) Dari aktivitas pada games 1 dan games
2, anak-anak mungkin akan menemukan kesamaan sifat seperti ini:

Games 1 Games 2

Keluar dari ruangan


Masuk dalam rungan
Membuang bunga di
Mengambil bunga di pulau
jembatan

4. Penyajian / Representasi ( Representations) Dari games –games dan situasi yang telah
diberikan diharapkan siswa dapat menyajikan secara abstrak apa yang mereka telah
temukan. Misalnya:

5. Simbolisasi ( Symbolizations) Pada permainan dengan simbolisasi, anak-anak dapat


menggunakan tanda tambah dan tanda kurang, ketika disebutkan kata-kata ”masuk”,
”keluar”, ”mengambil”, ataupun :membuang”. Dan simbol-simbol angka ketika disebut
”lima”, ”enam”, dsb. Sebagai contoh : Dari 10 orang anak yang ada di ruang kesenian,
dua orang keluar minum. Ini dapat ditulis menjadi : 10 – 2 = 8

6. Formalisasi ( Formalizations) Tahap yang terakhir formalisasi. Pada tahap 6, dari


games-games yang telah diberikan mungkin saja anak-anak memperoleh 2 + 3 = 5, 3 +
2 = 5, ataupun 0 + 3 = 3, 3 + 0 = 3. Dari sini, anak- anak akan bisa melihat sifat dari

16
konsep tersebut, misalnya 2 + 3 = 3 + 2 = 5, kemudian 0 +3 = 3 + 0 = 3, dan
sebaginya.15

C. Teori Belajar Matematika Menurut Gagne

Matematika merupakan ilmu yang dibangun dengan pola, struktur dan sistematis
dalam mengkaji objek-objek matematika.16 Robert Mills Gagne yang lahir pada 21 Agustus
1916 adalah seorang psikolog pendidikan Amerika yang terkenal dengan teori Conditions of
Learning. Menurut Gagne, tatanan pembelajaran yang lebih tinggi pada prinsipnya dibangun
melalui tingkat pembelajaran yang lebih rendah. Dia menyatakan ada beberapa perbedaan
tipe atau tingkatan belajar. Untuk itu perlu diklasifikasikan karena berbeda tipe atau tingkatan
belajar maka berbeda pula jenis instruksinya.

Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang memungkinkan seseorang


merubah tingkah lakunya secara permanen, oleh karena itu perubahan tingkah laku yang
terjadi dihasilkan dari perubahan struktur dalam diri seseorang. Perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar akan terjadi apabila seseorang berinterkasi dengan lingkungannya.

Gagne mengidentifikasi tipe pembelajaran terdiri dari lima yaitu : informasi lisan,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Kondisi internal
dan eksternal yang berbeda diperlukan untuk setiap jenis pembelajaran. Misalnya, untuk
strategi kognitif yang harus dipelajari, harus ada kesempatan untuk berlatih mengembangkan
solusi baru untuk masalah. Untuk mempelajari sikap, pelajar harus dihadapkan pada model
peran yang kredibel atau argumen persuasif.17

Konsep pembelajaran matematika menurut Gagne menekankan pada stimulus respon.


Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatannya mempengaruhi
siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari sebelum ia mengalami situasi
dengan setelah mengalami situasi tadi. Belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor
dari luar siswa di mana keduanya. saling berinteraksi. Komponen-komponen dalam proses
belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S-R. S adalah situasi yang memberi
stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan garis di antaranya adalah hubungan di antara

15
Andi Ika Prasasti Abrar, Teori Belajar Dienes, , Jurnal Al-Khwarizmi : Jurnal Pendidikan Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam, No. 1, Vol.I, Maret 2013, Hal. 23-32, http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/al-
khawarizmi/article/view/52
16
Uba Umbara, Psikologi Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2012), 118.
17
Atiaturrahmaniah, dkk, Pengembangan Pendidikan Matematika SD, (Lombok Timur: Universitas
Hamzanwadi Press, 2017), 30.

17
stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati, yang
bertalian dengan sistem alat saraf di mana terjadi transformasi perangsang yang diterima
melalui alat dria. Stimulus ini merupakan input yang berada di luar individu dan respon
adalah outputnya, yang juga berada di luar individu sebagai hasil belajar yang dapat
diamati.18

Menurut "teori Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh
siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung.19 Belajar matematika di era sekarang
menurut saya sendiri lebih cenderung harus menyesuaikan dengan individu lainnya dalam arti
ada yang mengajar dalam pelajaran matematika. Objek langsung pembelajaran matematika
adalah fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Sedangkan yang termasuk objek tidak
langsung diantaranya adalah berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan,
ketelitian. kemampuan inquiry, disiplin diri, dan sikap positif terhadap matematika.
Kemampuan-kemampuan tersebut adalah kemampuan yang secara tak langsung akan
dipelajari siswa ketika mereka mempelajari objek langsung matematika. Objek langsung
pembelajaran matematika yaitu fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip adalah empat
kategori yang konten matematisnya dapat dipisahkan.

1. Fakta

Fakta matematika adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika


seperti simbol matematika, aturan dalam matematika. Contoh: fakta bahwa "2"
adalah simbol untuk dua, "+" adalah simbol untuk operasi penjumlahan, dan sinus
itu adalah nama yang diberikan pada fungsi khusus dalam trigonometri. Fakta
dipelajari melalui berbagai teknik belajar seperti hafalan, latihan, permainan, dan
pertandingan matematika. Orang-orang dianggap telah belajar fakta ketika mereka
dapat menyatakan fakta dan menggunakannya dengan tepat sesuai dengan situasi.

2. Konsep

Konsep dalam matematika adalah gagasan abstrak yang memungkinkan


orang untuk mengklasifikasikan objek atau peristiwa dan untuk menentukan

18
Mariam Nasution, Konsep Pembelajaran Matematika Dalam Mencapai Hasil Belajar Menurut Teori Gagne,
Jurnal Ilmu-ilmu Pendidikan dan Sains, Vol. 05, No. 02, Desember 2018,
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=teori+gagne+dalam+pembelajaran+matematika&
oq=teori+gagne+#d=gs_qabsu&u=%23p%3DcmoGz98cVc0J
19
Mahasiswa Tadris Matematika Angkata 2019, Ruang Ketik Mahasiswa, (Pekalongan: PT. Nasya Expanding
Management, 2019), 69.

18
apakah objek dan peristiwa itu merupakan contoh atau bukan contoh. Contoh yang
merupakan konsep matematika adalah himpunan, himpunan bagian, persamaan,
ketidaksetaraan, segitiga, kubus, radius, dan eksponen.

Seseorang yang telah mempelajari konsep segitiga akan mampu


mengelompokkan kumpulan gambar atau benda yang merupakan segitiga dan
non-segitiga, jika dia sudah mengetahui konsep dari segitiga. Konsep dapat
dipelajari baik melalui definisi atau pengamatan langsung.

3. Prinsip

Prinsip adalah Objek matematis yang paling kompleks. Prinsip adalah


urutan konsep bersama dengan hubungan antara konsep-konsep ini, atau Prinsip
adalah suatu pemyataan yang memuat hubungan antara dua konsep atau lebih.
Pernyataan berikut adalah contoh prinsip.

a) Dua segitiga adalah kongruen jika dua sisi dan sudut yang termasuk
satu segitiga sama dengan dua sisi dan sudut yang termasuk sudut yang
lain.

b) Rumus luas segitiga adalah L=1/2.a.t

Pada rumus luas segitiga di atas, didapati adanya beberapa konsep


yang digunakan, yaitu konsep luas, konsep panjang alas segitiga dan
konsep tinggi segitiga.

Prinsip dapat dipelajari melalui proses penyelidikan ilmiah, pelajaran


penemuan terpandu, diskusi kelompok, penggunaan strategi pemecahan masalah,
dan demonstrasi. Seorang siswa telah mempelajari prinsip-prinsip ketika dia
dapat mengidentifikasi konsep yang termasuk dalam prinsip, meletakkan konsep-
konsep itu dalam hubungan yang benar satu sama lain, dan menerapkan prinsip
pada situasi tertentu.

4. Keterampilan

Keterampilan dalam matematika adalah kemampuan dalam


menyelesaikanmasalah matematika dengan kecepatan dan ketepatan. Misalkan

19
pembagian dengan cara panjang, penjumlahan dengan menyimpan, dan siswa
diminta untuk menentukan hasil dari 345 x 87 tanpa menggunakan kalkulator.

Keterampilan dipelajari melalui demonstrasi dan berbagai jenis latihan


seperti lembar kerja, bekerja di papan tulis, aktivitas kelompok dan permainan.
Siswa telah menguasai keterampilan ketika mereka dengan benar dapat
menunjukkan keterampilan dengan memecahkan berbagai jenis masalah yang
membutuhkan keterampilan atau dengan menerapkan keterampilan dalam
berbagai situasi.

a. Pengalaman Instruksi (events of instruction) menurut Gagne

1) Menarik Perhatian atau Motivasi (reception)

Agar setiap pembelajaran berlangsung dengan baik, hal yang pertama


perlu dilakukan oleh guru adalah menarik perhatian siswa. Cara yang lebih baik
untuk menarik perhatian siswa adalah dengan memulai setiap pelajaran dengan
sebuah pertanyaan atau fakta menarik. Keingintahuan memotivasi siswa untuk
belajar.

2) Menginformasikan peserta didik tujuan belajar (expectancy)

Expectasi ini berfungsi mengantar siswa untuk mengetahui tujuan belajar,


orientasi tujuan yang sudah terbentuk pada tahap ini membuat siswa dapat
memilih hasil apa yang akan dikuasai. Pada awal setiap pelajaran, siswa harus
mengetahui tujuan pembelajaran. Ini akan menjadi acuan dan membantu
memotivasi peserta didik untuk menyelesaikan pelajaran. Tujuan ini harus
menjadi dasar penilaian dalam proses pembelajaran. Biasanya, tujuan
pembelajaran disajikan dalam bentuk "Setelah menyelesaikan pelajaran ini, Anda
akan bisa...".

3) Mengingatkan kembali pembelajaran sebelumnya (retrieval)

Mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya dapat


mempermudah proses pembelajaran. Akan lebih mudah bagi siswa untuk
memahami dan menyimpan informasi dalam ingatan jangka panjang bila ada
hubungan dengan pengalaman dan pengetahuan pribadinya. Cara sederhana untuk

20
merangsang ingatan adalah mengajukan pertanyaan tentang pengalaman
sebelumnya, pemahaman tentang konsep sebelumnya, atau isi konten.

4) Penyampaian Materi (Present the content)

Pada penyampaian materi ini adalah guru menyampaikan atau


menagajarkan materi baru kepada siswa. Materi harus kemas dan diorganisasikan
secara bermakna, dan biasanya dijelaskan dan kemudian ditunjukkan. Agar
pembelajaran menarik beragam media harus digunakan jika memungkinkan,
termasuk teks, grafik, narasi audio, dan video.

5) Berikan "bimbingan pembelajaran"

Untuk membantu pelajar memahami materi/informasi untuk penyimpanan


jangka panjang, bimbingan harus diberikan bersamaan dengan penyajian materi
baru. Strategi bimbingan yang bisa digunakan antara lain mencakup penggunaan
contoh dan bukan contoh, studi kasus, representasi grafis, dan analogi.

6) Melakukan kinerja (responding)

Dalam proses pembelajaran, siswa diharuskan mempraktikkan


keterampilan atau perilaku baru. Melakukan unjuk kerja/kinerja memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonfirmasi pemahaman mereka yang
benar, dan pengulangan tersebut yang selanjutnya meningkatkan kemungkinan
retensi.

7) Berikan umpan balik (provide feedback)

Karena peserta didik mempraktikkan perilaku baru, penting untuk


memberikan umpan balik tertentu dan langsung dari kinerjanya.

8) Penguatan (reinforcement)

Setelah menyelesaikan proses pembelajaran, siswa diberi kesempatan


untuk mengambil (atau diminta untuk mengambil) penilaian akhir. Penilaian ini
harus dilengkapi jawaban, umpan balik, atau petunjuk tambahan. Tingkat
penguasaan yang umum diterima adalah 80% sampai 90% benar.

9) Meningkatkan retensi dan transfer (generalisasi)

21
Transfer pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan alih belajar
kesituasi baru.

b. Tahapan Urutan Belajar

Ada empat tahapan pembelajaran menurut Gagne (Samuel 2012) yaitu tahapan
Pengenalan, tahapan penguasaan, tahapan penyimpanan, dan tahapan pengungkapan.
Berikut dipaparkan deskripsi dari setiap tahapan pembelajaran.

1) Tahapan Pengenalan (apprehending phase)

Ini adalah kesadaran siswa akan rangsangan atau serangkaian


rangsangan yang muncul dalam situasi belajar. Kesadaran atau perhatian
mengarahkan siswa untuk memahami karakteristik dari rangkaian
mangsangan. Apa yang dirasakan oleh siswa akan difahami dengan
caranya sendiri oleh masing masing individu dan akan tercatat dalam
pikirannya. Cara istimewa di mana setiap siswa memahami rangsangan
tertentu menghasilkan masalah umum dalam pembelajaran. Misalnya
siswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan yang ditunjukkan oleh
guru seperti "lihatlah gambar berikut ini, apakah kedua bangun datar itu
sama?".

2) Tahapan perolehan/penerimaan (acquisition phase)

Tahap selanjutnya dalam pembelajaran adalah tahap akuisisi. Ini


adalah pencapaian atau memiliki fakta, keterampilan, konsep, atau prinsip
yang harus dipelajari. Akuisisi pengetahuan matematis dapat ditentukan
dengan mengamati atau mengukur fakta bahwa seseorang tidak memiliki
pengetahuan atau perilaku yang dibutuhkan sebelum ada stimulus yang
tepat, dan bahwa dia telah memperoleh pengetahuan atau perilaku yang
dibutuhkan segera setelah presentasi stimulus.

3) Tahap Penyimpanan

Setelah seseorang memperoleh kemampuan baru, ia harus


dipertahankan atau diingat. Inilah tahap penyimpanan pembelajaran.
Fasilitas penyimpanan manusia adalah memori, dan penelitian
menunjukkan bahwa ada dua jenis memori yaitu memori jangka pendek

22
dan memori jangka panjang. Informasi yang diterima dipindahkan dari
memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Hal ini bisa dilakukan
antara lain melalui pengulangan kembali, praktek, elaborasi.

4) Tahap Mendapatkan kembali (The Retrieval Phase)

Tahap keempat pembelajaran adalah fase pencarian. Ini adalah


kemampuan untuk memanggil informasi yang telah diperoleh dan
disimpan di memori. Tahapan ini berfungsi untuk mengingat kembali
kapabilitas prasyarat esensial untuk kegiatan belajar yang baru, proses
menggali ingatan dapat dipengaruhi oleh stimulus eksternal. Pada proses
ini kemungkinan peserta didik akan kehilangan hubungan dengan
informasi yang ada dalam ingatan jangka panjang. Dalam keadaan
demikian, pengajar harus memberikan stimulus eksternal, misalnya
memberikan sedikit informasi yang relevan kemudian meminta peserta
didik untuk mencari kaitannya.

Robert Gagne juga mengungkapkan delapan jenis pembelajaran yaitu signal


learning, stimulus-response learning chaining, verbal association, discrimination
learning, concept learning, rule learning, and problem solving. Berikut adalah
deskripsi masing-masing jenis pembelajaran.

1) Belajar Isyarat (signal learning)

Belajar isyarat adalah pembelajaran tanpa disadari yang dihasilkan


dari satu contoh saja atau sejumlah pengulangan stimulus yang akan
membangkitkan respons emosional seseorang. Misalkan sikap guru
yangmenyenangkan sehingga membuat siswa merasa mengikuti
pembelajaran dari guru tersebut. nyaman dan senang.

2) Belajar Stimulus-Respon (stimulus-response learning)

Belajar Stimulus-respons juga belajar merespons suatu isyarat. Ini


bersifat disengaja dan dilakukan secara fisik. Belajar stimulus respon
menghendaki stimulus yang datangnya dari luar sehingga menimbulkan
rangsangan otot-otot yang kemudian diiringi respon yang dikehendaki
sehingga terjadi hubungan langsung yang bersesuaian antara stimulus-

23
respon. Sebagian besar contoh pembelajaran stimulus-respons ditemukan
pada anak kecil. mereka belajar mengatakan kata-kata, menggunakan alat
sederhana, dan menampilkan perilaku yang dapat diterima secara sosial.

3) Belajar Rangkaian Gerak (Chaining)

Belajar rangkaian gerak adalah hubungan dari dua atau lebih


tindakan stimulus-respons verbal yang telah dipelajari sebelumnya. Belajar
rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah terurut dari dua atau
lebih stimulus respon. Contoh belajar rangkaian gerak adalah mengikatkan
sepatunya, membuka pintu, melempar bola, mengasah pensil, dan melukis.

Agar belajar rangkaian gerak terjadi, peserta didik sebelumnya


harus mempelajari setiap hubungan stimulus-respon yang dibutuhkan. Jika
setiap hubungan telah dipelajari, belajar rangkaian gerak dapat difasilitasi
dengan membantu peserta didik membentuk urutan tindakan stimulus-
respons yang benar untuk rangkaian tersebut.

Sebagian besar kegiatan matematika yang melibatkan manipulasi


perangkat fisik seperti penggaris, jangka, dan model geometris
memerlukan belajar rangkaian gerak. Belajar untuk membagi dua sudut
dengan garis lurus dan jangka membutuhkan urutan dan penerapan yang
tepat dari serangkaian keterampilan tipe respons stimulus yang dipelajari
sebelumnya. Keterampilan yang muncul adalah kemampuan untuk
menggunakan jangka untuk membuat lengkungan dan kemampuan untuk
membuat garis lurus antara dua titik.

4) Belajar Rangkaian Verbal (verbal association)

Rangsangan verbal artinya, hubungan logis (merupakan perbuatan


lisan) dari dua atau lebih tindakan stimulus-respons verbal yang telah
dipelajari sebelumnya. Setiap stimulus respon dalam satu rangkaian
berkaitan dengan stimulus respon lainnya yang masih dalam rangkaian
yang sama. Contoh: ketika siswa mengamati benda maka terjadilah
hubungan stimulus-respon yang pertama. Keadaan ini diikuti oleh asosiasi
stimulus-respon yang kedua yang memungkinkan siswa memberi nama

24
benda tersebut. Misalnya apabila siswa melihat segitiga yang dua sudutnya
ekuivalen, maka nama segitiga itu adalah segitiga sama kaki.

5) Belajar Memperbedakan (discrimination learning)

Belajar memperbedakan adalah belajar membedakan hubungan


stimulus-respon sehingga bisa memahami bermacam-macam objek fisik
dan konsep dalam merespon lingkungannya. Dalam belajar
memperbedakan, siswa membutuhkan keterampilan-keterampilan
sederhana sehingga dapat membedakan suatu objek dengan objek lainnya,
dan membedakan satu simbol dengan simbol lainnya.

Teradapat dua macam diskriminasi, yaitu (1) diskriminasi tunggal,


contonya: siswa dapat menyebutkan segitiga sebagai kurva tertutup
sederhana yang terbentuk dari gabungan tiga buah ruas garis; (2)
diskriminasi ganda, contoh siswa dapat menyebutkan perbedaan dua jenis
segitiga berdasarkan besar sudut dan sisi-sisinya.

6) Belajar Konsep (concept learning)

Belajar konsep adalah belajar untuk mengenali sifat umum benda


atau peristiwa untuk mengelompokkannya menjadi satu. Agar siswa dapat
belajar konsep, jenis pembelajaran prasyarat yang lebih sederhana harus
terjadi. Misalnya dalam memperoleh konsep lingkaran hal pertama yang
dilakukan adalah mungkin belajar mengatakan lingkaran kata sebagai
hubungan stimulus-respons yang dihasilkan sendiri, sehingga siswa dapat
mengulang kata tersebut. Kemudian siswa dapat belajar untuk
mengidentifikasi beberapa objek yang berbeda sebagai lingkaran.
Selanjutnya, siswa dapat belajar membedakan antara lingkaran dan benda
lainnya seperti segitiga dan kotak. Bila siswa dapat secara spontan
mengidentifikasi lingkaran dalam konteks yang tidak mereka kenal,
mereka telah memperoleh konsep lingkaran.

7) Belajar aturan (rule learning)

Pembelajaran aturan adalah kemampuan untuk menanggapi


keseluruhan rangkaian situasi (rangsangan) dengan serangkaian tindakan

25
(tanggapan) keseluruhan. Aturan terbentuk berdasarkan konsep-konsep
yang sudah dipelajari. Aturan merupakan pernyataan verbal dalam
matematika, misalnya teorema, dalil, atau sifat-sifat. Contoh aturan dalam
segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrta
sisi-sisi siku-sikunya.

8) Pemecahan Masalah

Seperti yang diketahui, pemecahan masalah adalah tatanan yang


lebih tinggi dan tipe pembelajaran yang lebih kompleks daripada
pembelajaran aturan (rule learning), dan belajar aturan merupakan
prasyarat untuk pemecahan masalah. Pemecahan masalah melibatkan
pemilihan dan penetapan seperangkat aturan dengan cara yang unik bagi
pelajar yang menghasilkan penetapan seperangkat aturan yang lebih tinggi
yang sebelumnya tidak diketahui oleh pelajar. Pemecahan masalah
sebenarnya biasanya melibatkan lima langkah, yaitu:

a. Presentasi masalah dalam bentuk umum

b. Penyajian kembali masalah ke dalam definisi operasional


Perumusan hipotesis dan prosedur alternatif yang mungkin
tepat untuk memecahkan masalah

c. Menguji hipotesis dan melaksanakan prosedur untuk


mendapatkan solusi

d. Menentukan solusi yang mungkin paling tepat atau


memverifikasi bahwa solusi tunggal benar.

c. Aplikasi Teori Belajar Gagne dalam Pembelajaran

Contoh berikut menggambarkan urutan pengajaran yang sesuai dengan


sembilan pengalaman instruksional menurut Gagne.

Materi: Segiempat

1. Menarik perhatian (Motivasi)

26
Siswa dimotivasi dengan memberikan pertanyaan tentang kegiatan
apa saja yang pernah dilakukan sehari-hari yang berkaitan dengan bangun
datar segiempat yang pernah mereka ketahui. Atau dengan menunjukkan
aneka segiempat yang dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menginformasikan peserta didik tujuan belajar

Guru menjelaskan bahwa dengan belajar materi segiempat "siswa


akan bisa membuat gambar bangun segiempat dan menentukan sifat-sifat
dari segiempat". Disamping itu, guru juga bisa menjelaskan bahwa dengan
belajar materi ini, akan bermanfaat dikehidupan yang akan datang.
Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan: "Apa itu segiempat?"

3. Ingatkan kembali pelajaran sebelumnya.

Guru mengingatkan kembali definisi dari segiempat yang pernah


mereka ketahui atau pelajari sebelumnya.

4. Penyampaian materi

Guru menyampaikan inisi segiempat, sifat-sifat yang dimiliki oleh


segiempat.

5. Bimbingan belajar

Guru memberikan contoh dan memandu siswa untuk bagaimana


cara membuat bangun datar segiempat.

6. Melakukan Kinerja

Guru meminta siswa untuk membuat 5 contoh segiempat yang


berbeda-beda dan menyebutkan sifat-sifatnya.

7. Berikan umpan balik

Pada kegiatan ini, guru memeriksa semua contoh segiempat yang


telah dibuat oleh siswa, tujuannya adalah untuk mengetahui yang benar
dan yang salah.

8. Berikan penilaian.

27
Guru memberikan penilaian dari hasil kerja siswa, hasil penilaian
tersebut yangdijadikan acuan untuk menentukan siswa yang tuntas dan
siswa yang remedi.

9. Tingkatkan retensi/transfer

Guru tunjukkan gambar dari beberapa objek benda kemudian


meminta siswa untuk mengidentifikasi segiempat.20

D. Teori Belajar Matematika Menurut Van Hiele

Van Hiele adalah seorang ahli matematika yang mengkhususkan kajiannya dalam
geometri. Karena Van Hiele lebih dikenal dengan sebagai pakar teori belajar pada
pembelajaran matematika khususnya geometri. Van Hiele mencetuskan tiga unsur dalam
pembelajaran matematika yaitu waktu, materi dan metode pembelajaran ditata secara
terpadu. Van Hiele membagi beberapa metode dalam pembelajaran geometri pada
matematika, yaitu :

1. Pengenalan
2. Analisis
3. Pengurutan
4. Deduksi
5. Akurasi

Tahapan Belajar geometri ini berlangsung secara gradual dari yang paling sederhana
sampai yang paling tinggi. 21

1. Konsep teori Van Hiele

Tingkat pembelajaran geometri dan fase pembelajaran geometri terjadi dari


tahap yang paling sederhana sampai tahap yang paling tinggi. Jika guru akan
menyampaikan pada pembelajaran yang lebih tinggi dilakukan pada pilihan pilihan
yang tepat, melakukan pertanyaan-pertanyaan dan tidak disampaikan langsung oleh
guru. Dengan memberikan Fasilitas beberapa pertanyaan soal yang mampu
menstimulus pemikiran pemikiran siswa. Melalui proses tanya jawab akan membantu

20
Atiaturrahmaniah, dkk, Pengembangan Pendidikan Matematika SD, (Lombok Timur: Universitas
Hamzanwadi Press, 2017), 31-40.
21
Sakti Alamsyah & Sudrajat. Belajar pembelajaran di sekolah dasar. (Yogyakarta: CV Budi utama, 2021), 62.

28
siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman yang lebih tinggi, baik secara
langsung, kondisi siswa dapat meningkatkan kondisi siswa dalam mencapai kemajuan
dengan pengaruh guru.

a. Fase pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele

Fase yang pertama adalah informasi, dalam fase ini guru dan siswa
melakukan diskusi, guru memberikan pengenalan tentang apa yang di
berikan dan materi mengenai objek objek yang dipelajari pada tahap
berfikir siswa. Diskusi yang dilakukan diarahkan pada tujuan
pembelajaran yang akan dipelajari. Pada saat diskusi guru memberikan
pertanyaan pada siswa dan melakukan observasi pada siswa

Fase kedua orientasi, melalui arahan dari guru siswa menggali


topik yang akan dipelajari melalui hal yang diajarkan oleh guru. Aktivitas
ini menunjukkan kepada siswa sedikit demi sedikit, demikian pula dengan
alat dan bahan yang disiapkan dalam pembelajaran sehingga menghasilkan
respon positif pada siswa. Respon ini dapat menjadi jalan untuk tahap yang
selanjutnya.

Fase yang ketiga penjelasan, berdasarkan konsep yang sebelumnya,


siswa belajar dari struktur yang diamatinya dan didapatnya. Selain itu guru
hanya memberikan bantuan seperlunya. Bantuan tersebut berlaku sampai
siswa paham apa yang dipelajarinya.

Fase keempat orientasi bebas, siswa diberikan tugas-tugas komplek


yang memberikan banyak langkah, tugas yang dihadapi dengan banyak
cara, dan tugas yang open-ended. Dimana tugas tersebut memiliki cara
tersendiri dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

Fase lima integrasi, siswa kembali melakukan meninjau kembali


dan meringkas pelajaran yang dipelajari. Guru dapat membantu siswa
dalam membuat sintesis dalam dengan melengkapi semua informasi
pelajaran dan pengetahuan yang didapatkan. 22

b. Pengalaman belajar sesuai tahap berfikir Van Hiele

22
Erna Yayuk,dkk. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan, (Malang: UMM press, 2018), 68

29
Berikut ini akan dijelaskan aktivitas-aktivitas yang dapat
digunakan untuk tiga tahap pertama, yaitu tahap 0 sampai tahap 2.

1. Aktivitas Tahap 0 (Visualisasi)


Pada tahap 0 ini, bangun-bangun geometri diperhatikan
berdasarkan penampakan fisik sebagai suatu keseluruhan. Aktivitas
untuk tahap ini antara lain sebagai berikut.
1) Memanipulasi, mewarna, melipat dan mengkonstruk
bangun-bangun geometri.
2) Mengidentifikasi bangun atau relasi geometri dalam
suatu gambar sederhana, dalam kumpulan potongan
bangun, blok-blok pola atau alat peraga yang lain,
dalam berbagai orientasi, melibatkan obyek-obyek fisik
lain di dalam kelas, rumah, foto, atau tempat lain, dan
dalam bangun-bangun yang lain.
3) Membuat bangun dengan menjiplak gambar pada kertas
bergaris, menggambar bangun, dan mengkonstruk
bangun.
4) Mendeksripsikan bangun-bangun geometri dan
mengkonstruk secara verbal menggunakan bahasa baku
atau tidak baku, misalnya kubus “seperti pintu atau
kotak.”
5) Mengerjakan masalah yang dapat dipecahkan dengan
menyusun, mengukur, dan menghitung.
2. Aktivitas Tahap 1 (Analisis)

Pada tahap 1 ini siswa diharapkan dapat


mengungkapkan sifat-sifat bangun geometri. Aktivitas untuk
tahap ini antara lain sebagai berikut.

1) Mengukur, mewarna, melipat, memotong,


memodelkan, dan menyusun dalam urutan tertentu
untuk mengidentifikasi sifat-sifat dan hubungan
geometri lainnya.

30
2) Mendeskripsikan kelas suatu bangun sesuai sifat-
sifatnya.
23
3) Membandingkan bangun-bangun berdasarkan
karakteristik sifat-sifatnya.
4) Mengidentifikasi dan menggambar bangun yang
diberikan secara verbal atau diberikan sifat-sifatnya
secara tertulis.
5) Mengidentifikasi bangun berdasarkan sudut
pandang visualnya.
6) Membuat suatu aturan dan generalisasi secara
empirik (berdasarkan beberpa contoh yang
dipelajari).
7) Mengidentifikasi sifat-sifat yang dapat digunakan
untuk mencirikan atau mengkontraskan kelas-kelas
bangun yang berbeda.
8) Menemukan sifat objek yang tidak dikenal.
9) Menjumpai dan menggunakan kosakata atau
simbol-simbol yang sesuai.
3. Aktivitas Tahap 2 (Deduksi Informal)
Pada tahap 2 ini siswa diharapkan mampu mempelajari
keterkaitan antara sifat-sifat dan bangun geometri yang
dibentuk. Aktivitas siswa untuk tahap ini antara lain sebagai
berikut.
1) Mempelajari hubungan yang telah dibuat pada tahap
1, membuat inklusi, dan membuat implikasi.
2) Mengidentifikasi sifat-sifat minimal yang
menggambar suatu bangun.
3) Membuat dan menggunakan definisi
4) Mengikuti argumen-argumen informal
5) Menyajikan argumen informal.

23
Atiaturrahmaniah, dkk. Pengembangan Pendidikan matematika SD.( Lombok: Universitas Hamzanwadi
Press, 2017), 43.

31
6) Mengikuti argumen deduktif, mungkin dengan
menyisipkan langkah-langkah yang kurang.
7) Memberikan lebih dari satu pendekatan atau
penjelasan.
8) Melibatkan kerjasama dan diskusi yang mengarah
pada pernyataan dan konversnya.
9) Menyelesaikan masalah yang menekankan pada
pentingnya sifat-sifat gambar dan saling
keterkaitannya.

2. Manfaat teori Van Hiele

Teori-teori yang dikemukakan oleh Van Hiele memang lebih sempit


dibandingkan teori-teori yang dikemukakan oleh Piafet dan Dienes karena ia
hanya mengkhususkan pada pengajaran geometri saja. Meskipun sumbasinya
tidak sedikit dalam geometri. Berikut hal-hal yang diambil manfaatnya dari teori
yang dikemukakan:

a. Guru dapat mengambil manfaat dari tahap-tahap perkembangan


kognitif anak yang dikemukakan Van Hiele, dengan mengetahui
mengapa seorang anak tidak memahami bahwa kubus itu
merupaka balok, karena anak tersebut tahap berpikirnya masih
berada pada tahap analisis ke bawah.
b. Supaya anak dapat memahami geometri dengan pengertian,
bahwa pengajaran geometri harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan berpikir anak itu sendiri. Agar topic-topik pada
materi geometri dapat dipahami dengan baik dan anak dapat
mempelajari topic-topik tersebut berdasarkan urutan tingkat
kesukarannya yang dimulai dari tingkat yang paling mudah
sampai dengan tingkat yang paling rumit dan kompleks.
c. Manfaat lain dariteori Van Hiele dalam pembelajaran geometri
yaitu guru dapat mengambil manfaat tahap-tahap pengembangan
kognitif anak yang dikemukakan Van Hiele, dengan mengetahui
mengapa seorang anak tidak memahami bahwa kubus itu
merupakan balok masih berada pada tahap analisis ke bawah.

32
Anak dapat memahami geometri dengan pengertian bahwa
pengajaran geometri harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan berpikir anak itu sendiri. Agar topik-topik pada
materi geometri dapat dipahami dengan baik dan anak dapat
mempelajari topik tersebut berdasarkan urutan tingkat
kesukarannya yang mulai dari tingkat yang paling mudah sampai
tingkat yang paling kompleks.
3. Teori pembelajaran geometri
Selain mengemukakan mengenai perkembangan kognitif pada
pembelajaran matematika dalam memahami geometri. Van Hiele juga
mengemukakan teori tentang geometri.
a. Tiga unsur pertama dalam pembelajaran geometri adalan materi
pengajaran dan metode penyusunan. Apabila dikelola secara terpadu
dapat mengakibatkan peningkatan kemampuan berfikir anak kepada
tahap yang lebih tinggi.
b. Bila dua orang memiliki dua pemikiran yang berlainan satu sama lain
kemudian bertukar pikiran. Maka kedua orang tersebut tidak akan
mengerti. Sebagai contohnya mengapa anak tidak mengerti mengapa
gurunya membuktikan bahwa sisi pada lingkaran jumlahnya tak
terhingga. Misalnya anak itu berada pada tahap pengurutan dibawah.
Tanpa berpikir panjang anak tersebut pasti sudah paham bahwa
pembuktian tersebut adalah benar, bahwa sisi lingkaran adalah tak
terhingga. Contoh yang paling tinggi adalah tahap kedua atau tahap
analisis, tidak mengerti apa yang dijelaskan gurunya bahwa balok
adalah persegi, belah ketupat itu layang layang. Gurupun tidak
mengerti mengapa siswa tidak mengerti apa yang dijelaskan. Menurut
Van Hiele seorang anak yang lebih rendah tingkatannya tidak akan
mengerti materi yang diajarkan pada tingkat tertinggi dari anak
tersebut.
c. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai diinginkan yaitu anak
memahami geometri dengan pengertian, kegiatan belajar anak harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak itu sendiri atau
disesuaikan dengan tahap pemikirannya. Dengan demikian anak dapat

33
berkarya dalam pemikirannya. Sebagai persiapan untuk tahap
berpikirnya ke tahap yang lebih dari tahap sebelumnya. 24
4. Contoh penerapan
Berikut contoh penerapan dari tahap 0 sampai tahap 2 Bangun datar

Dan siswa dapat mengelompokkan bangun bangun tersebut. Berdasarkan


kemungkinan dan penampakannya adalah pengelompokan hasilnya.

24
Erna Yayuk,dkk. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan, (Malang: UMM press,.2018), 68.

34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Piaget merupakan salah satu ilmuwan yang menganut belajar kogntif. Piaget
melahirkan teori belajarnya yang dikenal dengan “teori perkembangan mental
manusia”. Kata “mental” pada teori piaget dapat dikatakan sebagai “intelektual” atau
“kognitif”. Piaget berpandangan bahwa perkembangan kognitif manusia terbagi
melalui empat (4) tahapan. Sedangkan teori Vygotsky berfokus pada keterkaitan
antara manusia dan koneksi sosial budaya dimana mereka saling berinteraksi dalam
berbagai hal. Oleh karena itu, teory Vygotsky dikenal dengan teori perkembangan
sosiokultural yang menekankan belajar pada interaksi sosial dan budaya, dalam
kaitannya dengan kemampuan kognitif siswa. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang
dapat belajar dari lingkungan sosial dan budaya setempat untuk memahami suatu
konsep, salah satunya konsep matematika.
Bruner merupakan ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar
kognitif. Penelitiannya yang dilakukan banyak meliputi persepsi manusia, motivasi,
belajar dan berpikir. dalam teorinya, Bruner menganggap manusia sebagai pemroses,
pemikir dan pencipta informasi. Dalam proses belajar Bruner menegaskan bahwa
anak membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengintegrasikan konsep dan
prosedur baru ke dalam struktur mental yang ada. Anak-anak harus menciptakan
hubungan matematis dalam pikiran mereka sendiri. Menurut Bruner belajar
matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur matematika yang
terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.

Teori Dienes mengembangkan teori Piaget yang berorientasi pada


pertumbuhan dan perkembangan berpikir. Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya
matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan
hubungan hubungan di antara struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan
hubungan di antara struktur-struktur. Dienes mengungkapkan bahwa pembelajaran
matematika disajikan secara konkret dengan objek atau benda yang dimanipulasi
melalui permainan. Perkembangan konsep matematika menurut Dienes dapat dicapai

35
melalui pola berkelanjutan, yang setiap seri dalam rangkaian kegiatan belajar dari
kongkret ke simbolik.

Menurut "teori Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat
diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung
pembelajaran matematika adalah fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Sedangkan
yang termasuk objek tidak langsung diantaranya adalah berpikir logis, kemampuan
memecahkan masalah, ketekunan, ketelitian. kemampuan inquiry, disiplin diri, dan
sikap positif terhadap matematika. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah
kemampuan yang secara tak langsung akan dipelajari siswa ketika mereka
mempelajari objek langsung matematika. Objek langsung pembelajaran matematika
yaitu fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip adalah empat kategori yang konten
matematisnya dapat dipisahkan.

Van Hiele adalah seorang ahli matematika yang mengkhususkan kajiannya


dalam geometri. Karena Van Hiele lebih dikenal dengan sebagai pakar teori belajar
pada pembelajaran matematika khususnya geometri. Van Hiele mencetuskan tiga
unsur dalam pembelajaran matematika yaitu waktu, materi dan metode pembelajaran
ditata secara terpadu.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca dan
penulis. Semua yang tertulis di atas, kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini
banyak kekurangan dan masih membutuhkan pengarahan serta bimbingan. Oleh
karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan makalah
berikutnya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Sakti & Sudrajat.2021. Belajar pembelajaran di sekolah dasar.

Yogyakarta: CV Budi utama.

Andi Ika Prasasti Abrar, Jurnal, Belajar Dienes, Al-Khwarizmi : Jurnal Pendidikan

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, No. 1, Vol.I, Maret 2013,

http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/al-khawarizmi/article/view/52

Atiaturrahmaniah, dkk. 2017. Pengembangan Pendidikan Matematika SD. Lombok

Timur: Universitas Hamzanwadi Press.

Awaludin, Aulia Ar Rakhman . 2021. TEORI DAN APLIKASI PEEMBELAJARAN

MATEMATIKA DI SD/MI. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

Isrok’atun dan Amelia Rosmala. 2018. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

MATEMATIKA. Jakarta: Bumi Aksara.

Isti’adah, Feida Noorlaila. 2020. TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN.

Tasikmalaya: Edu Publisher.

Mahasiswa Tadris Matematika. 2019. Ruang Ketik Mahasiswa. Pekalongan: PT.

Nasya Expanding Management.

37
Nasution, Mariam. 2018. Konsep Pembelajaran Matematika Dalam Mencapai Hasil

Belajar Menurut Teori Gagne, Jurnal Ilmu-ilmu Pendidikan dan Sains. Vol 05. No 02.

https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=teori+gagne+dalam+pembelaja

ran+matematika&oq=teori+gagne+#d=gs_qabsu&u=%23p%3DcmoGz98cVc0J

Sakti Alamsyah dan Sudrajat. 2021. Belajar Pembelajaran Di Sekolah Dasar,

Deepublish, Yogyakarta.

Umbara, Uba. 2012. Psikologi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:

DEEPUBLISH.

Wardani, Iwan Usma . 2022. BELAJAR MATEMATIKA SD DENGAN PENDEKATAN

SCIENTIFIC BERBASIS KETERAMPILAN. CV Feniks Muda Sejahtera.

Yayuk, Erna. 2018. dkk. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan . Malang:

UMM press.

Yayuk, Erna. 2019. Pembelajaran Matematika SD. Malang: UMM Press.

38

Anda mungkin juga menyukai