Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah hal yang lumrah untuk dimiliki serta
didapatkan oleh setiap orang dan terutama bagi anak anak bangsa yang sangat
membutuhkan yang namanya pendidikan untuk menyokong masa depan nantinya.
Dan dalam dunia pendidikan pasti terdapat peserta didik didalamnya dan sebagai
peserta didik sudah selayaknya untuk melakukan kewajiban sebagai seorang pelajar
berupa belajar. Belajar merupakan hal yang paling sering dilakukan oleh seorang
peserta didik. Banyak hal yang dipelajari oleh para peserta didik di dalam proses
belajar. Dan dalam melakukan kegiatan belajar para peserta didik banyak mempelajari
hal hal baru dari bermacam-macam mata pelajaran yang terdapat di sekolah. Banyak
mata pelajaran yang mengajarkan tentang teori dan terdapat juga mata pelajaran yang
mengajarkan praktik seperti halnya mata pelajaran Matematika. Dan dalam dunia
pendidikan juga terdapat banyak sekali teori teori belajar yang umum seperti teori
belajar dari tokoh Piaget dan juga terdapat pula teori belajar dari tokoh lainnya seperti
Vigotsky.
Mata pelajaran matematika juga salah satu mata pelajaran yang terdapat di
hampir semua jenjang dan jurusan pasti terdapat mata pelajaran matematika terutama
di tingkat Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar. Matematika adalah salah satu
mata pelajaran yang membutuhkan konsentrasi yang cukup untuk memecahkan
persoalan persoalan yang ada dengan menggunakan penjabaran rumus rumus 1a nada
sehingga dapat menghasilkan hasil yang tepat. Matematika merupakan mata pelajaran
yang akan selalu ada sepanjang masa dengan berbagai rumus dan cara pemecahan
masalah yang terdapat didalamnya. Dan dalam mempelajari matematika banyak sekali
tokoh tokoh yang mengungkapkan teori teori belajar. Tokoh yang menemukan dan
mengungkapkan teori belajar matematika seperti tokoh Bruner, Dienes, Gagne dan
juga Van Hiale. Dan dengan banyaknya tokoh yang memiliki teori belajar matematika
akan membuat mempelajari mata pelajaran matematika akan semakin menyenangkan.
Dan isi yang terdapat dalam teori teori dari tokoh tokoh yang sudah disebutkan
sebelumnya seperti Piaget, Vigotsky, Bruner, Dienes, Gagne dan juga Van Hiale akan
dibahas didalam makalah ini dengan lebih lagi dari berbagai referensi sumber-sumber
ilmiah yang didapat oleh penyusun.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Teori Belajar Umum Menurut Piaget Serta Vigotsky ?
2. Bagaimanakah Teori Belajar Matematika Menurut Bruner ?
3. Bagaimanakah Teori Belajar Matematika Menurut Dienes ?
4. Bagaimanakah Teori Belajar Matematika Menurut Gagne ?
5. Bagaimanakah Teori Belajar Matematika Menurut Van Hiele ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Teori Belajar Umum Menurut Piaget Serta Vigotsky.
2. Untuk Mengetahui Teori Belajar Matematika Menurut Bruner.
3. Untuk Mengetahui Teori Belajar Matematika Menurut Dienes.
4. Untuk Mengetahui Teori Belajar Matematika Menurut Gagne.
5. Untuk Mengetahui Teori Belajar Matematika Menurut Van Hiele.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Feida Noorlaila Isti’adah, TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN, (Tasikmalaya: Edu Publisher,
2020), 26.
2
Atiaturrahmaniah dkk, Pengembangan Pendidikan Matematika, (Lombok Timur: Universitas Hamzanwadi
Press, 2017), 2.
3
benda konkret untuk menghubungkan konsep idenya, dan anak mampu berpikir logis
dari hasil penyelidikannya. Hal ini menunjukkan anak berada pada tahap operasi
konkret dengan kisaran usia 7-11 tahun. Kemudian anak masuk pada tahap operasi
formal pada usia 11 tahun ke atas. tahap operasional merupakan tahap berpikir abstrak
dan tidak bergantung pada benda konkret untuk menyatakan suatu konsep. Berikut
empat tahap perkembangan kognitif manusia berdasarkan teori Piaget.
No Umur Tahap
1. 0-2 Sensori Motor
2. 2-7 Pra-Operasional
3. 7-11 Operasional Konkret
4. 11 ke atas Operasional Formal
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa usia anak berkisar antara 7-11
tahun berada pada tahap operasi konkret. Pada tahap ini, umumnya usia anak berada
pada jenjang SD/MI. Oleh karena itu, pembelajaran Matematika di SD/MI harus
mengaitkan konsep Matematika yang abstrak dengan sesuatu yang bersifat konkret.
Sesuatu yang bersifat konkret dapat berupa sesuatu yang ada atau nyatadalam
kehidupan sehari-hari.3
Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu
organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan setiap organisme kemampuan untuk
mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi
sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Piaget juga mengungkapkan bahwa
manusia tumbuh serta beradaptasi dengan lingkungannya, yang mencakup asimilasi
dan akomodasi.4
Proses asimilasi yaitu suatu proses dimana pengetahuan yang dimiliki siswa
(schema) sesuai dengan pengalaman baru yang diperoleh. Proses asimilasi yang
dialami siswa dapat mempermudah adaptasi dalam menyusun hal/konsep materi
sehingga struktur kognitif siswa berada dalam keadaan seimbang. Sedangkan proses
akomodasi yaitu proses perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang sudah
ada sesuai dengan pengalaman baru yang dialami. Dalam proses akomodasi, siswa
tidak dapat menerima hal baru, atau pengetahuan awal tidak sejalan dengan konsep
3
Isrok’atun dan Amelia Rosmala, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA, (Jakarta: Bumi Aksara,
2018), 11-13.
4
Feida Noorlaila Isti’adah, TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN, (Tasikmalaya: Edu Publisher,
2020), 174.
4
yang akan diajarkan sehingga perlu perubahan schema yang dimiliki siswa atau
mengembangkannya dengan schema yang baru supaya terjadi suatu keadaan
seimbang.
Berdasarkan teori Piaget, pembeljaran kooperatif cocok dalam kegiatan
pembelajaran matematika, karena pembelajaran kooperatif memfokuskan pada proses
berpikir anak, bukan sekedar hasil. Selain itu dalam pembelajaran ini mengutamakan
peran siswa berinisiatif untuk menemukan jawaban dari soal yang diberikan oleh guru
dengan cara sendiri dan siswa didorong untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.5
b. Teori Belajar Vygotsky.
Teori Vygotsky berfokus pada keterkaitan antara manusia dan koneksi sosial
budaya dimana mereka saling berinteraksi dalam berbagai hal. Oleh karena itu, teory
Vygotsky dikenal dengan teori perkembangan sosiokultural yang menekankan belajar
pada interaksi sosial dan budaya, dalam kaitannya dengan kemampuan kognitif siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dapat belajar dari lingkungan sosial dan
budaya setempat untuk memahami suatu konsep, salah satunya konsep matematika.
Perkembangan kemampuan kognitif anak dapat diperoleh dari hasil interaksi
sosial dengan orang lain. Siswa melakukan interaksi dengan orang dewasa dan teman
sebaya yang lebih memilih konsep tersebut. Keterkaitannya dengan pembelajaran
matematika adalah siswa dapat belajar berinteraksi dengan teman sebaya, untuk
bertukar pikiran mengenai konsep matematika atau dengan guru sebagai orang dewasa
yang memahami konsep matematika sehingga siswa memahami konsepbmatematika
lebih baik.6
Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik
bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajarinya, namun tugas-
tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya (Zone of proximal
development) yang selalu disingkat ZPD, yaitu perkembangan kemampuan peserta
didik sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya. Jadi ZPD adalah jarak antara
taraf perkembangan aktual, seperti yang nampak dalam pemecahan masalah secara
mandiri dan tingkat perkembangan potensial, seperti yang ditunjukkan dalam
5
Aulia Ar Rakhman Awaludin, TEORI DAN APLIKASI PEEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD/MI, (Aceh:
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021), 6.
6
Isrok’atun dan Amelia Rosmala, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA, (Jakarta: Bumi Aksara,
2018), 23-24.
5
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau dengan bekerja sama
dengan teman sebaya yang lebih mampu.7
Implikasi ZPD dalam pembelajaran matematika adalah sebagai jembatan
proses berpikir konkret menuju berpikir abstrak. Pada umumnya, siswa belajar
matematika diawali dengan proses berpikir konkret. Akan tetapi, tidak selamanya
siswa belajar matematika menggunakan proses berpikir konkret. Siswa belajar
meningkatkan kemampuannya melalui proses berpikir absrak. Dalam menjembatani
proses berpikir konkret menuju proses berpikir abstrak, siswa sering mengalami
kesulitan. Dengan demikian, perlu bimbingan orang dewasa untuk membantu
kesulitan yang dialami siswa tersebut. Orang dewasa yang dapat membantu siswa
misalnya guru atau teman sebaya yang memahami materi dengan baik. Oleh karena
itu, diperlukan suatu interaksi siswa dengan guru dan teman sebaya dalam memahami
suatu konsep matematika.8
B. Teori Belajar Matematika Menurut Bruner
Bruner merupakan ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar
kognitif. Penelitiannya yang dilakukan banyak meliputi persepsi manusia, motivasi,
belajar dan berpikir. dalam teorinya, Bruner menganggap manusia sebagai pemroses,
pemikir dan pencipta informasi. Dalam proses belajar Bruner menegaskan bahwa
anak membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengintegrasikan konsep dan
prosedur baru ke dalam struktur mental yang ada. Anak-anak harus menciptakan
hubungan matematis dalam pikiran mereka sendiri. Menurut Bruner belajar
matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur matematika yang
terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
a. Perkembangan Kognitif menurut Bruner
Bruner dalam teorinya, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar
anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga
yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam
memahami suatu konsep matematika. Pengetahuan matematika adalah
pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman dengan suatu
objek atau kejadian tertentu. Bruner juga menekankan bahwa anak-anak
7
Iwan Usma Wardani, BELAJAR MATEMATIKA SD DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC BERBASIS
KETERAMPILAN, (CV Feniks Muda Sejahtera, 2022), 38.
6
berinisiatif untuk belajar karena rasa keingintahuannya. Untuk memunculkan
rasa ingin tahu anak selama mengajar, peran seorang guru selama mengajar
harus menjadi petunjuk/fasilitator yang membantu siswa menemukan dengan
sendiriya dan mendapatkan kepuasan diri melalui persepsi dan pemahaman.
Dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif anak-anak, Bruner
mengemukakan bahwa anak-anak berkembang melalui tiga tahap
perkembangan mental, yaitu Tahap enaktif (enactive representation), Tahap
ikonik (iconic representation), Tahap simbolis (symbolic representation).
adapun penjelasan untuk masing-masig tahapan sebagai berikut.
1) Tahap Enaktif
Pendekatan kognitif yang paling umum untuk anak-anak dari
usia 1-2 tahun, mereka belajar dan mengerti tentang dunia di sekitar
diri mereka melalui gerakan dan tindakan. Tahap ini anak secara
langsung terlibat dalam memanipulasi subjek. Cara yang dipakai anak
dalam membangun kemampuan kognitifnya dan kemampuan
berpikirnya menggunakan pengalaman nyata. Misalnya anak akan
mengerti nama suatu binatang apabila ditunjukkan bentuk dan
disebutkan namanya.
2) Tahap Ikonik
Umumnya untuk anak usia 2-6 tahun, mereka belajar melalui
persepsi visual dan bisa menggantikan penjelasan dengan gambar atau
imajinasi objek yang ada di depan mata, yaitu anak dapat
mengekspresikan benda melalui gambar (ikon-ikon) atau grafik. Pada
tahap ini, para anak sudah dapat mempelajari suatu pengetahuan dalam
bentuk gambar atau diagram sebagai perwujudan dari kegiatan yang
menggunakan benda konkret atau nyata.
Misalnya sebagai contoh, dalam proses pembelajaran
penjumlahan dua bilangan bulat dimulai dengan menggunkan benda
nyata, selanjutnya pada tahap ikonik dengan dibantu berupa garis
bilangan sebagai “jembatan”. Maka tiap ikonik untuk 5 + (-3) =2 dan
dapat digambarkan pada garis bilangan berikut ini:
7
-3
I I I I I I I I I I I
-5 -4 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3 +4 +5
3) Tahap Simbolik
Umumnya bagi anak-anak di atas 6 tahun, pada tahap ini anak-
anak memahami dunia sekitar diri mereka dengan simbol abstrak,
mampu melakukan penalaran, dan mengekspresikan dengan kata-kata,
bahasa, serta berinteraksi dengan lingkungan. Sebagai contoh, ketika
anak diberi permasalahan “lima permen digabungkan (dijumlahkan)
dengan tujuh permen”. Untuk menjawab masalah tersebut anak tidak
lagi memerlukan bantuan alat peraga baik berupa benda-benda konkret
maupun gambar yang mewakili, tapi untuk menyelesaikannya siswa
melakukan penjumlahan kedua bilangan tersebut dengan menggunakan
lambang-lambang bilangan yaitu, 5+7 = 12.9
b. Aplikasi Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran
Dalam meerapkan teori Bruner, ada beberapa hal yag perlu
diperhatikan sebagai berikut:
1) Sebelum belajar dimulai guru perlu menciptakan suasana belajar dan
sitiasi yang mengandung masalah yang dapat mendorong siswa untuk
menemukan sendiri jalan keluar dari masalah tersebut.
2) Konsep yang diberikan kepada siswa berisi ide pokok yang terkandung
dalam permasalahan tersebut. Apabila siswa memahami ide pokok
tersebut maka siswa akan mnemukan konsep sendiri dalam belajar
yang terkait dengan permasalahan yang diberikan.
3) Dalam belajar, menurut Bruner hendaknya dilakukan dengan proses
secara induktif. Artinya pembelajaran bergerak atau mulai dari fakta-
fakta khusus dan spesifik kearah generalisasi.
9
Atiaturrahmaniah dkk, Pengembangan Pendidikan Matematika, (Lombok Timur: Universitas Hamzanwadi
Press, 2017), 4-6.
8
4) Dalam proses belajar, Bruner menyarankan pengembangan
kemampuan anak dalam intuisi. Dalam hal ini, guru mrnyajikan bukti
yang krang lengkap kemudian siswa diminta memprediksi
kemungkinan adanya bukti bukti lain untuk melengkapi bukti tersebut
secara sistematis.
Contoh penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran matematika
di SD/MI, untuk mengajarkan konsep perkalian menggunakan tahapan teori
Bruner dijabarkan sebagai berikut:
a) Tahap enaktif
Pada tahap ini siswa dapat diajak untuk mengamati sepeda di
tempat parkir sekolah. Siswa mengamati jumlah roda masing-masing
sepeda. Misalkan ada 4 sepeda memiliki 2 roda. Jadi, jumlah roda dari
4 sepeda adalah 2 + 2 + 2 + 2 = 8
b) Tahap ikonik
Selanjutnya siswa diperlihatkan gambar sepeda seperti gambar
berikut ini:
c) Tahap simbolik
Pada tahapan ini siswa sudah mulai diarahkan menyelesaikan
dengan menggunakan simbol-simbol matematika.
2 + 2 + 2 + 2 sama artinya dengan 4 x 2 = 8.10
10
Atiaturrahmaniah dkk, Pengembangan Pendidikan Matematika, (Lombok Timur: Universitas Hamzanwadi
Press, 2017), Hal 9-10.
9
dalam rangkaian kegiatan belajar dari kongkret ke simbolik. Kegiatan pembelajaran
matematika menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi
matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara kongkret dan lebih
membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Konsep konsep
matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Berikut tahap-tahap
belajar matematika menurut Dienes.11
Salah satu pelopor penting yang membentuk teori yang secara khusus diarahkan
untuk memahami pembelajaran matematika adalah Zoltan Dienes. Menurut Dienes
"principles of mathematical learning have been an integral part of mathematics education
literature and applied both to the teaching and learning of mathematics as well as
research on processes such as abstraction and generalization of mathematical structures".
Prinsip-prinsip pembelajaran matematika telah menjadi bagian integral dari literatur
pendidikan matematika dan diterapkan baik untuk pengajaran dan pembelajaran
matematika maupun penelitian tentang proses seperti abstraksi dan generalisasi struktur
matematika. Seperti halnya Bruner, Dienes berpendapat bahwa setiap konsep atau prinsip
matematika dapat dimengerti secara sempurna jika pertama disajikan dalam bentuk-bentuk
konkrit. Abstraksi didasarkan kepada intuisi dan pengalaman-pengalaman konkrit. Pada
dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan
hubungan hubungan diantara struktur-struktur dan mengkatagorikan hubungan-hubungan
di antara struktur-struktur. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip
dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan
baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan
akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.
Menurut Dienes, belajar matematika itu melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-
konsep tingkat yang lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah dibentuk
sebelumnya.12
11
Erna Yayuk, Pembelajaran Matematika SD, ( UMM Press, Malang, 2019 ), Hal. 30-31
12
Atiaturrahmaniah,dkk , Pengembangan Pendidikan Matematika SD, ( Universitas Hamzanwadi Press,
Lombok Timur, 2017), Hal. 16
10
matematika yang disajikan dalam bentuk konkrit akan mudah dipahami siswa dengan
baik.13 Dalam menerapkan enam tahap belajar konsep dari Dienes untuk merancang
pembelajaran matematika, mungkin suatu tahap (bisa tahap bermain bebas) tidak cocok
bagi para siswa atau kegiatan-kegiatan untuk dua atau tiga tahap dapat digabung menjadi
satu kegiatan. Mungkin perlu dirancang kegiatan-kegiatan belajar khusus untuk setiap
tahap jika kita mengajar siswa-siswa SD kelas rendah; tetapi untuk siswa-siswa SMP
dimungkinkan menghilangkan tahap-tahap tertentu dalam mempelajari beberapa konsep.
Model mengajar matematika dari Dienes hendaknya diperlakukan sebagai pedoman, dan
bukan sekumpulan aturan yang harus diikuti secara ketat.14
a. Konsep Matematika
Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi
tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan
mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Seperti halnya dengan
Bruner, Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika
yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini
mengandung arti bahwa jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan
sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika. Dienes
membedakan konsep matematika atas konsep murni, konsep notasi, dan konsep terapan.
Konsep murni matematika merupakan ide-ide matematika mengenai klasifikasi bilangan
dan relasi-relasi antar bilangan dan sama sekali tidak tergantung pada bagaimana bilangan
tersebut disajikan. Konsep notasi matematika merupakan sifat-sifat bilangan yang
merupakan akibat langsung dari cara bagaimana bilangan disajikan. Konsep terapan
matematika merupakan penggunaan konsep murni dan konsep notasi matematika untuk
pemecahan masalah matematika. Dienes, memandang belajar sebagai suatu seni belajar
kreatif. Dienes berpendapat bahwa setiap konsep matematika atau dalil, dapat dipahami
secara baik, hanya jika disajikan kepada siswa secara konkret. Abstraksi dalam belajar
matematika didasarkan pada intuisi dan pengalaman-pengalaman konkret. Untuk
mempelajari matematika, siswa harus belajar untuk:
13
Sakti Alamsyah dan Sudrajat, Belajar Pembelajaran Di Sekolah Dasar, ( Deepublish, Yogyakarta, 2021) Hal.
62
14
Erna Yayuk,Dkk, Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan, ( UMM Press, Malang, 2018 ), Hal. 39
11
2. Mengabstraksi sifat-sifat bersama dari sejumlah struktur berbeda atau kejadian-
kejadian dan mengklasifikasikan struktur atau kejadian-kejadian yang dimiliki
bersama tersebut
12
Pada tahap ini, siswa mulai mengamati pola dan keteraturan yang terdapat pada
konsep. Siswa memperhatikan bahwa ada aturan tertentu yang terdapat pada konsep
(kejadian-kejadian). Aturan-aturan tersebut adakalanya berlaku untuk suatu konsep,
namun Belajar tidak berlaku untuk konsep lain. Segera setelah siswa menemukan
aturan dan sifat yang menentukan kejadian, mereka siap melakukan permainan dan
eksperimen dengan mengganti aturan dari guru menjadi aturan yang mereka buat
sendiri.
3. Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
Dalam mencari kesamaan sifat anak-anak mulai diarahkan dalam kegiatan
menentukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih
anak-anak dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka
dengan mentranslasikan kesamaan struktur dan bentuk permainan yang satu ke bentuk
permainan lainnya. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang
ada dalam permainan semula.
4. Penyajian / Representasi ( Representations)
Penyajian adalah tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi yang
sejenis. Setelah siswa mengamati elemen-elemen bersama pada setiap contoh konsep,
mereka perlu mengembangkan suatu penyajian tunggal dari konsep, yang mencakup
semua elemen bersama yang terdapat pada setiap konsep. Penyajian tunggal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan diagram atau secara verbal. Penyajian konsep
biasanya akan lebih abstrak daripada contoh-contoh, dan akan membawa siswa lebih
memahami struktur abstrak matematika.
5. Simbolisasi ( Symbolizations )
Pada tahap ini, siswa menghasilkan symbol-simbol matematika yang cocok untuk
menyatakan konsep. Adalah hal yang sangat baik, jika siswa dapat menghasilkan
symbol mereka sendiri dari setiap konsep.
6. Formalisasi ( Formalizations )
Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini
siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan
sifat-sifat baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar
dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan teorema
dalam arti membuktikan teorema tersebut.
Dienes menyatakan bahwa proses pemahaman (abstracton) berlangsung selama
belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan materi
13
matematika secara konkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan tepat. Dienes
berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple
embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam material yang
dapat mengembangkan minat anak didik. Berbagai penyajian materi (multiple embodinent)
dapat mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi konsep. Menurut Dienes, variasi
sajian hendaknya tampak berbeda antara satu dan lainya sesuai dengan prinsip variabilitas
perseptual (perseptual variability), sehingga anak didik dapat melihat struktur dari
berbagai pandangan yang berbeda-beda dan memperkaya imajinasinya terhadap setiap
konsep matematika yang disajikan.
Dengan demikian, semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam
konsep tertentu, semakin jelas bagi anak dalam memahami konsep tersebut. Langkah
selanjutnya, menurut Dienes, adalah memotivasi anak didik untuk mengabstraksikan
pelajaran tanda material konkret dengan gambar yang sederhana, grafik, peta dan akhirnya
memadukan simbol-simbol dengan konsep tersebut. Langkah-langkah ini merupakan suatu
cara untuk memberi kesempatan kepada anak didik ikut berpartisipasi dalam proses
penemuan dan formalisasi melalui percobaan matematika. Anak didik pada masa kini
bermain dengan simbol dan aturan dengan bentuk-bentuk konkret dan mereka
memanipulasi untuk mengatur serta mengelompokkan aturan-aturan. Pada jaman ini anak
didik menggunakan simbol-simbol sebagai objek manipulasi dan mengarah kepada
struktur pemikiran-pemikiran matematika yang lebih tiggi. Anak harus mampu mengubah
fase manipulasi konkret, agar pada suatu waktu simbol tetap terkait dengan pengalaman
konkretnya.
c. Prinsip-prinsip Belajar Matematika
14
4. Prinsip variabilitas matematika: Konsep yang menyertakan variabel yang diajarkan
melalui pengalaman dan menyertakan jumlah kemungkinan variabel yang paling besar.
Contoh Penerapan: Berikut ini adalah salah satu contoh belajar konsep matematika
dalam belajar menjumlah dan mengurang, dengan menerapkan keenam tahap belajar Dienes:
a. Jika dalam ruangan kesenian tersebut terdapat tujuh anak yang sedang latihan
menari, berapa orang anak kah yang harus masuk untuk mencukupi?
b. Jika anak-anak yang latihan menari semuanya sudah datang, dan ada dua orang anak
meminta ijin keluar untuk minum, berapa anak yang berada di dalam ruang
kesenian?
a. Ada berapa bunga yang dibawa caca, dkk untuk sampai di pulau c, jika mereka
tidak membuang bunga di jembatan?
b. Pada saat sampai di jembatan antara pulau f dan pulau d, caca, dkk membuang dua
bunga, ada berapa sisa bunga mereka?
3. Kesamaan Sifat (Searching for communalities) Dari aktivitas pada games 1 dan games
2, anak-anak mungkin akan menemukan kesamaan sifat seperti ini:
Games 1 Games 2
4. Penyajian / Representasi ( Representations) Dari games –games dan situasi yang telah
diberikan diharapkan siswa dapat menyajikan secara abstrak apa yang mereka telah
temukan. Misalnya:
16
konsep tersebut, misalnya 2 + 3 = 3 + 2 = 5, kemudian 0 +3 = 3 + 0 = 3, dan
sebaginya.15
Matematika merupakan ilmu yang dibangun dengan pola, struktur dan sistematis
dalam mengkaji objek-objek matematika.16 Robert Mills Gagne yang lahir pada 21 Agustus
1916 adalah seorang psikolog pendidikan Amerika yang terkenal dengan teori Conditions of
Learning. Menurut Gagne, tatanan pembelajaran yang lebih tinggi pada prinsipnya dibangun
melalui tingkat pembelajaran yang lebih rendah. Dia menyatakan ada beberapa perbedaan
tipe atau tingkatan belajar. Untuk itu perlu diklasifikasikan karena berbeda tipe atau tingkatan
belajar maka berbeda pula jenis instruksinya.
Gagne mengidentifikasi tipe pembelajaran terdiri dari lima yaitu : informasi lisan,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Kondisi internal
dan eksternal yang berbeda diperlukan untuk setiap jenis pembelajaran. Misalnya, untuk
strategi kognitif yang harus dipelajari, harus ada kesempatan untuk berlatih mengembangkan
solusi baru untuk masalah. Untuk mempelajari sikap, pelajar harus dihadapkan pada model
peran yang kredibel atau argumen persuasif.17
15
Andi Ika Prasasti Abrar, Teori Belajar Dienes, , Jurnal Al-Khwarizmi : Jurnal Pendidikan Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam, No. 1, Vol.I, Maret 2013, Hal. 23-32, http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/al-
khawarizmi/article/view/52
16
Uba Umbara, Psikologi Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2012), 118.
17
Atiaturrahmaniah, dkk, Pengembangan Pendidikan Matematika SD, (Lombok Timur: Universitas
Hamzanwadi Press, 2017), 30.
17
stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati, yang
bertalian dengan sistem alat saraf di mana terjadi transformasi perangsang yang diterima
melalui alat dria. Stimulus ini merupakan input yang berada di luar individu dan respon
adalah outputnya, yang juga berada di luar individu sebagai hasil belajar yang dapat
diamati.18
Menurut "teori Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh
siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung.19 Belajar matematika di era sekarang
menurut saya sendiri lebih cenderung harus menyesuaikan dengan individu lainnya dalam arti
ada yang mengajar dalam pelajaran matematika. Objek langsung pembelajaran matematika
adalah fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Sedangkan yang termasuk objek tidak
langsung diantaranya adalah berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan,
ketelitian. kemampuan inquiry, disiplin diri, dan sikap positif terhadap matematika.
Kemampuan-kemampuan tersebut adalah kemampuan yang secara tak langsung akan
dipelajari siswa ketika mereka mempelajari objek langsung matematika. Objek langsung
pembelajaran matematika yaitu fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip adalah empat
kategori yang konten matematisnya dapat dipisahkan.
1. Fakta
2. Konsep
18
Mariam Nasution, Konsep Pembelajaran Matematika Dalam Mencapai Hasil Belajar Menurut Teori Gagne,
Jurnal Ilmu-ilmu Pendidikan dan Sains, Vol. 05, No. 02, Desember 2018,
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=teori+gagne+dalam+pembelajaran+matematika&
oq=teori+gagne+#d=gs_qabsu&u=%23p%3DcmoGz98cVc0J
19
Mahasiswa Tadris Matematika Angkata 2019, Ruang Ketik Mahasiswa, (Pekalongan: PT. Nasya Expanding
Management, 2019), 69.
18
apakah objek dan peristiwa itu merupakan contoh atau bukan contoh. Contoh yang
merupakan konsep matematika adalah himpunan, himpunan bagian, persamaan,
ketidaksetaraan, segitiga, kubus, radius, dan eksponen.
3. Prinsip
a) Dua segitiga adalah kongruen jika dua sisi dan sudut yang termasuk
satu segitiga sama dengan dua sisi dan sudut yang termasuk sudut yang
lain.
4. Keterampilan
19
pembagian dengan cara panjang, penjumlahan dengan menyimpan, dan siswa
diminta untuk menentukan hasil dari 345 x 87 tanpa menggunakan kalkulator.
20
merangsang ingatan adalah mengajukan pertanyaan tentang pengalaman
sebelumnya, pemahaman tentang konsep sebelumnya, atau isi konten.
8) Penguatan (reinforcement)
21
Transfer pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan alih belajar
kesituasi baru.
Ada empat tahapan pembelajaran menurut Gagne (Samuel 2012) yaitu tahapan
Pengenalan, tahapan penguasaan, tahapan penyimpanan, dan tahapan pengungkapan.
Berikut dipaparkan deskripsi dari setiap tahapan pembelajaran.
3) Tahap Penyimpanan
22
dan memori jangka panjang. Informasi yang diterima dipindahkan dari
memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Hal ini bisa dilakukan
antara lain melalui pengulangan kembali, praktek, elaborasi.
23
respon. Sebagian besar contoh pembelajaran stimulus-respons ditemukan
pada anak kecil. mereka belajar mengatakan kata-kata, menggunakan alat
sederhana, dan menampilkan perilaku yang dapat diterima secara sosial.
24
benda tersebut. Misalnya apabila siswa melihat segitiga yang dua sudutnya
ekuivalen, maka nama segitiga itu adalah segitiga sama kaki.
25
(tanggapan) keseluruhan. Aturan terbentuk berdasarkan konsep-konsep
yang sudah dipelajari. Aturan merupakan pernyataan verbal dalam
matematika, misalnya teorema, dalil, atau sifat-sifat. Contoh aturan dalam
segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrta
sisi-sisi siku-sikunya.
8) Pemecahan Masalah
Materi: Segiempat
26
Siswa dimotivasi dengan memberikan pertanyaan tentang kegiatan
apa saja yang pernah dilakukan sehari-hari yang berkaitan dengan bangun
datar segiempat yang pernah mereka ketahui. Atau dengan menunjukkan
aneka segiempat yang dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Penyampaian materi
5. Bimbingan belajar
6. Melakukan Kinerja
8. Berikan penilaian.
27
Guru memberikan penilaian dari hasil kerja siswa, hasil penilaian
tersebut yangdijadikan acuan untuk menentukan siswa yang tuntas dan
siswa yang remedi.
9. Tingkatkan retensi/transfer
Van Hiele adalah seorang ahli matematika yang mengkhususkan kajiannya dalam
geometri. Karena Van Hiele lebih dikenal dengan sebagai pakar teori belajar pada
pembelajaran matematika khususnya geometri. Van Hiele mencetuskan tiga unsur dalam
pembelajaran matematika yaitu waktu, materi dan metode pembelajaran ditata secara
terpadu. Van Hiele membagi beberapa metode dalam pembelajaran geometri pada
matematika, yaitu :
1. Pengenalan
2. Analisis
3. Pengurutan
4. Deduksi
5. Akurasi
Tahapan Belajar geometri ini berlangsung secara gradual dari yang paling sederhana
sampai yang paling tinggi. 21
20
Atiaturrahmaniah, dkk, Pengembangan Pendidikan Matematika SD, (Lombok Timur: Universitas
Hamzanwadi Press, 2017), 31-40.
21
Sakti Alamsyah & Sudrajat. Belajar pembelajaran di sekolah dasar. (Yogyakarta: CV Budi utama, 2021), 62.
28
siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman yang lebih tinggi, baik secara
langsung, kondisi siswa dapat meningkatkan kondisi siswa dalam mencapai kemajuan
dengan pengaruh guru.
Fase yang pertama adalah informasi, dalam fase ini guru dan siswa
melakukan diskusi, guru memberikan pengenalan tentang apa yang di
berikan dan materi mengenai objek objek yang dipelajari pada tahap
berfikir siswa. Diskusi yang dilakukan diarahkan pada tujuan
pembelajaran yang akan dipelajari. Pada saat diskusi guru memberikan
pertanyaan pada siswa dan melakukan observasi pada siswa
22
Erna Yayuk,dkk. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan, (Malang: UMM press, 2018), 68
29
Berikut ini akan dijelaskan aktivitas-aktivitas yang dapat
digunakan untuk tiga tahap pertama, yaitu tahap 0 sampai tahap 2.
30
2) Mendeskripsikan kelas suatu bangun sesuai sifat-
sifatnya.
23
3) Membandingkan bangun-bangun berdasarkan
karakteristik sifat-sifatnya.
4) Mengidentifikasi dan menggambar bangun yang
diberikan secara verbal atau diberikan sifat-sifatnya
secara tertulis.
5) Mengidentifikasi bangun berdasarkan sudut
pandang visualnya.
6) Membuat suatu aturan dan generalisasi secara
empirik (berdasarkan beberpa contoh yang
dipelajari).
7) Mengidentifikasi sifat-sifat yang dapat digunakan
untuk mencirikan atau mengkontraskan kelas-kelas
bangun yang berbeda.
8) Menemukan sifat objek yang tidak dikenal.
9) Menjumpai dan menggunakan kosakata atau
simbol-simbol yang sesuai.
3. Aktivitas Tahap 2 (Deduksi Informal)
Pada tahap 2 ini siswa diharapkan mampu mempelajari
keterkaitan antara sifat-sifat dan bangun geometri yang
dibentuk. Aktivitas siswa untuk tahap ini antara lain sebagai
berikut.
1) Mempelajari hubungan yang telah dibuat pada tahap
1, membuat inklusi, dan membuat implikasi.
2) Mengidentifikasi sifat-sifat minimal yang
menggambar suatu bangun.
3) Membuat dan menggunakan definisi
4) Mengikuti argumen-argumen informal
5) Menyajikan argumen informal.
23
Atiaturrahmaniah, dkk. Pengembangan Pendidikan matematika SD.( Lombok: Universitas Hamzanwadi
Press, 2017), 43.
31
6) Mengikuti argumen deduktif, mungkin dengan
menyisipkan langkah-langkah yang kurang.
7) Memberikan lebih dari satu pendekatan atau
penjelasan.
8) Melibatkan kerjasama dan diskusi yang mengarah
pada pernyataan dan konversnya.
9) Menyelesaikan masalah yang menekankan pada
pentingnya sifat-sifat gambar dan saling
keterkaitannya.
32
Anak dapat memahami geometri dengan pengertian bahwa
pengajaran geometri harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan berpikir anak itu sendiri. Agar topik-topik pada
materi geometri dapat dipahami dengan baik dan anak dapat
mempelajari topik tersebut berdasarkan urutan tingkat
kesukarannya yang mulai dari tingkat yang paling mudah sampai
tingkat yang paling kompleks.
3. Teori pembelajaran geometri
Selain mengemukakan mengenai perkembangan kognitif pada
pembelajaran matematika dalam memahami geometri. Van Hiele juga
mengemukakan teori tentang geometri.
a. Tiga unsur pertama dalam pembelajaran geometri adalan materi
pengajaran dan metode penyusunan. Apabila dikelola secara terpadu
dapat mengakibatkan peningkatan kemampuan berfikir anak kepada
tahap yang lebih tinggi.
b. Bila dua orang memiliki dua pemikiran yang berlainan satu sama lain
kemudian bertukar pikiran. Maka kedua orang tersebut tidak akan
mengerti. Sebagai contohnya mengapa anak tidak mengerti mengapa
gurunya membuktikan bahwa sisi pada lingkaran jumlahnya tak
terhingga. Misalnya anak itu berada pada tahap pengurutan dibawah.
Tanpa berpikir panjang anak tersebut pasti sudah paham bahwa
pembuktian tersebut adalah benar, bahwa sisi lingkaran adalah tak
terhingga. Contoh yang paling tinggi adalah tahap kedua atau tahap
analisis, tidak mengerti apa yang dijelaskan gurunya bahwa balok
adalah persegi, belah ketupat itu layang layang. Gurupun tidak
mengerti mengapa siswa tidak mengerti apa yang dijelaskan. Menurut
Van Hiele seorang anak yang lebih rendah tingkatannya tidak akan
mengerti materi yang diajarkan pada tingkat tertinggi dari anak
tersebut.
c. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai diinginkan yaitu anak
memahami geometri dengan pengertian, kegiatan belajar anak harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak itu sendiri atau
disesuaikan dengan tahap pemikirannya. Dengan demikian anak dapat
33
berkarya dalam pemikirannya. Sebagai persiapan untuk tahap
berpikirnya ke tahap yang lebih dari tahap sebelumnya. 24
4. Contoh penerapan
Berikut contoh penerapan dari tahap 0 sampai tahap 2 Bangun datar
24
Erna Yayuk,dkk. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan, (Malang: UMM press,.2018), 68.
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Piaget merupakan salah satu ilmuwan yang menganut belajar kogntif. Piaget
melahirkan teori belajarnya yang dikenal dengan “teori perkembangan mental
manusia”. Kata “mental” pada teori piaget dapat dikatakan sebagai “intelektual” atau
“kognitif”. Piaget berpandangan bahwa perkembangan kognitif manusia terbagi
melalui empat (4) tahapan. Sedangkan teori Vygotsky berfokus pada keterkaitan
antara manusia dan koneksi sosial budaya dimana mereka saling berinteraksi dalam
berbagai hal. Oleh karena itu, teory Vygotsky dikenal dengan teori perkembangan
sosiokultural yang menekankan belajar pada interaksi sosial dan budaya, dalam
kaitannya dengan kemampuan kognitif siswa. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang
dapat belajar dari lingkungan sosial dan budaya setempat untuk memahami suatu
konsep, salah satunya konsep matematika.
Bruner merupakan ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar
kognitif. Penelitiannya yang dilakukan banyak meliputi persepsi manusia, motivasi,
belajar dan berpikir. dalam teorinya, Bruner menganggap manusia sebagai pemroses,
pemikir dan pencipta informasi. Dalam proses belajar Bruner menegaskan bahwa
anak membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengintegrasikan konsep dan
prosedur baru ke dalam struktur mental yang ada. Anak-anak harus menciptakan
hubungan matematis dalam pikiran mereka sendiri. Menurut Bruner belajar
matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur matematika yang
terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
35
melalui pola berkelanjutan, yang setiap seri dalam rangkaian kegiatan belajar dari
kongkret ke simbolik.
Menurut "teori Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat
diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung
pembelajaran matematika adalah fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Sedangkan
yang termasuk objek tidak langsung diantaranya adalah berpikir logis, kemampuan
memecahkan masalah, ketekunan, ketelitian. kemampuan inquiry, disiplin diri, dan
sikap positif terhadap matematika. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah
kemampuan yang secara tak langsung akan dipelajari siswa ketika mereka
mempelajari objek langsung matematika. Objek langsung pembelajaran matematika
yaitu fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip adalah empat kategori yang konten
matematisnya dapat dipisahkan.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca dan
penulis. Semua yang tertulis di atas, kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini
banyak kekurangan dan masih membutuhkan pengarahan serta bimbingan. Oleh
karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan makalah
berikutnya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Andi Ika Prasasti Abrar, Jurnal, Belajar Dienes, Al-Khwarizmi : Jurnal Pendidikan
http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/al-khawarizmi/article/view/52
37
Nasution, Mariam. 2018. Konsep Pembelajaran Matematika Dalam Mencapai Hasil
Belajar Menurut Teori Gagne, Jurnal Ilmu-ilmu Pendidikan dan Sains. Vol 05. No 02.
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=teori+gagne+dalam+pembelaja
ran+matematika&oq=teori+gagne+#d=gs_qabsu&u=%23p%3DcmoGz98cVc0J
Deepublish, Yogyakarta.
DEEPUBLISH.
UMM press.
38