Anda di halaman 1dari 8

GAGALNYA INDUSTRIALISASI NTB

DI TANGAN PENGKHOTBAHNYA
Respon Kritis untuk Para PemuJa
(Revisi Februari 2023)
1. Semasa Bang Zul memimpin, pertumbuhan sektor industri NTB mengalami “STUNTING”.
Dalam 6 tahun terakhir, pertumbuhan tertinggi sektor industri terwujud pada masanya
TGB-Amin (Tahun 2017) sebesar 5,95%

• Kampanye industrialisasi yang massif semasa


Bang Zul (sejak 2018) masih belum
mendongkrak pertumbuhan sektor industri
di NTB. Tampaknya ada yang salah dalam
kampanye itu.
• Sektor industrialisasi pada masa Bang Zul
memimpin mengalami “STUNTING” alias
gagal bertumbuh.
• Bahkan di akhir periode (tahun 2022),
pertumbuhan sektor industri semakin drop
menjadi 1,98%
Ada yang menganggap gempa pada tahun 2018
dan pandemi covid-19 pada tahun 2020 sebagai
“biang kerok” fenomena “stuntingnya
industrialisasi” NTB, tapi jika dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi secara umum
ataupun pemulihan sektor perekonomian
lainnya, upaya pemulihan sektor industri masih
terseok-seok (pemulihannya lebih lambat).
Kehadiran Bang Zul di NTB belum menjadi
“faktor penentu” pada pemulihan sektor
industri.

Pada tahun 2022, dari 17 sektor perekonomian,


sektor industri menduduki pertumbuhan No. 15.
2. Pada struktur perekonomian NTB, kontribusi struktural sektor industri melemah pada angka 4%. Pada
tahun 2017 (sebelum bang Zul memimpin NTB), kontribusi sektor industri menduduki urutan ke 8. Pada
tahun 2021 (setelah 4 tahun Bang Zul memimpin NTB), kontribusi sektor industri melorot ke urutan ke 9.

Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021** 2022** Adapun pada triwulan I, triwulan II dan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 21,95 23,48 22,92 23,18 22,80 21,39
Pertambangan dan Penggalian 19,47 13,94 13,49 17,43 17,33 20,37 triwulan III pada tahun 2022, kontribusi
Industri Pengolahan 3,97 4,13 4,12 4,04 4,00 3,76
Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,08 0,08 0,08 0,09 0,08 struktural sektor industri melorot pada
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,09 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
Konstruksi 8,85 9,53 10,56 9,09 9,75 9,00
angka 3,35% (triwulan I) dan 3,16%
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
13,24 14,50 14,95 14,19 13,98 13,85 (triwulan II), dan membaik pada triwulan
Transportasi dan Pergudangan 7,27 7,52 7,28 4,96 4,99 5,52
III (4,63%)
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,22 2,14 2,03 1,44 1,41 1,64
Informasi dan Komunikasi 1,86 1,98 1,96 2,20 2,21 2,07
Jasa Keuangan dan Asuransi 3,43 3,79 3,65 4,03 4,24 4,13
Real Estat 3,06 3,28 3,26 3,28 3,19 3,02
Jasa Perusahaan 0,17 0,18 0,18 0,18 0,17 0,17
Sektor industri belum menjadi penopang
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
6,01 6,31 6,17 6,57 6,49 6,05 utama perekonomian NTB (sektor basis),
Jasa Pendidikan 4,59 4,94 5,05 5,16 5,11 4,85
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,77 1,97 2,02 2,01 2,09 1,94
bahkan secara struktural, kontribusinya
Jasa lainnya 1,99 2,14 2,19 2,09 2,06 2,07
cenderung melemah.
PDRB 100 100 100 100 100 100
3. Semasa Bang Zul memimpin, sektor industri belum menjadi impian para
pekerja di NTB. Bahkan kecendrungannya, dalam 5 tahun terakhir proporsi
tenaga kerja di sektor industri cenderung menurun berkurang.

Kampanye massif
industrialisasi NTB gagal
menghadirkan mimpi indah
bagi para pencari kerja.
Secara proporsional, jumlah
tenaga kerja yang
menggantungkan hidupnya
dari sektor industri
berkurang.
4. Obsesi mulia Bang Zul terkait industrialisasi dibakukan pada target tahunan RPJMD.
Namun, obsesi itu gagal menemukan buktinya. 3 tahun berturut-turut, indikator
pertumbuhan sektor industri tidak terpenuhi.

• Pada RPJMD sebelum perubahan, Pertumbuhan


Industri dibakukan sebagai Indikator Kinerja
Utama (IKU) No.9.
• Pada RPJMD setelah perubahan, IKU terkait
industrialisasi diganti dengan pertambahan nilai
sektor industri (IKU No. 31); adapun
Pertumbuhan Sektor Industri digeser sebagai IKD
No. 82, dengan menaikkan target setiap
tahunnya. Misalnya target pertumbuhan industri
tahun 2021 yang semula 5,26% dinaikkan secara
optimis menjadi 6,5%.
• 3 (tiga) tahun berturut-turut target RPJMD terkait
pertumbuhan sektor industri tidak tercapai.
5. Geliat industrialisasi semestinya direspon dengan tingginya permintaan
kredit pada lembaga keuangan untuk sektor Industri Pengolahan. Namun,
untuk 3 tahun terakhir, realisasi kredit sektor industri masih dibawah 2,5%.

Pelaku utama industrialisasi bukanlah


pemerintah, namun sektor swasta. Jika
pemerintah memerikan rangsangan
pertumbuhan pada sektor ini; semestinya
geliatnya dapat dirasakan di sektor
keuangan. Salah satunya tampak pada
geliat permintaan kredit pada bank umum.
Namun pada 3 tahun terakhir, persentase
kredit bank umum untuk sektor industri
pengolahan dibawah 2,5%.
Referensi
• BPS; Berita Resmi Statistik; Keadaan Ketenagakerjaan Periode 2017-2022.
• BPS; PDRB Menurut Lapangan Usaha 2017-2021.
• BPS; Berita Resmi Statistik; Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat
Triwulan III-2022.
• RPJMD NTB 2019-2023.
• Bank Indonesia; Laporan Perekonomian Provinsi NTB, Kajian Triwulanan –
Periode Agustus 2022.

Anda mungkin juga menyukai