DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN …………….....…………………..........………………..…. 1
A. PENGEREMAN MESIN (ENGINE BRAKING) ……………………..…… 1
B. VAPOR LOCK ………...………………………………………..…….......... 2
C. KONSTRUKSI ........................................................................................ 6
I. PENDAHULUAN
Sistem rem berperan penting dalam mengurangi kecepatan, menghentikan dan
memarkir kendaraan. Tidak berfungsinya rem dapat menimbulkan bahaya, oleh karena
itu penting sekali ketelitian dalam menangani pekerjaan membongkar, memeriksa,
menyetel, memperbaiki serta merakitnya dengan secermat mungkin.
Sebagai contoh pada jalan yang menurun, bila pedal akselerator dibebaskan
dengan transmisi dalam keadaan terhubung, roda-roda penggerak tetap berputar
menggerakkan mesin (yaitu poros engkol/crankshaft) untuk tetap berputar,
walaupun tidak ada suplai bahan bakar ke silinder-silinder. Poros engkol menahan
putaran (disebabkan adanya tahanan udara yang tidak dikompresikan di dalam
silinder-silinder, gesekan antara part yang bergerak, dan sebagainya). Roda-roda
penggerak (drive wheel) kemudian berputar lebih lambat, menyebabkan kecepatan
kendaraan menurun.
Selanjutnya dengan memindahkan gigi percepatan ke tingkat yang lebih rendah
maka kecepatan putaran poros engkol akan lebih tinggi walaupun kecepatan
kendaraan rendah. Dan dengan adanya semacam tekanan pada poros engkol
terhadap tekanan yang tinggi.
B. VAPOR LOCK
Bila hanya rem kaki saja yang digunakan tanpa bantuan pengereman mesin
(engine braking), pada jalan yang menurun akan menyebabkan tromol panas sekali
akibat gesekan. Temperatur yang tinggi menyebabkan minyak rem mendidih dan
membentuk gelembung-gelembung udara pada sistem.
Karena itu minyak rem harus disimpan tertutup dengan baik, dengan demikian air
tidak dapat masuk.
1. Prinsip Tuas
Prinsip tuas ini berlaku pada pedal rem sebagai berikut:
Daya yang bekerja
A
F1 X A = F2 X B Æ F2 = F1 X
B
Panjang gerakan:
b B A B
= Æ a = b x Æ b=ax
a A B A
C. KONSTRUKSI
D. CARA KERJA
1. Kerja Normal
a. Saat rem tidak dioperasikan, piston
cups no. 1 dan piston no. 2 berada
diantara inlet port dan compensating
port, sehingga terdapat saluran
antara cylinder dan reservoir tank.
Piston no. 2 ditekan ke kanan oleh
tenaga pegas pembalik (return
spring) no. 2, akan tetapi tidak
terdorong lebih jauh karena ditahan
oleh baut penahan (stopper bolt
3. Spring Retainer
Spring retainer
dipasangkan pada tandem
master silinder yang
menggunakan sistem pipa
diagonal. Adapun
perannya sebagai berikut:
Untuk menjamin agar
sistem rem diagonal split
ini bekerja dengan baik,
maka piston no. 1 dan no.
2 harus menghasilkan
tekanan yang sama.
Untuk itu return spring
piston no. 1. ditahan oleh
retainer yang dipasang
pada piston melalui
connecting rod. Ini
diperlukan karena spring
dari piston no. 1
menerima beban yang
lebih besar daripada
spring piston no. 2,
karena adanya gesekan
yang besar pada piston no. 2
1. Konstruksi
Outlet check valve dipasang
bersama compression spring
diantara master cylinder outlet
dan fluid outlet. Akibatnya check
valve terdorong ke kiri oleh
compression spring dan
memisahkan chamber H dari
chamber M pada point A. Check
valve terbuat dari karet dan
berbentuk tirus pada ujungnya
Slit tetap tertutup bila tidak ada
tekanan, tetapi akan membuka
bila terjadi tekanan. Ini
memungkinkan fluida untuk
mengalir dengan mudah dari
chamber M ke ckamber H
2. Cara Kerja
a. Penekanan pedal rem
menghasilkan tekanan
hidraulis di ruang M master
cylinder. Tekanan tersebut
akan mendorong slit pada
check valve, sehingga slit
membuka mengakibatkan
fluida mengalir dengan mudah
ke wheel cylinder. Cairan
menekan bagian dalam dari
tiap wheel cylinder dan
bekerja pada bibir-bibir piston
cup dan mendorongnya
terhadap cylynder. Hal ini
akan mencegah bocornya
cairan rem, pada saat yang
sama sepatu rem
mengembang dan
menghentikan kendaraan.
Bila pedal rem dibebaskan secara tiba-tiba, maka piston di dalam master
cylinder akan kembali lebih cepat daripada piston yang ada di dalam
master cylinder (wheel cylinder piston akan kembali dengan shoe return
spring, tetapi gerakannya merupakan gesekan antara sepatu dan backing
Drs. Elfried M.H Simanjuntak/P4TK-BMTI Bandung 12
Diklat Mekanik Otomotif 2 Sistem Rem
plate). Bila check valve hilang, di dalam master cylinder mungkin menjadi
vakum dan udara masuk ke wheel cylinder. Check valve mencegah
masuknya udara ke sistem.
G. RESERVOIR TANK
1. Ventilasi Udara
Selama rem bekerja, banyaknya
minyak di dalam reservoir berubah.
Perubahan volume ini dapat
menyebabkan perubahan tekanan.
Hal ini dapat dicegah dengan
adanya lubang pada tutup reservoir
dengan udara luar.
Gunanya
reservoir dibagi dua, bila salah satu sirkuit bocor, maka sirkuit lainnya masih
bekerja
A. SILINDER RODA
Silinder roda (wheel cylinder) diikat
dengan baut pada backing plate,
yaitu bagian dari rem teromol yang
tidak berputar.
Cara Kerja
1. Ketika rem belum bekerja Piston
yang terdapat di dalam silinder
roda terdorong ke belakang
secara konstan, melalui sepatu
rem dengan adanya tegangan
pegas pembalik (return spring).
Sepatu-sepatu rem mendapat
tekanan pada suatu titik tertentu.
Pegas penekan yang ada di
dalam silinder roda keadaanya
sedemikian rupa, dimana piston-
piston dan sepatu-sepatu rem
akan selalu bersentuhan satu
dengan lainnya.
Hal ini untuk mencegah suara-suara yang tidak normal
Penting !
Bila piston cup dipasang terbalik di dalam
silinder, tekanan hidrolik cenderung
mendorong bibir cup keluar dari silinder
sehingga menimbulkan kebocoran.
Pastikan bahwa piston cup tidak terbalik
letaknya pada saat memasang.
d. Cara Menyetel
o Lepaskan sumbat lubang penyetel dari backing plate
o Dengan menggunakan SST (alat penyetel rem), putarkan mur penyetel
hingga roda terkunci.
Penting !
• Mur penyetel diputar dengan
SST dari dalam keluar untuk
menambah panjangnya.
Demikian pula untuk roda-
roda lainnya meskipun
letaknya berbeda. Untuk
memperpendek baut
penyetel, putarlah mur dari
arah luar ke dalam.
Penting !
Untuk roda yang menggunakan dua silinder roda, jangan menyetel
sepatu pada saat yang bersamaan.
b. Penyetelan Celah
o Kendorkan baut klem pegas
penegang (retracting spring
clambolt).
o Lepaskan sumbat lubang penyetel
dari backing plate
o Kembangkan sepatu hingga roda
terkunci
Penting !
• Untuk memperpanjang baut
penyetel, putarkan penyetel
dengan SST dari dalam ke luar.
Demikian pula untuk roda
lainnya meskipun letaknya
berbeda.
• Penyetel berulir kiri dan kanan
masing-masing untuk roda kiri
dan kanan. Periksalah
sebelum memasang agar tidak
tertukar.
b. Konstruksinya sederhana
Rem piringan konstruksinya sangat sederhana, sehingga pemeriksaan dan
penggantian pad mudah dilakukan.
V. BOOSTER REM
B. PRINSIP KERJA
Prinsip kerja brake booster seperti pada gambar di bawah.
Bila vakum bekerja pada kedua sisi piston, maka piston akan terdorong kekanan
oleh pegas.
Bila tekanan atmosfir masuk ke ruang A, maka piston akan bergerak ke kiri
menekan pegas karena adanya perbedaan tekanan. Hal ini menyebabkan batang
piston menekan piston master cylinder dan menghasilkan tekanan hidraulis.
2. Cara Kerja
Karena air valve makin bergerak ke kiri, maka akan terlepas dari control
valve. Hal ini memungkinkan udara luar masuk ke dalam ruang tekanan
variable melalui saluran B (setelah melalui air cleaner element). Perbedaan
tekanan antara ruang tekanan konstan dan ruang tekanan variable
menyebabkan piston bergerak ke kiri. Hal ini menyebabkan reaction disc
menggerakkan push rod booster ke kiri dan memperbesar gaya
pengereman.
d. Maksimum booster
Bila pedal rem ditekan sepenuhnya, maka air valve akan membuka penuh
control valve. Pada kondisi ini ruang tekanan variable terisi penuh oleh
atmsfir dan perbedaan tekanan antara kedua ruang mencapai maksimum,
sehingga efek gaya booster mencapai maksimum. Walaupun penambahan
gaya terhadap pedal rem setelah kondisi ini tidak memperbesar gaya
booster, dan gaya tambahan akan berlaku hanya pada push rod booster dan
memindahkannya langsung ke master cylinder.
e. Rem dibebaskan
Bila rem dibebaskan, maka valve operating rod dan air valve bergerak ke
kanan oleh pegas balik air valve dan gaya reaksi master cylinder. Hal ioni
menyebabkan air valve menyentuh control valve, menutup saluran udara
luar ke ke ruang tekanan variable. Pada saat yang bersamaan air valve
menekan pegas control valve. Control valve bergerak dari vacum valve,
menghubungkan saluran A dan saluran B.
Ini memungkinkan vakum mengalir dari ruang tekanan variable ke ruang
tekanan konstan, dan menyebabkan tekanan di kedua ruang sama besar.
Piston terdorong ke kanan oleh pegas diaphragm, dan booster kembali ke
posisi ”off”
Akan tetapi bila pedal rem ditekan, maka valve operating rod akan maju ke
kiri dan mendorong katup udara (air valve), reaction disc dan booster push
rod. Hal ini akan menyebabkan master cylinder piston memberikan daya
pengereman ke roda. Pada waktu yang bersamaan air valve mendorong air
valve mendorong valve stopper key yang disisipkan ke ke dalam valve body.
Piston yang juga mendesak diaphragm spring dan bergerak ke kiri. Untuk
memungkinkan rem bekerja dibutuhkan tekanan hidraulis yang cukup besar,
tetapi selama booster rem tidak bekerja, maka pedal rem akan terasa berat.
b. Cara kerja
Reaction mechanism seperti diperlihatkan diatas. Booster push rod, reaction
disc dan air valve meluncur di dalam valve body.
Reaction disc terbuat dari karet yang lembut, dan tahan terhadap fluida yang
tidak betekanan. Bila booster push rod ditekan ke kanan maka akan
mencoba menekan reaction disc, tetapi tidak dapat dilakukan karena
tenaganya dipindahkan ke air valve dan valve body. Selanjutnya, tenaga
diteruskan antara air valve dan valve body. Terhadap luas permuakaan.
Misalkan gaya sebesar 10 kg bekerja pada push rod booster. Gaya ini
diteruskan ke valve body 6 kg dan ke air valve 4 kg, karena perbandingan
luas permuakaan valve body dan air valve adalah 6 : 4.
b. Cara Kerja
Pada saat awal langkah pengereman, air valve, control valve dan vacum
valve digerakkan oleh valve operating rod sejauh jarak (A)
Akibatnya tekanan di ruang tekanan variabel menjadi naik. Langkah
sepanjang (A) ini belum menyebabkan reaction disc menyentuh
air valve. Selanjutnya gaya reaksi dari master cylinder diterima seluruhnya
oleh valve body dan tidak diteruskan ke operating rod dan pedal rem.
Catatan:
a. Sebelum mengukur celah, doronglah push rod beberapa kali agar reaction
disc lurus.
b. Gasket baru harus dipasang pada master cylinder sebelum pengukuran
celah
Cara Kerja
1. Ketika Rem Tidak Bekerja
Bila pedal belum bekerja, maka tidak ada tenaga yang bekerja pada operating
rod. Akibatnya air valve dan valve operating rod terdorong ke kanan oleh air
valve return spring, dan berhenti ketika menyentuh valve stopper key. Pada saat
ini air valve menekan control valve, sehingga aliran udara atmosfir dari air
cleaner tertutup. Sebaliknya vacum valve dan control valve tidak bersentuhan,
sehingga saluran (A) dan saluran (B) terhubung.
Selanjutnya vakum bekerja pada ruang tekanan konstan dan ruang tekanan
variabel, dan tidak ada perbedaan tekanan pada kedua sisi piston
Selanjutnya, air valve bergerak menjauhi control valve, dan udara luar mengalir
melalui elemen saringan udara melalui saluran (B) masuk ke ruang tekanan
variabel. Ini akan membangkitkan perbedaan tekanan udara ruang tekanan
variabel dan ruang konstan, maka piston bergerak ke kiri.
Gaya yang berlaku pada piston karena perbedaan tekanan, diteruskan ke
reaction disc melalui valve body. Selanjutnya diteruskan ke push rod sebagai
gaya output. Jadi gaya output booster dihasilkan dari jumlah luas bidang
singgung tekanan piston No. 1 dan No. 2 dikalikan perbedaan tekanan antara
ruang tekanan konstan dan ruang tekanan variabel
3. Kondisi Lainnya
Katup-katup (control valve, vacum valve dan air valve) bekerja pada kondisi
lainnya sama seperti jenis tunggal (holding, maximum, release dst.).
B. PRINSIP KERJA
Catatan: kemiringan garis (a) – (b) di atas split point pada grafik dapat dirubah
dengan cara merubah luas permukaan piston antara sisi di ruang A dan B yang
mendapatkan tekanan hidraulis.
2. Tekanan Master
Cylinder Tinggi
Pegas mendorong
piston ke kanan.
Pada penampang A,
tekanan minyak
bekerja mendorong
piston ke kiri. Dengan
naiknya tekanan
minyak, piston
bergerak ke kiri melawan tegangan pegas piston menyentuh cylinder cup dan
menutup aliran dari master cylider ke wheel cylinder.
D. DUAL P. VALVE
Dual P. Valve digunakan
pada sistem pipa rem
diagonal (diagonal brake
piping) pada kendaraan
FF. Pada prinsipnya,
dapat dianggap sebagai
sepasang P. Valve yang
bekerja berdampingan.
Masing-masing dari kedua
P. Valve ini bekerja seperti
P. Valve biasa.
2. Perlunya P & BV
Dalam keadaan normal, makin besar beban pada roda, makin besar pula
tekanan hidraulis yang diberikan ke wheel cylinder, sehingga jarak pengereman
semakin berkurang. Tetapi bila sirkuit roda depan tidak bekerja, atau hanya rem
belakang yang berfungsi,
gaya pengereman akan
berkurang.
Perpindahan titik berat
kendaraan ke depan
menjadi berkurang, dan
berkurangnya beban
pada roda belakang
hanya sedikit. Dengan
demikian beban pada
roda belakang lebih
besar bila tidak semua
rem bekerja.
P. valve itu sendiri akan mengurangi tekanan yang berlaku pada wheel cylider
belakang meskipun beban pada roda belakang bertambah, sehingga gaya
pengereman tidak bertambah.
Karena itu, P & BV pada kondisi tersebut diatas mengaktifkan P valve agar
pengereman menjadi lebih pendek. Disamping itu kemungkinan
kendaraan ”ngepot” sedikit bila sirkuit rem depan tidak bekerja.
3. Konstruksi
P & BV adalah serupa
dengan P. Valve, hanya
ditambahkan piston no. 2,
tekanan hidraulis yang
bekerja pada roda depan
mendorong piston No. 2 ke
kiri.
4. Cara Kerja
a. Pengontrolan Tekanan Hidraulis Pada Wheel Cylinder Belakang
Karena A2 lebih besar dari A1, piston No.1 selalu terdorong ke kanan, dan
tekanan hidraulis ditunjukkan pada grafik yang berupa garis lurus. Tekanan
hidraulis dari master cylinder belakang tidak di kontrol, tetapi langsung
diteruskan ke silinder roda (wheel cylinder) belakang.
Catatan: P & BV tidak dapat dibongkar, bila rusak harus diganti dalam satu unit.
1. Peranan LSPV
3. Deteksi Beban
Beban (pay load) dideteksi
oleh pegas load sensing yang
dipasang antara rear axle
housing dan frame atau body.
4. Konstruksi
Bagian bawah piston
menonjol sampai melebihi
valve body. Bagian ini di
dorong ke atas oleh pegas
load sensing yang gaya
dorongnya tergantung pada
besarnya beban.
6. Cara Kerja
Yang diterangkan di bawah ialah cara kerja LSP & BV
b. Kendaraan dengan
Beban
Dengan adanya beban,
frame terdorong ke bawah
sehingga pegas load
sensing menekan piston
No. 1 ke atas dengan gaya
F1.
o Bila tekanan hidraulis Pr rendah, piston No. 1 terdorong ke atas oleh
gaya pegas (F2) dan gaya pegas load sensing (F1), dengan demikian
tekanan hidraulis yang berlaku pada roda-roda belakang tidak berkurang.
o Bila Pr bertambah, dan gaya (Pr x A1) yang menekan piston No. 1 ke
bawah menjadi lebih besar dari gaya pegas yang menekan ke atas (F2 +
F1), piston No. 1 terdorong ke bawah, menutup saluran. Akibatnya letak
split point lebih tinggi daripada saat kendaraan tanpa beban seperti yang
ditunjukkan pada grafik.
o Gaya (F1) tergantung dari variasi beban kendaraan, akibatnya tekanan
hidraulis yang ke rem belakang besarnya sesuai beban juga.
c. Bila Sirkuit Rem Depan Tidak Berfungsi
o Bila sirkuit rem depan tidak bekerja normal, Pr = Pf dan piston No. 2
(untuk by pass) terdorong dan tertahan oleh pegas.
o Tetapi bila Pf turun sampai nol, perbedaan tekanan yang mendorong ke
atas dan ke bawah terhadap piston No. 2 akan terlihat pada bagian A2.
Hal ini menyebabkan piston No. 2 terdorong ke atas dan menaikkan
piston No. 1 sehingga saluran terbuka. Gaya-gaya yang bekerja pada
piston No. 1 menjadi sebagai berikut :
• Gaya yang mendorong piston ke bawah = Pr x A1
• Gaya yang mendorong piston ke atas = Pr x A2
Karena F1 = A2 x Pr lebih besar daripada Pr x A1 maka piston No. 1 selalu
tertekan ke atas dan tekanan hidraulis tidak menjadi berkurang, tetapi
diteruskan ke wheel cylinder belakang.
G. DUAL LSPV
1. Fungsi Dual LSPV
Dual LSPV digunakan pada kendaraan yang mempunyai sistem pipa diagonal
(gambar di bawah memperlihatkan Dual LSPV yang dipasang pada Corolla
Wagon). Unit ini mempunyai dua pegas yang berguna untuk mendeteksi
perubahan tinggi kendaraan
karena adanya perubahan beban, dengan demikian hal ini akan mengontrol
tekanan yang diberikan ke wheel cylinder belakang. Pegas No. 1 dipasang
diantara lever dan lower arm No. 2 dan menekan lever ke atas. Pegas No. 2
dipasang diantara lever dan bracket body dan menekan lever ke bawah.
Jarak antara lower arm dan body tergantung dari beban, menyebabkan adanya
gaya pada pegas untuk merubah dan membuat balance pada suatu posisi
disesuaikan dengan beban. Berubahnya gaya pegas menggerakkan lever ke
atas dan ke bawah sambil mendorong piston LSPV untuk mengontrol tekanan
yang ada pada wheel cylinder belakang.
Dengan digunakannya sistem FF pada wagon, sistem rem split diagonal telah
pula dipakai. Akibatnya pada dual LSPV terdapat dua piston dengan sirkuit
terpisah antara roda belakang dan kiri belakang.
Gerakan lever diteruskan ke piston melalui pin dan equalizer agar kedua piston
bergerak sama banyaknya.
2. Cara Kerja
Tekanan wheel cylinder belakang diatur berdasarkan adanya pertambahan atau
pengurangan beban pada kendaraan. Piston pada dual LSPV cara kerjanya
sama seperti LSPV, yang dijelaskan di bawah adalah gaya yang bekerja pada
piston.
a. Kendaraan Tanpa Beban
Bila beban kendaraan ringan, maka
jarak antara body dan lower arm No.
2 menjadi bertambah besar. Pegas
No. 1 hanya dapat mengembang
sedikit, dan pegas No. 2 hanya dapat
mengkerut sedikit, bersama-sama
menyebabkan tuas (lever) membuat
keseimbangan pada posisi seperti
pada gambar di bawah, tidak ada
gaya yang mendorong torak ke atas.
Akibatnya dual LSPV bekerja persis
seperti P. Valve konvensional untuk
mengurangi tekanan.
Catatan : Baut penyetel (adjusting bolt) pada pegas No. 2 telah distel di
pabrik, dianjurkan agar tidak melakukan penyetelan. Bila perlu distel, lakukan
penyetelan pada baut lower arm No. 2.
1. Konstruksi
DSPV dipasang pada
sisi dalam frame dan
posisi ujung depannya
sedikit terangkat keatas.
3. Cara Kerja
a. Kendaraan Tanpa Beban
o Bila pedal rem ditekan dalam
keadaan kendaraan
bergerak, tekanan didalam
master cylinder (Pm)
langsung bekerja untuk
wheel cylinder belakang (Pw)
dan menghasilkan gaya
pengereman. Pada kondisi
ini Pm adalah sama dengan
Pw.
o Bila perlambatan
kendaraan mencapai nilai
untuk pengereman,
bola ”G” menggelinding ke
depan dan menyentuh ball
seal, akibatnya ruang A
tertutup terhadap ruang B.
Meskipun piston B
mempunyai diameter yang
lebih besar daripada
piston A, kedua piston
terdorong ke depan oleh
gaya pegas (F) dan tetap
di sini karena perlambatan
terjadi ketika Pm (Pw)
masih rendah.
Pada waktu rem bekerja bola ”G” menutup ruang A dan B. Akibatnya Pm
bertambah. Pw tidak ada peningkatan sampai perbedaan antara Pm dan
Pw mencapai nilai tertentu. Pada saat ini Pm lebih besar dan Pw dan Pw
tetap konstan.
o Dengan meningkatnya
Pm dan perbedaan
tekanan antara Pm dan
Pw bertambah sampai
nilai tertentu, maka by
pass valve membuka
dan memungkinkan Pw
bertambah.
o Bila perlambatan
melebihi nilai tertentu
karena gaya
pengereman, maka
bola ”G” bergerak ke
depan dan menutup
ball seal. Akibatnya
ruang A terputus dari
ruang B oleh ball G,
piston A dan B
bergerak ke depan
sehingga Pw bertambah.
Catatan :
• Bila pada roda belakang
terjadi lock-up saat
pengereman tanpa beban,
kemungkinan
penyebabnya adalah
DSPV. Tetapi
pemeriksaan tekanan
pada DSPV tidak dapat
dilakukan dengan
pressure gauge karena itu
harus diganti satu
kesatuan dan kemudian
diperiksa kembali apakah
masih terjadi lock-up.
DSPV jangan dibongkar
atau distel
1. Uraian
Pada kendaraan tertentu yang
memakai rem piringan pada roda
belakangnya dilengkapi dengan rem
parkir yang bisa menyetel sendiri
secara otomatis setiap pedal rem
ditekan. Karena cara kerjanya sama
dengan rem piringan biasa, mka bab
ini hanya menguraikan sistem rem
parkir dan mekanisme penyetel
otomatis.
2. Konstruksi
3. Cara Kerja
a. Pada Saat Rem Parkir Bekerja.
Bila tuas rem parkir ditarik, maka crank lever berputar. Selanjutnya
menggerakkan crank pin ke kiri. Strut, adjusting bolt, sleeve nut, piston dan pad,
menghasilkan pengereman. Bila adjusting bolt bergerak ke kiri, akan
menyebabkan return spring tertekan
b. adjusting nut terdorong ke kanan oleh return spring dan tekanan hidraulis rem
kaki. Dengan demikian sleeve nut berputar, maka akan bergerak ke kiri dengan
jarak yang sama seperti piston.
d. Bila pedal rem dibebaskan, tekanan hidraulis akan berkurang karena terdapat
celah sleeve antara piston dan sleeve nut, piston kembali ke kanan sesuai batas
celah sleeve. Langkah kerja rem parkir di atas seperti yang diuraikan diatas.
VIII. TROUBLESHOOTING
Masalah pada sistem rem kadang-kadang disebabkan oleh masalah sistem lainnya.
Oleh sebab itu, troubelshooting harus dikerjakan dalam langkah-langkah seperti yang
ditunjukkan di bawah :
2. Membuang Udara
a. Pompakan pedal rem perlahan-lahan
beberapa kali
b. Dalam keadaan pedal ditekan kendorkan
plug sampai minyak keluar dan tutup
kembali
c. Ulangi prosedur ini sampai tidak ada lagi
gelembung.
Momen Pengerasan: 85 kg-cm (8,3 Nm)
3. Ulangi Prosedur Untuk Setiap Roda
4. Periksa Kebocoran Minyak Rem
5. Pasanglah Tutup Bleeder Pug
b. Pada posisi ini, periksalah tekanan hidraulis belakang. Tekanan hidraulis depan
dan belakang tercantum di dalam pedoman reparasi, seperti ditunjukkan
dibawah
Tekanan hidraulis
Tekanan hidraulis belakang
depan
5 (71, 490) 5 (71; 490)
25 (356, 2.452) 9 – 13 (128 - 185; 883 – 1.275)
60 (853, 5.884) 18 – 25 (256 – 356; 1.765 – 2.542)
2
Kg/cm (PSI – KPA)
XII. OVERHAUL
Ingatlah :
Bersihkan semua bagian-bagian (komponen) sebelu dirakit
Penting !
Penanganan minyak rem : Usahakan
minyak rem tidak mengenai cat, cucilah
segera apabila mengenai cat.
5. Memasang Reservoir
Perhatian : karena master cylinder
dan reservoir tank union adalah tipe
grommet, sekrup dibuat bukan
untuk memisahkan reservoir dari
silinder dan tidak membuat reservoir
terkait keras. Karena itu ada celah
pada titik A. Hal ini normal, jangan
menyisipkan washer dan lain-lain
pada waktu mengeraskan
3. Memasang Silinder
a. Kurangilah minyak rem
sedikit dari reservoir
b. Tekanlah piston dengan
tangkai palu atau yang
sejenis.
Catatan: gantilah selalu Pad
satu persatu (pada satu roda),
agar piston pada sisi yang lain
tidak terlepas.
4. Membongkar Silinder
a. Selipkan kain atau
sejenisnya diantara piston
dan silinder
b. Keluarkan piston dengan
menggunakan udara yang
bertekanan
Perhatian : waktu melepas
jangan menempatkan jari tangan
di depan piston
6. Merakit Silinder
Oleskan grease lithium soap glycol pada
bagian-bagian yang ditunjukkan oleh tanda
panah.
Catatan: pada kit silinder rem piringan telah
disertakan grease lithium soap base glycol
7. Pemasangan Silinder
a. Pasanglah torque plate
Torque plate pada knuckle:
Momen : 900 kgcm
PENTING !
Booster rem dibuat oleh AISIN atau JKC, kemampuannya sama tetapi bentuknya
agak berbeda. Teknik overhaulnya diuraikan secara terpisah. Pada tutup booster
terdapat nama pabrik pembuatnya.
DAFTAR PUSTAKA
MARTIN W. Stockel, Auto Service and Repair, The Goodheart – Wilcox Company,
Inc., South Holland Illinois, 1978.