A. Capaian Pembelajaran
Saudara mahasiswa, setelah mempelajari keseluruhan materi pada
kegiatan belajar 3 modul 1, diharapkan dapat menganalisis pola pikir dan
karakteristik keilmuan PAI
C. Pokok Materi
1. Al-Qur’an Hadis
a. Pengertian al-Qur’an Hadis
b. Pola pikir keilmuan dan karakteristik al-Qur’an dan Hadis
2. Aqidah Akhlak
a. Pengetian Aqidah Akhlak
b. Pola pikir keilmuan dan karakteristik Aqidah Akhlak
3. Fiqh
a. Pengertian Fiqh
b. Pola pikir keilmuan dan karakteristik Fiqh
4. Sejarah Peradaban Islam
a. Pengertian Sejarah Peradaban Islam
b. Pola pikir keilmuan dan karakteristik Sejarah Peradaban Islam
D. Daftar Isi
A. Capaian Pembelajaran .................................................................................................... 1
B. Sub Capaian Pembelajaran ............................................................................................. 1
C. Pokok Materi .................................................................................................................... 1
D. Daftar Isi ............................................................................................................................ 3
E. Uraian Materi ................................................................................................................... 4
1. Al-Qur’an Hadis ........................................................................................................... 4
a. Pengertian al-Qur’an dan Hadis ............................................................................ 4
b. Pola pikir keilmuan al-Qur’an dan Hadis ............................................................ 7
2. Aqidah Akhlak ............................................................................................................. 9
a. Pengertian Aqidah Akhlak ..................................................................................... 9
b. Pola pikir keilmuan dan karakteristik Aqidah Akhlak .................................... 14
3. Fiqh............................................................................................................................... 19
a. Pengertian Fiqh ....................................................................................................... 19
b. Pola Pikir Keilmuan dan karakteristik Fiqh ....................................................... 20
4. SPI ................................................................................................................................. 22
a. Pengertian Sejarah Peradaban Islam ................................................................... 22
b. Pola Pikir Keilmuan dan Karakteristik Sejarah Peradaban Islam ................... 24
F. Contoh Soal HOTS Materi KB ..................................................................................... 25
G. Refleksi ............................................................................................................................ 25
H. Tindak Lanjut Belajar .................................................................................................... 26
I. Glosarium ....................................................................................................................... 26
J. Tes Awal.......................................................................................................................... 27
K. Tes Formatif (dibuat dosen pengampu modul) ........................................................ 28
L. Tes Akhir ......................................................................................................................... 28
M. Daftar Pustaka ............................................................................................................ 29
E. Uraian Materi
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki pola pikir dan karakteristik
sebagai berikut:
1. Al-Qur’an Hadis
a. Pengertian al-Qur’an dan Hadis
a. Pengertian al-Qur’an
Al-Qur’an adalah wahyu Allah sebagai petunjuk bagi ummat Islam
dalam berbagai segi kehidupan, baik dalam berAqidah, beribadah, maupun
berakhlak, agar selamat di dunia dan akhirat. Secara etimologis, al-Qur’an
memiliki dua pengertian yang berbeda. Pertama, kata al-Qur’an merupakan
mashdar dari kata قرأ يقرأyang artinya membaca. Dengan arti ini, kata al-Qur’an
menunjukkan kepada sesuatu yang dibaca. Kedua, kata al-Qur’an sebagai
mashdar dari kata قرأ يقرأyang bermakna kumpulan. Dengan makna ini, kata
al-Qur’an menunjukkan arti sekumpulan yang dibaca. Kedua pengertian
tersebut sebagaimana ditunjukkan dalam ayat al-Qur’an:
]71 -71 :ا َِّن َعلَ ْينَا َج ْمعَهٗ َوقُ ْر ٰانَهٗ فَ ِاذَا قَ َرأْ ٰنهُ فَاتَّبِ ْع قُ ْر ٰانَهٗ [القيامة
Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu (Q.S. Al-
Qiyamah, 75: 17-18)
Secara terminologis, al-Qur’an adalah:
ِ َوِ ِِ اَلْم
ِ ِح ِ ُول ِِبلتَّواتُِر اَلْمْْت ِِ ِِ ِ ٍ ِ ِِ ِ
ِ َ َ َ َ ُ م اَلْ ُم ْعج ِز اَلْ ُمتَ َعبَّ ُد بت ََل َوته اَلْ َمْن ُق.َك ََل ُم هللا املُنَ َّزُل َعلَى نَبيِّه ُُمَ َّمد ص
ِ ورٍة الن
َّحس ِِِ ٍ ِ ِ
َ م ْن اََّول ُس ْوَرة اَلْ َفحِتَة ا ََل ُس
“Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad. Lafadz-lafadznya
mengandung mukjizat, membacanya merupakan ibadah, diturunkan secara
mutawattir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai pada
surat An-Naas”
a) Pengertian Hadis
Pengertian Hadis dapat ditelusuri dari pendapat para pakar ilmu Hadis.
Menurut para pakar ilmu Hadis, Hadis mempunyai beberapa persamaan kata
(sinonim/murâdif), yaitu Sunah, Khabar, dan Atsar. Secara etimologi. Kata
‚Hadis‛ (Hadîts) berarti الجدة/( الجديدal-Jdîd/al-jiddah= baru), atau ( الخبر والكالمal-
khabar = berita, dan pembicaraan/perkataan). Sebagaimana dalam QS. Al-
Dhuha/93: 11
ْ ك فَ َح ِِّد
ث َ َِِّوأ ََّمح بِنِ ْع َم ِة َرب
Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya
(dengan bersyukur). (QS. 93:11)
Secara terminologis, banyak para ahli Hadis (muhadditsîn) memberikan
definisi di antaranya Mahmud al-Thahân mengemukakan :
َّب صلى هللا عليه وسلم َس َواءٌ كحَ َن قَ ْوالً أ َْو فِ ْعَلً أ َْو تَ ْق ِريْ ًرا
ِ ِ ِ َ َم
ِّ حجحءَ َعن الن
Sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau
persetujuan
Definisi tersebut menyatakan bahwa, hadis merupakan berita yang datang dari
Nabi saw dalam segala bentuk baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
sikap persetujuan. Definisi ini juga menunjukkan tentang tiga macam Hadis,
yaitu perkataan, perbuatan, dan persetujuan (taqrir).
1) Hadis perkataan yang disebut dengan Hadis Qawlî, misalnya sabda
Rasulullah SAW :
ِ َل
، حِل ِة ِ ِبألع ِ ِ َِّ رسول
َّ محل ا ْ « ِبدروا:وسلَّم قحل
َ صلِّى هللاُ َعلَْيه
َ اَّلل َ اَّلل عنه أن
َّ َع ْن أيب هريرة رضي
ِ ِ ِ
، ًَبح كحفرا
ُ ُ وُُيسي ُم ْؤمنحً وي، ًالرج ُل ُمؤمنحً وُيُْسي كحفرا
ُ َبحُ َُت كقطَ ِع اللَّ ِيل الْ ُمظْل ِم ي
ٌ َ فستْو ُن ف
ٍ يبيع دينه َبعَر.
ُّ ض من
الدنْيح» رواه مسلم
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah
shollallahu alaihi wasalam bersabda: “Bersegeralah engkau sekalian
untuk melakukan amalan-amalan yang baik sebelum datangnya
bermacam-macam fitnah yang diumpamakan sebagai potongan-
potongan dari malam yang gelap gulita.” Di pagi hari seorang itu menjadi
orang mu’min dan di sore hari menjadi orang kafir, ada lagi yang di sore
hari masih sebagai seorang mu’min, tetapi pada pagi hari telah menjadi
seorang kafir. Orang itu menjual agamanya dengan harta dari
keduniaan” (Riwayat Muslim).
2) Hadis perbuatan, disebut Hadis Fi`lî misalnya wudlu dan shalatnya
beliau, haji, perang dan lain-lain
3) Hadis persetujuan, disebut Hadis Taqrîrî , yaitu suatu perbuatan atau
perkataan di antara para sahabat yang disetujui Nabi. Misalnya, Nabi
diam ketika melihat bahwa bibik Ibn Abbas menyuguhi beliau dalam
satu nampan berisikan minyak samin, mentega, dan daging binatang
dhabb (semacam biawak tetapi bukan biawak). Beliau makan
sebagian dari mentega dan minyak samin itu dan tidak mengambil
daging binatang Ddabb karena jijik. Seandanya haram tentunya
daging tersebut tidak disuguhkan kepada beliau. (HR. al-Bukhari)
Di antara ulama ada yang memasukkan pada definisi Hadis Sifat
(Washfî), Sejarah (Tarîkhî) dan Cita-cita (Hammî) Rasul. Hadis sifat (Washfî),
baik sifat fisik (khalqîyah) maupun sifat perangai (khuluqîyah). Sifat pisik seperti
tinggi badan Nabi yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek kulit Nabi
putih kemerah-merahan bagaikan warna bunga mawar, berambut keriting,
dan lain-lain. Sedang sifat perangai mencakup akhlak beliau, misalnya sayang
terhadap fakir miskin dan lain-lain. Sejarah hidup Rasul juga masuk ke dalam
Hadis baik sebelum menjadi Rasul maupun setelahnya. Menurut pendapat
yang kuat/râjih jika setelah menjadi Rasul wajarlah dimasukkan sebagai
Sunah atau Hadis tetapi sejarah yang terjadi sebelum menjadi Rasul, belumlah
dimasukkan Sunah kecuali jika diulang kembali atau dikatakan kembali
setelah menjadi Rasul. Para ulama Syafi`îyah juga memasukkan bagian dari
Sunah apa yang dicita-citakan Rasul saw (Sunnah Hammîyah) sekalipun baru
rencana dan belum dilakukannya, karena beliau tidak merencanakan sesuatu
kecuali yang benar dan dicintai dalam agama, dituntut dalam syari`at Islam,
dan beliau diutus untuk menjelaskan syari`at Islam. Seperti cita-cita beliau
berpuasa hari tanggal 9 Muharram, rencana beliau perintah para sahabat
mengambil kayu untuk membakar rumah orang-orang munafik yang tidak
berjama’ah shalat Isya dan lain-lain. Sekalipun ini baru merupakan cita-cita,
tetapi telah diucapkan beliau itu Hadis qawlî yang pasti benarnya dan alasan
beliau belum mengamalkannya jelas, yakni berpulang ke rahmat Allah.
b. Pola pikir keilmuan al-Qur’an dan Hadis
1) Disiplin ilmu al-Qur’an
Dalam memmahami pengertian Ulum al-Qur’an, perlu ditelaah dari sisi
makna idhafahnya dan makna istilahnya. Dari segi makna idhafahnya berarti
segala yang berkaitan dengan al-Qur’an. Segala ilmu yang bersandar kepada
al-Qur’an termasuk ke dalam ulum al-Qur’an seperti ilmu tafsir, ilmu qira’at,
ilmu Rasm al-Qur’an, ilmu I’jaz al- Qur’an, ilmuu Asbab al-Nuzul, ilmu
nasikh wa al-mansukh, Ilmu I’rab al-Qur’an, ilmu Gharib al-Qur’an, Ulum al-
Din, Ilmu Lughah dan lain-lain, karena ilmu-ilmu itu merupakan sarana
untuk memahami al-Qur’an (Teungku Muhammad Hasbi al-Shiddieqy :
2014).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, makna Ulum al-Qur’an
ialah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kajian al-Qur’an seperti ilmu tata cara
membaca Al Qur’an, ilmu sejarah turunnya al-Qur’an, ilmu tartib al-Kitabah
dan tartib al-Tilawah (urutan penulisan), ilmu sejarah penghimpunan al-
Qur’an dari masa nabi Muhammad saw sehingga masa ‘Usman bin ‘Affan.
Dengan kita mempelajari Ulum al-Qur’an kita dapat memahami dan
mengenal al-Qur’an dengan keseluruhan.
a) Disiplin Ilmu Hadis
Pengertian Ilmu Hadis adalah ilmu yang membahas tentang Hadis, baik
dari segi periwayatan, maupun dari segi matan (teks) Hadis. Ada dua bagian
dari asal muasal Hadis, narasi dan pengetahuan, dan ucapan-ucapannya telah
bertentangan dalam definisinya, dan definisi tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1) Ilmu Hadis riwayah, yaitu ilmu yang mempelajari Hadis dari sisi
mata rantai periwayatan Hadis, apakah para perawinya tsiqah,
dhabit, dan adil. Apakah periwayatan muttashil (sampai kepada
Rasul) atau terputus (munqathi). Ilmu Hadis riwayat merupakan
ilmu yang membahas tentang cara-cara penukilan Hadis dari
Rasulullah SAW. Dengan demikian objek kajian ilmu riwayah
adalah: 1) cara periwayatan dari seorang perawi kepada perawi lain,
dan 2) cara pemeliharaan Hadis dalam bentuk penghafalan,
penulisan, dan pembukuannya. Dengan memperhatikan cara
periwayatan dan pemeliharaannya ini maka suatu Hadis akan
dinilai bersambung kepada Rasul atau tidak.
2) Ilmu Hadis Dirayah adalah ilmu yang mempelajari Hadis ditinjau
dari segi teks (matan). Apakah teksnya bertentangan dengan
Alquran, nalar, ijma, dan Hadis yang lebih kuat darinya, dan apakah
teks tersebut mengandung inklusi, koreksi, atau penambahan, atau
pengurangan beberapa frase? Jika kita ambil contoh Hadis: ( إنما األعمال
)بالنياتmaka mengetahui rantai periwayatan dari satu perawi ke yang
lain adalah soal ilmu Hadis, sedangkan mengetahui Hadis dalam arti
tidak bertentangan dengan Alquran, akal, atau ijma, dan itu
konsisten dengan semua Hadis, dan konsitensi dengan asalnya,
maka hal ini merupakan kajian ilmu Hadis dirayah.
b) Pola pikir keilmuan dan Karakteristik Al-Qur’an dan Hadis
Dengan memperhatikan penjelasan tentang definisi, ruang lingkup dan
disiplin keilmuan pada al-Qur’an dan Hadis, maka dapat diketahui pola pikir
yang dibangun dalam keilmuan al-Qur’an dan Hadis tersebut. Pola pikir
keilmuan al-Qur’an dan Hadis berkaitan dengan pola pikir untuk memahami
pesan wahyu Allah SWT untuk dapat menjadi pedoman dalam kehidupan
ummat Islam.
Dalam keilmuan al-Qur’an dibangun pola pikir tentang cara pembacaan
yang tepat atas teks-teks al-Qur’an, dan berbagai pola pikir tentang cara
memahami isi ayat-ayat al-Qur’an, baik yang ada dalam al-Qur’an itu sendiri,
maupun perhatian terhadap hal-hal yang ada di sekitar al-Qur’an, seperti
sebab-sebab turun ayat, muhkamat dan mutasyabihat, serta hukum-hukum
membacanya.
Pola pikir keilmuan dalam disiplin ilmu Hadis dibangun untuk
memahami pesan Hadis secara benar, baik dengan memperhatikan cara
periwayatan (riwayah) maupun memperhatikan teks (pesan) Hadis. Dengan
pola fikir tersebut dalam memahami Hadis perlu diperhatikan dua hal.
Pertama apakah suatu Hadis diperoleh dari periwayatan yang benar-benar
sampai kepada sumber aslinya yaitu Rasulullah SAW, atau terputus karena
ada berbagai pertimbangan perawinya. Kedua perlu diperhatikan pesan pada
matan (teks) Hadis, apakah bersesuaian atau terdapat pertentangan, misalnya
dengan al-Qur’an, Hadis lain, ijmak, bahkan dengan penalaran? Berdasarkan
pola fikir dengan memperhatikan kedua pertimbangan tersebut, maka suatu
Hadis dapat ditentukan derajat keautentikannya sehingga menentukan
derajat kepastian suatu Hadis untuk dapat dijadikan suatu sumber hukum.
Konsentrasi lmu hadis tujuannya untuk memeriksa kualitas sanad
periwayatan untuk memastikan kesahihannya. Ilmu hadis tujuannya untuk
memeriksa kualitas sanad periwayatan untuk memastikan kesahihannya.
Ilmu hadits khususnya ilmu naqd (kritik) sanad hadits untuk memeriksa
kualitas sanad periwayatan, untuk memastikan kesahihannya saja. Ilmu
hadits akan menjawab pertanyaan seputar ini, apa benar perkataan itu datang
dari mulut Rasulullah SAW? Apa benar perbuatan itu dikerjakan oleh
Rasulullah SAW? Jawabanya sebatas ya dan tidak, bukan wajib atau tidak
wajib. Misalnya, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW beristinja' pakai batu”.
Peranan ilmu hadits adalah memastikan kebenaran dan validitas informasi
tersebut.
2. Aqidah Akhlak
a. Pengertian Aqidah Akhlak
1) Pengertian Aqidah
Aqidah berkaitan dengan prinsip kepercayaan yang akan mengantarkan
peserta didik dalam mengenal dan meyakini Allah, para malaikat, kitab-kitab
Allah, Para Nabi dan Rasul, serta memahami konsep tentang hari akhir serta
qadlāʾ dan qadar. Keimanan inilah yang kemudian menjadi landasan dalam
melakukan amal saleh, berakhlak mulia dan taat hukum.
Secara bahasa, Aqidah diambil dari kata al‘aqdu yang merupakan bentuk
infinitif (masdar) dari kata ‘aqoda ya’qidu yang berarti mengikat sesuatu. Aqidah
merupakan “amalun qolbiyun” atau keyakinan dalam hati tentang sesuatu dan
dia membenarkan hal tersebut. Aqidah mengikat hati seseorang dengan yang
diyakininya sebagai Tuhan yang Maha Esa yang ada yang wajib disembah yang
merupakan pencipta dan pengatur alam semesta beserta isinya. Ikatan yang kuat
tanpa ada keraguan sedikitpun.
Sedangkan secara istilah aqidah adalah sesuatu yang pertama kali harus
diimani dengan yakin oleh seorang mukmin dengan keyakinan yang pasti, ridho
dan menerima sepenuh hati serta merasa tenang dengan keyakinannya tersebut.
Atau secara sederhana aqidah islam adalah iman kepada Allah, malaikat Allah,
Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, Hari akhir serta qada’ dan qadar, yang
kemudian dikenal dengan rukun Iman.
Menurut Yusuf Qardawi Aqidah adalah suatu kepercayaan yang meresap ke
dalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan keraguan serta
menjadi alat kontrol bagi tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jika kata
Aqidah diikuti dengan kata Islam, maka berarti ikatan keyakinan yang
berdasarkan ajaran Islam. Hal tersebut sama dengan kata iman (keyakinan) yang
terpatri kuat dalam hati seseorang muslim.
Aqidah Islam mengandung arti ketertundukan hati yang melahirkan dan
merefleksikan, kepatuhan, kerelaan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah
Allah swt. Oleh sebab itu seseorang yang ber- Aqidah Islamiyah yang benar
adalah seseorang yang keterkaitan antara hati, ucapan dan perbuatannya secara
kuat dan padu terhadap ajaran islam sehingga melahirkan akhlak yang terpuji
baik terhadap Allah atau terhadap sesama makhluk.
2) Pengertian Akhlak
Akhlak merupakan perilaku yang menjadi buah dari ilmu dan keimanan.
Akhlak akan menjadi mahkota yang mewarnai keseluruhan elemen dalam PAI.
Ilmu akhlak mengantarkan peserta didik dalam memahami pentingnya akhlak
mulia pribadi dan akhlak sosial, dan dalam membedakan antara perilaku baik
(maḥmūdah) dan tercela (madzmūmah). Dengan memahami perbedaan ini,
peserta didik bisa menyadari pentingnya menjauhkan diri dari perilaku tercela
dan mendisiplinkan diri dengan perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam konteks pribadi maupun sosialnya. Peserta didik juga akan memahami
pentingnya melatih (riyadlah), disiplin (tahdhīb) dan upaya sungguh-sungguh
dalam mengendalikan diri (mujāhadah). Dengan akhlak, peserta didik menyadari
bahwa landasan dari perilakunya, baik untuk Tuhan, dirinya sendiri, sesama
manusia dan alam sekitarnya adalah cinta (mahabbah). Pendidikan Akhlak juga
mengarahkan mereka untuk menghormati dan menghargai sesama manusia
sehingga tidak ada kebencian atau prasangka buruk atas perbedaan agama atau
ras yang ada. Aspek atau elemen akhlak ini harus menjadi mahkota yang masuk
pada semua topik bahasan pada mata pelajaran PAI, akhlak harus menghiasai
keseluruhan konten dan menjadi buah dari pelajaran PAI.
Menurut bahasa kata Akhlak dalam bahasa Arab merupakan jama’ dari
خلق/khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, sopan santun atau
tabiat. Kata tersebut mengandung segi persesuaian dengan perkataan خلق/khalqun
berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan خالق/khalik yang berarti
pencipta, demikian pula مخلوق/makhluqun yang berarti yang diciptakan.
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan
adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk (Mushtofa, Akhlak Tasawuf,
2008: 11).
Pengertian akhlak menurut istilah, dapat difahami dari beberapa pendapat
yang dikemukakan oleh para ulama. Ibnu Miskawih mendefinisikan akhlak
sebagai berikut:
اخللق ِحل للنفس داعية هلح إَل أفعحهلح من غری فْر وال روية
“Akhlak adalah kondisi jiwa yang mendorong tindakan-tindakan tanpa perlu berpikir
dan pertimbangan lagi” (Ibn. Miskawaih, Thadzib al-Akhlaq, 1985; 25)
Kondisi jiwa seseorang dalam definisi Ibn Miskawaih di atas merupakan
kondisi jiwa yang sudah terbiasa melakukan tindakan-tindakan tertentu,
sehingga tindakantindakan tersebut seakan sudah mendarah daging, mereka
akan melakukannya secara sepontan ketika mendapatkan stimulus tertentu.
Al-Ghazali merumuskan makna akhlak sebagai berikut:
4. SPI
a. Pengertian Sejarah Peradaban Islam
Secara etimologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab “syajaratun”,
artinya pohon. Dalam dunia Barat, sejarah disebut histoire (Perancis),
geschiedenis (Belanda), dan history (Inggris), berasal dari bahasa Yunani, istoria
yang berarti ilmu. Menurut definisi yang umum, kata history berarti “masa
lampau umat manusia”. Dalam bahasa Jerman disebut geschichte, berasal dari
kata geschehen yang berarti terjadi. Sedangkan dalam bahasa Arab disebut
tarikh, berasal dari akar kata ta’rikh dan taurikh yang berarti pemberitahuan
tentang waktu dan kadangkala kata tarikhus syai’i menunjukkan arti pada
tujuan dan masa berakhirnya suatu peristiwa.
Secara terminologis, makna sejarah dapat ditelaah melalui pendapat
beberapa ahli. Ibnu Khaldun mendefinisikan, sejarah adalah catatan tentang
masyarakat umat manusia atau peradaban dunia; tentang perubahan-
perubahan yang terjadi pada watak masyarakat, seperti keliaran, keramah-
tamahan, dan solidaritas golongan; tentang revolusi pemberontakan oleh
segolongan rakyat melawan golongan yang lain dengan akibat timbulnya
kerajaan-kerajaan dan negara-negara, dengan tingkat bermacam-macam;
tentang bermacam-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk
mencapai penghidupannya, maupun dalam bermacam-macam cabang ilmu
pengetahuan dan pertukaran; dan pada umumnya, tentang segala perubahan
yang terjadi dalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri. Sidi
Gazalba menyatakan, sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan
sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap,
meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang
memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang telah berlalu itu.
Dari dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah
gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami oleh
manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan
analisa kritis, sehingga mudah dimengerti dan dipahami.
Kata peradaban dan kebudayaan dalam bahasa Indonesia sering
dipahami sama artinya. Namun, dalam bahasa Inggris terdapat pengertian
yang berbeda dari kedua kata tersebut; yaitu civilization untuk peradaban dan
culture untuk kebudayaan. Dalam bahasa Arab pun terdapat perbedaan, yaitu
kata tsaqofah (kebudayaan), kata hadlarah (kemajuan), dan kata tamaddun
(peradaban).
Badri Yatim mengatakan, kata “Peradaban Islam” merupakan terjemahan
dari kata al-Hadharah al-Islamiyyah (bahasa Arab) yang sering diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia dengan “Kebudayaan Islam”. Secara terminologis,
pengertian kebudayaan dapat ditelaah dari beberapa ahli. Selo Soemardjan
dan Soelaiman Soemardi menjelaskan bahwa kebudayaan adalah semua hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi
dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh manusia
untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
digunakan untuk keperluan masyarakat. Badri Yatim mengemukakan bahwa
kebudayaan merupakan hasil dari peradaban. Syeikh Taqiyuddin anNabhani
mengungkapkan bahwa kebudayaan muncul dari suatu peradaban
(sekumpulan persepsi tentang kehidupan) tertentu. Peradaban tersebut
muncul dari suatu Aqidah tertentu yang khas.
Sementara kata Islam bermakna agama samawi (langit) yang diturunkan
oleh Allah SWT. melalui utusan-Nya, Muhammad saw., yang ajaran-
ajarannya terdapat dalam kitab suci al-Qur’an dan sunah dalam bentuk
perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-petunjuk untuk
kebaikan manusia, baik di dunia maupun di akhirat
Setelah memahami pengertian sejarah, peradaban, dan Islam, kini dapat
dirumuskan bahwa pengertian Sejarah Peradaban Islam adalah segala
peristiwa yang dialami manusia pada masa lalu sebagai manifestasi atau
penjelmaan kegiatan muslim yang didasari ajaran Islam. Dengan demikian,
peristiwa-peristiwa yang dialami umat Islam sejak lahirnya agama Islam
sampai sekarang merupakan kajian Sejarah Peradaban Islam.
G. Refleksi
Setiap elemen keilmuan Pendidikan Agama Islam yang meliputi elemen
al-Qur’an dan Hadis, Aqidah Akhlak, Fiqh dan Sejarah Peradaban Islam,
memiliki pola pikir tersendiri. Al-Qur’an dan Hadis berkaitan dengan pola
pikir untuk memahami pesan wahyu Allah SWT. dan sabda Rasulullah saw.
untuk dapat menjadi pedoman dalam kehidupan ummat Islam. Aqidah
berkaitan dengan prinsip kepercayaan yang akan mengantarkan peserta didik
dalam mengenal dan meyakini Allah, para malaikat, kitab-kitab Allah, Para
Nabi dan Rasul, serta memahami konsep tentang hari akhir serta qadlāʾ dan
qadar. Akhlak terkait perilaku sebagai manifestasi dari kondisi batinnya yang
didasari ilmu dan keimanan. Fiqh merupakan sistem atau seperangkat aturan
yang berkaitan dengan hukum atas perbuatan manusia dewasa (mukallaf) yang
mencakup ritual atau hubungan dengan Allah SWT (Hablum-Minallah), sesama
manusia (Hablum-Minan-Nas) dan dengan makhluk lainnya (Hablum-Ma’al
Ghairi). Sejarah kebudayaan Islam merupakan fakta dan peristiwa pengamalan
ajaran agama Islam sebagai ibrah/pelajaran yang menyimpan atau
mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan
nilai-nilai baru bagi perkembangan kehidupan manusia.
Konsep ini menggambarkan tentang keutuhan dan kelengkapan pola pikir
keilmuan agama Islam ang dapat memandu manusia dapat menjalankan
aktivitas hidup dan kehidupannya sesuai dengan berbagai dimensi, tugas dan
fungsinya.
H. Tindak Lanjut Belajar
a. Simaklah sumber belajar dalam bentuk video dalam LMS Program PPG.
b. Baca artikel kemudian lakukan analisis berdasarka isi artikel
c. Kaitkan isi artikel dengan nilai-nilai moderasi dalam proses
pembelajarannya di sekolah/madrasah.
d. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes akhir modul di
bawah standar minimum ketuntasan (70), maka saudara melakukan
pembelajaran remedial dengan memperhatikan petunjuk dalam LMS
program PPG.
I. Glosarium
a. Al-Qur’an: Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad.
Lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya merupakan ibadah,
diturunkan secara mutawattir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat
Al-Fatihah sampai pada surat An-Naas
b. Hadis: Sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan atau
perbuatan dan atau persetujuan
c. Aqidah: keyakinan dalam hati tentang sesuatu dan dia membenarkan hal
tersebut
d. Akhlak: kondisi jiwa yang mendorong tindakan-tindakan tanpa perlu
berpikir dan pertimbangan lagi
e. Fiqh: pengetahuan hukum-hukum Syar’i (yang cara mengetahui) adalah
dengan metode ijtihad
f. Sejarah peradaban Islam: gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa
lampau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi
urutan waktu, diberi tafsiran dan analisa kritis, sehingga mudah
dimengerti dan dipahami.
J. Tes Awal
1. Menurur Abu Hamid al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Pengertian ini
mengandung esensi bahwa akhlak adalah…
A. Sifat yang tertanam dalam jiwa
B. Perbuatan yang gampang dan mudah
C. Perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
D. Perbuatan tanpa memerlukan pertimbangan
E. Perbuatan sebagai manifestasi jiwa seseorang
Kunci jawaban: E
L. Tes Akhir
1. Perhatikan kalimat berikut ini:
1) Hukum anjing adalah haram
2) Hukum memakan daging anjing adalah haram
Dari dua pernyataan tersebut, yang tepat untuk menunjukkan
hukum dalam Fiqh adalah pernyataan no. 2, karena pernyataan
tersebut menunjukkan…
A. Sesuai ketentuan Hadis
B. Hasil ketetapan Mujtahid
C. Hukum pekerjaan mukallaf
D. Sesuai ketentuan al-Qur’an
E. Dzat yang najis secara nash
Kunci jawaban: C
M. Daftar Pustaka
Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Juz III, Mesir : Isa Bab al-
Halaby, tt.
Acep Hermawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu,
Rosda, Bandung: 2016
Ahmad Amin, Kitabal al-Akhlaq, (Mesir: Daral-Kutub al-Mishriyah,
cet. III,. t.t)
Ahmad Musthafa al Maraghi, Tafsir al-Maraghi Jilid III, Semarang,
Toha Putra,1993
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, RajaGrafindo Persada, 2010
Ibn Miskawaih, Tahdzib al-Akhlak Fii al-Tarbiyah, Beirut : Dar al-
Kutub al-Ilmiyah, 1985
Kemeng RI, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Pendidikan Agama Pada
Sekolah, 2010
Mustofa., Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia, 2014.
Teungku. Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
(‘Ulum al-Qur’an) Membahas Ilmu-Ilmu Menafsirkan Al-Qur’an,
Pustaka Rizki Putra, Semarang : 2014