Anda di halaman 1dari 13

Program Studi: Teknik Mesin Alat Berat Buku Ajar

Elemen Mesin
Semester: II (Dua)

MODUL 4
SAMBUNGAN LAS
Tujuan Instruksional:
• Mahasiswa memahami tentang sambungn las
• Mahasiswa memahami Metode penyelesaian masalah perencanaan sambungan las

KEGIATAN BELAJAR 5

4.1. Pendahuluan
Sambungan las (welding joint) merupakan jenis sambungan tetap. Sambungan las
menghasilkan kekuatan sambungan yang besar. Sambungan las adalah sebuah sambungan
permanen yang diperoleh dengan peleburan sisi dua bagian yang disambung bersamaan,
dengan atau tanpa tekanan dan bahan pengisi. Panas yang dibutuhkan untuk peleburan
bahan diperoleh dengan pembakaran gas (untuk pengelasan gas) atau bunga api listrik
(untuk las listrik).
Pengelasan secara intensif digunakan dalam fabrikasi sebagai metode alternatif
untuk pengecoran atau forging (tempa) dan sebagai pengganti sambungan baut dan keling.
Sambungan las juga digunakan sebagai media perbaikan misalnya untuk menyatukan
logam akibat crack (retak), untuk menambah luka kecil yang patah seperti gigi gear.
Proses pengelasan secara umum dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu :
• Las dengan menggunakan panas saja atau Fusion Welding (cair/lebur) yang meliputi
thermit welding, gas welding atau las karbit/las asitelin dan electric welding (las
listrik).
• Las dengan menggunakan panas dan tekanan atau Forge Welding (tempa).

4.1 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.


Gambar 4.1. Skema Pengelasan
Cara kerja pengelasan :
• Benda kerja yang akan disambung disiapkan terlebih dahulu mengikuti bentuk
sambungan yang diinginkan.
• Pengelasan dilakukan dengan memanaskan material pengisi (penyambung) sampai
melebur (mencair).
• Material pengisi berupa material tersendiri (las asitelin) atau berupa elektroda (las
listrik).
• Setelah didinginkan maka material yang dilas akan tersambung oleh material pengisi.

Gambar 4.2. Simbol Pengelasan

Gambar 4.3. Contoh Simbol Pengelasan

4.2 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.


4.2. Jenis Sambungan Las
Ada dua jenis sambungan las, yaitu:
4.2.1. Lap joint atau fillet joint
Sambungan ini diperoleh dengan pelapisan plat dan kemudian mengelas sisi dari
platplat. Bagian penampang fillet (sambungan las tipis) mendekati triangular (bentuk
segitiga). Sambungan fillet bentuknya seperti pada Gambar 4.4 (a), (b), dan (c).

Gambar 4.4. Sambungan Las Jenis Lap Joint


4.2.2. Butt joint.
Butt joint diperoleh dengan menempatkan sisi plat seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.5. Dalam pengelasan butt, sisi plat tidak memerlukan kemiringan jika ketebalan
plat kurang dari 5 mm. Jika tebal plat adalah 5 mm sampai 12,5 mm, maka sisi yang
dimiringkan berbentuk alur V atau U pada kedua sisi.

Gambar 4.5. Sambungan Las Jenis Lap Joint


Jenis lain sambungan las dapat dilihat pada Gambar 4.6. di bawah ini.

Gambar 4.6. Sambungan Las Tipe Lain

4.3 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.


4.3. Menghitung Kekuatan Las Fillet
4.3.1. Kekuatan sambungan las fillet melintang
Lap joint (sambungan las fillet melintang) dirancang untuk kekuatan tarik, seperti
pada Gambar 4.7 (a) dan (b)

Gambar 4.7. Lap Joint

Gambar 4.8. Skema dan dimensi bagian sambungan las


Untuk menentukan kekuatan sambungan las, diasumsikan bahwa bagian fillet
adalah segitiga ABC dengan sisi miring AC seperti terlihat pada Gambar 5.5. Panjang
setiap sisi diketahui sebagai ukuran las dan jarak tegak lurus kemiringan BD adalah tebal
leher. Luas minimum las diperoleh pada leher BD, yang diberikan dengan hasil dari tebal
leher dan panjang las.
Misalkan t = Tebal leher (BD).
s = Ukuran las = Tebal plat,
l = Panjang las,
Dari Gambar 4.8. kita temukan ketebalan leher adalah:
t = s.sin45o = 0,707.s
Luas minimum las atau luas leher adalah:
A = t.l =0,707.s.l……………………………………………………(1)

4.4 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.


Jika σt adalah tegangan tarik yang diijinkan untuk las logam, kemudian kekuatan tarik
sambungan untuk las fillet tunggal (single fillet weld) adalah:
P = 0,707.s.l. σt………………………………………………….(2)
dan kekuatan tarik sambungan las fillet ganda (double fillet weld) adalah:
P = 2.0,707.s.l. σt = 1,414.s.l. σt…………………………………(3)
4.3.2. Kekuatan sambungan las fillet sejajar
Sambungan las fillet sejajar dirancang untuk kekuatan geser seperti terlihat pada
Gambar 4.9. Luas minimum las atau luas leher:
A = 0,707.s.l…………………………………………………………..(4)

Gambar 4.9: Sambungan las fillet sejajar dan kombinasi


Jika τ adalah tegangan geser yang diijinkan untuk logam las, kemudian kekuatan geser dari
sambungan untuk single paralel fillet weld (las fillet sejajar tunggal),
P = 0,707.s.l. τ…………………………………………………(5)
dan kekuatan geser sambungan untuk double paralel fillet weld,
P = 2.0,707.s.l. τ = 1,414.s.l. τ…………………………(6)
Catatan:
1. Jika sambungan las adalah kombinasi dari las fillet sejajar ganda dan melintang tunggal
seperti Gambar 4.9. (b), kemudian kekuatan sambungan las adalah dengan
menjumlahkan kedua kekuatan sambungan las, yaitu;
P = 0,707.s.l1. σt + 1,414.s.l. τ ………………………….(7)
dimana l1 adalah lebar plat.
2. Untuk memperkuat las fillet, dimensi leher adalah 0,85.t.
3. Tambahkan panjang 12,5 mm pada lasan untuk keamanan.

4.5 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.


4.3.3. Kasus khusus sambungan las fillet
Kasus berikut dari sambungan las fillet adalah penting untuk diperhatikan:
1. Las fillet melingkar yang dikenai torsi. Perhatikan batang silinder yang dihubungkan
ke plat kaku dengan las fillet seperti pada Gambar 4.10
misalkan d = Diameter batang,
r = Radius batang,
T = Torsi yang bekerja pada batang,
s = Ukuran las,
t = Tebal leher,
J = Momen inersia polar dari bagian las
= π.t.d3/4

Gambar 4.10

Kita mengetahui bahwa tegangan geser untuk material adalah:

Tegangan geser terjadi pada bidang horisontal sepanjang las fillet. Geser maksimum terjadi
pada leher las dengan sudut 45o dari bidang horisontal.
Panjang leher, t = s.sin45o = 0,707.s
dan tegangan geser maksimum adalah:
, .
= = ………………………(8)
. , . . . .

2. Las fillet melingkar yang dikenai momen bending, Perhatikan batang silinder yang
dihubungkan ke plat kaku dengan las fillet seperti pada Gambar 4.11
misalkan d = Diameter batang,
r = Radius batang,
M = Momen banding pada batang,
s = Ukuran las,
t = Tebal leher,
Z = Section modulus dari bagian las
= π.t.d2/4

4.6 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.


Gambar 4.11
Kita mengetahui bahwa momen bending adalah:

Tegangan bending terjadi pada bidang horisontal sepanjang las fillet. Tegangan
bending maksimum terjadi pada leher las dengan sudut 45o dari bidang horisontal.
Panjang leher, t = s.sin45o = 0,707.s
dan tegangan bending maksimum adalah:

……………(9)
3. Las fillet memanjang yang dikenai beban torsi. Perhatikan plat vertikal dilas ke plat
horisontal dengan dua las fillet seperti pada Gambar 4.12.
Misalkan :
T = Torsi yang bekerja pada plat vertikal,
l = Panjang las,
s = Ukuran las,
t = Tebal leher,
J = Momen inersia polar dari bagian las

(untuk 2 sisi las)

Gambar 4.12
Variasi tegangan geser adalah sama dengan variasi tegangan normal sepanjang (l) dari
balok yang dikenai bending murni.
Tegangan geser menjadi:

Tegangan geser maksimum terjadi pada leher, yaitu:

…………………(10)
4.4. Kekuatan Butt Joint
Sambungan butt dirancang untuk tarik dan tekan. Perhatikan sambungan V-butt tunggal
seperti pada Gambar 4.13 (a).

4.7 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.


Gambar 4.13. Butt joint
Dalam butt joint, panjang ukuran las adalah sama dengan tebal leher yang sama
dengan tebal plat.
Kekuatan tarik butt joint (single-V atau square butt joint),
P = t.l. σt………………………………(11)
dimana l = panjang las. Secara umum sama dengan lebar plat.
dan kekuatan tarik double-V butt joint seperti pada Gambar 4.13 (b) adalah:
P = (t1+t2).l. σt…………………………(12)
dimana t1 = Tebal leher bagian atas, dan
t2 = Tebal leher bagian bawah.
Sebagai catatan bahwa ukuran las bisa lebih besar dari pada ketebalan plat, tetapi
dapat juga lebih kecil. Tabel berikut menunjukkan ukuran las minimum yang
direkomendasikan.
Tabel 1: Ukuran las minimum yang direkomendasikan.

4.8 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.


4.5. Tegangan pada sambungan las
Tegangan pada sambungan las, sulit dihitung karena variabel dan parameter tidak
terprediksikan, misalnya :
• Homogenitas bahan las/elektroda
• Tegangan akibat panas dari las
• Perubahan sifat-sifat fisik.
Dalam perhitungan kekuatan diasumsikan bahwa :
• Beban terdistribusi merata sepanjang lasan
• Tegangan terdistribsi merata
Tabel 2. Harga Tegangan Sambungan Las Dengan Beberapa Electrode Dan Beban

4.6. Faktor Konsentrasi Tegangan Las


Konsentrasi tegangan (k) untuk static loading and any type of joint, k = 1
Tabel 3. Faktor Konsentrasi Tegangan Untuk Beban Fatigue

Latihan 1:
Sebuah plat lebar 100 mm dan tebal 10 mm dilas dengan plat lain secara las fillet sejajar
ganda (double paralel fillet weld). Plat dikenai beban statis 80 kN. Tentukan panjang las
jika tegangan geser yang diijinkan dalam las tidak melebihi 55 MPa.
Penyelesaian:
Diketahui: Lebar = 100 mm; Tebal = 10 mm; P = 80 kN = 80.103 N; t = 55 MPa = 55
N/mm2
Misalkan l = Panjang las, dan s = Ukuran las = tebal plat = 10 mm.

4.9 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.


Kita mengetahui bahwa beban maksimum yang dibawa plat untuk double paralel fillet
weld (P) pada persamaan (6) adalah:
80.103 = 1,414.s.l.τ = 1,414.10.l.55 = 778.l
l = 80.103/778 = 103 mm
Tambahan 12,5 mm untuk mengawali dan mengakhiri las, sehingga panjang las total:
l = 103 + 12,5 = 115,5 mm
Latihan 2:
Sebuah poros pejal dengan diameter 50 mm dilas ke plat tipis dengan las fillet 10 mm
seperti pada Gambar. Tentukan torsi maksimum yang dapat ditahan sambungan las jika
tegangan geser maksimum material las tidak melebihi 80 Mpa.

Penyelesaian:
diketahui: d = 50 mm; s = 10 mm ; τmax = 80 MPa = 80 N/mm
T = Torsi maksimum yang dapat ditahan sambungan las.
Kita mengetahui tegangan geser maksimum pada persamaan (8) adalah:
2 2,83.
= =
. 0,707. . . .
2,83. 2,83.
80 = =
. 10. 50 78550
6
T = 2,22. 10 N-mm =2,22 Kn-m
Latihan 3:
Sebuah plat lebarnya 100 mm dan tebalnya 12,5 mm dilas ke plat lain dengan las fillet
sejajar. Plat tersebut mendapat beban 50 kN. Tentukan panjang las jika tegangan
maksimum tidak melebihi 56 MPa. Perhatikan bahwa sambungan las dibawah beban statis
dan beban fatik/berulang-ulang (fatique).
Penyelesaian:
Diketahui: Lebar = 100 mm ; Tebal = 12,5 mm ; P = 50 kN = 50.103 N ; τ = 56 MPa =
56 N/mm2
• Panjang las untuk beban statis:

4.10 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.


Misalkan l = Panjang las, dan s = Ukuran las = tebal plat = 12,5 mm
Kita tahu bahwa beban maksimum yang dibawa plat untuk double paralel fillet
weld (P) pada persamaan (6) adalah:
P = 1,414.s.l. τ
50.103 = 1,414.12,5.l.56 = 990.l
l = 50.103/990 = 50,5 mm
Penambahan 12,5 mm untuk awal dan akhir las adalah:
l = 50,5 + 12,5 = 63 mm
• Panjang las untuk beban fatik
Dari tabel 2 di bawah ini kita dapat menentukan faktor konsentrasi tegangan untuk
paralel fillet welding adalah 2,7.
Tegangan geser yang diijinkan adalah:
τ = 56/2,7 = 20,74 N/mm2.
Kita tahu bahwa beban maksimum yang dibawa plat untuk double paralel fillet
weld (P)
pada persamaan (6) adalah:
P = 1,414.s.l. τ
50.103 = 1,414.s.l. τ = 1,414.12,5.l.20,74 = 367.l
l = 50.103/367 = 136,2 mm
Penambahan 12,5 mm untuk awal dan akhir las adalah:
l = 136,2 + 12,5 =148,7 mm

RANGKUMAN
1. Sambungan las adalah sebuah sambungan permanen yang diperoleh dengan peleburan
sisi dua bagian yang disambung bersamaan, dengan atau tanpa tekanan dan bahan
pengisi.
2. Ada dua jenis sambungan las yaitu lap joint atau fillet joint dan butt joint

TES FORMATIF

1. Sebuah plat panjangnya 1 m, tebal 60 mm dilas ke plat lain pada sisi kanan dan kiri
dengan las fillet 15 mm, seperti pada Gambar 5.11. Tentukan torsi maksimum yang

4.11 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.


dapat ditahan sambungan las jika tegangan geser maksimum dalam bahan las tidak
melebihi 80 MPa.

2. Sebuah plat lebarnya 75 mm dan tebal 12,5 mm disambung dengan plat lain secara
single transverse weld dan double paralel fillet weld seperti pada Gambar 5.13.
Tegangan tarik maksimum 70 MPa dan tegangan geser maksimum 56 MPa. Tentukan
panjang las setiap paralel fillet weld, jika sambungan dikenai beban statis dan fatik.

3. Plate lebar : 100 mm, tebal 12,5 mm disambung dengan las parallel fillet welds.
Beban pada plat 50 kN. Hitung panjang lasan jika tegangan geser maksimum tidak
boleh melebihi 56 N/mm2. Hitung dalam beban statis dan dinamis.

4.12 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.


DAFTAR PUSTAKA

Irawan , Purna Agustinus. (2009). Diktat Elemen Mesin. Universitas Tarumanegara.


Zainuri Ahmad, (2010). Diktat Elemen Mesin .Universitas Mataram.

4.13 dari 13 halaman Zulkifli, S.T., M.T.

Anda mungkin juga menyukai