Anda di halaman 1dari 1

jahit itu, satu-satunya yang selamat.

Itulah sebabnya, kini ia satu-satunya tukang jahit yang


masih muncul ke kota ini. Yang lain bilang kalau ia memang sempat bertemu Nabi Khidir
dan menjadi muridnya, la tinggal di sebalik cakrawala, di sebuah perbatasan antara hidup
dan kematian. la tinggal di sana, sepanjang hari memintal benang kesabaran. Benang yang
dipintal dari bulu-bulu sayap malaikat. Dengan benang itulah ia ditugaskan oleh Nabi Khidir
untuk menjahit hati orang-orang yang sedih menjelang Lebaran.

Semua cerita itu sesungguhnya tak pernah menjelaskan tentang tukang jahit itu, malah
makin menyelimutinya dengan misteri, la sendiri tak pernah mau bercerita tentang dirinya.
Kemunculannya selalu dalam diam. Nyaris tanpa suara berkeliling memikul dua kotak kayu
yang membuat jalanya jadi agak membungkuk. Aku ingat, sewaktu kanak, aku dan kawan-
kawan sepermainan kerap mengikuti di belakangnya sambil berteriak-teriak, seakan
meledek tukang topeng monyet keliling. Dan tukang jahit itu tetap saja diam.

Agak di pinggiran kota ada gang buntu kecil yang letaknya di tikungan jalan. Gang yang
rindang dan lengang meski ada juga beberapa lapak penjual barang loakan. Di pojokan
gang itulah tukang jahit itu selalu menggelar dasaran dan istirahat. Menjahit dan tidur di

situ selama hari-hari menjelang Lebaran. Tak pernah bercakap ia dengan para penjual
loakan di situ. Tak banyak juga orang yang mendatanginya.

Tapi dari Lebaran ke Lebaran semakin banyak saja orang-orang yang datang ke tukang jahit
itu. Cerita tentang jarum dan benang ajaib itu mungkin membuat banyak orang penasaran.
Tapi barangkali pula karena dari Lebaran ke Lebaran memang semakin banyak orang yang
kian tenggelam dalam kekecewaan. Mereka ingin menjahitkan kekecewaan mereka pada
tukang jahit itu. Mereka antre agar bisa menikmati kebahagiaan Lebaran.

Menjelang Lebaran ini, kulihat antrean itu sudah sedemikian mengular panjang memacetkan
jalanan. Rasanya, inilah antrean terpanjang yang pernah kulihat di kota ini. Padahal tukang
jahit itu belum lagi muncul! Mereka tampak sudah tak sabar menunggu kemunculan tukang
jahit itu. Mereka sudah menunggu sejak dini hari, bahkan ada yang sudah menunggu
berhari-hari.

Saat melintas sepulang belanja kue penganan dan pakaian buat Lebaran, anakku
memandang heran antrean itu. Karena banyaknya antrean yang meluber hingga ke tengah
jalan, aku menjalankan mobil pelan-pelan. Dari radio terdengar nyanyian riang: Lebaran
sebentar lagi....

“Sedang antre apakah orang-orang itu, Ayah?”

“Mau menjahitkan...”

“Menjahitkan pakaian?”

“Bukan. Menjahitkan kebahagiaan.”

Kok kayak mau ngantre minyak tanah?’

Anda mungkin juga menyukai