Anda di halaman 1dari 5

Gadis Hujan

Cerpen Karangan: Amara Lintang


Kategori: Cerpen Horor (Hantu)
Lolos moderasi pada: 10 October 2020
http://cerpenmu.com/cerpen-horor-hantu/gadis-hujan-2.html

Tik tik tik

Hujan malam ini menambah kesunyian, jalan ini begitu sepi, hanya
beberapa kendaraan yang lewat. Aku berteduh di halte sambil menunggu
bus malam.

Di bawah lampu terlihat ada seorang gadis muda menggunakan payung


merah maron, dia berjalan menuju kemari, lalu dia duduk di sampingku.

Hening.
Itu yang kurasa saat ini, sebagai cowok aku mencoba berkenalan dengan
dia.

“Hmm, nona siapa namamu?” tanyaku


“Raina, kalau kamu?”
“Ziko, Kamu kerja di daerah sini ya?”
“Iya,”

Ternyata dia bekerja dia toko kue… tak jauh dari kantorku.
Kami berbincang bincang cukup lama, ternyata bus tumpanganku datang.

“Aku duluan ya”


ucapku sambil tersenyum.
Kami tidak satu bus, karena rumah kami tak searah.

Pukul 22.45

“Huh, malam ini hujan lagi” keluhku

Tak tak tak


Suara seseorang berjalan kearahku. Terlihat gadis itu lagi… dengan
payungnya, dia tersenyum.
“Kamu tiap hari pulang malam ya?”
“Aku selalu disini kalau hujan turun” dia menatap lurus kedepan
“Kenapa” tanyaku
Dia hanya diam dan terus memandang jalan yang sunyi.

“Hmm, kamu apa nggak takut malam malam sendirian gitu? kenapa gak
nyuruh jemput orangtuamu? Kamu kan cewek, nanti kalau ada apa apa
gimana?” tanyaku

“Aku selalu sendirian selalu kesepian dan tidak ada yang peduli denganku”
Dia mendunduk

“Um maaf ya, kalau kamu kesepian aku akan menghiburmu dan
menemanimu Raina”

“Benarkah Ziko? Janji?”


“Janji, Aku selalu menemanimu”

“Selamanya?”
“Selamanya Raina”
Busku sudah datang, dan segera.. ku bergegas pulang.

Tak terasa sudah 3 malam ini kami ketemu di halte ini.. di bawah derasnya
hujan. Kami sudah mulai akrab.. ternyata dia orang yang asik

Pukul 22.45

“Hmm, malam ini langit cerah, banyak Bintang” ucapku dalam hati
Jalan yang biasanya sepi, kini sudah banyak kendaraan yang masih lalu
lalang.

Sudah 10 menit disini, kok tidak biasanya gadis itu tidak kemari.
“Apa dia udah pulang duluan ya” gumamku
Tiba tiba aku teringat sesuatu ‘Aku selalu disini saat hujan turun’ ucapan itu
terus terngiang di telingaku.

Apa maksudnya coba?

12.30 siang

Saat ini waktu makan siang di Kantorku, aku berniat makan siang di toko
kue

Aku ingin bertemu dengan Raina, dan mempertanyakan kenapa dia kemarin
malam tidak ke Halte.

Kringg…

Suara bel pintu toko berbunyi ketika aku memasukinya. Segera aku duduk
dan seorang pelayan cantik menghampiriku, aku memesan sepotong
chococake dan segelas coklat panas.

Tak lama kemudian pesananku datang,

“Halo nona, Boleh aku tanya sesuatu” ucapku


“Iya silahkan” kata si pelayan
“Apakah disini adakah pelayan yang bernama Raina?”

“Iya ada, tap..”


“Dimana dia sekarang?” tanyaku bersemangat. Pelayan itu lalu duduk di
kursi depanku, dia menunduk

“Sebelumnya saya minta maaf tuan, sebenarnya Raina.. raina sudah


meninggal”

Terlihat bulir air mata menetes di pipinya. Aku kaget dan tak percaya

“Dia dulu sangat menyukai hujan..tuan, mungkin sekarang tidak. Waktu itu,
satu minggu yang lalu, saat kota ini hujan deras dia pulang dari Toko larut
malam. Dia berniat naik bus, aku sudah memperingatinya agar tidak pulang
sendirian, dia orang yang egois dia tetap bersikeras. Raina saat itu..
dihadang oleh preman kota ini, lalu ia dirampok dan dibunuh secara
mengenaskan. Dengan wajah hancur sampai hampir tak dikenali dan kaki
patah sebelah”

Pelayan itu menangis di hadapanku, tak terasa badanku lemas dan kakiku
bergetar hebat. Ingin rasanya ku menangis sejadi jadinya.

Malam harinya aku seperti biasa menunggu bus sendiri, malam ini tidak
hujan tetapi juga tak begitu terang.
Gerimis pun datang, entah kenapa saat itu aku merinding.

Tak tak tak

Suara itu? Seseorang sedang mendekat kepadaku, Tak berani ku menoleh


menatapnya.
Tiba tiba suara itu hilang, kucoba melihat lihat keadaan sekitar, mataku
melihat gadis di seberang jalan sana di bawah lampu redup. Mukanya
hancur tak dapat kukenali, rambut yang begitu kotor, dan kakinya patah.
Dia berusaha berjalan ke arahku dengan kaki satunya terseret di Aspal itu,
aku berjalan mundur.
Dia tertawa nyaring

“Hahaha. Masihkah kau mau menemaniku Ziko? Hahaha”


“Mana Janjimu Ziko? HAHAHAHA”
Saat itu aku sudah tak sadarkan diri.

“Ziko Ziko bangun” Banyak orang di sekitarku, ternyata aku ada di rumah
sakit
“Kenapa aku ada disini?”
“Semalam kau pingsan di jalan dekat Halte. Aku membawamu pulang, dan
kau masih pingsan cukup lama aku lalu membawamu ke Rumah Sakit” Jelas
Bapak warga Daerah Kantorku
“Terimakasih ya pak”

Setelah sembuh total, kujalani aktivitas seperti biasa dan sekarang semua
karyawan dipulangkan Sebelum jam 22.00.

Teror Gadis Hujan ini terus berlanjut sampai sekarang.

Cerpen Karangan: Amara Lintang


Blog / Facebook: Amara Lintang
Cerpen Gadis Hujan merupakan cerita pendek karangan Amara Lintang, kamu dapat mengunjungi
halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

Anda mungkin juga menyukai