Disusun Oleh:
Tabel 1
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018 – 2022
Harga Konstan
Kategori Tahun
2018 2019 2020 2021 2022
A Rp 2.725.292,10 Rp 2.752.912,59 Rp 2.846.167,20 Rp 2.269.583,78 Rp 3.009.711,27
B Rp 175.047,94 Rp 180.071,54 Rp 166.305,63 Rp 164.684,69 Rp 167.506,50
C Rp 1.227.040,25 Rp 1.300.664,94 Rp 1.239.342,85 Rp 1.240.866,12 Rp 1.268.574,18
D Rp 13.925,97 Rp 14.409,31 Rp 14.212,92 Rp 14.585,54 Rp 15.532,42
E Rp 19.890,70 Rp 22.074,35 Rp 22.151,25 Rp 23.682,86 Rp 24.484,80
F Rp 1.269.887,78 Rp 1.368.864,19 Rp 1.191.992,38 Rp 1.319.941,72 Rp 1.409.416,66
G Rp 1.249.323,66 Rp 1.314.100,74 Rp 1.264.831,06 Rp 1.296.366,77 Rp 1.360.243,77
H Rp 653.464,64 Rp 693.289,44 Rp 606.646,85 Rp 638.703,72 Rp 731.557,98
I Rp 747.211,91 Rp 806.278,14 Rp 760.370,10 Rp 843.088,07 Rp 917.692,80
J Rp 1.258.021,53 Rp 1.368.387,50 Rp 1.636.392,39 Rp 1.912.499,22 Rp 1.982.514,47
K Rp 272.032,74 Rp 298.146,84 Rp 290.345,80 Rp 297.101,82 Rp 313.397,67
L Rp 471.461,00 Rp 503.841,28 Rp 510.391,74 Rp 513.036,87 Rp 527.608,18
M,N Rp 66.419,77 Rp 71.416,43 Rp 60.992,77 Rp 65.945,45 Rp 70.512,40
O Rp 1.134.466,80 Rp 1.171.350,50 Rp 1.146.288,62 Rp 1.123.957,80 Rp 1.155.228,20
P Rp 861.120,40 Rp 915.827,35 Rp 358.749,28 Rp 1.007.732,63 Rp 1.018.369,43
Q Rp 280.269,73 Rp 299.431,51 Rp 439.728,64 Rp 374.513,59 Rp 390.194,47
R,S,T, dan
Rp 490.063,90 Rp 524.008,19 Rp 439.438,93 Rp 521.497,79 Rp 628.631,60
U
Jumlah Rp 12.914.940,81 Rp 13.605.074,84 Rp 13.605.074,84 Rp 14.227.788,44 Rp 14.991.176,80
Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul, 2023
Keterangan:
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
B. Pertambangan dan Penggalian
C.Industri Pengolahan
D.Pengadaan Listrik dan Gas
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan
I.Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
J. Informasi dan Komunikasi
K. Jasa Keuangan dan Asuransi
L.Real Estate
M, N. Jasa Perusahaan
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R, S, T, U. Jasa lainnya
A. Pertanian,
O. Administrasi
Kehutanan, dan
Pemerintahan,
Perikanan
Pertahanan dan
20%
Jaminan Sosial
Wajib
8%
C. Industri
Pengolahan
8%
F. Konstruksi
9%
J. Informasi dan
Komunikasi
13% G. Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
9%
Gambar 1
Diagram Kontribusi Sektor PDRB Lapangan Usaha
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2022
Sumber: Hasil Analisis, 2023
Berdasarkan data PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018 – 2022, perekonomian
Kabupaten Gunungkidul memiliki perkembangan perekonomian yang fluktuatif. Diketahui
bahwa pada tahun 2020, PDRB Kabupaten Gunungkidul mengalami penurunan yang cukup
signifikan, hal ini disebabkan oleh adanya pandemi COVID-19 yang mempengaruhi
pendapatan seluruh sektor di Kabupaten Gunungkidul. Kemudian selama lima tahunterakhir,
sektor primer hasil bumi yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mendominasi
perekonomian Kabupaten Gunungkidul. Pendapatan yang besar tersebut sejalan dengan
potensi hasil bumi Kabupaten Gunungkidul yang berlimpah serta mempunyai produksi yang
tinggi setiap tahunnya. Selain itu, sektor yang menjadi alternatif yang menyumbang kontribusi
besar bagi PDRB Kabupaten Gunungkidul yaitu sektor Informasi dan Komunikasi,
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Industri Pengolahan, dan
Konstruksi.
2. Nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Tabel 2
Nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan PDRB menurut Pengeluaran
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018 – 2022
Komponen PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran (Juta Rupiah)
Pengeluaran 2018 2019 2020 2021 2022
Pengeluaran
Konsumsi
Rumah Rp 7.921.887,84 Rp 8.231.502,98 Rp 8.181.136,23 Rp 8.381.762,17 Rp 8.592.814,42
Tangga
Pengeluaran
Konsumsi LNPRT Rp 147.194,89 Rp 161.578,46 Rp 152.583,80 Rp 153.355,54 Rp 162.157,13
Pengeluara
n Konsumsi
Pemerintah Rp 1.847.810,42 Rp 1.900.736,62 Rp 1.883.381,67 Rp 1.898.145,20 Rp 1.908.581,37
Pembentukan
Modal Rp 3.238.866,03 Rp 3.453.251,28 Rp 3.260.972,14 Rp 3.612.651,91 Rp 3.837.967,02
Tetap Bruto
PDRB Rp 13.155.759,18 Rp 13.747.069,34 Rp 13.478.073,84 Rp 14.045.914,82 Rp 14.501.519,94
Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul, 2023
B. ANALISIS
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) merupakan suatu indikator ekonomi makro
yang menggambarkan seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam
periode waktu tertentu. Indikator ini dapat juga dipakai untuk menentukan arah
kebijakaan pembangunan yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui
dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB
sebelumnya(PDRBt – 1), dengan rumus Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) sebagai
berikut :
𝑷𝑫𝑹𝑩𝒕 − 𝑷𝑫𝑹𝑩𝒕−𝟏
𝑷𝒆𝒓𝒕𝒖𝒎𝒃𝒖𝒉𝒂𝒏 𝑷𝑫𝑹𝑩𝒕−𝟏 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎
𝑷𝑫𝑹𝑩𝒕−𝟏
Keterangan :
PDRBt = Produk Domestik Bruto (pendapatan rill) pada tahun t
PDRBt-1= Produk Domestik Bruto (pendapatan rill) pada tahun sebelumnya
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
2019 2020 2021 2022
-1.00
Gambar 2
Grafik Perkembangan Nilai Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2019 - 2022
Sumber: Hasil Analisis, 2021
𝑲
𝑪𝑶𝑹 =
𝒀
0.26
0.25
0.25
0.24
0.24
0.23
2018 2019 2020 2021 2022
Gambar 3
Grafik Perkembangan Nilai COR Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018-2022
Sumber: Hasil Analisis, 2023
3. Incremental Capital Output Ratio (ICOR)
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah suatu besaran yang
menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk
menaikkan/menambah satu unit output, besaran ICOR diperoleh dengan
membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output.
ICOR ini dapat menentukan laju pertumbuhan ekonomi dan dapat menguji
kosistensi antar target pertumbuhan ekonomi dengan tambahin modalnya yang
mungkin akan dapat terkumpul dari tabungan investasi yang telah berjalan (Arsyad,
1999). Perhitungan ICOR sangat dibutuhkan dalam menentukan seberapa besar
kebutuhan investasi pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tumbuh dan
dengan ICOR dapat dilihat seberapa efektif dan efisien investasi yang ditanamkan
pada periode tertentu.
Secara matematis rumus yang digunakan untuk menghitung ICOR sebagai
berikut:
𝜟𝑲
𝑰𝑪𝑶𝑹 =
𝜟𝒀
Keterangan:
∆K : Investasi atau penambahan barang modal baru/kapasitas terpasang.
∆Y : Pertambahan / Pertumbuhan output
Tahun PMTB (Juta Rupiah) PDRB (Juta Rupiah) LPE (%) ICOR (lag-0) ICOR (lag-1) ICOR (lag-2)
2018 Rp 3.238.866,03 Rp 12.914.940,81
2019 Rp 3.453.251,28 Rp 13.605.074,84 5.34 5.01 4.70
2020 Rp 3.260.972,14 Rp 13.512.438,93 -0.68 -35.25 -37.33 4.74
2021 Rp 3.612.651,91 Rp 14.227.788,44 5.29 5.05 4.56 4.80
2022 Rp 3.837.967,02 Rp 14.991.176,80 5.37 5.02 4.73 4.49
Rata-rata Rp 3.480.741,68 Rp 13.850.283,96 3.83 -5.04 -5.83 4.68
Sumber: Hasil Analisis, 2023
10
5
0
-5 2018 2019 2020 2021 2022
-10
-15
-20
-25
-30
-35
-40
Gambar 4
Grafik Perkembangan Nilai ICOR
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2019 – 2022
Sumber: Hasil Analisis, 2023
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sektor yang memberikan kontribusi tinggi bagi PDRB Kabupaten Gunungkidul pada
tahun 2022 adalah sektor primer yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
sebesar 20% dari total PDRB. Hal tersebut dikarenakan tingkat produksi hasil bumi
yang dapat dihasilkan Kabupaten Gunungkidul memiliki nilai yang cukup tinggi
setiap tahunnya dengan didukung potensi sebaran kawasan pertanian, hutan, dan
perikanan yang besar.
SARAN
Melihat nilai ICOR Kabupaten Gunuungkidul yang cukup rendah, hal menjadi focus
bagi pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk dapat menarik investor yang dapat
mengalokasikan dana untuk merangsang dan memberikan stimulus bagi pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Gunungkidul. Khususnya investasi pada beberapa sektor yang
potensial untuk berkembang di Kabupaten Gunungkidul diantaranya yaitu sektor
Pertanian, Kehutanan, Perikanan, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor Industri
Pengolahan, dan Sektor Konstruksi. Adapun hal yang dapat dilakukan pemerintah
untuk merealisasikan hal tersebut yaitu salah satunya dengan dilakukan penyusunan
Rencana Aksi Peningkatan Pendapatan Daerah, sebagai strategi untuk memperoleh
pembiayaan dari investor sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi serta
pembangunan daerah.