Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN melalui


Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban
Tanah dan Ruang memiliki tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pengendalian pemanfaatan
ruang, pengendalian alih fungsi lahan,
pengendalian wilayah pesisir, pulau-pulau kecil,
perbatasan dan wilayah tertentu, penertiban dan
pemanfaatan ruang dan penertiban, penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
Dalam Ketentuan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 01
Tahun 2014, pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah
suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian
sumber Daya Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antara
pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta
antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Dalam mewujudkan hal tersebut, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melalui Direktorat Jenderal
Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang melaksanakan kegiatan
pengawasan dan pengendalian melalui kegiatan pemantauan dan evaluasi di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Melalui Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan


Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, Direktorat Pengendalian Hak Tanah, Alih Fungsi
Lahan, Kepulauan dan Wilayah Tertentu melalui Subdirektorat Pengendalian
Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah tertentu
memiliki tugas menyiapkan dan melaksanakan kebijakan, program serta
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

melakukan pemantauan dan evaluasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau


Kecil. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian pertanahan di
tahun anggaran 2022 yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengendalian Hak
Tanah, Alih Fungsi Lahan, Kepulauan dan Wilayah Tertentu yaitu untuk
pemantauan dan evaluasi pulau-pulau kecil kepemilikan asing dilaksanakan
di Provinsi Bali, Provinsi Kepulauan Riau, DKI Jakarta dan Provinsi NTT.
Untuk kegiatan pemantauan dan evaluasi wilayah pesisir yang dilaksanakan
oleh Kementerian yaitu di Provinsi Kalimantan Timur, adapun yang
dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi dilaksanakan di Provinsi
Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Bengkulu dan
Provinsi Lampung.

Jakarta, 2022

Direktur Jenderal Pengendalian dan


Penertiban Tanah dan Ruang

Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP.


NIP. 19651015 199102 1 001

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


ii
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1
B. DASAR HUKUM .............................................................................. 3
C. DEFINISI ........................................................................................ 4
D. MAKSUD DAN TUJUAN .................................................................. 6
E. SASARAN ....................................................................................... 6
F. RUANG LINGKUP ........................................................................... 7
BAB II PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL ............................................... 8
A. OBJEK PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL ............................................................. 8
B. PELAKSANA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL ............................................... 9
C. TAHAPAN PELAKSANAAN ............................................................. 10
1. Inventarisasi Data WP3K ........................................................ 12
2. Penentuan Area of Interest (AOI) Pengawasan dan Pengendalian
WP3K ..................................................................................... 12
3. Penetapan Objek ..................................................................... 12
4. Pengumpulan Dokumen ......................................................... 14
5. Pra Survei ............................................................................... 14
6. Pemantauan Lapang ............................................................... 16
7. Pengolahan Data..................................................................... 19
8. Analisis Data .......................................................................... 22
9. Pertimbangan/Rekomendasi ................................................... 24
10. Pelaporan ............................................................................... 25
BAB III PENUTUP ................................................................................... 26

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


iii
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bisnis Proses Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian WP3K ........... 11

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


iv
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Tabel Inventarisasi Data WP3K


LAMPIRAN 2 Surat Keputusan (SK) Penetapan Objek Pengawasan dan
Pengendalian WP3K
LAMPIRAN 3 Daftar Objek Pengawasan dan Pengendalian WP3K
LAMPIRAN 4 Peta Kerja
LAMPIRAN 5 Formulir Pemantauan Lapang Kegiatan Pengawasan dan
Pengendalian WP3K
LAMPIRAN 6 Berita Acara Lapang
LAMPIRAN 7 Surat Pemberitahuan kepada Pemegang Hak
LAMPIRAN 8 Peta Penguasaan Pulau-Pulau Kecil
LAMPIRAN 9 Peta Indikasi Persebaran Bidang Tanah Penguasaan Asing
dan Privatisasi
LAMPIRAN 10 Peta Kesesuaian Peruntukan Penggunaan Tanah dengan
RTR, Peruntukkan Pemberian Hak dan/atau Izin, Konsesi
LAMPIRAN 11 Peta Persebaran Bidang Tanah Terdampak Perubahan Fisik
LAMPIRAN 12 Format Telaah Staf Pengawasan dan Pengendalian Wilayah
Pesisir
LAMPIRAN 13 Format Telaah Staf Pengawasan dan Pengendalian Pulau-
Pulau Kecil
LAMPIRAN 14 Format Pelaporan

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


v
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas lebih dari


17.000 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km2, dengan panjang
garis pantai tersebut, Indonesia dikenal juga sebagai negara yang
memiliki wilayah pesisir yang sangat luas. Sebagai wilayah peralihan
antara daratan dan lautan, di wilayah pesisir terdapat ekosistem yang
beragam dan produktif dengan potensi sumber daya alam yang
melimpah.
Kekayaan sumberdaya alam tersebut menimbulkan tingginya konflik
kepentingan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, sehingga
diperlukan upaya pengawasan dan pengendalian untuk mengatur
aktivitas di atasnya. Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
menyebutkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
adalah suatu pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan,
dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang
dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antar sektor, antara
ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Wilayah pesisir selain digunakan dan dimanfaatkan sebagai tempat
keperluan industri, pariwisata, dan kepentingan umum lainnya, juga oleh
masyarakat sekitar digunakan sebagai tempat bermukim. Namun, pada
umumnya tanah yang digunakan sebagai tempat bermukim oleh
masyarakat tersebut adalah tanah yang dikuasai oleh negara dan hanya
dikuasai secara fisik oleh masyarakat. Hingga saat ini masyarakat yang
tinggal dan bermukim di wilayah pesisir masih belum memiliki suatu alas

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


1
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

hak terhadap tanah tersebut, sehingga tidak ada kepastian hukum


terhadap status penguasaannya.
Selain itu, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang rentan
mengalami perubahan fisik. Perubahan fisik tersebut dapat terjadi baik
disebabkan oleh perubahan secara alami seperti abrasi yang berdampak
terhadap terjadinya tanah musnah dan hilangnya hak atas tanah milik
masyarakat, serta perubahan secara buatan berupa reklamasi terutama
yang tidak memenuhi ketentuan perizinan sehingga berpotensi
berdampak terhadap degradasi ekosistem pesisir.
Terhadap pulau-pulau kecil, isu yang sedang marak adalah
penguasaan pulau yang dilakukan oleh pihak asing serta penguasaan
pulau secara keseluruhan yang bertentangan dengan ketentuan
Peraturan perundang-undangan. Penguasaan pihak asing menggunakan
modus penyelundupan hukum yang disebut perjanjian nominee. Modus
ini digunakan oleh pihak asing tersebut untuk mendapatkan tanah
dengan status hak milik. Kasus seperti itu dapat dilihat dalam putusan
Mahkamah Agung Nomor: 787/Pdt.G/2014/PN.DPS. tentang perkara
perdata mengenai perjanjian nominee di Pulau Bali. Isu mengenai
penguasaan pulau baik oleh masyarakat, pihak swasta maupun pihak
asing saat ini adalah adanya penguasaan pulau yang melebihi batas
maksimum penguasaan, hal ini bertentangan dengan ketentuan Pasal 9
Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Penataan
Pertanahan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Pada Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP3K) terdapat berbagai
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T) yang
dalam perkembangannya telah mengarah kepada indikasi pelanggaran
Peraturan yang berlaku, sehingga perlu upaya pengawasan dan
pengendalian. Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan untuk memastikan P4T di WP3K
berjalan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu, juga diperlukan upaya pengendalian terhadap terjadinya

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


2
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

perubahan fisik wilayah pesisir baik perubahan secara alami maupun


perubahan secara buatan.
Untuk memberikan pedoman pengawasan dan pengendalian di WP3K,
maka perlu disusun petunjuk teknis ini sebagai landasan dan pedoman
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian WP3K baik di Pusat maupun
di Daerah.

B. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang


Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 Tentang
Cipta Kerja;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004
Tentang Penatagunaan Tanah;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017
tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak
Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran
Tanah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Kehutanan;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2021
Tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan,
Izin, dan/atau Hak Atas Tanah;

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


3
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2020


Tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2020
Tentang Badan Pertanahan Nasional;
13. Peraturan Menteri Negara Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Penataan
Pertanahan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
14. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 18 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Penatausahaan
Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat;
15. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
16. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan;
17. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang /Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Tata Cara
Penetapan Hak Pengelolaan dan Hak Atas Tanah.

C. DEFINISI

Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan:


1. Pengawasan dan pengendalian adalah proses dan cara untuk
mengawasi dan mengendalikan.
2. Penguasaan tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang,
kelompok orang, badan hukum, atau instansi pemerintah dengan
tanah.
3. Pemilikan tanah adalah hubungan hukum orang per orang,
kelompok orang, atau badan hukum, yang dilengkapi dengan bukti
kepemilikan, baik yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar.
4. Penggunaan tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang
merupakan bentuk alami maupun buatan manusia.

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


4
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

5. Pemanfaatan tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan nilai tambah


tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya.
6. Hak atas tanah adalah hak yang diperoleh dari hubungan hukum
antara pemegang hak dengan tanah termasuk ruang di atas tanah
dan/atau ruang di bawah tanah untuk menguasai, memiliki,
menggunakan, dan memanfaatkan, serta memelihara tanah, ruang di
atas tanah, dan/atau ruang di bawah tanah.
7. Pemantauan adalah kegiatan mengamati dan mengidentifikasi
penguasaan tanah, pemilikan tanah, penggunaan tanah, dan
pemanfaatan tanah.
8. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan antara hasil
pemantauan dengan kesesuaian penguasaan tanah, pemilikan tanah,
penggunaan tanah, dan pemanfaatan tanah dan ketentuan Peraturan
perundang-undangan.
9. Rencana Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah hasil
perencanaan tata ruang.
10. Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara pengaruh perairan
dan daratan, ke arah daratan mencakup wilayah administrasi;
11. Pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan
2.000 Km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan
ekosistemnya.
12. Desa pesisir adalah desa/kelurahan termasuk nagari atau lainnya
yang memiliki wilayah yang berbatasan dengan garis pantai/laut (atau
merupakan desa pulau) dengan sumber kehidupan masyarakatnya
sebagian besar tergantung pada potensi laut.
13. Neraca Penatagunaan Tanah yang selanjutnya disebut NPGT adalah
perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan penguasaan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah menurut fungsi kawasan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
14. Keterlanjuran adalah kondisi di mana Izin, Konsesi, Hak Atas Tanah,
dan/atau Hak Pengelolaan yang diterbitkan berdasarkan ketentuan
Peraturan perundang-undangan yang pada saat itu berlaku, namun

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


5
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

menjadi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-


undangan yang berlaku saat ini.
15. Pelanggaran adalah kondisi di mana Izin, Konsesi, Hak Atas Tanah,
dan/atau Hak Pengelolaan yang diterbitkan tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan perundang-undangan.
16. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang.
17. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang.
18. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal yang membidangi
pengendalian dan penertiban tanah dan ruang.
19. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang membidangi
pengendalian dan penertiban tanah dan ruang.
20. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut
Kantor Wilayah adalah instansi vertikal Kementerian di provinsi.
21. Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Kementerian di
Kabupaten/Kota.

D. MAKSUD DAN TUJUAN

Petunjuk Teknis Pengawasan dan Pengendalian WP3K dimaksudkan


agar petugas pelaksana melakukan kegiatan pengawasan dan
pengendalian WP3K secara akurat dan akuntabel.
Sedangkan tujuan petunjuk teknis ini adalah terwujudnya
pemahaman secara substansial terhadap ketentuan-ketentuan terkait
pengawasan dan pengendalian WP3K serta kesamaan proses
pelaksanaan kegiatan di Kantor Wilayah dan di Kementerian ATR/BPN.

E. SASARAN

Sasaran yang ingin diwujudkan dengan diterbitkannya Petunjuk


Teknis ini adalah:
1. Terlaksananya pengawasan dan pengendalian WP3K; dan
2. Tersusunnya pertimbangan/rekomendasi hasil pengawasan dan
pengendalian WP3K.
JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN
6
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

F. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari Petunjuk Teknis ini meliputi:


1. Objek pengawasan dan pengendalian WP3K meliputi bidang tanah
yang telah diberikan hak atas tanah, bidang tanah atau area yg belum
diberikan hak atas tanah namun telah memperoleh Dasar Penguasaan
Atas Tanah (DPAT), bidang tanah atau area yang telah dikuasai oleh
masyarakat adat/ulayat dan tanah negara di WP3K;
2. Pelaksana pengawasan dan pengendalian WP3K yaitu unit kerja yang
membidangi pengendalian pertanahan di Kementerian dan di Kantor
Wilayah baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun secara
kontraktual;
3. Tahapan Kegiatan meliputi penetapan objek, pemantauan,
pengolahan data, analisis, pertimbangan/rekomendasi, dan
pelaporan.

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


7
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

BAB II
PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

A. OBJEK PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


PULAU-PULAU KECIL

Objek pengawasan dan pengendalian berupa tanah yang berada pada


wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari:
1. Bidang tanah yang telah diberikan hak atas tanah
Objek pengawasan dan pengendalian berupa hak atas tanah, terdiri
dari:
a. Hak Milik;
b. Hak Guna Usaha;
c. Hak Guna Bangunan;
d. Hak Pakai;
e. Hak Atas Tanah di atas Hak Pengelolaan; dan
f. Hak Pengelolaan.
2. Bidang tanah atau area yang belum diberikan hak atas tanah namun
telah memperoleh DPAT
Objek DPAT di WP3K sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Akta jual beli atas hak tanah yang sudah bersertipikat yang belum
dibalik nama;
b. Akta jual beli atas hak milik adat yang belum diterbitkan
sertipikatnya;
c. Surat izin menghuni;
d. Risalah lelang;
e. Keputusan pelepasan kawasan hutan; atau
f. Bukti penguasaan lainnya dari pejabat yang berwenang.
3. Bidang tanah atau area yang telah dikuasai oleh masyarakat
adat/ulayat

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


8
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Objek bidang tanah atau area yang telah dikuasai oleh masyarakat
adat/ulayat yaitu tanah persekutuan yang berada di wilayah
masyarakat hukum adat yang menurut kenyataannya masih ada.
4. Tanah Negara
Objek bidang tanah negara meliputi:
a. Tanah negara bebas; dan
b. Tanah negara yang telah dikuasai oleh masyarakat.

B. PELAKSANA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR


DAN PULAU-PULAU KECIL

Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian WP3K di Kantor Wilayah


dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Bidang Pengendalian dan
Penanganan Sengketa. Sedangkan kegiatan Pengawasan dan
Pengendalian WP3K di Kementerian ATR/BPN dilaksanakan dan
dikoordinasikan oleh Direktorat Pengendalian Hak Tanah, Alih Fungsi
Lahan, Kepulauan dan Wilayah Tertentu. Dalam hal terdapat kebijakan
Menteri yang bersifat strategis, Kementerian dapat melakukan
Pengawasan dan Pengendalian terhadap objek yang menjadi kewenangan
Kantor Wilayah. Penunjukan pelaksana pengawasan dan pengendalian
WP3K dituangkan dalam Surat Tugas oleh kepala unit kerja masing-
masing. Petugas pelaksana yang ditunjuk adalah petugas pelaksana di
lingkungan unit yang membidangi pengendalian pertanahan, dapat
menambah personil dari unit lain, atau dapat melibatkan tenaga
ahli/pihak ketiga.
Pengawasan dan Pengendalian Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil,
sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh Kementerian dan Kantor
Wilayah sesuai dengan pembagian kewenangan. Pembagian kewenangan
sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. Kementerian melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah penyangga Ibu Kota
Negara (IKN) meliputi Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten
Penajam Paser Utara.

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


9
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

b. Kantor Wilayah melaksanakan Pengawasan dan Pengendalian


terhadap wilayah pesisir sesuai dengan DIPA tahun anggaran 2022.

C. TAHAPAN PELAKSANAAN

Tahapan pelaksanaan baik di Kementerian maupun di Kantor


Wilayah, terdiri dari:
1. Inventarisasi data WP3K;
2. Penentuan Area of Interest (AOI) Pengawasan dan Pengendalian WP3K;
3. Penetapan objek;
4. Pengumpulan dokumen
5. Pra survei
6. Pemantauan lapang;
7. Pengolahan data;
8. Analisis;
9. Pertimbangan/rekomendasi; dan
10. Pelaporan.
Adapun tahapan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian adalah
sebagai berikut:

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


10
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Gambar 2.1 Bisnis Proses Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian WP3K

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


11
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

1. Inventarisasi Data WP3K

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data, yang


meliputi :
a. Data P4T yang bersumber dari Direktorat Jenderal Survei dan
Pemetaan Pertanahan dan Ruang serta Direktorat Jenderal
Penataan Agraria;
b. Data NPGT yang bersumber dari Direktorat Jenderal Penataan
Agraria; dan
c. Data Tanah Terdaftar yang bersumber dari Komputerisasi
Kegiatan Pertanahan.

Hasil inventarisasi dituangkan dalam tabel inventarisasi data


WP3K dengan format sebagaimana Lampiran 1

2. Penentuan Area of Interest (AOI) Pengawasan dan Pengendalian


WP3K

Cakupan Area Pengawasan dan Pengendalian WP3K yaitu sebagai


berikut:
a. Pada Wilayah Pesisir merupakan desa pesisir; dan
b. Pada Pulau-Pulau Kecil merupakan pulau dengan luas lebih kecil
atau sama dengan 2.000 Km2 beserta kesatuan ekosistemnya.

3. Penetapan Objek

Objek pengawasan dan pengendalian WP3K harus memenuhi


kriteria sebagai berikut:
1. Bangunan yang berada pada area 100 m dari garis pantai ke arah
darat.
Tujuannya untuk memastikan adanya kepemilikan asing dan
privatisasi pada WP3K;
2. Penguasaan pulau yang melebihi batas maksimum.
Tujuannya untuk memastikan ada/tidaknya penguasaan atas
pulau-pulau kecil yang melebihi batas maksimum sebagaimana
diatur dalam Pasal 9 Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/
JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN
12
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2016 tentang


Penataan Pertanahan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
yang menyebutkan bahwa “Pemberian hak atas tanah di pulau-
pulau kecil harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. penguasaan atas pulau-pulau kecil paling banyak 70% (tujuh
puluh persen) dari luas pulau, atau sesuai dengan arahan
rencana tata ruang wilayah provinsi/kabupaten/kota dan/atau
rencana zonasi pulau kecil tersebut;
b. sisa paling sedikit 30% (tiga puluh persen) luas pulau kecil yang
ada dikuasai langsung oleh negara dan digunakan dan
dimanfaatkan untuk kawasan lindung, area publik atau
kepentingan masyarakat; dan
c. harus mengalokasikan 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau
untuk kawasan lindung.
3. Bidang tanah terdaftar dan belum terdaftar
Tujuannya untuk memastikan kesesuaian peruntukan
penggunaan terhadap:
a. Rencana Tata Ruang (RTR)
b. Surat Keputusan pemberian hak.
c. Surat Pemberian izin/konsesi.
4. Tanah yang mengalami perubahan fisik
Tujuannya untuk memastikan ada/tidaknya bidang tanah yang
mengalami perubahan fisik baik secara alami maupun buatan
seperti abrasi, reklamasi dan bencana alam lainnya.
Kegiatan dalam rangka penetapan objek pengawasan dan
pengendalian WP3K meliputi:
a. Penyusunan konsep Surat Keputusan (SK) Penetapan Objek
Pengawasan dan Pengendalian WP3K dengan format sebagaimana
Lampiran 2;
b. Pengesahan/penandatanganan SK oleh Kepala Unit Kerja masing-
masing; dan

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


13
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

c. Surat Keputusan dilampiri Daftar Objek Pengawasan dan


Pengendalian WP3K sebagaimana dimaksud pada format
Lampiran 3.

4. Pengumpulan Dokumen

Pengumpulan data awal berupa data tekstual dan data spasial.


Data tekstual berupa:
a. Salinan keputusan pemberian Hak Atas Tanah/Hak Atas Tanah di
atas Hak Pengelolaan/Hak Pengelolaan/DPAT;
b. Buku tanah;
c. Surat ukur/gambar ukur;
d. Warkah pendaftaran tanah;
e. Dokumen tanggung jawab sosial dan lingkungan (untuk badan
hukum);
f. Data pendukung lainnya.

Data spasial berupa:


a. Peta garis pantai/batas fisik;
b. Peta batas pulau;
c. Peta bidang tanah;
d. Peta pertimbangan teknis pertanahan
e. Peta kawasan hutan;
f. Peta RTR;
g. Peta dasar;
h. Peta penguasaan tanah;
i. Peta penggunaan/pemanfaatan tanah; dan
j. Data spasial lainnya yang diperlukan.

5. Pra Survei

Pra survei merupakan kegiatan pembuatan peta kerja WP3K yang


diperoleh dari hasil tumpang susun data spasial dan tekstual serta
interpretasi citra satelit resolusi tinggi. Peta kerja sebagaimana

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


14
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

dimaksud seperti pada Lampiran 4. Peta kerja yang dihasilkan terdiri


dari:
1. Peta Kerja Wilayah Pesisir meliputi:
a) Peta Perubahan Fisik
Dengan melakukan tumpang susun antara data spasial
berikut:
- Garis Pantai
- Bidang Tanah
- CSRT
- Batas Administrasi
b) Peta Penggunaan Tanah
Dengan melakukan tumpang susun antara data spasial
berikut:
- NPGT
- Batas Administrasi
c) Peta Indikasi Pemilikan Asing dan Privatisasi
Dengan melakukan tumpang susun antara data spasial
berikut:
- Pemilikan Tanah
- Batas Administrasi
- Persebaran Pelaku Usaha Hotel/Resort (Kementerian
Kelautan dan Perikanan)
2. Peta Kerja Pulau-Pulau Kecil meliputi:
a) Peta Penguasaan
Dengan melakukan tumpang susun antara data spasial
berikut:
- Batas Pulau
- Bidang Tanah
b) Peta Indikasi Pemilikan Asing dan Privatisasi
Dengan melakukan tumpang susun antara data spasial
berikut:
- Pemilikan Tanah
JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN
15
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

- Batas Administrasi
- Persebaran Pelaku Usaha Hotel/Resort (Kementerian
Kelautan dan Perikanan)
Interpretasi citra satelit menggunakan citra satelit resolusi tinggi
dengan resolusi spasial paling rendah sebesar 0,5 (nol koma lima)
meter. Apabila tidak tersedia, maka dapat dilakukan dengan citra
satelit dengan resolusi spasial paling rendah 2,5 (dua koma lima)
meter.
Dalam hal hasil interpretasi citra satelit telah akurat maka tidak
perlu dilakukan pemantauan lapang dan dapat langsung dilakukan
pengolahan dan analisis data. Jika hasil interpretasi citra satelit
terdapat hal yang masih meragukan, maka perlu dilakukan
pemantauan lapang apabila memenuhi sebagian atau keseluruhan
kriteria sebagai berikut:
1. Pemanfaatan tanah tidak terlihat jelas karena tertutup awan.
2. Bentuk upaya pemeliharaan lingkungan hidup tidak
seluruhnya terlihat dengan citra.
3. Pola ruang tidak sesuai dengan peruntukan pemberian hak.
4. Faktor perubahan fisik tidak diketahui.
5. Bentuk bangunan yang meragukan.
6. Terindikasi penguasaan melebihi batas hak.
Pemantauan pada bidang tanah ini dilakukan secara ground
check dengan cara tracking dan marking.

6. Pemantauan Lapang

Pemantauan lapang dilakukan melalui survei lapang. Survei


lapang ini dilakukan untuk memastikan keakuratan interpretasi citra
satelit dengan tahapan sebagai berikut:

1. Penyusunan jadwal;
Jadwal pelaksanaan pemantauan WP3K disusun berdasarkan
tahapan dalam 1 (satu) tahun anggaran. Perubahan jadwal dapat
dilakukan pada saat berjalannya pelaksanaan kegiatan disesuaikan
JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN
16
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

dengan kondisi dan pertimbangan lainnya, antara lain terkait


ketersediaan SDM, mobilisasi tim, dan kapasitas kerja.

2. Penyiapan Alat dan Bahan


a. Alat yang harus disiapkan diantaranya adalah GPS handheld,
drone, kamera, dan ATK.
b. Penyiapan bahan pemantauan antara lain:
- Data spasial dan tekstual Hak Atas Tanah, Hak Atas Tanah
di atas Hak Pengelolaan, Hak Pengelolaan, dan Dasar
Penguasaan Atas Tanah;
- Data citra satelit resolusi tinggi;
- Data spasial dan tekstual P4T;
- Data spasial NPGT;
- Data spasial garis pantai;
- Data spasial batas pulau;
- Formulir Pemantauan Lapang Kegiatan Pemantauan dan
Evaluasi WP3K sebagaimana Lampiran 5;
- Berita Acara Lapang sebagaimana Lampiran 6;
- Dokumen pendukung lainnya.

3. Pemberitahuan kepada Pemegang Hak


Pemberitahuan kepada pemegang hak tentang pelaksanaan
pengawasan dan pengendalian WP3K disampaikan melalui surat
dengan format sesuai dengan Lampiran 7. Pemberitahuan
disampaikan kepada pemegang hak sesuai alamat atau domisili
pemegang hak. Dalam hal alamat atau domisili tidak diketahui atau
tidak sesuai, pemberitahuan dilakukan melalui:
- Kantor pertanahan setempat; dan
- Kantor desa/kelurahan setempat.

4. Penyiapan Bahan Administrasi


Bahan administrasi yang disiapkan berupa Surat Tugas dan
Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD). Surat Tugas dan SPPD
tersebut ditandatangani oleh Kepala unit kerja masing-masing.
JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN
17
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

5. Pengamatan di lapangan
Tahapan ini merupakan kegiatan melihat, mengamati, meneliti,
mencatat, dan mendokumentasikan terkait objek yang ada di
lapangan dengan menggunakan peta kerja. Hal-hal yang diamati
dalam pelaksanaan pemantauan antara lain:

a. Penguasaan Tanah
Dilakukan dengan mengambil titik koordinat pada tiap-tiap batas
penguasaan dengan cara tracking dan marking, kemudian dilakukan
deliniasi batas penguasaan pada peta kerja, selanjutnya
dibandingkan dengan luas pulau. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui ada atau tidaknya penguasaan pulau yang melebihi
batas maksimum.

b. Pemilikan Tanah
Dilakukan melalui wawancara langsung untuk mendapatkan
data dan informasi yang lengkap. Wawancara dilakukan kepada:
- Pemegang hak/pihak yang menguasai
- Kantor Pertanahan;
- Instansi terkait;
- Masyarakat sekitar lokasi objek;
- Tokoh masyarakat; dan
- Perangkat desa/kelurahan.
Hasil wawancara dituangkan dalam suatu format kuisioner yang
disetujui dan ditandatangani oleh subjek yang diwawancara.
Seandainya tidak memungkinkan diperoleh persetujuan, cukup
menggunakan hasil rekaman audio visual dan dokumentasi. Apabila
pemegang hak/pihak yang menguasai tidak bersedia, maka diberikan
catatan pada form kuisioner disertai alasannya.

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


18
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

c. Penggunaan Tanah
Dilakukan dengan mengambil titik koordinat pada tiap-tiap batas
bidang penggunaan tanah yang tidak sesuai terhadap RTR dengan
cara tracking dan marking. Hal ini dilakukan untuk memastikan
kondisi eksisting peruntukan penggunaan tanah berdasarkan SK
pemberian hak/izin/konsesi.

d. Perubahan Fisik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.


Dilakukan dengan mengambil titik koordinat pada tiap-tiap batas
bidang tanah terdaftar yang mengalami perubahan fisik baik secara
alami maupun buatan dengan cara tracking dan marking serta
deliniasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada/tidaknya terjadi
perubahan fisik baik penambahan atau pengurangan luasan pada
bidang tanah.

7. Pengolahan Data

Pengolahan data sebagaimana dimaksud dilakukan terhadap:


a. Hasil pemantauan objek
Hasil pemantauan objek terdiri dari titik-titik koordinat
maupun area yang meliputi penguasaan tanah, pemilikan tanah,
penggunaan tanah, perubahan fisik wilayah pesisir dan aspek lain
yang menunjukkan lokasi, serta dokumentasi atas objek yg
diamati.
b. Informasi
Informasi sebagaimana dimaksud berupa informasi terkait P4T
yang diperoleh dari:
- Pemegang hak/pihak yang menguasai;
- Kantor Pertanahan;
- Instansi terkait;
- Masyarakat sekitar lokasi objek;
- Tokoh masyarakat; dan
- Perangkat desa/kelurahan.
c. Dokumen
JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN
19
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Dokumen sebagaimana dimaksud berupa dokumen yang telah


dikumpulkan dalam kegiatan pemantauan lapang, meliputi:
- Sertipikat HAT;
- Surat ukur/gambar ukur;
- SK pemberian hak;
- DPAT/izin/konsesi;
- Kuisioner; dan
- Dokumen pendukung lainnya.

Pengolahan data dilakukan terhadap data tekstual maupun


spasial. Pengolahan data tekstual dilakukan dengan menyusun
dan mengolah dokumen hasil pemantauan objek. Sedangkan
pengolahan data spasial dilakukan dengan mengolah peta hasil
pemantauan lapang.

a. Pengolahan Data Tekstual


Pengolahan data tekstual dilakukan dengan menyusun hasil
pengamatan lapang, serta informasi dan dokumen yang
diperoleh dari kantor pertanahan, pemegang hak/pihak yang
menguasai, instansi terkait, tokoh masyarakat, dan perangkat
desa/kelurahan.
b. Pengolahan Data Spasial
Pengolahan data spasial meliputi:
1. Penguasaan Tanah pada Pulau-Pulau Kecil
Pengolahan data penguasaan pulau-pulau kecil terkait rasio
penguasaan pulau diperoleh dari hasil:
- Tumpang susun antara data bidang tanah hasil
pengamatan di lapangan dengan data penguasaan tanah.
Hasil tumpang susun adalah data penguasaan pulau-
pulau kecil terupdate;
- Tumpang susun data penguasaan pulau-pulau kecil
terupdate dengan batas pulau. Hasil tumpang susun
tersebut dihitung rasio penguasaan dan disajikan dalam

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


20
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Peta Penguasaan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana pada


Lampiran 8.
2. Indikasi Pemilikan Asing dan Privatisasi:
Pengolahan data spasial pemilikan tanah terkait indikasi
kepemilikan asing dan privatisasi menggunakan data
pemilikan tanah, informasi indikasi pemilikan asing dan
privatisasi dari pemerintah daerah, masyarakat, media, serta
sumber lainnya, lalu dipadukan dengan data hasil survei
wawancara di lokasi pemantauan, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
- Data hasil survei dilakukan integrasi ke dalam data
spasial indikasi kepemilikan asing dan privatisasi;
- Data spasial hasil integrasi selanjutnya diklasifikasikan
menjadi terindikasi dan tidak terindikasi kepemilikan
asing dan privatisasi.
Hasil pengolahan data tersebut disajikan dalam Peta Indikasi
Persebaran Bidang Tanah Penguasaan Asing dan Privatisasi
sesuai pada Lampiran 9.
3. Kesesuaian Peruntukan Penggunaan Tanah Berdasarkan
RTR, SK Pemberian Hak dan/atau Izin, Konsesi
Pengolahan data spasial penggunaan tanah didasarkan pada
data NPGT sebagai acuan. Data ini diolah dan disesuaikan
dengan RTR, peruntukkan pemberian hak dan/atau izin,
konsesi. Tahapan dalam pengolahan data ini yaitu:
- Tumpang susun antara data NPGT hasil survei lapang
dengan RTR.
- Tumpang susun antara NPGT hasil tumpang susun RTR
dengan data hasil integrasi tekstual dan spasial SK
pemberian hak dan/atau izin, konsesi; dan
- Menyusun atribut data pada shapefile (.shp) kesesuaian
dengan menambahkan field kesesuaian dengan
klasifikasi atribut “Sesuai” dan “Tidak Sesuai”.
JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN
21
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk Peta


Kesesuaian Peruntukan Penggunaan Tanah dengan RTR, SK
Pemberian Hak dan/atau Izin, Konsesi sebagaimana
dimaksud pada Lampiran 10.
4. Perubahan Fisik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Tahapan pengolahan data spasial perubahan fisik dilakukan
dengan:
- Interpretasi dan deliniasi citra satelit resolusi tinggi
(CSRT) time series dengan tahun yang berbeda minimal
jarak 10 tahun, sehingga diketahui area dan luasan yang
terjadi pengurangan atau penambahan.
- Tumpang susun antara area yang mengalami
pengurangan dengan bidang tanah terdaftar sehingga
diketahui bidang tanah terdaftar yang terdampak abrasi.
- Tumpang susun antara area yang mengalami
penambahan dengan batas pulau sehingga diketahui
persebaran lokasi dan luasan reklamasi.
Hasil pengolahan data ini berupa Peta Persebaran Bidang
Tanah Terdampak Perubahan Fisik sebagaimana dimaksud
pada Lampiran 11.

8. Analisis Data

Analisis dilakukan terhadap data tekstual maupun spasial.


Analisis secara tekstual dilakukan dengan menyusun telaah staf
sedangkan analisis spasial dilakukan dengan tumpang susun peta
hasil pengolahan data. Hal-hal yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Penyiapan Bahan Analisis
Bahan yang disiapkan meliputi :
- Data hasil pengolahan pemantauan lapang;
- Dokumen pendukung dan/atau informasi lainnya; dan
- Peraturan-peraturan yang terkait.

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


22
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

b. Penyusunan Telaah Staf


Telaah staf disusun berdasarkan hasil pemantauan lapang
yang selanjutnya dianalisis kesesuaiannya dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Analisis dimaksud dilakukan
terhadap:

1. Analisis Penguasaan Pulau-Pulau Kecil


Hasil pengolahan data penguasaan pada pulau-pulau kecil
menjadi dasar tahap analisis. Hasil pengolahan berupa peta
penguasaan dan informasi terkait rasio penguasaan pulau-
pulau kecil dianalisis berdasarkan ketentuan pemberian hak
pada pulau-pulau kecil yang diatur di Pasal 9 Peraturan
Menteri Agraria Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 17 Tahun 2016. Jika ditemukan penguasaan
pulau-pulau kecil yang melebihi batas maksimum
penguasaan.
2. Analisis Indikasi Pemilikan Asing dan Privatisasi
Analisis indikasi pemilikan asing dan privatisasi menitik
beratkan pada data hasil wawancara. Berdasarkan data hasil
wawancara diketahui lokasi-lokasi yang terindikasi maupun
tidak. Jika ditemukan bukti terkait kepemilikan asing dan
privatisasi maka data tersebut menjadi dasar perumusan
rekomendasi.
3. Analisis Kesesuaian Peruntukan Penggunaan Tanah dengan
RTR, SK Pemberian Hak dan/atau Izin, Konsesi
Hasil pengolahan data kesesuaian peruntukan penggunaan
tanah terhadap RTR dan berdasarkan SK pemberian hak/atau
izin dan konsesi digunakan sebagai dasar dalam menentukan
keterlanjuran atau indikasi pelanggaran tata ruang.

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


23
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

4. Analisis Perubahan Fisik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau


Kecil
Berdasarkan hasil pengolahan data perubahan fisik, dapat
dianalisis terkait persebaran bidang-bidang tanah yang telah
terdampak abrasi maupun bidang tanah hasil reklamasi.
Analisis terhadap bidang tanah yang terdampak abrasi
dilakukan dengan membandingkan luasan bidang tanah
terdaftar pada sertipikat dengan kondisi eksisting, sehingga
diketahui persebaran bidang tanah yang mengalami
pengurangan akibat abrasi. Terhadap bidang tanah hasil
reklamasi dapat dilakukan analisis terkait luasan bidang
tanah berdasarkan kondisi eksisting, SK Pemberian Hak, dan
izin reklamasi dengan batas pulau untuk mengetahui
penambahan luas bidang tanah dan potensi dampak degradasi
lingkungan wilayah pesisir. Penyusunan telaah staf disajikan
sebagaimana pada Lampiran 12 dan 13.

9. Pertimbangan/Rekomendasi

Hasil pemantauan dan evaluasi di atas, selanjutnya dilakukan


analisa terhadap aspek administrasi, aspek fisik, dan aspek yuridis.
Hasil analisa ini untuk menentukan rekomendasi yang tepat bagi
pemegang hak, unit kerja atau K/L terkait. Rekomendasi ini dijadikan
dasar untuk tindak lanjut kepada pemegang hak, unit kerja atau K/L
terkait. Isi rekomendasi yang diberikan antara lain berupa:

a. Rekomendasi Pengawasan dan Pengendalian Hak Atas


Tanah/DPAT dan HPL;
b. Rekomendasi Pelepasan Hak;
c. Rekomendasi Pembatalan Perizinan/Konsesi;
d. Rekomendasi Pemulihan Lingkungan; dan
e. Rekomendasi Penata Usahaan Tanah Ulayat.

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


24
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

10. Pelaporan

Laporan Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian WP3K,


paling sedikit memuat:
a. Tahapan pelaksanaan;
b. Hasil pelaksanaan yang meliputi :
- Pertimbangan/rekomendasi;
- Peta P4T, peta kesesuaian pemanfaatan dengan rencana tata
ruang, dan peta hasil survei kepemilikan asing; dan
- Tabulasi hasil pengawasan dan pengendalian.
c. Hambatan/kendala/masalah dalam pelaksanaan serta
penyelesaiannya.
Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang
(PPTR) menyampaikan laporan kepada Menteri secara berkala setiap
akhir tahun dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. Kepala
Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pertanahan menyampaikan
laporan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal PPTR secara
berkala setiap akhir tahun dan/atau sewaktu-waktu apabila
diperlukan. Penyampaian laporan dapat dilakukan melalui sistem
elektronik. Laporan disusun menurut format sebagaimana Lampiran
14.

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


25
PULAU-PULAU KECIL 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

BAB III
PENUTUP

Petunjuk Teknis Pengawasan dan Pengendalian WP3K ini disusun untuk


menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan. Tidak menutup
kemungkinan terdapat hal-hal yang belum diatur. Maka ke depan akan
dievaluasi dan dikaji kembali untuk disesuaikan dengan perkembangan
regulasi dan permasalahan yang terdapat di lapangan.
Anggaran yang digunakan dalam rangka kegiatan Pengawasan dan
Pengendalian WP3K disesuaikan dengan petunjuk teknis ini dan atau
kebutuhan dalam alokasi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) pada
tahun berjalan dan atau sumber pendanaan lain sesuai ketentuan yang
berlaku.
Sebelum melaksanakan tugas di lapangan, sangat diharapkan untuk
membaca tata cara kerja ini secara seksama. Untuk memahami langkah-
langkah pelaksanaan secara lebih mendalam akan dilakukan bimbingan
teknis atau konsultasi.
Petunjuk Teknis yang baik, tidak akan banyak memberikan manfaat bila
tidak didukung oleh implementasi dan pelaksanaan yang baik pula. Untuk
itu, komitmen dan konsistensi harus selalu terjaga agar kita mendapatkan
manfaat seperti yang diharapkan. Selamat Bekerja.

JUKNIS PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN WILAYAH PESISIR DAN


26
PULAU-PULAU KECIL 2022

Anda mungkin juga menyukai