HALAMAN JUDUL
TESIS
Oleh;
NAMA : IDRUS
NIM : 7773170017
i
ii
Nama : Idrus
NIM : 7773170017
Menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri bukan plagiat,
pengkopian dan penjiplakan karya orang lain, Apabila terbukti tesis ini adalah
palgiat atau pengkopian dan penjiplakan hasil karya orang lain, saya bersedia
menerima sanksi akademik sesuai ketentuan yang berlaku di Pascasarjana
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, termasuk pencabutan gelar.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan dalam keadaan sadar, sehat wal’afiat
dan tanpa ada paksaan dari siapapun dan untuk apapun.
Idrus
NIM 7773170017
ii
iii
Mengetahui,
Tanggal, 2021 Tanggal, 2021
Dr. H. Aan Asphianto, S.si., SH., MH Dr. Azmi Polem, S.Ag., SH., MH
NIP. 196301052002121002 NIP. 197402282005011003
iii
iv
iv
v
v
vi
MOTO
vi
vii
Nama : IDRUS
NIM : 7773170017
ABSTRAK
Judul Tesis: Pengaturan ambang batas parliamentary threshold (PT)
dalam konteksUndang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum berdasarkan kedaulatan rakyat pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Banyak kebijakan dan aturan-aturan (UU) yang dibuat dan dihasilkan dengan
tujuan mewujudkan demokrasi. Adapun upaya pemerintah adalah: Pertama,
mengamandemen UUD 1945, yaitu dengan menambah aturan-aturan yang jelas.
Misalkan ditetapkannya sistem pemerintahan menjadi Sistem Presidensial. Kedua,
revitalisasi Undang-Undang Politik. Ketiga, menyelenggarakan pemilihan umum
sebagai wujud realisasi revitalisasi beberapa Undang-Undang Politik dengan
tujuan menentukan utusan-utusan partai yang akan duduk dikursi parlemen
dengan mempertimbangkan kuota kursi, sehingga sistem presidensial yang
diharapkan UUD 1945 terwujud. Reformasi di bidang hukum yang terjadi sejak
tahun 1998 telah di lembagakan melalui pranata perubahan UUD 1945. Semangat
perubahan UUD 1945 adalah mendorong terbangunnya struktur ketatanegaraan
yang lebih demokratis. Perubahan UUD 1945 sejak reformasi dilakukan sebanyak
empat kali; Secara teoritis, ambang batas atau yang dikenal juga dengan istilah
threshold dalam sistem pemilu merupakan batas minimal dukungan yang harus
dimiliki oleh setiap partai politik untuk mendapatkan kursi keterwakilannya di
parlemen. Ada dua jenis ambang batas dalam pemilu: ambang batas parlemen
(parliamentary threshold) dan ambang batas presiden (presidential threshold).
Ambang batas parlemen merupakan batas minimal persen dari total keseluruhan
yang harus diperoleh oleh setiap partai politik yang telah sah menjadi peserta
pemilu untuk kemudian diikutsertakan dalam penghitungan kursi diparlemen.
Parliamentary Threshold Pemilu Tahun 2009, Dalam pasal 202 Undang-Undang
No.10 Tahun 2008 dijelaskan bahwa partai politik peserta pemilu harus
memenuhi ambang batas perolehan suara sekurang-kurangnya 2.5 persen dari
jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan
kursi DPR.Parliamentary Threshold Pemilu Tahun 2014, Partai Politik Peserta
Pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara sekurang-kurangnya 3,5%
(tiga koma lima persen) dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan
dalam penentuan perolehan kursi anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota. Parliamentary Threshold Pemilu Tahun 2019, Partai Politik
Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara paling sedikit 4%
(empat persen) dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam
penentuan perolehan kursi anggota DPR”.Pelaksanaan demokrasi tidak hanya terkait
dengan bagaimana proses tersebut dapat dilaksanakan, namun bagaimana demokrasi
tersebut secara materiil dapat diselenggarakan berdasarkan falsafah atau ideologi yang
dianut oleh suatu bangsa atau negara.
Kata kunci: ambang batas parlemen, kedauatan rakyat, pemilihan umum
vii
viii
Name : IDRUS
NIM : 7773170017
ABSTRACT
Many policies and regulations (Laws) are made and produced with the aim of
realizing democracy. The government's efforts are: First, to amend the 1945
Constitution, namely by adding clear rules. Third, holding general elections as a
manifestation of the realization of the revitalization of several political laws with
the aim of determining party delegates who will sit in parliamentary seats by
taking into account the seat quota, so that the presidential system expected by the
1945 Constitution is realized. Reforms in the field of law that have occurred since
1998 have been institutionalized through the amendments to the 1945
Constitution. The spirit of the amendments to the 1945 Constitution is to
encourage the establishment of a more democratic state structure. Amendments to
the 1945 Constitution since the reformation were carried out four times;
Theoretically, the threshold or also known as the threshold in the electoral system
is the minimum support limit that every political party must have in order to get
its representative seat in parliament. There are two types of thresholds in
elections: the parliamentary threshold and the presidential threshold. The
parliamentary threshold is the minimum percentage of the total that must be
obtained by every political party that has been legally participating in the
election to then be included in the counting of seats in the parliament.
Parliamentary Threshold 2009 Election, Article 202 of Law No. 10 of 2008
explains that political parties participating in the election must meet the threshold
for obtaining votes of at least 2.5 percent of the number of valid votes nationally
to be included in determining the acquisition of seats in the DPR. In the 2014
General Election, the Election Contesting Political Parties must meet the
threshold for obtaining votes of at least 3.5% (three point five percent) of the
number of valid votes nationally to be included in determining the seat
acquisition for members of DPR, Provincial DPRD, and Regency/Municipal
DPRD. Parliamentary Threshold in the 2019 Election, Political Parties
Contesting in the Election must meet the threshold for obtaining votes of at least
4% (four percent) of the total number of valid votes nationally to be included in
determining the acquisition of seats for members of the DPR". implemented, but
viii
ix
KATA PENGANTAR
tesis ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi
akhir zaman. Tidak lupa penulis panjatkan doa untuk kedua orang tua yang
tercinta ayahanda H. Tawil (Alm.) dan ibunda Ucuh Suhanah. Dengan ikhtiar,
ix
x
Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Penguji 1 Dr. Azmi Polem,
S.Ag., SH., MH., Penguji 2 Dr. Firdaus, SH., MH., Penguji 3 Dr. H. Mohamad
Fasyehhudin, SH., MH., Ketua sidang Dr. Mas Iman Kusnandar, SH., MH.,
kasih kepada :
5. Prof. Dr. Alfirano, ST., MT., Ph.D sebagai Wakil Direktur III
x
xi
6. Dr. Azmi Polem, S.Ag., SH., MH sebagai Ketua Program studi Ilmu
7. Dr. Fatkhul Muin, SH., LL.M sebagai Sekertaris Program studi Ilmu
Tesis ini tidak akan berjalan baik tanpa ada semangat yang diberikan oleh
mengharapkan saran dan kritik yang positif demi penyempurnaan penulisan ini.
Semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Khususnya
civitas akademik maupun dunia pendidikan. Dan penulis berharap semoga Allah
xi
xii
IDRUS
DAFTAR ISI
Hlm
HALAMAN JUDUL....................................................................................................... I
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN..................................................................II
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS..........................................................................III
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................... IV
LEMBAR PERBAIKAN TESIS.................................................................................V
LEMBAR PENYEMPURNAAN TESIS.................................................................VI
MOTO............................................................................................................................ VII
ABSTRAK..................................................................................................................... VIII
ABSTRACT.................................................................................................................... IX
KATA PENGANTAR.................................................................................................... X
DAFTAR ISI................................................................................................................. XIII
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. XIV
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. IDENTIFIKASI MASALAH........................................................................7
C. TUJUAN PENELITIAN...............................................................................8
D. KEGUNAAN PENELITIAN........................................................................8
E. KERANGKA PEMIKIRAN.........................................................................9
F. METODE PENELITIAN...........................................................................12
BAB II TINJAUAN TEORITIS PENGATURAN AMBANG BATAS
PARLEMENTARY TRESHOOLD (PT)..........................................19
A. DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DAN PEMIIHAN UMUM............19
xii
xiii
B. RULE OF LAW...........................................................................................31
C. PARTAI POLITIK DAN DEMOKRASI..................................................39
D. AMBANG BATAS DAN PEMILU...........................................................57
E. PERJALANAN AMBANG BATAS PEMILU DI INDONESIA.............61
F. PEMILU NASIONAL SERENTAK TAHUN 2019................................66
BAB III PENGATURAN AMBANG BATAS PARLEMENTARY
TRESHOOLD (PT) DALAM KONTEKS UNDANG-UNDANG
NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM
BERDASARKAN KEDAULATAN RAKYAT PASAL 1 AYAT
(2) UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA 1945....................................................................................72
A. PENGERTIAN DAN SEJARAH PARLIAMENTARY THRESHOLD DI
INDONESIA................................................................................................72
B. PENGERTIAN KEDAULATAN RAKYAT.............................................88
C. PRINSIP DEMOKRASI INDONESIA DALAM PENGATURAN
AMBANG BATAS FORMAL...................................................................98
D. PARLIAMENTARY THRESHOLD PEMILU TAHUN 2009.............102
E. PARLIAMENTARY THRESHOLD PEMILU TAHUN 2014.............103
F. PARLIAMENTARY THRESHOLD PEMILU TAHUN 2019.............105
BAB IV ANALISIS PENGATURAN AMBANG BATAS PARLEMENTARY
TRESHOOLD (PT) DALAM KONTEKS UNDANG-UNDANG
NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM
BERDASARKAN KEDAULATAN RAKYAT PASAL 1 AYAT
(2) UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA 1945..................................................................................107
A. AMBANG BATAS PARLEMENTARY TRESHOLD (PT) DALAM
UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG
PEMILIHAN UMUM...............................................................................107
B. INDIKATOR PENGATURAN AMBANG BATAS PARLIAMENTARY
THRESHOLD (PT) TERHADAP PEROLEHAN SUARA..................108
BAB V PENUTUP....................................................................................................... 111
A. KESIMPULAN.........................................................................................111
B. SARAN-SARAN.......................................................................................112
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 113
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
a. Biodata………………………………………………………….… 121
b. Surat Keputusan Pembimbing………………..…………………... 122
c. Surat Izin Penelitian……………………………………................ 123
d. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian……………..…….. 124
xiv
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasca runtuhnya rezim Orde Baru tahun 1998, pencarian jati diri
1
Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm. 374
1
2
presidensial.
pengaturan ambang batas pemilu, atau lebih dikenal dengan istilah electoral
pemilihan umum.
(ballot) atau jumlah perolehan kursi (seat), yang harus diperoleh partai
lembaga perwakilan.
2
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1983, hlm. 160-161.
2
3
disebut UU No. 8 Tahun 2012) yang mengatur bahwa “Partai Politik Peserta
3,5% dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan
Persentase ambang batas tersebut menjadi syarat yang harus dipenuhi dalam
era reformasi.
Republik Indonesia pada tahun 1998, tepatnya pada tanggal 21 Mei maka
yang demokratis sebagai salah satu agenda reformasi yang diusung oleh
gerakan mahasiswa dan masyarakat luas pada waktu itu. semakin mendekati
pembatasan kekuasaan dan masa jabatan presiden. Hal ini dapat dipahami
3
4
untuk waktu jauh ke depan, namun isinya tidak dapat dilepaskan dari
empat kali;5
dan
adanya perubahan secara substansial pasal 5 Ayat (1) UUD 1945 dari
3
Taufiqurrohman Syahuri, Hukum Konstitusi Proses dan Prosedur Perubahan Undang-
Undang di Indonesia 1945-2002 serta Perbandingannya dengan konstitusi Negara Lain di Dunia,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, hlm. 1-2.
4
Sri Soemantri Matosoewignjo, Hukum Tata Negara Indonesia Pemikiran dan
Pandangan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015, hlm. 9.
5
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
UUD 1945, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hlm. 1.
6
Lihat Penjelasan UUD 1945 bagian Sistem Pemerintahan.
4
5
menjadi penting karena undang – undang adalah produk hukum yang paling
agenda yang tidak bisa ditunda. Demokrasi menuntut lebih dari sekedar
pertama.
7
Titik Triwulan Tutik, Opcit, hlm. 191-192.
5
6
Pengesahan hasil Pemilu 1999 saat itu tertunda, secara umum proses
pemilu multi partai pertama di era reformasi jauh lebih Langsung, Umum,
Bebas dan Rahasia (Luber) serta adil dan jujur dibanding masa Orde Baru.
mereka yang tidak siap berdemokrasi, dan ini hanya diungkapkan oleh
suara paling sedikit 4% (empat persen) dari jumlah suara sah secara nasional
6
7
sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh
25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional pada Pemilu
B. Identifikasi Masalah
tersebut, maka rumusan masalah yang dapat disusun adalah sebagai berikut :
10
Yang dimaksud adalah pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana yang
tercantum pada pasal sebelumnya yaitu pasal 221 yang berbunyi : “Calon Presiden dan Wakil
Presiden diusulkan dalam 1 (satu) pasangan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik”.
11
Pasal 222 Undang-undang Nomor Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
7
8
C. Tujuan Penelitian
berikut:
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
2. Praktis
8
9
E. Kerangka Pemikiran
berlaku dalam keadaan biasa atau normal menjadi tidak lagi efektif untuk di
paling ideal saat ini, meskipun konsep tersebut dijalankan dengan persepsi
yang berbeda – beda. terhadap istilah rule of law ini dalam bahasa Indonesia
12
Jimly Assiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat, Raja Grafindo Persada 1, Jakarta, 2007,
hlm. 27.
9
10
negara.14 Pada akhirnya, praktik harus berdasarkan teori dan prinsip yang
negara dan politik. Karena itu pula, kemudian muncul istilah pemerintah
10
11
Law dengan arti bahwa pemerintah berdasarkan atas hukum bukan berdasar
atas manusia (government based on rule of law, not rule of man), sementara
negara yang menganut sistem Civil Law menganut konsep negara hukum
etimologinya yang berasal dari bahasa Yunani yaitu demos (rakyat) dan
sosial dalam peletakkan kekuasaan suatu negara, dimana keadaan alami atau
16
Munir Fuady, Teori Negara hukum Modern, Opcit, hlm. 1-2.
11
12
primitif dari manusia (seperti hak bagi yang terkuat, perbudakan, homo
yang ada, dimana kekuasaan yang ada untuk kepentingan bersama tersebut
menerima setiap anggota sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Teori klasik
dari J.J. Rousseau turut menjadi cikal bakal dalam membangun prinsip-
rakyat, dimana rakyat dianggap sebagai subyek yang paling mengerti dan
dimaksud.
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
12
13
4. Perbandingan hukum;
5. Sejarah hukum.
2. Jenis Penelitian
13
14
keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis
pertama.
sebagainya.
sumber data yang digunakan. Sumber data dalam penelitian ini adalah
data sekunder, yang merupakan sumber data pokok dalam penelitian ini.
19
Meitry Taqdir Qodratillah, Kamus Bahasa Indonesia, Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 2011, hlm. 87.
20
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004,
hlm. 1.
14
15
Umum
Politik.
Rakyat Daerah.
Politik.
Daerah.
21
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1992, hlm. 181.
15
16
Daerah.
Umum.
relevansi dengan apa yang akan diteliti. 22 Dalam penelitian ini, bahan
22
Ibid, hlm. 195.
16
17
pemilihan umum.
4. Analisis Data
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
5. Lokasi Penelitian
23
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012,
hlm. 248.
17
18
18
BAB II TINJAUAN TEORITIS PENGATURAN AMBANG BATAS PARLEMENTARY TRESHOOLD (PT)
prinsip one man, one vote, one value yang pada akhirnya mengarahkan
suatu keputusan dinilai secara kuantitatif dan menjadi lebih berpihak pada
warga negaranya.
melekat antara satu dan yang lain dalam pencapaian tujuan negara yang
twentieth century).25
Gede Atmadja merinci empat ciri khas yang menjadi dasar dari konsep
berkumpul.26
24
Jimly Asshiddiqie, 2010, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, hal. 58.
25
Michel Rosenfeld, 2001, “The Rule of Law and the Legitimacy of Constitutional
Democracy”, dalam Southern California Law Review vol 74 (2001), Publisher University of
Southern California; School of Law; Gould School of Law, California, diakses dari http://www-
bcf.usc.edu/~usclrev/pdf/074503.pdf, tanggal 18 Maret 2013, hal. 1310.
26
I Dewa Gede Atmadja, 2012, Ilmu Negara (Sejarah, Konsep Negara, dan Kajian
Kenegaraan), Setara Press, Malang, hal. 92-93.
20
21
akan hal tersebut dapat terwujud apabila setiap lembaga peradilan, terlebih
dan produk hukum yang dibuat oleh negara, dapat berfungsi secara bebas
dan mandiri.
Nasution yang dibangun dari pemikiran Herbert Feith ditandai dengan adanya
demokrasi konstitusional;
27
Adnan Buyung Nasution, Pikiran & Gagasan Demokrasi Konstitusional, Kompas, Jakarta,
hal. 70-71
21
22
state) adalah adanya pengakuan dan jaminan hak-hak warga negara, serta
universal.30 Hak asasi dimiliki oleh warga negara secara dasariah dan yang
hukum yang secara sah tercantum dalam hukum yang berlaku. 32 Pengaturan
28
Taufiqurrohman Syahuri, 2011, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, Kencana,
Jakarta, hal. 35.
29
I Dewa Gede Atmadja, Ilmu ..., op.cit, hal. 92.
30
Majda El-Muhtaj, op.cit, hal. 47.
31
Ramly Hutabarat, 1985, Persamaan di Hadapan Hukum (Equality Before The Law) di
Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 25.
32
Majda El-Muhtaj, op.cit, hal. 48-49.
22
23
tindakan dari pemerintah secara efektif oleh hukum, dalam hal ini melalui
konstitusi.33
23
24
undang).35
konstitusionalisme, yaitu :
negara;
penyelenggaraan pemerintahan;
konstitusional, yaitu :
24
25
dalam konstitusi.
undangan.
25
26
kota Athena.38
di satu area. Tetapi tidak termasuk budak, wanita, orang asing dan anak-
anak yang tidak mempunyai hak pilih. Majelis akan berbicara tentang
jenis hukum apa yang diinginkan dan dipilih oleh warga negara. Dewan
berubah setiap tahun dan jumlah orang di Dewan paling banyak adalah
37
. Arum Sutrisni Putri, Demokrasi: Pengertian, Sejarah Singkat dan Jenis,
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/21/160000069/demokrasi-pengertian- sejarah-
singkat-dan-jenis?page=all., diakses 10 Mei 2021
38
Ibid.
26
27
di satu area. Tetapi tidak termasuk budak, wanita, orang asing dan anak-
Majelis akan berbicara tentang jenis hukum apa yang diinginkan dan
Para peserta di Dewan akan berubah setiap tahun dan jumlah orang di
Dewan paling banyak adalah 500 orang. Untuk beberapa kantor, warga
kandidat favorit mereka pada sepotong batu atau kayu. Orang dengan
meskipun hanya beberapa orang yang dapat bergabung pada saat ini.
Parlemen dipilih oleh hanya beberapa persen orang. Pada 1780 kurang
39
Ibid.
40
Ibid.
41
Ibid.
27
28
mulai tumbuh.42
parlemen lebih kuat. Kemudian, penguasa menjadi simbol saja dan tidak
untuk itu.
keputusan lain.
42
Ibid.
43
Ibid.
28
29
a) Pemilihan
denda.44
44
Ibid.
29
30
b) Penerapan demokrasi
45
Arum Sutrisni Putri, Demokrasi: Pengertian, Sejarah Singkat dan Jenis,
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/21/160000069/demokrasi-pengertian- sejarah-
singkat-dan-jenis?page=all., diakses 10 Mei 2021
46
Jamaludin Ghafur dan Allan Fatchan Gani Wardhana, Presidential Threshold, Setara
Press, Jakarta, 2019, Cet. 1, Hlm. 9
30
31
Dari pendapat para ahli diatas terdapat titik taut dan benang merah
kebijakannya baik yang dilakukan secara langsung oleh rakyat atau yang
B. Rule of Law
pada tingkatan tertinggi. Hal tersebut sejalan dengan arti supremasi hukum
47
Ibid. Hlm. 10
48
Ibid. Hlm. 10
31
32
dengan dua prinsip, yaitu prinsip negara hukum dan prinsip konstitusi.
dunia yang terbaru. Laporan bernama Rule of Law Index 2019 itu
dan 44 subfaktor. Indeks Negara Hukum (rule of law) ini merupakan alat
49
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Supremasi_hukum, diakses 12 Mei 2020
32
33
negara yang dikaji. Tim peneliti mewawancarai pakar dari 100 negara dan
kepentingan rule of law.
Tahun 2019 ini ada 126 negara yang disigi, termasuk Indonesia.
33
34
34
35
memperbaiki hukum acara pidana belum terealisasi hingga kini. Ini berarti
ideal saat ini, meskipun konsep tersebut dijalankan dengan persepsi yang
35
36
dapat dilanggar oleh siapapun. Karena itu dalam negara hukum, hukum
negara dan politik. Karena itu pula, kemudian muncul istilah pemerintah
dikatakan bahwa dalam suatu negara hukum, semua orang harus tunduk
kepada hukum secara sama, yakni tunduk kepada hukum yang adil. Tidak
Dalam hal ini, konsep negara hukum tidak bisa menolelir baik sistem
36
37
haruas tunduk pada hukum yang sama, sehuingga setiap orang yang sama
dipilih adaah Republik. Oleh karena itu, fasafah dan kultur politik yang
52
Ibid
37
38
oleh pihak yang berkuasa. Dalam paham negara hukum itu, hukumlah
sendiri sesuai dengan prinsip the rul of law, and not of man, yang sejalan
hukum, nomos.53
38
39
karena itu, perlu ditegaskan pula bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat
(democratische rechsstaat).54
terdapat dua hal mendasar dari uraian diatas yang dapat dipandang sebagai
54
Ibid, Hlm. 57
39
40
ras, dan keyakinan serta identitas dan nilai kultural yang secara inhern
55
Firdaus, Desain Stabilitas Pemerintahan demokrasi & Sistem Kepartaian, Yrama Widya,
Bandung, Cet. 1, 2015, Hlm. 132-133
56
Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat pembubaran Partai Politik dan Mahkamah
Konstitusi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006, Hlm.
52
40
41
partai politik itu sebenarnya tidak lebih daripada kendaraan politik bagi
kebijakan publik tertentu ’at the expence of the general will’ (Rousseau,
rakus atau ekstrim lah yang merajalela menguasi dan mengendalikan sgala
negara itu sesuai prinsip checks and balances berdasarkan konstitusi juga
yang dikembangkan di suatu Negara. semua ini tentu berkaitan erat dengan
41
42
Meski telah berkembang ddi antara varian ruang dan waktu dalam
demokrasi telah di terima luas oleh sebagian besar penduduk dunia, tetapi
dalamnya.58
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta
42
43
mempunyai sejarah yang cukup panjang, meskipun belum juga cukup tua.
muda. Baru pada awal abad ke-20 studi mengenai masalah ini dimulai.
partai politik. Akan tetapi, sampai pada waktu itu, hasil yang dicapai masih
59
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pusaka Utama, Jakarta, 2008,
Hlm. 397
43
44
adalah indikasi sistem politik suatu negara yang sudah modern. Partai
ideologi yang beragam pula. Tiga ideologi besar yang pada saat itu
komunisme.
mencapai era reformasi, partai politik tetap eksis. Sangat krusial bagi
tentang partai politik. Bukan sebatas apa itu partai politik, namun juga
mengapa parpol harus eksis dan apa fungsinya bagi kehidupan sosial
60
Horkheimer & Adorno, Partai Politik: Pengertian, Sejarah dan Fungsinya, http:/
/sosiologis. com /partai-politik, diakses 21 Mei 2020
44
45
beberapa definisi yang pernah diusiulkan oleh para ahli ilmu politik.
umum.
45
46
Sistem dwi partai, yaitu hanya ada dua parpol yang eksis di suatu
negara. Oleh karena hanya ada dua partai, peran yang dimainkan
Kemajemukan bisa dilihat dari berbagai hal misalnya, dari ras, suku,
46
47
47
48
meruncing pada rivalitas tiga kubu besar, yaitu antara Sukarno yang
didukung PNI, PKI yang berhaluan komunis, dan Militer. Periode ini
sebagai G 30 S / PKI.
Parpol pada masa ini dirampingkan oleh rezim Orde Baru. Jumlah
48
49
gabungan dari Parkindo, Partai Katolik, PNI, Murba, dan PKI. Pada
masa ini, wakil rakyat dipilih oleh Presiden. Masa orde baru berakhir
Partai politik yang semula tiga berkembang biak menjadi 48 yang ikut
Wakil Presiden serta wakil rakyat sejak pemilu 2004 dipilih langsung
yang khas tiap fase. Eksistensi partai politik juga ditentukan oleh
rezim yang berkuasa. Kita bisa lihat bahkan sebelum merdeka, ketika
61
Ibid.
49
50
62
Ibid.
63
Ibid.
50
51
tertentu. Program ini biasanya luas dan agak kabur karena harus
dari garis partai yang telah ditetapkan. Maka dari itu partai semacam
ini sering dinamakan partai kader, partai ideology atau partai asas
64
Ibid.
65
Ibid.
66
Ibid.
51
52
pemilihan umum.68
52
53
kebijakan mereka.70
masyarakat.71
70
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Supremasi_hukum, diakses 12 Mei 2020
71
Cahya Dicky pratama, Partai Politik: Definisi dan Fungsinya
Partai Politik: Definisi dan Fungsinya", https://www.kompas.com /skola /read/
2020/12/17/173749669/partai-politik-definisi-dan-fungsinya?page=all, diakses21 Mei 2020
53
54
nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk
proses politik.73
72
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008,
Hlm. 403-404
73
UU Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik Pasal 7 Ayat (1) hurup (a) dan (b)
54
55
bernegara.74
bernegara.75
55
56
politik Sigmund Neumann, fungsi parpol tidak hanya itu. Berikut ini
kebijakan politik.
penyelenggaraan pemerintahaan.
Secara teoritis, ambang batas atau yang dikenal juga dengan istilah
yang harus diperoleh oleh setiap partai politik yang telah sah menjadi
diparlemen. Konsep yang sama juga berlaku jika ada sebutan ambang
56
57
batas presiden, hal itu menunjukan bahwa ada batas persen minimal yang
harus dimiliki oleh seorang kandidat presiden atau wakil presiden jika
presiden tertentu.76
secara legal atau ambang batas formal dan kedua, sebagai sebuah
perangkat matematis sistem pemilu atau ambang batas efektif atau alami.
ambang batas untuk bagian PR. Oleh karena itu partai-partai yang gagal
kursi dari daftar PR. Awal mula konsep ini adalah keinginan untuk
di Jerman maupun selandia Baru, ada jalur “pintu belakang” agar sebuah
partai berhak memperoleh kursi dari daftar. Di selandia Baru sebuah partai
57
58
ambang batas. Di Rusia, pada tahun 1995tidak ada jalur pintu belakang,
dan hampir separuh suara daftar partai terbuang (Reynold & Reilly,
1997:88).77
kasus ini adalah pemilihan di Turki pada tahun 2002, disana begitu banyak
tanpa bisa dikonversi lagi menjadi kursi. Di Polandia pada tahun 1933,
bahkan dengan ambang batas relatif rendah, yaitu 5 persen untuk partai
dan 8 persen untuk koalisi, lebih dari 34 persen suara diberikan untuk
partai dan kolisi yang tidak mampu melewati ambang batas tersebut
77
Ibid. Hlm. 8
78
Ibid. Hlm. 9
58
59
pada sistem multi partai sederhana agar partai yang memiliki kursi di
parlemen tidak begitu banyak dan koalisi yang terbangun tidak begitu
dalam setiap momen pemilu, bukan suatu hal yang mudah bagi mereka
daripada mereka maju sebagai kandidiat melalui partai kecil atau baru
yang belum tentu memberikan kepastian lolos threshold, lebih baik mereka
bergabung dengan partai besar yang sudah bisa dipastikan lolos threshold
sifat-sifat khas sistem pemilu, yaitu besaran daerah pemilihan adalah yang
79
Ibid.
59
60
Model ambang batas yang kedua ini adalah model ambang batas
(DPRD) meskipun partai tersebut hanya memperoeh satu kursi. Hanya saja
fraksi, partai tersebut harus meleburkan dirinya kepada fraksi yang sudah
ada atau membentuk fraksi baru dari gabungan partai politik yang sama-
nasional Indonesia, sistem ini pernah diberlakukan pada pemilu 1999 dan
2004, tetapi setelah itu tidak diberlakukan lagi karena beralih mengadopsi
80
Ibid.
81
Ibid.
60
61
amandemen terhadap konstitusi lama dan di sisi lain juga perlu merombak
roda yang menjamin demokrasi bisa terus berjalan secara layak (Farrell,
2011:2).82
Orde Baru yang membatasi hanya tiga partai politik (parpol) yang
jalannya roda pemerintahan (Hamudy & Rifki, 2019: 11). Hampir seperti
tidak ada henti-hentinya, parpol tumbuh pesat dalam setiap edisi Pemilu
pasca reformasi. Hal ini ditegaskan dengan Pemilu 1999 dan 2004 yang
diikuti 48 dan 24 parpol. Kondisi ini hampir tidak berbeda dengan Pemilu
82
Moch. Marsa Taufiqurrohman, Meninjau Penerapan Ambang Batas Pada Pemilihan
Umum Proporsional di Indonesia, .https://www.researchgate.net/publication/351112107_
Meninjau_Penerapan_Ambang_Batas_Pemilihan_pada_Sistem_Pemilihan_Umum_Proporsional_
di_Indonesia, diakses 1 Mei 2020
61
62
dengan parpol yang memiliki suara lebih besar (Hamudy & Rifki, 2019:
83
Ibid.
62
63
runtuhnya rezim orde baru pada tahun 1998 pernah menggunakan dua
model ambang batas. Pemilu tahun 1999 dan pemilu tahun 2004
tahun pemilu 2009, pemilu 2014, dan pemilu tahun 2019 menggunakan
84
UU Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan Umum, Pasal 39
63
64
DPR RI. Pada peilu tahun 1999, total kursi yang diperebutkan oelh partai
poitik adaah 462 kursi diuar 38 kursi miik fraksi TNI-Polri. Ada delapan
partai yang masing-masing hanya mendapatkan satu kursi saja pada peiu
(PNI MM), Partai Bhineka Tunggal Ika Indonesia (PBI) dan Partai
Daulat Rakyat (PDR). Sementara itu, Partai keadilan dan Persatuan (PKP)
mendapatkan empat kursi. Diatas itu, ada Partai Demokrat Kasih Bangsa
85
Ibid. OpCit. Hlm. 10-11
64
65
pemilu serentak pertama pasca putusan MK. Pemilu 2019 sebagai pemilu
serentak kerap disebut sebagai pemilu lima kotak suara. Hal ini karena
pemilih harus memilih atau mencoblos lima jenis kertas suara, yakni
kertas suara berwarna abu-abu untuk calon presiden dan wakil presiden,
kertas suara warna kuning untuk memilih anggota DPR, kertas suara
warna merah untuk memilih anggota DPD, kertas suara wana biru untuk
memilih anggota DPRD Tingkat provinsi, dan kertas suara warna hijau
kertas suara yang sudah dicoblos itu kedalam kotak suara yang berjumlah
pemilih. Julah ini terdiri dari 190.770.329 pemilih dalam negeri dan
berjumlah empat partai, yaitu Partai Aceh (PA), Partai Nanggroe Aceh
(PNA), Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA), dan Partai daerah
Aceh (PDA). Dari 16 partai peserta pemilu tersebut, jumlah anggota caleg
86
Ibid. Hlm. 11
87
Lili Romli, Pemilu Era Reformasi dan Konfigurasi Peta Kekuatan Partai Politik,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1, 2019, Hlm. 102
65
66
untuk DPR sebanyak 7.968 caleg. Dari jumlah itu terdapat 4.774 caleg
banyak itu, tampak kuota 30 persen terpenuhi, bahkan jika melihat jumlah
terbelah serta terpolarisasi atas dua kubu, yaitu kubu pendukung capres-
Tampaknya suasana panas dan terbelah ini hanya terkait dengan pilpres,
sentimen keagamaan.89
Ada dua hal yang menjadi persoalan terkait denngan regulasi yang
norma yang diatur dalam UU. No. 7 tahun 2017, khusus pada pasal 173.
Pada pasal ini, mengatur peserta pemilu bagi partai-partai politik, yang
undang-undang pemilu yang baru ini, ada ayat atau klausul yang
88
Ibid.
89
Ibid. Hlm. 103
66
67
baruharus mealui tahap verifkasi. Ini tentu saja tidak adil dan fair.90
52/PUU-X/2012, Semua partai politik yakni yang lama maupun baru harus
2012 pasal 8 diseutkan bahwa partai yang tidak memenuhi ambang batas
parlemen (waktu itu 3,5 persen) atau parpol baru mesti di verifikasi.
sudah memiliki kursi saat itu maupun yang belum memiliki kursi.91
nomor 7 tahun 2017 pasal 173 ayat (1) dan ayat (3), yang menyatakan
verifikasi factual hanya diterapkan pada parpol yang tidak memiliki kursi
di DPR. Hanya mana bukan saja karena bertentangan dengan hak untuk
diatur dalam pasal 27 ayat (1) dan pasal 28 ayat (3) undang-undang 1945
90
Ibid. Hlm. 113
91
Ibid.
67
68
ketidakadilan pemilu.92
menjadi 2 hari dari semula 14 hari. Hal sama dilakukan tingkat pusat stsu
waktu verifikasi dari semula 51 hari menjadi 7 hari. KPU juga merubah
metode KPU sebelumnya yang mendatangi satu per satu kediaman orang
yang terdata sebagai kader suatu parpol. KPU juga mengizinkan anggota
92
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 53/PUU-XV/2017. Lihat, https://
nasional.kompas.com/read/2018/01/16/22531451/kpu-diminta-patuhi-putusan-mk-dan-tetap-
verifikasi-faktual-parpol-lama, diakses 10 April 2020
93
Ibid. loc.it, Hlm. 114
68
69
94
Syamsudin Haris, dalam Pemilu Nasional Serentak 2019, Cet. 1, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2016, Hlm.14
69
70
pemilu serentak.95
dan anggota Kongres serta Senat di tingkat pusat, meainkan pada waktu
95
Ibid. Hm. 15
96
Ibid. Hlm. 16
70
BAB III PENGATURAN AMBANG BATAS PARLEMENTARY TRESHOOLD (PT) DALAM KONTEKS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM BERDASARKAN KEDAULATAN RAKYAT PASAL 1 AYAT (2) UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945
kekuatan
72
73
parlemen.97
pada saat pemilu, pada saat itu juga disebut-sebut sebagai pesta
masyarakat.
rakyat sebagai penentu atas hak pilihnya dengan berbagai cara yaitu
umum dianggap sebagai lambang dan tolok ukur dari demokrasi yang
97
Wikipedia, Ambang Batas Parlemen https://id.wikipedia. org/wiki/
Ambang_batas_parlemen, diakses 10 mei 2020
73
74
74
75
media.
98
Mohammad Reza, Kelebihan dan Kekurangan Sistem Parliamentary Threshold dalam
Pemilu bagi Kursi di Parlemen dan Parpol,.https://www.kompasiana.com/mohammadrejaa
/5e1e263dd541df0a4b092422/kelebihan-dan-kekurangan-sistem-parliamentary-threshold-dalam-
pemilu- bagi-kurasi-di-parlemen-dan-partai-politik?page=2, diakses 23 April 2020
75
76
Partai Hanura, Partai Bulan Bintang, PKPI, dan empat partai baru
berdasarkan pada Pasal 202 UU. No. 10 Tahun 2008 tentang Undang-
yang dimana menurut UU. No. 8 Tahun 2012 ditentukan sebesar 3,5%
parlemen yang saat ini mencapai 4%, suara-suara mereka hangus dan
76
77
di tingkat pusat.
partai politik, itu adalah pilihan politik ideologis yang dimana mereka
pusat.
77
78
parlemen. Selain itu juga sistem ambang batas parlemen ini dapat
partai politik yang tidak sejalan dengan ideologi negara yaitu Ideologi
Pancasila.
99
Ibid.
78
79
sistem ini diyakini bisa membawa pemerintahan yang lebih stabil dan
efektif.
parlemen.
ambang batas formal bisa di atas angka ambang batas efektif atau
baru dan partai-partai kecil, maka besaran ambang batas formal bisa di
79
80
batas bawah.
negara.
sistem ini diyakini bisa membawa pemerintahan yang lebih stabil dan
efektif
80
81
anggota DPR.100
Titi menjelaskan, dari hasil Pemilu 2019, ada tujuh partai yang tak
partai tak lolos parlemen dan suara masyarakat tak terwakilkan, lanjut
Titi, kenaikan ambang batas dari 3,5 menjadi 4 persen terbukti gagal
TPS, suaranya enggak bisa dihitung karena tidak lolos parlemen. Jadi,
81
82
ambang batas parlemen sebesar 2,5 persen pada Pasal 202 Undang-
101
http://go.microsoft.com/fwlink/p/?LinkId=255141
102
.Farida Azzahra, Parliamentary Threshold Dan Reformasi Sistem Kepartaian,
https://www.kompasiana.com/faridaazzahra11/6037af728ede487bae264ca3/parliamentary-
threshold-dan-reformasi-sistem-kepartaian?page=3, diakses 10April 2020
82
83
parlemen menjadi 5 persen setelah pada Juni 2020 lalu tengah sempat
Pemilu serentak 2019 lalu terdapat 13,5 juta suara pemilih yang
terbuang.
multipartai yang mana terdapat lebih dari dua partai politik yang dapat
83
84
sulit dijalani dan tengah menjadi paradoks tersendiri. Pada satu sisi,
mencapai stabilitas.
sulit disetujui oleh DPR. Oleh karena hal ini pula lah, maka gagasan
84
85
sewenang-wenang.
85
86
Serikat dan Filipina misalnya lebih memilih sistem dwi partai untuk
memberi efek ekor jas kepada para pemilih untuk memilih partai
yang terpilih di mana hal ini menjadi ancaman demokrasi yang serius
partai.
86
87
elemen masyarakat hanya dalam dua partai politik saja. Oleh sebab
hanya meloloskan 4-6 partai politik di DPR, di mana hal ini dapat
87
88
di dapil.
Pemilu.
terdiri dari gabungan partai politik yang lolos ke DPR. Fusi fraksi ini
88
89
adalah otoritas tertinggi yang tidak tunduk pada otoritas lainya. 106
103
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. 2002. Pengantar Hukum Internasional.
Bandung. Alumni. Hal. 16.
104
C. F. Strong. 2011. Konstitusi-konstitusi Politik Modern. Bandung. Nusa Media.
Hal.8.
105
Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kedaulatan.
diakses tanggal 27 Januari 2018.
106
. Simon Blackburn. 2013. Kamus Filsafat. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal. 822.
89
90
keinginan rakyat.
Indonesia.
yang memiliki kontrol penuh atas urusan dalam negeri mereka sendiri
dalam suatu wilayah atau batas wilayah atau geografis, dan dalam
90
91
entitas adalah entitas yang berdaulat bukanlah hal yang pasti, tetapi
Kontrak Sosial atau Prinsip Hak Politik) terbagi menjadi dua, yaitu
Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan kedaulatan atau kedaulatan
107
Pengertian kedaulatan rakyat, https://www.dosenpendidikan.co.id/kedaulatan-rakyat/,
diakses 12 Mei 2020
91
92
1. John Locke
92
93
2. Montesquieu
harus dipisah satu sama lain. Berarti lembaga negara yang lain tidak
3. JJ Rousseau
93
94
rakyat.
terlebih dahulu siapakah rakyat itu? Rakyat adalah orang yang tunduk
hak dan kewajiban pada suatu negara. Penduduk adalah orang yang
94
95
secara bersama.
mulai abad XVII hingga sekarang. Paham ini dipengaruhi oleh teori
sebagai berikut:
Rakyat.
2. Adanya pemilu.
Undang Dasar.
95
96
berarti suatu kesatuan yang terdiri atas berbagai unsur yang saling
96
97
(1)).
kebijakan mereka.
97
98
Formal
dapat diselenggarakan berdasarkan falsafah atau ideologi yang dianut oleh suatu
98
99
yakni terjadinya konflik dan konsensus. Bahwa praktek demokrasi sebagai suatu
Indonesia bukan hanya kerakyatan yang mencari suara terbanyak saja, tetapi
suara (voting) sebagai pilihan terakhir, dan harus menjunjung tinggi semangat
disadari secara teoritis bahwa corak demokrasi ideal yang melibatkan semua
orang tersebut bahkan pada aspek terkecil sebagaimana yang diidealisasi oleh
John Stuart Mill, tidak sepenuhnya dapat diterapkan. Suatu negara yang plural
99
100
sangat sulit untuk dibulatkan. Hatta sendiri berpendapat bahwa “mufakat yang
setiap elemen masyarakat dalam hal membentuk partai politik dan berpeluang
untuk mengikuti pemilu dengan syarat yang sama, namun eksistensinya dalam
lembaga perwakilan dapat dibatasi oleh rakyat sendiri melalui pemilihan umum
secara adil. Pada hakikatnya bahwa yang menjadi sumber hukum secara
100
101
prinsip dasar dalam pembangunan hukum nasional secara luas. Terdapat dua hal
Indonesia yaitu, tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka dan tidak
kesejahteraan atau keadilan yang ada dalam seluruh masyarakat, namun juga
hanya berhubungan dengan persamaan politik, tetapi juga dalam hal ekonomi.
ekonomi dan tidak hanya sebatas berkutat pada hak-hak politik. Pun demikian
dengan ukuran keadilan sosial pada pengaturan ambang batas formal seyogyanya
mengarah kepada konsep beban dan tanggung jawab, dimana Mohammad Hatta
Pancasila diimbangi dengan adanya rasa tolong menolong sebagai solusi atas
101
102
Indonesia yang penuh dengan rasa gotong royong, toleransi, dan kekeluargaan.
kesejahteraan sosial.
tahun 1999. Pada pemilu tahun 2009, electoral threshold sudah tidak
syarat partai politik tersebut memiliki kursi di DPR pada pemilu 2004
kemarin.
Akan tetapi ketentuan ini tidak berlaku untuk penentuan perolehan kursi
adalah jumlah suara sah seluruh partai politik peserta pemilu dikurangi
jumlah suara sah partai politik peserta pemilu yang tidak memenuhi
108
Undang-Undang No.10 Tahun 2008 pasal 202-203
102
103
threshold sebesar 2.5 persen, hanya ada 9 partai politik yang berhasil
duduk di kursi parlemen. Adapun partai politik yang lolos adalah partai
partai PKS 7.88%, partai PAN 6.01%, partai PPP 5.32%, partai PKB
akumulasi partai yang tidak lolos ambang batas adalah 18.29% atau sekitar
parlemen sebesar 3.5%. Ambang batas parlemen ini terdapat pada pasal
208 yang berbunyi “Partai Politik Peserta Pemilu harus memenuhi ambang
dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan
Kabupaten/Kota.”109
103
104
pemerintahan.
Jumlah partai politik pada pemilu 2004 berjumlah 12 dan 3 partai lokal di
Provinsi Aceh. Hasil dari pemilu 2014 dengan ambang batas 3.5% hanya
yang tidak lolos ambang batas tidak memiliki wakilnya di DPR. Adapun
partai politik yang lolos ambang batas parlemen adalah partai Demokrasi
Hati Nurani Rakyat (Hanura). Sedang dua partai lainnya, yaitu Partai
Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
parlemen dari 2,5% menjadi 3,5% tidak efektif mengurangi jumlah partai
politik di DPR. Dari 12 (dua belas) partai politik yang menjadi peserta
parlemendan hanya 2 (dua) partai politik yaitu PBB dan PKPI yang tidak
104
105
Pada pemilu 2019 yang dilakukan bulan April yang lalu yang
Pasal 414 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 2017 yang berbunyi : “Partai
paling sedikit 4% (empat persen) dari jumlah suara sah secara nasional
kenaikan sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dari Pemilu tahun 2014
persen) pada pemilihan legislatif tidak akan lolos sebagai anggota DPR RI.
ada sembilan partai politik yang lolos ambang batas parlemen. Tujuh
partai yang tidak lolos adalah Garuda, Berkarya, Perindo, PSI, Hanura,
PBB dan PKPI. Jumlah kumulatif dari partai yang tidak lolos adalah
105
106
“Pada prakteknya jika kita rujuk pemilu 2019 dengan angka parliamentary
tim tempo.
Karena bagi partai politik perolehan suaranya yang tidak mencapai angka
menata ulang besaran alokasi kursi per daerah pemilihan (dapil). Menurut
dia perubahan besaran dapil dari 3-10 menjadi 3-8 akan menghasilkan
berarti semakin kompetitif dan sulit bagi partai politik untuk meraih kursi
106
BAB IV ANALISIS PENGATURAN AMBANG BATAS PARLEMENTARY TRESHOOLD (PT) DALAM KONTEKS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM BERDASARKAN KEDAULATAN RAKYAT PASAL 1 AYAT (2) UNDANG- UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945
tahun 1999. Pada pemilu tahun 2009, electoral threshold sudah tidak
syarat partai politik tersebut memiliki kursi di DPR pada pemilu 2004
kemarin.
parlemen sebesar 3.5%. Ambang batas parlemen ini terdapat pada pasal
persen) dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam
Kabupaten/Kota.”
108
Pada pemilu 2019 yang dilakukan bulan April yang lalu yang
Pasal 414 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 2017 yang berbunyi : “Partai
paling sedikit 4% (empat persen) dari jumlah suara sah secara nasional
kenaikan sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dari Pemilu tahun 2014
persen) pada pemilihan legislatif tidak akan lolos sebagai anggota DPR RI.
ada sembilan partai politik yang lolos ambang batas parlemen. Tujuh
partai yang tidak lolos adalah Garuda, Berkarya, Perindo, PSI, Hanura,
PBB dan PKPI. Jumlah kumulatif dari partai yang tidak lolos adalah
sama, yakni ambang batas (syarat) yang harus dilampaui oleh partai
108
109
sebagai syarat (yang berupa persentase) bagi partai politik untuk dapat
Sebagai salah satu instrument teknis dalam sistem pemillu, ambang batas
109
110
sedang bergerak dari situasi dan gejolak konflik yang mendalam, biasanya
dibutuhkan threshold yang rendah bagi partai peserta pemilu agar bisa
112
Jamaludin Ghafurdan Allan Fatchan Ghani Wardana, Presidential Threshold, Setara
Press, Jakarta, Hlm. 102-103
110
BAB V PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
112
113
hukum.
B. Saran-Saran
sebagai berikut :
113
114
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Efriza, Imu Politik dari Ilmu Politik sampai Sistem Pemerintahan, Cet. 2,
Bandung: Alfabeta, 2009.
114
115
Lili Romli, Pemilu Era Reformasi dan Konfigurasi Peta Kekuatan Partai
Politik, Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019.
Moh. Mahfud MD, Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu, Cet. 3,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
115
116
Thaib Dahlan dkk, Teori dan Hukum Konstitusi, Cet. 12, Jakarta : Raja
Grafindo persada, 2015.
B. Hukum/Peraturan Perundang-Undangan
116
117
C. Kamus/Ensiklopedia/Internet/Media lainnya
117
118
118
119
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama : IDRUS
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN Pagintungan : 1988-1994
2. MTs Ikhlas Jawilan : 1994-1997
3. MA Ikhlas Jawilan : 1997-2000
4. S1 Filsafat Islam IAIN SMH Banten : 2000-2005
5. S2 Hukum Tata Negara Untirta : 2017-2021
RIWAYAT ORGANISASI
1. DPD KNPI Provinsi Banten : 2011-2013
2. DPD KNPI Provinsi Banten : 2008-2011
3. HKTI Provinsi Banten : 2008-2011
4. GP Ansor Kab. Serang : 2014-2018
RIWAYAT PEKERJAAN
1. Guru MTs Ikhlas Jawilan : 2005-2012
2. Guru MA Ikhlas Jawilan : 1994-1997
3. Guru MTs Terpadu al-Wahdah Jawilan : 2012-2013
4. KPU Kabupaten Serang : 2013-2018
5. KPU Kabupaten Serang : 2018-2023
119