Anda di halaman 1dari 49

PENGISIAN JABATAN WAKIL KEPALA DAERAH TERPILIH

YANG MENINGGAL DUNIA SEBELUM DILANTIK

USULAN PENELITIAN TESIS

OLEH :
IVAN AGUSTA, ST
NPM. 201003741011031

PROGRAM STUDI HUKU PROGRAM MAGUSTER


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG
2022

i
Usulan Penelitian

PENGISIAN JABATAN WAKIL KEPALA DAERAH TERPILIH


YANG MENINGGAL DUNIA SEBELUM DILANTIK

Oleh :
IVAN AGUSTA, ST
NPM. 201003741011031

Telah Disetujui
tanggal………………………….

Oleh :

Pembimbing Ketua Program

Prof. Dr. Retno Mawarini Sukmariningsih, SH., M.Hum Dr. Anggraeni Endah Kusumaningrum, SH., M.Hum
NIDN. 0628026602 NIDN. 0605106301

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ............................................................................... 7

C. Rumusan Masalah ................................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

E. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 9

F. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 10

G. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 11

H. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 12

1. Tinjauan Umum

a. Konsep Negara Hukum ..................................................................... 12

b. Konsep Negara Kesatuan .................................................................. 16

c. Pemerintahan Daerah ........................................................................ 19

d. Tujuan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ............................... 21

2.Tinjauan Khusus

a. Negara Hukum .............................................................................. 22

b. Jabatan........................................................................................... 24

c. Politik Hukum ............................................................................... 27

iii
d. Kewenangan .................................................................................. 29

I. Metode Penelitian ................................................................................... 31

1. Jenis Penelitian.................................................................................. 32

2. Pendekatan ........................................................................................ 32

3. Lokasi Penelitian ............................................................................... 32

4. Sifat Penelitian .................................................................................. 33

5. Data dan Bahan ................................................................................. 33

6. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 35

7. Metode Penyajian Data ..................................................................... 38

8. Metode Analisa Data ......................................................................... 39

J. Sistematika Penelitian ............................................................................. 40

K. Jadwal Penelitian .................................................................................... 41

Daftar Pustaka Sementara

iv
1

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara hukum dengan bentuk negara kesatuan

berdasarkan ketentuan UUD Negara RI 1945 Pasal 1 ayat (1), bahwasannya :

“Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik ”. Serta di

pertegas dalam UUD Negara RI Tahun 1945 pada Pasal 37 ayat (5) yang

menyatakan bahwa “Khusus terkait dan mengenai bentuk Negara Kesatuan

Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”.

Indonesia merupakan negara menganut sistem demokrasi.1 Dalam

sistem demokrasi, masyarakat memiliki peran besar dalam menentukan arah

dan tujuan negara2 mengingat kedaulatan sepenuhnya berada di tangan

rakyat. Pemerintah bertugas melayani kepentingan-kepentingan rakyat.

Dianutnya paham demokrasi, kedaulatan rakyat, negara hukum dan

hak asasi manusia secara tegas dalam UUD Tahun 1945 membawa angin

segar bagi kehidupan kebangsaan Indonesia. Pertama-tama demokrasi

merupakan mekanisme pemerintahan, dimana aktualisasi pemerintahan itu

berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.3 Munculnya pemerintahan

demokratis dapat dimaknai sebagai upaya memperbaiki mekanisme

pemerintahan yang sebelummnya diwarnai dengan praktik-praktik

pelanggaran hak-hak rakyat, mendahulukan kepentingan sebagian kecil

1
Dengan menganut sistem demokrasi yang dianggap ideal untuk diterapkan di negara
modern. Lihat Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara, cet. Ke-6, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2011), hlm. 241.
2
Meriam Budiarjo, Masalah Kenegaraan, cet. Ke-3, (Jakarta: PT Gramedia, 1980), hlm.32.
3
Jimly Ashiddiqie, Gagasan Kedaulatan Lingkungan: Demokrasi Versus
Ekokrasi,Makalah, hlm. 6. Tulisan ini disarikan sebagian dari materi buku Jimly Asshiddiqie,
Green Constitution: Nuansa Hijau UUD 1945, (Jakarta: Rajagrafindo/Rajawali Pers, 2009).
2

orang, menempatkan kepentingan pribadi sebagai titik tolak pelaksanaan

pemerintahan dan tindakan-tindakan lainnya.4

Secara filosofis demokrasi hendaknya dibangun secara partisipatoris

(participatory democracy) dengan kebebasan sebagai nilai utamanya.5

Sehingga pengisian lembaga perwakilan dalam praktek ketatanegaraan

lazimnya dilaksanakan melalui Pemilihan Umum. Pasca perubahan

amandemen UUD 1945, dengan tujuan untuk memilih anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan PerWakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, dan Presiden dan Wakil Presiden. Salah satu perubahan penting

dalam konstitusi adalah pengaturan mengenai pemerintah Daerah.

Tujuan diselenggarakannya pemilu adalah untuk memilih Wakil

rakyat dan Wakil Kepala Daerah, serta untuk membentuk pemerintahan

yang demokratis, kuat dan didukung oleh rakyat dalam rangka mewujudkan

tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang dasar

1945. Jika dicermati Pasal 1 ayat (2)6 terlihat bahwa kita menganut faham

demokrasi konstitusional yaitu kedaulatan berada ditangan rakyat dan

dilaksanakan menurut undang- undang dasar 1945. Untuk mewujudkan

kedaulatan yang dimiliki rakyat tersebut, maka sampai saat ini cara paling

tepat adalah melalui pemilihan umum secara langsung oleh rakyat, sebab

4
Koencoro Poerbopranoto, Sistem Pemerintahan Demokrasi, (Bandung: Eresco, 1987),
hlm. 6.
5
Sigmun Neuman, Ajaran-ajaran Demokrasi: Perubahan-perubahan Masyarakat dan
Pengaruhnya Terhadap Negara dalam Miriam Budiardjo, Masalah Kenegaraan, (Jakarta:
Gramedia, 1985), hlm. 135.
6
Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 1 ayat (3) UUD Tahun 1945 diletakkan sama-sama dalam
konstruksi Pasal 1 yang menujukkan adanya hubungan tak terpisahkan diantara keduanya. Selain
itu Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 1 ayat (3) UUD Tahun 1945, keduanya dirumuskan dalam waktu
amandemen yang sama yakni amandemen ke-3 (tiga).
3

Kepala Daerah merupakan bagian dari pemilukada dan Wakil Kepala

Daerah juga bagian dari Kepala Daerah yang dipilih Sepakat dalam

Pemilukada.7

Pengisian kekosongan jabatan Wakil Kepala Daerah dewasa ini

seakan-akan dianggap sepele dan terkesan dibiarkan berlarut-larut proses

pengisiannya oleh pemegang kewenangan yaitu Kepala Daerah bersama

dengan DPRD, seperti yang terjadi di Kabupaten Grobogan. Hingga bulan

Agustus 2017, jabatan wakil bupati di Kabupaten Grobogan masih belum

terisi. Hal tersebut terjadi karena wakil Bupati terpilih Grobogan Edy

Maryono meninggal pada 3 hari sebelum ia dilantik menjadi wakil bupati,

tepatnya pada hari Jumat 11 Maret 2016. Pasangan Sri Sumarni-Edy

Maryono memenangkan Pilkada serentak pada 9 Desember 2015. Pasangan

itu diusung PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hanura, dan

Partai Amanat Nasional. Sedianya, pasangan itu menjabat hingga 2021.8

Wakil Kepala Daerah merupakan pucuk pimpinan Kepala Daerah

suatu wilayah pemerintahan. Sesunggunya Wakil Kepala Daerah punya

kedudukan setara dengan Kepala Daerah dalam menjalankan roda

pemerintahan, terkecuali dalam penentuan kebijakan.9 Dalam melaksanakan

tugas sebagaimana dimaksud di atas, Wakil Kepala Daerah bertanggung

7
Ibramsyah Amirudin. Kedudukan KPU dalam Struktur Ketatanegaraan Republik
Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945. (Jogjakarta: Laksbank Mediatama, 2008), hlm. 3.
8
Rahma Aluia & Fifiana Wisnaeni, Pengisian Jabatan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala
Daerah Yang Berhalangan Tetap Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Studi Kasus Pengisian
Jabatan Wakil Bupati Kabupaten Grobogan), Masalah-Masalah Hukum, Vol. 47 No 3 Juli 2018
hlm. 298-316.
9
Lihat Paragraf 2 tentang Wakil Kepala Daerah UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
daerah.
4

jawab kepada Kepala Daerah. Serta diberikan wewenang dan fungsi untuk

membantu tugas dan fungsi Kepala Daerah. Posisi Wakil Kepala Daerah

sangatlah strategis kalau dilihat dari tugas dan fungsi Kepala Daerah yang

begitu besar, peran dan fungsi Wakil Kepala Daerah sangat penting dalam

pemerintahan lokal.

Tentu dalam melaksanakan tugas dan fungsi seorang Kepala Daerah

yang memimpin di tingkat provinsi dan sekaligus pula sebagai Wakil

pemerintah di tingkat provinsi, keberadaan Wakil Kepala Daerah sangat

diperlukan dan sangat urgen dengan melihat tugas dan fungsi Kepala

Daerah yang memiliki 2 fungsi dan tugas sekaligus serta membutuhkan

perencanaan yang matang serta tindakan yang cepat pula, namun dalam

kenyataan di lapangan tugas dan fungsi Wakil Kepala Daerah tidak terlihat

jelas dan tugas dan fungsi Wakil Kepala derah terkesan kurang berfungsi.10

Pengisian jabatan negara (Staatsorganen, staatsambten) merupakan

salah satu unsur penting dalam hukum tata negara. Logemen membuat tujuh

rincian objek kajian hukum tata Negara, diantaranya (1) Jabatan apakah

yang terdapat dalam susunan ketatanegaraan tertentu; (2) Siapakah yang

mengadakan jabatan- jabatan itu; (3) Bagaimanakah cara melengkapinya

dengan pejabat; (4) Apakah tugasnya; (5) Apakah wewenangnya; (6)

Perhubungan kekuasaanya satu sama lain: (7) Dalam batas-batas apakah

10
C.S.T. Kansil, Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991),
hlm. 390.
5

organisasi negara dan bagian-bagianya menjalankan tugas dan

wewanangya.11

Tanpa diisi dengan pejabat (Ambtsdrager), Fungsi-fungsi jabatan

negara tidak mungkin dijalankan sebagaiman mestinya. Pengisian jabtan

tidak hanya sekali dilakukan namun dilaksanakan secara reguler setiap

prieode tertentu untuk memilih pejabat pemimpin Daerah guna menunjang

berjalannya fungsi negara. Tanpa mekanisme yang jelas, pengisian

pemangku jabatan sebagai pelaksana jabatan tidak akan berjalan. Dalam

Konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menerapkan

desentralisasi, pengisian jabatan Kepala Daerah merupakan bentuk

pengisian pejabat negara agar melaksanakan fungsi pemerintahan Daerah

sebagai bagian dari pemerintah pusat dapat terlaksana.

Mekanisme pengisian jabatan Kepala Daerah dimaksudkan untuk

memilih pemimpin di level Daerah yang akan menjalankan fungsi

pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 78 ayat

(1) menerangkan bahwa; Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah

berhenti karena: a) Meninggal Dunia b) Permintaan sendiri; atau c)

Diberhentikan jo. Pasal 176 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2014 TentangPemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi

Undang-Undang, menyebutkan:

11
Sri Soemantri. Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, (Bandung: Alumni, 2006),
hlm. 174.
6

1) Dalam hal Wakil Gubernur, Wakil Bupati, dan Wakil Walikota berhenti

karena meninggal dunia, permintaan sendiri, atau diberhentikan,

pengisian Wakil Gubernur, Wakil Bupati, dan Wakil Walikotadilakukan

melalui mekanisme pemilihan oleh DPRD Provinsi atau DPRD

Kabupaten/Kota berdasarkan usulan dari Partai Politik atau gabungan

Partai Politik pengusung.

2) Partai Politik atau gabungan Partai Politik pengusung mengusulkan 2

(dua) orang calon Wakil Gubernur, Wakil Bupati, dan Wakil Walikota

kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah melalui Gubernur, Bupati,

atau Walikota, untuk dipilih dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.

3) Dalam hal Wakil Gubernur, Wakil Bupati, dan Wakil Walikota berasal

dari calon perseorangan berhenti karena meninggal dunia, permintaan

sendiri, atau diberhentikan, pengisian Wakil Gubernur, Wakil Bupati,

dan Wakil Walikota dilakukan melalui mekanisme pemilihan masing-

masing oleh DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota berdasarkan

usulan Gubernur, Bupati, dan Walikota

4) Pengisian kekosongan jabatan Wakil Gubernur, Wakil Bupati, dan Wakil

Walikota dilakukan jika sisamasa jabatannya lebih dari 18 (delapan

belas) bulan terhitung sejak kosongnya jabatan tersebut.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengusulan dan pengangkatan

calon Wakil Gubernur, calon Wakil Bupati, dan calon Wakil Walikota
7

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)

diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Tata cara pengisian kekosongan jabatan Wakil Kepala Daerah yang

berasal dari Partai Politik dan gabungan Partai Politik dalam kontek ini yang

menimbulkan multitafsir. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian ini.

selain untuk mengetahui bagaimana seharusnya mekanisme pengisian

kekosongan jabatan Wakil Kepala Daerah dilakukan menurut Peraturan

Perundang-Undangan, juga untuk mengetahui bahwa pengisian kekosongan

jabatan tersebut sangat diperlukan dalam sistem Pemerintahan Daerah.

Apabila masalah kekosongan jabatan ini tidak segara diatasi, maka

kemungkinan akan timbul masalah-masalah baru. Oleh karena itu, untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, sangatlah dibutuhkan adanya

pelaksana tugas sementara untuk mejalankan fungsi tersebut.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

membahas masalah mengenai “Pengisian Jabatan Kepala Daerah Terpilih

Yang Meningal Dunia Sebelum Dilantik”.

B. Pembatasan masalah

Penulis dalam karya tulis ilmiah Tesis ini membatasi permasalahan

khusus studi kasus Pengisian Jabatan Wakil Bupati Kabupaten Grobogan

Periode-2016-2021). Tesis ini akan menganalisis faktor-faktor yang

menimbulkan tidak disinya jabatan Wakil Bupati Kabupaten Grobogan


8

periode 2016-2022 dan akan menganalisis bagaimana mekanisne seharusnya

pengisian jabatan wakil bupati apabila meninggal sebelum dilantik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme pengisian jabatan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah saat ini?

2. Bagaimana seharusnya pengisian jabatan Wakil Bupati Grobogan

periode 2016-2021 terpilih yang meninggal sebelum dilantik?

D. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penulisan karya ilmiah

Tesis ini antara lain :

1. Untuk menganalisa mekanisme pengisian jabatan Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah saat ini.

2. Untuk menemukan dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan

jabatan Wakil Bupati Grobogan terpilih periode 2016-2021 yang

meninggal dunia sebelum dilantik tidak dilakukan pengisian jabatan

3. Untuk menemukan mekanisme seharusnya pengisian jabatan Wakil

Bupati Grobogan periode 2016-2021 terpilih yang meninggal sebelum

dilantik.
9

E. Kegunaan penelitian

Dalam penelitian ini, adapun kegunaan yang hendak dicapai dapat

dipetakan menjadi dua aspek, yakni:

a. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat berguna serta

bermanfaat bagi pengembangan keilmuan yakni ilmu hukum pada

umumnya, serta menambah referensi keilmuan di bidang hukum

berkaitan tentang hukum tata negara lebih khusus mengenai masalah

Kekosongan Jabatan Wakil Bupati.

b. Secara praktis, dapat digunakan menjadi pertimbangan bagi para

pemerintah Daerah, penegak hukum, pencari keadilan serta

masyarakat umum untuk melakukan penemuan hukum yang

mendukung terjadinya pemenuhan keadilan bagi masyarakat untuk

mengambil langkah dalam mengatasi kekosongan jabatan publik.

F. Penelitian Terdahulu

No Penelitian Persamaan Perbedaan


1. Khairil Anwar, Jurnal Membahas mengenai Penelitian yang ditulis
Aspirasi Vol. 2 No. 2 pengsisian oleh Penulis lebih spesifik
10

Agustus 2017 pelaksaan kepaladaerah karena membahas tentang


pengisian jabatan kepala pengisian jabatan
daerah wakilkepaladaerah di
kabupaten grobogan

2. H. Achmad Fauzi, Jurnal Membahas mengenai Penelitian yang ditulis


Hukum dan Dinamika fungsi kekosongan oleh Penulis lebih spesifik
Masyarakat, Vol. 11 jabatan wakil bupati karena pengisian jabatan
Nomor 2 Tahun 2014, wakilkepaladaerah di
wakil bupati meninggal kabupaten grobogan
dunia bagaimana mengisi
kekosongan jabatan

3. Nurdin Sipayung, Tesis Membahas mengenai Penelitian yang ditulis


Pasca Sarjana Ilmu wakil bupatisecara oleh Penulis lebih spesifik
Hukum Universitas umum karena membahas tentang
Sumatera Utara, Tahun pengisian jabatan
2018, pengisian jabatan wakilkepaladaerah di
wakil bupati kabupaten grobogan

Terdapat tiga penelitian terdahulu yang Penulis jadikan rujukan dalam

penyusunan tesis ini. Meskipun sama-sama membahas mengenai fungsi

pengisian jabatan wakil kepala daerah namun dalam pembahasannya terdapat

perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian Penulis. Penelitian

Penulis lebih spesifik karena membahas tentang pengisian Wakil Bupati

Grobogan terpilih yang meninggal dunia sebelum dilantik.


11

G. Kerangka penelitian

Das Sollen
Das Sein
1. Pasal 78 ayat (1) Undang-Undang 23 Tahun 2014
mengatur “Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala
Daerah berhenti karena: a) Meninggal Dunia b) Hingga bulan Agustus 2017,
Permintaan sendiri; atau c) Diberhentikan” jabatan wakil bupati di
2. Pasal 176 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun Kabupaten Grobogan masih
2016 mengatur "Dalam hal Wakil Gubernur, Wakil
belum terisi. Hal tersebut terjadi
Bupati, dan Wakil Walikota berhenti karena meninggal
karena wakil Bupati terpilih
dunia, permintaan sendiri, atau diberhentikan,
pengisian Wakil Gubernur, Wakil Bupati, dan Wakil Grobogan Edy Maryono
Walikotadilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh meninggal pada 3 hari sebelum ia
DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota dilantik menjadi wakil bupati,
berdasarkan usulan dari Partai Politik atau gabungan
tepatnya pada hari Jumat 11
Partai Politik pengusung."
Maret 2016.
3. Pasal 176 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2016 mengatur "Partai Politik atau gabungan Partai
Politik pengusung mengusulkan 2 (dua) orang calon
Wakil Gubernur, Wakil Bupati, dan Wakil Walikota
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah melalui
Gubernur, Bupati, atau Walikota, untuk dipilih dalam
rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah."

Kesenjangan
Bahwa secara regulasi seharusnya pada saat itu jabatan Wakil Bupati Grobogan Terpilih yang meninggal dunia
sebelum dilantik seharunya dapat diisi oleh pengganti yang berasal dari partai politik atau gabungan partai politik,
namun hal ini tidak dilakukan oleh partai politik dan gabungan partai politik pengusung sehingga sampai dengan
akhir periode jabatan tahun 2021 jabatan Wakil Bupati Grobogan.

Perumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme pengisian jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah saat ini?
2. Mengapa jabatan Wakil Bupati Grobogan terpilih periode 2016-2021 yang meninggal dunia sebelum dilantik
tidak dilakukan pengisian jabatan?
3. Bagaimana seharusnya pengisian jabatan Wakil Bupati Grobogan periode 2016-2021 terpilih yang meninggal
sebelum dilantik?
12

H. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum

a. Konsep Negara Hukum

Istilah negara hukum termasuk istilah yang masih muda, baru

muncul pada abad ke-19, hal tersebut jika dibandingkan dengan

istilah-istilah terkenal lainnya dalam ketatanegaraan seperti

demokrasi, konstitusi, kedaulatan dan sebagainya.12 Konsep negara

hukum terkait dengan istilah nomokrasi (nomocratie) atau kedaulatan

hukum yang berarti bahwa dasar penentu dalam penyelenggaraan

kekuasaan negara adalah hukum. Maksud dari negara hukum ialah

bahwa tidak ada satu pun yang berada di atas hukum dan hukumlah

yang paling berkuasa. Hukum dijadikan dasar dalam penyelenggaraan

kekuasaan pemerintahan, bukan titah kepala negara. Negara dan

lembaga-lembaga lain dalam bertindak apapun harus dilandasi oleh

hukum sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.

Kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum

(supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban

hukum.13

Konsep negara hukum yang paling dikenal di dunia adalah

konsep negara hukum Rechtsstaat produk Eropa Kontinental serta

12
A. Mukthie Fadjar,Tipe Negara Hukum, Malang: Bayumedia Publishing, 2003, hal. 10.
13
M. Tahir Azhary,Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsipnya, Dilihat dari
Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini, Bogor:
Kencana, 2003, hal. 30.
13

konsep negara hukum Rule of Law produk Anglo Saxon.14Rechtstaats

lahir di dataran Eropa yang pada dasarnya bertumpu pada sistem

hukum Eropa Kontinental yang di istilahkan civil law. Ide tentang

rechtstaats mulai populer pada abad ke- 17 sebagai akibat dari situasi

sosial politik eropa yang didominasi oleh absolutisme raja. Sistem

hukum Eropa lahir dari perjuangan kaum borjuis untuk mendapatkan

tempat dalam hukum, karena saat itu, hukum hanya dikendalikan oleh

golongan raja, bangsawan dan gereja. Kaum borjuis mengharapkan

adanya jaminan kemerdekaan dan kepastian hukum, sehingga terlahir

prinsip kesamaan di hadapan hukum (equality before the law).15

Paham Rechtstaats dikembangkan oleh ahli-ahli hukum

Eropa Kontinental, dimulai oleh Immanuel Kant, dilanjutkan oleh

Friedrich Julius Stahl, dan Hans Kelsen. Bahkan Hans Kelsen dikenal

yang mengemukakan teori “reine rechtslehre” (ajaran hukum murni

atau teori hukum murni), bahwa hukum seharusnya dipisahkan dari

anasir-anasir non hukum seperti politik, sosial, moral, dan lainnya.

Gagasan itulah yang melahirkan hukum positif.16

14
Jimly Ashiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press.
2005,hal. 152.
15
Jimly Ashiddiqi, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Mahkamah Konstitusi RI,
2006, hal. 25.
16
Jimly Ashiddiqie, dan Safaat Ali, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, Jakarta: Mahkamah
Konstitusi RI, 2006, hal. 45.
14

Friedrich Julius Stahl, ahli hukum klasik dari Jerman

memberikan ciri-ciri Rechtsstaat harus memenuhi 4 (empat) unsur,

yaitu:17

1. Perlindungan hak asasi manusia.


2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi
manusia yang biasa dikenal sebagai Trias Politika.
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.
4. Adanya peradilan administrasi (judikatif) yang netral untuk
menyelesaikan perselisihan antara rakyat dengan penguasa.
Sedangkan menurut Jimly Asshiddiqie, ada dua belas ciri penting dari

negara hukum, yaitu :18

a. Supremasi hukum
b. Persamaan dalam hukum
c. Asas legalitas
d. Pembatasan kekuasaan
e. Organ eksekutif yang independent
f. Peradilan bebas dan tidak memihak
g. Peradilan tata usaha negara
h. Peradilan tata negara
i. Perlindungan hak asasi manusia
j. Bersifat demokratis
k. Sarana untuk mewujudkan tujuan negara
l. Transparansi dan kontrol sosial
Secara ringkas, ciri-ciri atau unsur-unsur dari negara hukum

dapat dirangkum dalam 3 (tiga) hal, yaitu :

1. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan,

artinya negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang sebab

tindakan negara dibatasi oleh hukum yang berlaku, individual

17
Edi Pranoto, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Semarang: Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, 2020,hal. 1.
18
Ashiddiqie, 2005, Op.cit., hal. 15.
15

mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak

terhadap penguasa.

2. Asas legalitas. Artinya setiap tindakan negara harus berdasarkan

hukum yang telah ada terlebih dahulu dan harus ditaati juga oleh

pemerintah atau aparaturnya.

3. Adanya pemisahan kekuasaan. Agar hak-hak asasi itu betul-betul

terlindung maka perlu ada pemisahan kekuasaan yaitu badan yang

membuat peraturan perundang-undangan (legislatif), melaksanakan

peraturan (eksekutif) dan yang mengawasi jalan nya peraturan

perundang-undangan (judikatif).

Sedangkan paham Rule of Law mulai dikenal setelah Albert Venn

Dicey pada tahun 1885 yang menerbitkan buku Introduction to Study

of the Law of the constitution. The rule of law bertumpu pada sistem

hukum Anglo Saxon atau common law system. Unsur-unsur Rule of

Law yang di gagas Dicey adalah :19

1. Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law), yaitu


tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary
power);
2. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality
before the law). Dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun
orang pejabat dan penguasa.
3. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang- undang (di negara
lain oleh Undang- Undang Dasar) serta keputusan-keputusan
pengadilan.
Negara Indonesia, menganut konsep Rechtstaats Eropa

Kontinental yang merupakan warisan dari kolonial Belanda. Istilah

19
Albert Venn Dicey,Introduction to Study of The Law of The Constitution, Ninth edition.
ST. Martin’s Street, London: Macmillan And Co, Limited, 1952,hal. 50.
16

negara hukum di Indonesia sering diterjemahkan Rechtstaats atau

Rule of Law untuk menunjuk hal yang sama. Hal ini tercermin dalam

UUD 1945 Amandemen ke-empat Pasal 1 ayat (3) yang mangatakan

“Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Indonesia juga disebut

negara Demokrasi yang tercermin dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (2),

bahwa “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut

Undang-Undang Dasar”. Konsekuesi bahwa Indonesia adalah negara

hukum artinya kekuasaan tertinggi dalam negara indeonesia adalah

hukum.

b. Konsep Negara Kesatuan

Secara etimologi “Negara” adalah terjemahan dari istilah

“Staat” dari bahasa Belanda dan Jerman, “State” dati bahasa inggris

serta istilah “Etat” dari bahasa Perancis.20 Sedangkan pengertian

secara terminologi, negara adalah organisasi tertinggi di antara satu

kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup

dalam suatu kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.21

Konsep negara kesatuan (unitary state) adalah konsep suatu

negara yang tidak mempunyai kesatuan-kesatuan pemerintahan yang

mempunyai kedaulatan. CF Strong menyebutkan bahwa hakikat

negara kesatuan adalah negara yang kedaulatannya tidak terbagi

20
Suroto dan Benny Bambang, Ilmu Negara, Semarang: Fakultas Hukum Universitas 17
Agustus 1945 Semarang, 2015, hal. 45.
21
Raka Fahreza W, Bentuk Negara Indonesia, Tujuan dan Fungsinya Dalam Menjalankan
Pemerintahan, 2020. Jakarta, Merdeka.com (https://www.merdeka .com/jatim/bentuk-negara-
indonesia-tujuan-dan-fungsinya-dalam-menjalankan-pemerintahan-kln. html) diakses 03/02/2021
jam 10.30 wib
17

(hanya ada di pusat), atau dengan kata lain, pemerintah pusat dalam

negara kesatuan tidak mengakui adanya badan pembuat undang-

undang selain badan pembuat undang-undang pusat.22

Pemerintah pusat mempunyai kekuasaan atau wewenang

tertinggi dalam lapangan pemerintahan. Konsekuensi logis dari

posisinya sebagai penyelenggara kedaulatan rakyat, maka unit-unit

pemerintahan yang dibentuk dan berada di bawah pemerintahan pusat

harus tunduk kepada Pemerintah Pusat. Tanpa disertai ketundukan dan

kepatuhan secara organisasional berdasarkan peraturan yang berlaku,

akan tumpang tindih dalam melaksanakan kewenangannya.23

Menurut Ateng Safrudin, negara kesatuan adalah negara yang

mempunyai konstitusi yang memberikan hak dan kewajiban

menjalankan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan kepada

Pemerintah Pusat.24 UUD Negara RI 1945 memberikan kewenangan

pemerintah negara kepada satu pemerintah, yaitu pemerintah pusat,

karena penyelenggaraan segala kepentingan hak berada dipusat.

Namun terkait dengan luasnya daerah serta banyaknya jumlah

penduduk, maka makin banyak tugas yang harus diurus oleh

pemerintah pusat.

22
CF Strong, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern: Studi Perbandingan tentang Sejarah
dan Bentuk-Bentuk Konstitusi Dunia, terjemahan dari Modern Political Constitutions: An
Introduction to the Comparative Study of Their History and Existing Form, Bandung: Nuansa dan
Nusamedia, 2004, hal. 115.
23
Ahmad Sukardja, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara Dalam
Perspektif Fikih Siyasah, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, hal. 114.
24
Mukhlis, "Fungsi dan Kedudukan Mukim Sebagai Lembaga Pemerintahan dan Lembaga
Adat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh", Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum
Universitas Padjajaran, Bandung, 2014. hal. 50.
18

Sejalan dengan hal tersebut serta adanya kemajuan

masyarakat dan negara, perbedaan antara yang satu dengan yang lain

menyebabkan urusan pemerintah pusat menjadi tidak terkendali

(overload), maka jika keadaan daerah-daerah sudah memungkinkan,

pusat menyerahkan kepada daerah-daerah untuk mengurus dan

menyelenggarakan sendiri kebutuhan-kebutuhan khusus dari daerah-

daerah.

Negara kesatuan memiliki 2 (dua) macam bentuk sistem:25

1. Negara kesatuan bersistem Sentralisasi

Didalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi seluruh

urusan dalam negara langsung diatur oleh pemerintah pusat,

sementara daerah akan menjalankan instruksi dari pemerintah

pusat tersebut.

2. Negara kesatuan bersistem Desentralisai

Negara kesatuan bersistem Desentralisai didalam negara

kesatuan dengan sistem desentralisasi, daerah-daerah diberikan

kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi

daerah ) yang disebut daerah otonom.

Negara kesatuan indonesia menganut sistem desentralisasi26,

artinya wilayah negara kesatuan Indonesia sebagaimana disebutkan di

25
Fahmi Amrusyi, Otonomi Dalam Negara Kesatuan, Jakarata: Media Sarana Press, 1987,
hal. 56.
26
Selain negara kesatuan dengan sistem ”desentralisasi” dikenal pula istilah negara kesatuan
yang “didesentralisasi.” Negara kesatuan dengan sistem “desentralisasi” adalah jenis negara
kesatuan yang menggunakan asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi. Sedangkan negara
19

atas dibagi menjadi beberapa daerah otonom yang berhak megurus

urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan asas desentralisasi,

bukan dalam rangka kemerdekaan sebagaimana dikatakan oleh Alexis

de Toccgueville, ”a nation may establish a system of free

government but without a spirit munipical institution it cannot have

the spirit of liberty.27

c. Pemerintahan Daerah

Menurut Suhady dalam Riawan Pemerintah (government)

ditinjau dari pengertiannya adalah The authoritative direction and

administration of the affairs of men/women in a nation state, city,

ect.28 Dalam bahasa Indonesia sebagai pengarahan dan administrasi

yang berwenang atas kegiatan masyarakat dalam sebuah negara, kota

dan sebagainya. Pemerintahan dapat juga diartikan sebagai the

governing body of a nation, state, city, etc yaitu lembaga atau badan

yang menyelenggarakan pemerintahan negara, negara bagian, atau

kota dan sebagainya.

Pengertian pemerintah dilihat dari sifatnya yaitu pemerintah

dalam arti luas meliputi seluruh kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif,

kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudikatif. Sedangkan pemerintah

dalam arti sempit hanya meliputi cabang kekuasaan eksekutif saja.

kesatuan yang “didesentralissasi” adalah negara kesatuan yang menggunakan asas desentralisasi
dan asas dekonsentrasi yang menitik beratkan pada otonomi daerah. Astim Riyanto. Loc. cit
27
Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945 Cetakan
Pertama, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994, hal. 33.
28
W. Riawan Tjandra, Peradilan Tata Usaha Negara,Yogyakarta: Universitas Atma Jaya,
2009, hal. 197.
20

Sedangkan pengertian Pemerintah Daerah di dalam amanat konstitusi

sebagaimana di dalam Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan

bahwa: “Pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang dapat

menjalankan urusan pemerintahan dengan seluas-luasnya serta

mendapat hak untuk mengatur kewenangan pemerintahan kecuali

urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai

urusan pemerintahan pusat”.

Definisi Pemerintahan Daerah di dalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat (2),

adalah sebagai berikut: “Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan

DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.Adapun dasar

hukum Pemerintahan Daerah yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu

sebagai berikut :29

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Kedudukan


Komite Nasional Daerah yang di tetapkan pada tanggal 23
November 1945.
2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan
Daerah yang di tetapkan pada Tanggal 10 Juli Tahun 1948.
3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1950 tentang Pemerintahan
negara Indonesia Timur yang ditetapkan pada tanggal 15 Mei
1950.

29
Andi Pangerang Moenta, Pokok-Pokok Hukum Pemerintahan Daerah. Depok: PT Raja
Grafindo Persada, 2017, .hal. 19.
21

4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok


Pemerintahan Daerah yang ditetapkan pada tanggal 18 Januari
1957.
5) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah yang ditetapkan pada tanggal 1 Sepetember
1965.
6) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah yang diundangkan pada tanggal 23 Juli
1974.
7) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah yang di undangkan pada tanggal 7 Mei 1999.
8) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah yang di undangkan pada tanggal 28 April
2008.
9) Undang-undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
yang diundangkan pada tanggal 30 September 2014. Perubahan
secara menyeluruh pada penyelenggaraan pemerintahan daerah
karena pada ketentuan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
dianggap tidak sesuai dengan keadaan ketatanegaraan dan
tuntunan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang diberi
mandat untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada daerah.
10) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang penetapan
peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah menjadi Undang-
Undang yang di undangkan tanggal 2 Ferbuari 2015.
11) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yang di undangkan pada tanggal 18 Maret
2015.

d. Tujuan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana

di dalam konsideran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah yaitu diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta


22

peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip

demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kemudian

membantu meringankan urusan pemerintah pusat agar segera

terealisasi menuju yang dicita-citakan, dengan adanya

penyelenggaraan pemerintahan daerah maka segala urusan dapat

terakomodir dengan sistematis.

2. Tinjauan khusus

a. Negara Hukum

Indonesia sebagai Negara Hukum secara eksplisit telah

dituangkan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa Indonesia

merupakan Negara Hukum. Negara hukum dalam arti material yang

juga diistilahkan dengan Negara Kesejahteraan (Welfare State,

Welfaarstaaf) atau “Negara Kemakmuran”.30

Jimly Ashiddiqie berpendapat bahwa dalam konsep Negara

Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam

dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun

ekonomi. Karena itu, jargon untuk menyebut prinsip Negara Hukum

adalah ‘the rule of law, not of man’. Yang disebut pemerintahan pada

pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang

hanya bertindak sebagai ‘wayang’ dari skenario sistem yang

30
E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara, (Bandung: FHPM Univ Padjajaran,
1960), hlm. 21-22.
23

mengaturnya.31 Sedang secara termiologis Negara Hukum dalam

Bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari rule of law (bahasa

Inggris) dan rechssstaat dalam rumusan bahasa Belanda dan Jerman.32

Secara umum terdapat 2 (dua) pemikiran besar menyangkut

konsep Negara Hukum. Di konsep Eropa Kontinental dan Anglo Sexon

Amerika. Di Eropa Kontinental pemikiran ini dikembangkan antara lain

oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan lain-lain

dengan menggunakan istilah Jerman, yaitu “rechtsstaat”. Sedangkan

dalam tradisi Anglo Sexon Amerika, konsep Negara hukum

dikembangkan oleh A.V. Dicey dengan sebutan “The Rule of Law”.33

Menurut Freidrich Julius Stahl, salah satu pemikir sistem Hukum Eropa

Kontinental, memberikan konsep Negara Hukum atau ‘rechtsstaat’ itu

mencakup empat elemen penting, yaitu:

1. Perlindungan hak asasi manusia.

2. Pembagian kekuasaan.

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang.

4. Peradilan tata usaha Negara.34

Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting

dalam setiap Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule

of Law”, yaitu:

31
Jimly Asshiddiqie, “Gagasan Negara Hukum Indonesia,” Makalah, hlm. 1.
Marjanne Termorshuizen, “The Consept Rule of Law,” dalam “JENTERA Jurnal
32 22

Hukum”, Edisi 3 tahun II, Nopember 2004, hlm. 78.


33
Jimly Asshiddiqie, “Gagasan Negara Hukum Indonesia”, Makalah, hlm. 2.
34
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), hlm. 3.
24

1. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-

wenangan sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika

melanggar hukum.

2. Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat

biasa maupun pejabat.

3. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang dan

keputusan- keputusan pengadilan.35

Dalam gagasan kehidupan dan kebatinan Indonesia, dijelaskan

oleh Azhary yang berkesimpulan bahwa ciri khas Negara Hukum

Indonesia ialah unsur-unsur utamanya, yakni :

1. Hukumnya bersumber pada Pancasila;


2. Berkedaulatan rakyat;
3. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi;
4. Persamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan;
5. Kekuasaan Kehakiman yang bebas dari pengaruh
kekuasaan lainnya;
6. Pembentukan undang-undang oleh Presiden bersama-sama
dengan DPR;
7. Dianutnya sistem MPR.36
b. Jabatan

Secara etimologi, kata jabatan berasal dari kata dasar “jabat”

yang ditambah imbuhan–an, yang berdasarkan Kamus Besar Bahasa

35
Ibid., hlm. 4.
36
Azhary, Negara Hukum Indonesia (Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya),
(Depok-Universitas Indonesia: UI Press, 1995), hlm. 143.
25

Indonesia diartikan sebagai “pekerjaan (tugas) dalam pemerintahan atau

organisasi yang berkenaan dengan pangkat dan kedudukan.”37

Menurut Logemann dalam bukunya yang diterjemahkan oleh

Makkatutu dan Pangkerego, jabatan adalah:

“...Lingkungan kerja awet dan digaris-batasi, dan yang

disediakan untuk ditempati oleh pemangku jabatan yang ditunjuk

dan disediakan untuk diWakili oleh mereka sebagai pribadi.

Dalam sifat pembentukan hal ini harus dinyatakan dengan

jelas.”38

Dari pengertian di atas, Logemann menghendaki suatu kepastian

dan kontinuitas pada suatu jabatan supaya dalam organisasi berfungsi

dengan baik.39 Jabatan dijalankan oleh pribadi sebagai Wakil dalam

kedudukan demikian dan berbuat atas nama jabatan, disebutnya

pemangku jabatan.40 Apakah pemangku jabatan berwenang mewakilkan

jabatan kepada orang lain? Logemann menyatakan bahwa “Dalam hal

ini perlu ditempatkan figura-subsitu (pengganti) yang diangkat untuk

mewakili jabatan itu dengan sepenuhnya di bawah pimpinan pemangku

jabatan.”41 Inilah yang menurut Logemann disebut dengan pemangku

37
Poerwasunata, W.J.S Kamus Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta : Balai Pustakan,
2003) .
38
Logemann, diterjemahkan oleh Makkatutu dan Pangkerego dari judul asli, Over de
Theori Van Een Stelling Staatsrecht, Universitaire Pers Leiden, 1948. Tentang teori Suatu Hukum
Tata Negara Positif (jakarta: Ihtiar baru 1975), hlm. 124.
39
Ibid., hlm. 121.
40
Ibid., hlm. 134.
41
Ibid., hlm. 135.
26

jamak. Karena ada pertalian antar jabat-jabatan seperti itu, tampak

sebagai suatu kelompok sebagai satu kesatuan.

Secara teoritis, tata cara pengisian jabatan yang baik

dikemukakan oleh Logemann berpendapat, bagian yang terbesar dari

Hukum Negara (Staatsrecht) adalah peraturan-peraturan hukum yang

menetapkan secara mengikat bagaimana akan terbentuknya organisasi

negara itu. Peraturan-peraturan hukum itu menangani:

1. Pembentukkan jabatan-jabatan dan susunannya


2. Penunjukan para pejabat.
3. Kewajiban-kewajiban, tugas-tugas, yang terikat pada jabatan.
4. Wibawa, wewenang-wewenang hukum, yang terikat pada jabatan.
5. Lingkungan Daerah dan lingkaran personil, atas mana tugas dan
jabatan itu meliputinya.
6. Hubungan wewenang dari jabatan-jabatan antara satu sama lain.
7. Peralihan jabatan.
8. Hubungan antara jabatan dan pejabat.42
Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung

jawab, wewenang, dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam

susunan sesuatu satuan organisasi. Pengertian jabatan dapat ditinjau

dari sudut strukturil yang menunjukan secara tegas kedudukan dalam

rangkaian jabatan yang ada dala organisasi, seperti Direktur, Sekertaris,

dan dapat ditinjau dari sudut fungsi yang menunjukkan kegiatan-

kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi seperti juru ketik,

peneliti, dan juru kesehatan.43 Pengadaan Jabatan adalah sekumpulan

pekerjaan yang berisi tugas-tugas yang sama atau berhubungan satu

dengan yang lain, dan yang pelaksanaannya meminta kecakapan,

42
Ibid., hlm. 144.
43
Difinisi Pekerjaan Profesi Jabatan dan Karir. Diakses
http://ilmukritis.wordpress.com/2012/02/28/difinisi-pekerjaan-profesi-jabatan-dan-karir/ .
27

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang juga sama meskipun

tersebar di berbagai tempat.

c. Politik Hukum

Politik Hukum merupakan (legal policy) tentang hukum yang

akan diberlakukan atau tidak diberlakukan untuk mencapai tujuan

negara.44 Politik Hukum yaitu, kebijakan dasar penyelenggara negara

dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang

bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai

tujuan negara yang dicita-citakan. Dalam definisi ini terdapat

penyelenggara, penyelenggara negara adalah pemerintah yang dalam

pengertian luas mencakup kekuasaan legislatif, eksekutif dan

yudikatif.45

Pemerintahan atau lembaga negara serta cita-cita suatu negara

merupakan bagian dari studi hukum tata negara. Artinya hal-hal yang

berkaitan dengan politik hukum dalam pengertian teoritis dan praktis

(menyangkut makna dan jiwa sebuah tata hukum, dan “teknik hukum”

yang menyangkut cara membentuk hukum) kini menjadi kajian dalam

disiplin ilmu tersebut. Hal ini sesuai dengan pengertian hukum tata

negara yang dikemukakan oleh C. Van Vollenhoven dalam sebuah

tulisan yang berjudul Thorbecke en het Administratief Reacht (1919)46

yang mengatakan bahwa hukum tata negara adalah rangkaian peraturan

44
Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia. (Jakarta: Rajawali Press, 2014). Cet 6, hlm. 4.
45
Ibid., hlm. 7.
46
Ibid., hlm. 9.
28

hukum, yang mendirikan badan-badan sebagai alat (organ) suatu negara

dengan memberikan wewenang kepada badan-badan itu, dan yang

membagi-bagi pekerjaan pemerintah kepada banyak alat negara, baik

yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya.

Tujuan negara yang dicita-citakan dapat dilihat dalam

pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial. Apa yang terdapat dalam pembukaan itu kemudian dijabarkan

lebih rinci pada Pasal-Pasal UUD 1945 tersebut, dan kata- kata yang

tepat dalam bentuk undang-undang atau peraturan perundang-undangan

yang lain yang ada dibawahnya.47 Moh. Mahfud, menjelaskan bahwa

Politik Hukum merupakan kebijaksanaan hukum (legal policy) yang

hendak/telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah Indonesia

yang dalam implementasinya melalui:

a. Pembangunan hukum yang berintikan pembuat hukum dan

pembaharuan terhadap bahan-bahan hukum yang dianggap asing

dan atau tidak sesuai dengan kebutuhan penciptaan (ius

constituendum) hukum yang diperlukan.

b. Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk penegasan

fungsi lembaga dan pembinaan para anggota penegak hukum.

47
Ibid., hlm. 21.
29

Dari berbagai definisi politik hukum tersebut maka dapat ditarik

beberapa unsur-unsur dari politik hukum yakni: Rangkaian

konsep, asas, kebijakan dasar dan pernyataan kehendak penguasa

negara mengandung politik pembentukan hukum, politik

penentuan hukum dan politik penerapan serta penegakan hukum

menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum

untuk menentukan arah, bentuk maupun isi hukum yang akan

dibentuk, hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah

perkembangan hukum yang dibangun.

c. Untuk mencapai suatu tujuan sosial dari unsur-unsur tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan politik

hukum adalah serangkaian konsep, asas, kebijakan dasar dan

pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukanhukum, politik penentuan hukum dan politik

penerapan serta penegakan hukum, menyangkut fungsi lembaga

dan pembinaan para penegak hukum untuk menentukan arah,

bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk, hukum yang

berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial. Sehingga

politik hukum berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius

constituendum.48

48
Ibid., hlm. 130-131.
30

d. Kewenangan

Teori kewenangan terdiri dari 3 hal ketatanegaraan dikenal jenis

pelimpahan wewenang yaitu (1) Atribusi, (2) Delegasi dan (3) Mandat.

Atribusi Dalam Kamus Istilah Hukum Belanda Indonesia dikatakan

atribusi (attributie) bermakna pembagian (kekuasaan), seperti kata

attribute van rechtsmacht mengandung arti pembagian kekuasaan

kepada berbagai instansi (absolute competentie atau kewenangan

mutlak lawan dari distributie van rechtmacht).49 Substansi atribusi

adalah menciptakan suatu istilah teori kewenangan berasal dari

terjemahan bahasa Inggris, yaitu “authority of theory” (dalam bahasa

Belanda “theorie van hetgezag”, dalam bahasa Jerman “theorie der

autoritat”).

HD. Stoud, seperti dikutip oleh Ridwan HR, menyatakan

pengertian kewenangan adalah “keseluruhan aturan-aturan yang

berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan

oleh subyek hukum publik di dalam hubungan hukum publik.”50 Dua

unsur yang terkandung dalam pengertian konsep kewenangan tersebut

adalah adanya “aturan hukum” dan “sifat hubungan hukum.

Menurut Philipus M. Hadjon, Pelimpahan wewenang

pemerintahan melalui delegasi terdapat syarat-syarat sebagai berikut:

49
N.E. Algra., Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae Belanda Indonesia (Jakarta:
Binacipta, 1983), hlm. 38.
50
H Salim, dan Nurbadi,ES, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan
Desertasi,(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 183.
31

1. Delegasi harus bersifat definitif, delegans tidak dapat lagi

menggunakan wewenang yang telah dilimpahkan.

2. Delegasi hanya dimungkinkan jika ada ketentuan untuk itu

dalam peraturan perundang-undangan.

3. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan

hierarki kepegawaian tidak diperkenankan adaya delegasi.

4. Kewajiban memberikan keterangan (Penjelasan). Artinya

delegasi berwewang untuk meminta penjelasan tentang

pelaksanaan wewenang tersebut.

5. Peraturan kebijakan (beleidsregel), arinya delegasi memberikan

instruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang.51

Sedangkan Mandat adalah perintah atau arahan yang diberikan

oleh orang banyak (rakyat, perkumpulan, dsb) kepada seseorang

(beberapa orang) untuk melaksanakan tugas sesuai dengan

kehendaknya dan dipertanggung jawabkan.52

I. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan

konsisten. Metodologis bearti sesuai dengan metode atau cara tertentu;

Sistematis adalah berdasarkan suatau ssitem, sedangkan konsisten berarti

tidaknya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.53 Jadi,

inti dari metode penelitian dalam setiap penelitian adalah menguraikan

51
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), hlm. 107.
52
Ibid., hlm. 109.
53
Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press 1986), hlm. 42.
32

tentang tata cara bagaimana suatu penelitian hukum itu dilakukan.54 Agar

mempermudah dalam mengarahkan metode penelitian yang digunakan

dalam penyusunan skripsi ini, maka penyusun menyajikan beberapa hal

yang terkait seperti yang disebutkan di bawah ini:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yang dilakukan oleh penyusun adalah penelitian

lapangan (field research). Penelitian lapangan (field research)

merupakan suatu penilitian yang berfungsi untuk memperoleh data

langsung di lapangan.55

2. Pendekatan

Dalam penyusunan skripsi ini, jenis pendekatan yang digunakan

oleh penulis adalah Yuridis Empiris yaitu suatu penilitian yang

secara deduktif dimulai analisa terhadap Pasal-Pasal dalam

peraturan perundang-undang yang mengatur terhadap

permasalahan di atas. Penelitian hukum secara yuridis maksdunya

penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun

terhadap data sekunder. Sedangkan bersifat Empiris maksudnya

penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan

Langsung tentang hubungan anatara satu peraturan dengan

peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya.

3. Lokasi Penelitian

54
BambangWaluyo, PenelitiandalamPraktik, (Jakarta: SinarGrafika, 1996), hlm. 17.
55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta. 1998), hlm. 11.
33

Dalam penelitian ini, penyusun menjadikan Tata Pemerintahan Kab

Grobogan dan DPRD Kab Grobogan sebagai objek penelitian.

4. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan berupa fenomena

sosial, praktek dan kebiasaan yang ada dalam masyarakat.56

Selanjutnya dilakukan analisis terhadap pokok masalah yang

ditentukan.

5. Data dan Bahan

Sumber data dalam penulisan ini terbagi menjadi 2 (dua)

komponen yaitu :

a. Data Primer

Sumber data Primer adalah sumber data penelitian yang

diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui

media perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan

untuk menjawab pertanyaan penelitian. Adapun sumber

data primer dari penelitian ini meliputi wawancara langsung

ke pemerintah Kabupaten Grobogan dan DPRD Kab

Grobogan

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang terlebih

dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang diluar

56
Kontrajaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1985), hlm. 19.
34

penyelidik sendiri walaupun yang dikumpulkan itu

sesungguhnya merupakan data yang asli yang terlebih

dahulu perlu diteliti keasliannya.57 Sumber data sekunder

adalah berupa teks hukum berupa buku, jurnal, laporan

penelitian dan segala hal yang mendukung penelitian ini.

1) Bahan hukum primer, terdiri dari:

a) Undang-Undang Dasar Negara Kesaruan Republik

Indonesia Tahun 1945;

b) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah;

c) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2014 TentangPemilihan Gubernur, Bupati,

Dan Walikota Menjadi Undang-Undang

2) Bahan hukum sekunder, terdiri dari:

a) Kepustakaan yang berhubungan dengan pengisian

jabatan kepala daerah terpilih yang meninggal

dunia sebelum dilantik.

b) Hasil penemuan ilmiah yang berkaitan dengan

materi penelitian

57
Winarno Surakhman, Pengantar Ilmiah: Dasar, Metode dan Tehnik,(Bandung: Tarsito.
1998), hlm. 63.
35

3) Bahan hukum tersier, terdiri dari:

a) Kamus Hukum

b) Kamus besar bahasa Indonesia

6. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini pada dasarnya menggunakan metode

pengumpulan data yang berdasar pada data primer dan data

sekunder. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan

penelitian.58 Penelitian di samping perlu menggunakan metode

yang tepat, juga perlu memilih alat dan teknik pengumpulan data

yang relevan.

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data, yaitu data

primer dan data sekunder data tersebut dapat diperoleh sebagai

berikut :

a. Data Primer

Pengumpulan data primer ini dimaksudkan dalam

mengadakan penelitian lapangan langsung pada objeknya.

1) Observasi

58
W. Gulo, Metodologi Penelitian, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2002,
hlm. 110.
36

Observasi ini dalam penelitian ini penulis

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap

sampel yang bersangkutan untuk memperoleh data yang

cukup valid.

2) Wawancara/Interview

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan melalui

tanya jawab dengan pejabat-pejabat ataupun dengan

responden-responden lainnya yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti. Wawancara, yaitu melakukan

tanya jawab secara lisan, di mana dua orang atau lebih

berhadapan secara fisik, yang satu berperan sebagai

penerima informasi dan yang lain sebagai pemberi

informasi.59 Wawancara ini dilakukan pada komponen

terkait yaitu pengisian jabatan kepala daerah terpilih

yang meninggal dunia sebelum dilantik.

b. Data Sekunder

1) Studi Kepustakaan

Cara ini digunakan untuk memperoleh data-data

sekunder, mencari teori dari pandangan-pandangan yang

berkaitan dengan pokok masalah atau untuk memperoleh

59
Soetrisno Hadi, Metode Research Jilid II , Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM
Yogyakarta, 1981, hlm. 63.
37

landasan teoritis yang relevan dengan penerapan diskresi

dalam izin pendirian pabrik. Adapun cara memperoleh

melalui stusi kepustakaan meliputi :

a. Bahan-bahan hukum primer, yaitu bahan yang isinya

mengikat karena dikeluarkan oleh pemerintah.

b. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan

yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer

dan dapat membantu menganalisis serta memahami

bahan hukum primer.

2) Studi Dokumentasi

Dalam studi dokumentasi ini penulis melakukan

pencatatan data yang berhubungan dengan berbagai

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan “Pengisian

Jabatan Wakil Kepala Daerah Terpilih yang Meninggal

Dunia Sebelum Dilantik”. Menurut Lexy J Moleong

dokumen digunakan untuk keperluan penelitian karena

alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan

seperti:60

a. Dokumen dan rekaman digunakan karena merupakan

sumber yang stabil, kaya, dan mendorong;

b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian;

60
Ibid, hlm. 57.
38

c. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian

kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai

dengan konteks, lahir, dan berada dalam konteks;

d. Rekaman relatif murah dan tidak sukar diperoleh,

tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan dengan

teknik kajian isi;

e. Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan

dengan teknik kajian isi; dan

f. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan

untuk lebih memperluas ilmu pengetahuan terhadap

sesuatu yang diselidiki.

Metode dokumentasi digunakan untuk

mengumpulkan data tentang pengisian jabatan kepala

daerah terpilih yang meninggal dunia sebelum dilantik.

Dokumentasi digunakan untuk mempelajari berbagai

sumber dokumentasi dan didukung oleh sumber-sumber

representatif.

7. Metode Penyajian Data

Data yang telah terkumpul, baik data primer maupun data

sekunder kemudian diteliti kembali dengan menggunakan metode

editing untuk menjamin data-data yang diperoleh itu dapat

dipertanggungjawabkan sesuai kenyataan yang ada, dengan

demikian dapat dilakukan penambahan data yang kurang lengkap


39

yang kemudian disusun secara sistematis. Penyajian data berguna

untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian, baik yang

berupa matrik ataupun pengkodean. Berdasarkan hasil reduksi data

dan penyajian data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik

kesimpulan data menverifikasi sehingga menjadi kebermaknaan

data.

8. Metode Analisa Data

Metode analisis data adalah suatu tata cara penelitian yang

menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan

responden secara lisan atau tertulis dan juga perilaku nyata yang

diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Metode analisis

data ini menggunakan metode kualitatif, maka dalam metode ini

data yang telah terkumpul harus dipisah-pisahkan menurut kategori

masing-masing dan kemudian ditafsirkan dalam usaha mencari

jawaban masalah penelitian.61 Analisis penelitian dengan kualitatif

adalah penelitian yang tidak mennggunakan perhitungan.62

Pendekatan kualitatif menurut Sugiyono adalah merupakan

metode analisis yang berlandaskan pada filsafat post-positivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah, dimana

peneliti sebagai instrument kunci. Hasil penelitian kualitatif lebih

61
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 124.
62
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian : Suatu Pemikiran dan Penerapan, PT.
Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm.26
40

menekankan makna daripada generalisasi.63 Metode ini dilakukan

dalam tahap penganalisaan, yaitu terhadap penggambaran

(deskriptif) dan tahap penganalisaan (kritis), yang kemudian data

disajikan dalam bentuk sistematis dalam bentuk penulisan hukum.

J. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan skripsi untuk memudahkan menyusun bab-

bab secara sistematis sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN, bab ini berisi uraian tentang Latar Belakang

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan

Penelitian, dan Sistematika Penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, bab ini berisi uraian mengenai variable

pengisian jabatan wakil kepala daerah terpilih yang meningal dunia

sebelum dilantik.

BAB III : METODE, Metode Penelitian meliputi: Metode Pedekatan,

Spesifikasi Penelitian, Sumber Data, Metode Pengumpulan Data,

Metode Penyajian Data, dan Metode Analisa Data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA, bab ini berisi

uraian tentang Hasil Penelitian “Pengisian Jabatan Wakil Kepala

Daerah Terpilih Yang Meningal Dunia Sebelum Dilantik”.

63
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2008,
hlm.14.
41

BAB V : PENUTUP, bab ini berisi uraian tentang Kesimpulan

mengenai hasil penelitian, dan Saran mengenai hasil penelitian

yang belum terjawab dalam penelitian.

K. JADWAL PENELITIAN

No Uraian Bulan
Kegiatan
Oktober November Desember

1. Penetapan
Judul Tesis
2. Penetapan
Dosen
Pembimbing
3. Proposal
Usulan
Penelitian
4. Pelaksanaan
Penelitian
5. Penyusunan
Hasil
Penelitian
6. Persetujuan
Dosen
Pembimbing
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:


Rajawali Pers. 2016.
Amrusyi, Fahmi. Otonomi Dalam Negara Kesatuan. Jakarata: Media Sarana
Press. 1987.
Azhary, M Tahir. Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsipnya,
Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode
Negara Madinah dan Masa Kini. Bogor: Kencana. 2003.
Anggriani, Jum. Pelaksanaan Pengawasan Pemerintah Pusat Terhadap
Peraturan Daerah. Jakarta: Universitas Tama Jagakarsa. 2011.
Ashiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta:
Konstitusi Press. 2005.
----------------Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: Mahkamah
Konstitusi RI. 2006.
Ashiddiqie, Jimly dan Safaat Ali. Teori Hans Kelsen tentang Hukum. Jakarta:
Mahkamah Konstitusi RI. 2006.
Budiardjo, M dan Ibrahim Ambong. Fungsi Legislatif Dalam Sistem Politik
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1995.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta. Balai
Pustaka. 1995.
Dicey, Albert Venn. Introduction to Study of The Law of The Constitution,
Ninth edition. ST. Martin’s Street. London: Macmillan And Co,
Limited. 1952.
Fadjar, A. Mukthie. Tipe Negara Hukum. Malang: Bayumedia Publishing.
2003.
Handayaningrat, Soewarno. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Managemen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1990.
Kaho, Josef Riwu. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia.
Jakarta: Rajawali Press. 2007.
Kaligis, O C. Pengawasan Terhadap Jaksa Selaku Penyidik Tindak Pidana
Khusus dalam Pemberantasan Korupsi. PT. Alumni. 2006.
Kansil, C.S.T. Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
2008.
Koencoro, Diana Halim. Hukum Administrasi Negara. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2004.
Krismiyarsi, Metodologi Penelitian Hukum, Semarang: Fakultas Hukum
UNTAG Semarang. 2018.
Manan, Bagir. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945
Cetakan Pertama. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1994.
Moenta, Andi Pangerang. Pokok-Pokok Hukum Pemerintahan Daerah.
Depok: PT Raja Grafindo Persada. 2017.
Saniti, Arb. Perwakilan Politik di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press. 1985.
Edi Pranoto. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Semarang:
Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Semarang. 2020.
Saefulla, dan Ernie.Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Grasindo, 2005.
Siswandi dan Indra Iman. Aplikasi Manajemen Perusahaan, Edisi Kedua.
Jakarta: Mitra Wicana Media. 2009.
Soehino. Ilmu Negara Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberti. 2008.
Sopi. Pengaruh Pengawasan dan Penilaian Prstasi Kerja terhadap Motivasi
Pegawai Kantor Bea dan Cukai tipe Masya. Bandung. 2013.
Strong, CF. Konstitusi-Konstitusi Politik Modern: Studi Perbandingan
tentang Sejarah dan Bentuk-Bentuk Konstitusi Dunia, terjemahan
dari Modern Political Constitutions: An Introduction to the
Comparative Study of Their History and Existing Form. Bandung:
Nuansa dan Nusamedia. 2004.
Sukardja, Ahmad. Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara
Dalam Perspektif Fikih Siyasah. Jakarta: Sinar Grafika. 2012.
Suroto dan Benny Bambang. Ilmu Negara. Semarang: Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Semarang. 2015.
Suteki dan Galang Taufani. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali
Pres. 2008.
Tjandra, W. Riawan. Peradilan Tata Usaha Negara. Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya. 2009.
Tutik, Titik Triwulan. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945. Jakarta: Kencana. 2010.
Winardi. Kamus Ekonomi. Bandung: Penerbit Bandar Maju. 1999.
Peraturan/ Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 diubah dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2019 Perubahan Ketiga atas Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor13 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
tentang Pedoman Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah Dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Tentang Penjabaran
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
Peraturan DPRD Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Tata
Tertib DPRD Provinsi Jawa Tengah

Makalah/Jurnal

Mukhlis. Fungsi dan Kedudukan Mukim Sebagai Lembaga Pemerintahan


dan Lembaga Adat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh.
Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjajaran.
Bandung. 2014.
Rahnawan, E. Optimalisasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
dalam Peningkatan Pendapatan Daerah (Studi Pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) di Kecamatan Limpasu Kabupaten Hulu
Sungai Tengah). Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Vol 1
No. 2.
Riyanto, Astim. Aktualisasi Negara Kesatuan Setelah Perubahan Atas Pasal
18 UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Disertasi Universitas Padjajaran. Bandung. 2006.

Artikel

W Raka Fahreza. Bentuk Negara Indonesia. Tujuan dan Fungsinya Dalam


Menjalankan Pemerintahan. 2020. Jakarta, Merdeka.com
(https://www.merdeka.com/jatim/bentuk-negara-indonesia-tujuan-
dan-fungsinya-dalam-menjalankan-pemerintahan-kln. html).
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211228115906-12-739505/kasus-
korupsi-di-bank-jateng-ditaksir-rugikan-negara-rp597-miliar

Anda mungkin juga menyukai