Anda di halaman 1dari 13

KASUS PILKADA DI INDONESIA

(SUMSEL)

KELOMPOK 7

1. Hosea Ismail (03041282025028)


2. Rangga Dwi Putra (03041382025090)
3. Yolanda (03041382025094)
4. Muhammad Ansyari A. (03041381722096)

DOSEN PENGAMPU : Dr. LR. RETNO SUSANTI, M.HUM.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat dan rahmat kepada kita semua, sehingga kita mampu
menyelesaikan tugas pembuatan makalah bahasa Indonesia ini, sesuai dengan waktu
yang telah di tentukan.
Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penggarapan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu kami ibu
Dr. LR. RETNO SUSANTI, M.HUM. Sehingga kami mampu melaksanakan tugas mata
kuliah ini.
Kami juga memohon maaf kepada semuanya apabila dalam makalah yang kami buat
ini masih terdapat banyak sekali kekurangan-kekurangan, lebih-lebih mengenai
referensi. Untuk itu kami kelompok delapan sangat menunggu kritik maupun saran dari
semua pembaca agar kedepannya kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

Penulis,

Palembang, 31 Maret 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................... 2


Daftar Isi ..................................................................................... 3

BAB I PENDALULUAN ............................................................................. 4


1.1. Latar Belakang ................................................................................…….. 4
1.2. Rumusan Masalah ...........................................................................…….. 4
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ….........................................................................…….. 5


2.1. Pengertian Demokrasi ....................................................................... 5
2.2. Pengertian Pilkada ............................................................................ 6
2.3. Sejarah Pilkada ................................................................................. 6
2.4. Asas Pilkada ..................................................................................... 7
2.5. Tahapan Pilkada ................................................................................ 8
2.6. Kasus Pilkada di Sumsel .................................................................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 11


3.1. Kesimpulan ....................................................................................... 11
3.2. Saran ................................................................................................ …….. 11
Daftar Pustaka ..................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar dapat terkontrol, selain itu hukum juga merupakan aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan. Hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat.
Setiap masyarakat berhak mendapatkan pembelaan didepan hukum, sehingga
hukum itu memuat peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan apabila melanggar akan
mendapatkan sanksi.
Hukum sebagai peraturan yang di buat oleh suatu kekuasaan atau adat yang
dianggap berlaku oleh dan untuk orang banyak, undang-undang, ketentuan,
kaedah, patokan, dan keputusan hakim (Suharso dkk, 2005:171). Hukum
merupakan petunjuk hidup, perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam
suatu masyarakat, yang seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat
karena dapat menimbulkan tindakan pelanggaran oleh pemerintah atau penguasa
(Utrecht, 2012:11).
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat ketaatan hukum warganya.
Semakin tinggi ketaatan hukum warga suatu negara, akan semakin tertib
kehidupan bermasyarakatnya. Sebaliknya, jika ketaatan hukum warga suatu
negara rendah, yang berlaku adalah hukum rimba. Pentingnya ketaatan hukum
dalam suatu negara sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman oleh masyarakat
sebagai aturan yang harus ditaati. Karena itu Indonesia sebagai negara hukum,
dalam kehidupan masyarakatnya tidak lepas dari aturan-aturan yang berlaku, baik
aturan yang tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Aturan-Aturan tersebut
harus ditaati sepenuhnya. Aturan tersebut diharapkan dapat menciptakan
ketertiban dalam lingkungan masyarakat. Karena itu pemberian sanksi atau
hukuman terhadap pelanggar aturan perlu diberikan

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi?
2. Apa yang dimaksud dengan pilkada?
3. Kasus apa yang pernah terjadi pada pilkada terkhusus didaerah sumatera
selatan?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan demokrasi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pilkada, sejarah pilkada, azas
pilkada, dan tata cara melakukan pilkada..
3. Untuk mengetahui apa yang saja kasus yang pernah terjadi pada pilkada
terkhusus di daerah sumatera selatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Demokrasi


Secara etimologis demokrasi berasal dari bahasa yunani, “demos” berarti rakyat
dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti “rakyat
berkuasa”. Atau Demokrasi juga dapat diartikan sebagai bentuk pemerintahan di mana
setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan yang dapat
mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik
secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum. Demokrasi menurut beberapa para ahli sebagai berikut :
1. Demokrasi menurut Abraham Lincoln yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat.
2. Demokrasi menurut Montesque, Kekuasaan negara harus dibagi dan
dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah satu
sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang merupakan pemegang kekuasaan
untuk membuat undang-undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan
dalam melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang
memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-undang. Dan
masing-masing institusi tersebut berdiri secara independen tanpa dipengaruhi
oleh institusi lainnya.
3. Demokrasi menurut Aristoteles Prinsip demokrasi adalah kebebasan, karena
hanya melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan
di dalam negaranya.
4. Charles Costello, pernah mengatakan jika Demokrasi bisa menjadi salah satu
sistem bagi sosial dan politik, akan digunakan untuk membatasi kekuasaan
pemerintah juga untuk melindungi hak rakyatnya.
5. Haris Soche, Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan rakyat, karenanya dalam
kekuasaan pemerintahan terdapat porsi bagi rakyat atau orang banyak untuk
mengatur, mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan orang lain atau
badan yang bertanggung jawab memerintah.
2.2. Pengertian Pilkada
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau biasa disebut
dengan Pilkada atau Pemilukada adalah Pemilihan Umum yang bertujuan untuk
memilih pasangan calon Kepala Daerah yang diusulkan oleh Partai Politik (Parpol) atau
gabungan dari parpol dan perseorangan. Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) merupakan
sebuah pemilihan yang dapat dilakukan secara langsung oleh para penduduk daerah
administratif setempat yang telah memenuhi persyaratan.
Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) provinsi dan
Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum ( Bawaslu)
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004, peserta pilkada
adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik.
Lalu, ketentuan ini diubah dengan UU No.12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa
peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang memiliki
sejumlah pendukung. Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang Dasar Hukum
Penyelenggaraan PILKADA adalah sebagai berikut :
1. UU No. 32 tentang Pemerintah Daerah
2. UU No. 32 tentang Penjelasan Pemerintah Daerah
3. Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
No. 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan pengangkatan, dan
pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah.
4. PP Pengganti UU No. 3 tentang PERPU No. 3 Tahun 2005.

2.3. Sejarah Pilkada


Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah ini dipilih oleh para
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak telah berlakunya UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat
yang melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau bisa disingkat
sebagai Pilkada. Pilkada pertama kali dilaksanakan di Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur pada Juni 2005. Pilkada ini pertama kali diselenggarakan pada bulan
Juni 2005. Sejak sudah berlakunya UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum, pilkada ini dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi
bernama sebagai Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau
disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan ini
berdasarkan undang-undang ini yakni Pilkada DKI Jakarta 2007. Pada tahun 2011,
terbit undang-undang baru mengenai sebuah penyelenggaran pemilihan umum yaitu UU
No. 15 Tahun 2011. Di dalam undang-undang ini, istilah yang sudah digunakan yaitu
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.

2.4. Asas Pilkada


Dalam melaksanakan Pilkada di Indonesia menganut asas “LUBER” yang
berupakan singkatan dari kata kata langsung, umum, bebas, dan rahasia yang mana telah
ada sejak zaman orde baru. Kemudian di era reformasi berkembang juga asas
“JURDIL” yang merupakan singkatan dari jujur dan adil. Dimana maksud dari asas-asas
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Langsung : Rakyat yang berperan sebagai pemilih mempunyai hak yakni
memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan hati serta tidak memakai
perantara
2. Umum : Asas umum membuat semua warga berhak mengikuti pemilu.
Warga yang berhak pemilu harus sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan
undang-undang yang berlaku. Dalam pemilu, tidak ada diskriminasi seperti
suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan, status, dan
lainnya.
3. Bebas : Bebas disini artinya yaitu bahwa rakyat bebas dalam
menentukan pilihannya. Tidak ada paksaan dari siapapun, setiap warga Negara
akan dijamin keamanannya.
4. Rahasia : Rahasia dalam asas ini berarti suara dari pemilih akan selalu
dijamin kerahasiaannya.
5. Jujur : Dalam penyelenggaran pemilu, baik penyelenggara pemilu,
aparat pemerintah, peserta pemilu, pengawas pemilu dilaksanakan secara jujur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Adil : Setiap pemilu dan orang yang dipilih mendapatkan peralatan
yang sama dan akan dipastikan terbebas dari kecurangan pihak manapun.
2.5. Tahapan Pilkada
Pada Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah disebutkan tahap persiapan terbagi menjadi lima pelaksanaan,
yaitu:
1. Pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah mengenai berakhirnya masa
jabatan.
2. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan
Kepala Daerah.
3. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan
pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah.
4. Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS, dan KPPS.
5. Pembentukan dan pendaftaran pemantau.
6. Tahapan Pelaksanaan
Pada Pasal 65 ayat (3) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, tahap pelaksanaan terdiri dari enam kegiatan, yang masing-
masing merupakan rangkaian yang saling terkait, yaitu:
1. Penetapan daftar pemilih.
2. Pendaftaran dan penetapan calon Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah.
3. Kampanye.
4. Pemungutan suara.
5. Perhitungan suara.
6. Penetapan pasangan calon Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah terpilih.
7. Pengesahan dan pelantikan

2.6. Kasus Pilkada di Sumatera Selatan

2.6.1. Sengketa Pilkada Sumsel 2013

Perjalanan yang panjang telah dilalui untuk mendapatkan pemimpin di Provinsi


Sumatera Selatan yakni melalu pesta demokrasi pemilihan umum kepala daerah yang
dilakukan pada tahun 2013 silam. Dimana terjadinya sengketa pilkada yang menganulir
keputusan dari Komisi Pemilihan Umum ( KPU) Provinsi Sumatera Selatan tertanggal
13 Juni 2013, tentang penetapan hasil Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara
Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur setempat, dalam pemungutan suara pada 6 Juni
2013, yang dimana memenangkan pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Alex
Noerdin-Ishaq Mekki yang bertarung dengan pasangan calon lainnya yaitu nomor urut
satu Eddy Santana Putra-Hj. Anisja D Supriyanto, Nomor urut dua Iskandar Hasan-
Hafisz Tohir, Nomor urut tiga Herman Deru-Maphilinda Boer yang kemudian kasusnya
berlanjut di Mahkamah Agung. Awalnya pasangan dari Alex-Ishaq ini memperoleh
suara terbanyak pada saat pemilihan yakni mencapai 1.405.501 suara sesuai penetapan
oelh KPU, dengan menyisikan 4 calon lainnya. Namun, masyarakat Sumatera Selatan
masih harus menunggu lagi, menyusul keputusan MK dalam pilkada Sumsel ini.
Akhirnya Pada Kamis(11/7), MK membatalkan hasil dari rekapitulasi KPU Sumsel dan
memerintahkan pemungutan suara ulang pada tiga kabupaten, satu kota, dan satu
kecamatan di provinsi berpenduduk sekitar 8,6 juta jiwa ini.

2.6.2 Penyebab Munculnya Kasus

Adapun penyebab munculnya putusan pemungutan suara ulang di Provinsi


Sumatera Selatan ini dikarenakan putusan MK lantaran putusan perkara Nomor
79/PHPU.D-XI/2013 yang diajukan oleh pasangan calon gubenur dan wakil gubernur
Sumsel nomor urut 3 Herman Deru-Maphilinda Boer yang mana menyatakan bahwa
pihak terkait yakni pasangan calon Alex Noerdin-Ishaq Mekki terbukti melakukan
pelanggaran secara TSM yakni terstruktur, sistematis dan masif. Diduga pasangan calon
Alex-Ishaq melakukan kecurangan terstruktur dalam pemilihan dengan melakukan
pelanggaran dengan cara melakukan money politik atau politik uang untuk
memenangkan pemilu dan juga pasangan calon Alex-Ishaq melakukan kecurangan
yakni melakukan penggelembungan suara dengan sudah adanya kotak kotak suara yang
memilih pasangan calon Alex-Ishaq ini.

2.6.3 Penyelesaian Kasus

Akhirnya dengan adanya pengaduan tersebut, pihak Mahkamah Konstitusi (MK)


akhirnya memutuskan untuk menggelar pemungutan suara ulang pada 4 September
2013. Pemungutan suara ulang diperintahkan MK digelar di seluruh tempat pemungutan
suara (TPS) wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Timur, Kota
Palembang, dan Prabumulih, serta seluruh TPS di Kecamatan Warkuk Ranau Selatan,
Kabupaten OKU Selatan. Maka, berdasarkan hasil rekapitulasi KPU Sumsel, pasangan
calon gubernur-wakil gubernur Alex Noerdin-Ishaq Mekki tetap unggul, setelah
penggabungan perolehan suara pemungutan suara ulang pada 4 September 2013 dengan
hasil pilkada 6 Juni 2013, dengan perolehan suara terbanyak yakni 1.447.799 suara.
Disusul pasangan Herman Deru-Maphilinda Boer yang memperoleh 1.389.169 suara,
pasangan Eddy Santana Putra-HJ. Anisja D Supriyanto yang mengumpulkan 507.149
suara, serta pasangan Iskandar Hasan-Hafisz Tohor yang hanya meraih 341.278 suara.
Mahakamah dalam amar putusannya juga menetapkan hasil keseluruhan perolehan
suara pilkada Sumsel dari masin-masing pasangan calon, dengan perolehan suara
terbesar yakni pasangan calon nomor urut empat atas nama Alex Noerdin-Ishaq Mekki.

Berdasarkan hasil pemungutan suara ulang dan ditambah dengan hasil pilkada
sebelumnya serta dengan berbagai pertimbangan lainnya, akhirnya MK pada 8 Oktober
2013 menyudahi sengketa pilkada tersebut dengan menetapkan pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur petahana (“incumbent”) yakni Alex Noerdin dan Ishak
Mekki sebagai pemenang dalam Pilkada Sumsel tahun 2013.
BAB II
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana rakyat diikut sertakan
dalam pemerintahan negara serta sebagai penentu keputusan dan kebijakan tertinggi
dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan serta sebagai pengontrol terhadap
pelaksanaanya, baik secara langsung oleh rakyat atau melalui lembaga perwalian.
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau biasa disebut dengan
Pilkada atau Pemilukada adalah Pemilihan Umum yang bertujuan untuk memilih
pasangan calon Kepala Daerah yang diusulkan oleh Partai Politik (Parpol) atau
gabungan dari parpol dan perseorangan.

3.2. Saran
Walaupun kami sebagai penulis mengharapkan sempurnanya dalam makalah ini,
namun pada kenyataannya masih begitu banyak kekurangan yang nantinya kami sebagai
penulis akan memperbaikinya.
Dalam hal ini disebabkan akan sangat minimnya ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Maka oleh sebab itulah kritik serta saran yang membangun terutama bagi semua
para pembaca sangat penulis butuhkan agar bisa dijadikan sebagai bahan acuan dan
evaluasi diri agar kedepannya dapat lebih baik lagi dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Pratama, Mahardhika. 2015. Prospek Pemerintahan Hasil Pilkada Serentak 2015.


Jakarta : Erlangga
Sadi, Ahmad. 2020. Sejarah dan Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli.
https://workamerica.co/sejarah-dan-pengertian-demokrasi-menurut-para-ahli/.
(Diakses pada tanggal 24 maret 2021).
Ahmad, 2017. Pengertian Demokrasi: Sejarah, Ciri, Tujuan, Macam dan Prinsip.
https://www.gramedia.com/literasi/demokrasi/. (Diakses pada tanggal 24 maret
2021).
Simkada, 2020. Mengenal Lebih Jauh Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia.
https://www.simkada.net/blog/mengenal-lebih-jauh-pemilihan-kepala-daerah-di-
indonesia/. (Diakses pada tanggal 26 maret 2021).
Abdullah, Yudi. 2013. Sengketa pilkada.
https://m.antaranews.com/berita/399786/akhirnya-mk-sudahi-sengketa-pilkada-
sumsel. (Diakses pada tanggal 26 Maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai