Oleh:
NESLY ARISTI
No. BP 1411012063
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
PERNYATAAN ORISINILITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA
No. Bp : 1411012063
Antibakterinya
1. Skripsi yang saya tulis merupakan hasil karya sendiri, terhindar dari unsur
plagiarisme, dan data beserta seluruh isi skripsi tersebut adalah benar adanya.
2. Saya menyerahkan hak cipta dari skripsi tersebut kepada Fakultas Farmasi
Nesly Aristi
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
Menggunakan Air Tebu, Ampas Tebu dan Molase sebagai Sumber Karbon
dan Uji Aktivitas Antibakterinya”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari dorongan do’a dan semangat
yang diberikan kepada penulis. Skripsi ini merupakan persembahan penulis untuk
semua pihak yang telah membantu selama proses penelitian baik secara moril
maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
1. Bapak Prof. Dr. H. Akmal Djamaan, MS, Apt selaku pembimbing I dan Bapak
2. Ibu Fithriani Armin, S.Si, M.Si, Apt selaku penasehat akademik yang telah
dukungan kepada penulis secara moril maupun materil hingga skripsi ini dapat
selesai.
4. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Andalas yang
selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi
5. Syalalaers (Rice, Winda, Atika, Ani, Lili, Faradilla, Afifah, Anggun, Dianda),
Riva dan Puji teman senasib seperjuangan, teman-teman kos tercinta (Yopa,
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Segala kritik dan
saran sangat diharapkan untuk membantu dalam kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat untuk kita semua dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan
Penulis
vi
PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PROSES FERMENTASI BAKTERI
ENDOFIT Bacillus subtilis UAAC 21622 MENGGUNAKAN AIR TEBU,
AMPAS TEBU DAN MOLASE SEBAGAI SUMBER KARBON DAN UJI
AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA
ABSTRAK
vii
DETERMINATION OF OPTIMUM CONDITION OF FERMENTATION
PROCESS ENDOPHYTIC BACTERIA Bacillus subtilis UAAC 21622 USING
SUGARCANE JUICE, BAGASSE AND MOLASSES AS CARBON
SOURCE AND ANTIMICROBIAL ACTIVITY TEST
ABSTRACT
Endophytic bacteria have an important role for life that is able to produce
bioactive components such as antibacterial. Endophytic bacteria had isolation from
Citrus aurantifolia and 4 bacterial isolates was obtained, one of them is Bacillus
subtilis UAAC 21622. Bioactive components of this endophytic bacteria can be
obtained through the fermentation process. The aim of this research was to
determine the optimum condition of fermentation process of Bacillus subtilis
UAAC 21622 which provides antibacterial activity againts pathogenic microbes.
Sugarcane juice, bagasse and molasses can be used as a nutrient in the fermentation
process because its has a high content of sucrose that can be used as carbon source.
The results showed that the incubation time of the optimum fermentation process
was at 42 hours using molasses as carbon source which gave antibacterial activity
with the inhibitory diameter of Escherichia coli is 12 mm, the optimum
concentration of molasses was at concentration 20% which gave antibacterial
activity with the inhibitory diameter of Staphylococcus aureus and Streptococcus
mutan is 14 mm, the optimum pH of the fermentation process is at pH 7 which gives
antibacterial activity with inhibitory diameter of Staphylococcus aureus and
Streptococcus mutan is 15 mm, and optimum temperature of the fermentation
process is at 36°C which gives antibacterial activity with an inhibitory diameter of
Streptococcus mutan is 17 mm.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL i
PERNYATAAN ORISINILITAS DAN PENYERAHAN HAK ii
CIPTA
PENGESAHAN iii
PERTAHANAN SKRIPSI iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR LAMPIRAN xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xvi
I. PENDAHULUAN 1
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Tanaman Tebu 4
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Tebu 4
2.1.2 Kandungan Tanaman Tebu 5
2.2 Mikroba Endofit 6
2.2.1 Pengertian Mikroba Endofit 6
2.2.2 Peranan Mikroba Endofit 7
2.3 Bakteri 9
2.3.1 Pengertian 9
2.3.2 Penggolongan Bakteri 10
2.4 Bacillus subtilis UAAC 21622 13
2.5 Antibiotik 14
2.5.1 Pengertian 14
2.5.2 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Struktur Kimia 14
ix
2.5.3 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Cara Kerja 16
2.6 Fermentasi 18
2.6.1 Pengertian 18
2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi 19
2.7 Pengujian Aktivitas Antibiotik 22
2.8 Mikroorganisme Uji 23
2.8.1 Pseudomonas aeruginosa 23
2.8.2 Escherichia coli 24
2.8.3 Streptococcus mutan 24
2.8.4 Staphylococcus aureus 24
III. PELAKSANAAN PENELITIAN 26
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 26
3.2 Alat dan Bahan 26
3.2.1 Alat 26
3.2.2 Bahan 26
3.3 Prosedur Penelitian 27
3.3.1 Sterilisasi Alat 27
3.3.2 Pembuatan Media Nutrient Agar 27
3.3.3 Peremajaan bakteri Bacillus subtilis UAAC 21622 28
3.3.4 Pembuatan Suspensi Bakteri Bacillus subtilis 28
UAAC 21622
3.3.5 Penyiapan Medium Pertumbuhan Bakteri 28
3.3.6 Pemilihan Waktu Inkubasi dan Sumber Karbon 28
Optimum
3.3.7 Pemilihan Konsentrasi Sumber Karbon Optimum 29
3.3.8 Pemilihan pH Optimum 29
3.3.9 Pemilihan Suhu Optimum 30
3.3.10 Pengujian Aktivitas Antibakteri 30
3.3.11 Analisis Data 31
x
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 32
4.1 Hasil 32
4.2 Pembahasan 34
4.2.1 Penetapan Waktu Inkubasi Optimum 36
4.2.2 Penetapan Konsentrasi Sumber Karbon Optimum 39
4.2.3 Penetapan pH Optimum 41
4.2.4 Penetapan Suhu Optimum 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN 45
5.1 Kesimpulan 45
5.2 Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 50
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Kerja 50
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kurva Hubungan Waktu Inkubasi dengan Biomassa 54
2. Kurva Hubungan Diameter Hambat dengan Konsentrasi 55
pada Penetapan Konsentrasi Optimum menggunakan Air
Tebu
3. Kurva Hubungan Diameter Hambat dengan Konsentrasi 56
pada Penetapan Konsentrasi Optimum menggunakan
Molase
4. Kurva Hubungan Diameter Hambat dengan pH pada 57
Penetapan pH Optimum menggunakan Air Tebu
5. Kurva Hubungan Diameter Hambat dengan pH pada 58
Penetapan pH Optimum menggunakan Molase
6. Kurva Hubungan Diameter Hambat dengan Suhu pada 59
Penetapan Konsentrasi Optimum menggunakan Air
Tebu
7. Kurva Hubungan Diameter Hambat dengan Suhu pada 60
Penetapan Suhu Optimum menggunakan Molase
8. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap P. aeruginosa 61
(Penetapan Waktu Inkubasi Menggunaan Sumber
Karbon Air Tebu)
9. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap S. aureus 61
(Penetapan Waktu Inkubasi Menggunaan Sumber
Karbon Air Tebu)
10. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap S. mutan 62
(Penetapan Waktu Inkubasi Menggunaan Sumber
Karbon Air Tebu)
11. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap E. coli 62
(Penetapan Waktu Inkubasi Menggunaan Sumber
Karbon Air Tebu)
12. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap P. aeruginosa 63
(Penetapan Waktu Inkubasi Menggunaan Sumber
xiii
Karbon Ampas Tebu)
13. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap S. aureus 63
(Penetapan Waktu Inkubasi Menggunaan Sumber
Karbon Ampas Tebu)
14. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap S. mutan 64
(Penetapan Waktu Inkubasi Menggunaan Sumber
Karbon Ampas Tebu)
15. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap E. coli 64
(Penetapan Waktu Inkubasi Menggunaan Sumber
Karbon Ampas Tebu)
16. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap P. aeruginosa 65
(Penetapan Waktu Inkubasi Menggunaan Sumber
Karbon Molase)
17. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap S. aureus 65
(Penetapan Waktu Inkubasi Menggunaan Sumber
Karbon Molase)
18. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap S. mutan 66
(Penetapan Waktu Inkubasi Menggunaan Sumber
Karbon Molase)
19. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap E. coli 66
(Penetapan Waktu Inkubasi Menggunaan Sumber
Karbon Molase)
20. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap P. aeruginosa 67
(Penetapan Konsentrasi Air Tebu)
21. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap P. aeruginosa 68
(Penetapan Konsentrasi Molase)
22. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap S. aureus 68
(Penetapan Konsentrasi Molase)
23. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap S. mutan 69
(Penetapan Konsentrasi Molase)
24. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap E. coli 69
(Penetapan Konsentrasi Molase)
25. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap P. aeruginosa 70
(Penetapan pH Menggunakan Sumber Karbon Air Tebu
xiv
20%)
26. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap P. aeruginosa 71
(Penetapan pH Menggunakan Sumber Karbon Molase
20%)
27. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap S. aureus 71
(Penetapan pH Menggunakan Sumber Karbon Molase
20%)
28. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap S. mutan 72
(Penetapan pH Menggunakan Sumber Karbon Molase
20%)
29. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap E. coli 72
(Penetapan pH Menggunakan Sumber Karbon Molase
20%)
30. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap P. aeruginosa 73
(Penetapan Suhu Menggunakan Sumber Karbon Air
Tebu 20%)
31. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap P. aeruginosa 74
(Penetapan Suhu Menggunakan Sumber Karbon Molase
20%)
32. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap S. aureus 74
(Penetapan Suhu Menggunakan Sumber Karbon Molase
20%)
33. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap S. mutan 75
(Penetapan Suhu Menggunakan Sumber Karbon Molase
20%)
34. Pengujian Aktivitas Antibakteri terhadap E. coli 75
(Penetapan Suhu Menggunakan Sumber Karbon Molase
20%)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Urutan 16S rRNA Bacillus subtilis UAAC 21622 13
2. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri dan Biomassa 51
Bacillus subtilis UAAC 21622 pada Penentuan Waktu
Inkubasi Optimum Menggunakan Air Tebu sebagai Sumber
Karbon
3. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri dan Biomassa 52
Bacillus subtilis UAAC 21622 pada Penentuan Waktu
Inkubasi Optimum Menggunakan Ampas Tebu sebagai
Sumber Karbon
4. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri dan Biomassa 53
Bacillus subtilis UAAC 21622 pada Penentuan Waktu
Inkubasi Optimum Menggunakan Molase sebagai Sumber
Karbon
5. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri Bacillus subtilis 55
UAAC 21622 pada Penentuan Konsentrasi Optimum
Menggunakan Air Tebu sebagai Sumber Karbon
6. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri Bacillus subtilis 56
UAAC 21622 pada Penentuan Konsentrasi Optimum
Menggunakan Molase sebagai Sumber Karbon
7. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri Bacillus subtilis 57
UAAC 21622 pada Penentuan pH Optimum Menggunakan
Air Tebu 20%
8. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri Bacillus subtilis 58
UAAC 21622 pada Penentuan pH Optimum Menggunakan
Molase 20%
9. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri Bacillus subtilis 59
UAAC 21622 pada Penentuan Suhu Optimum Menggunakan
Air Tebu 20% dan pH 7
10. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri Bacillus subtilis 60
UAAC 21622 pada Penentuan Suhu Optimum Menggunakan
Molase 20% dan pH 7
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
infeksi adalah bakteri. Timbulnya berbagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh
senyawa bioaktif dari bahan alam yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri yang
Salah satu sumber senyawa bioaktif adalah bakteri endofit. Bakteri endofit
terhadap tumbuhan tersebut (Schulz & Boyle, 2006). Penelitian terhadap pencarian
sumber senyawa bioaktif dari bakteri endofit telah banyak dilakukan, salah satunya
telah dilakukan oleh Zam et al (2016) yang mengisolasi bakteri endofit dari
tanaman Citrus aurantifolia dan diperoleh 4 isolat bakteri salah satunya yaitu
Secara alami sering ditemukan di tanah, air, udara dan materi tumbuhan yang
1
subtilis. Basitrasin membunuh sel targetnya dengan menyisip pada membran target
oleh bakteri endofit umumnya dilakukan dengan metode fermentasi cair. Untuk
optimum pada proses fermentasi bakteri endofit tersebut. Hal ini didukung oleh
dan suhu.
waktu inkubasi tertentu untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Nutrisi juga
dibutuhkan untuk proses fermentasi bakteri endofit. Salah satu nutrisi yang
dibutuhkan yaitu sumber karbon. Sumber karbon berfungsi sebagai sumber energi
oleh bakteri endofit yang berasal dari gula-gula organik seperti sukrosa (Brooks et
al., 2005). Sukrosa banyak ditemukan di dalam tanaman di Indonesia salah satunya
pertumbuhan bakteri karena kandungan sukrosa yang tinggi didalam tebu tersebut,
selain itu pemanfaatan tebu ini dapat dilakukan karena ketersediaannya yang tinggi
2
dan harganya yang murah. Kandungan sukrosa yang terdapat didalam air tebu
adalah 11-16% (Loto et al., 2012). Selain itu, molase dan ampas tebu yang juga
berasal dari tanaman tebu juga mengandung sukrosa. Molase mengandung sukrosa
yang cukup tinggi yaitu 55% (Yusma, 1999). Sementara itu, ampas tebu
sukrosa yang terdapat dalam tanaman tebu ini, maka tebu dapat dimanfaatkan
Faktor lain yang mempengaruhi proses fermentasi bakteri yaitu pH. Pada
umumnya bakteri bekerja optimum pada rentang pH 6-8, tetapi beberapa jenis
bakteri dapat hidup pada pH yang lebih rendah ataupun pada pH yang lebih tinggi
(Willey et al., 2008). Suhu juga dapat mempengaruhi proses fermentasi bakteri.
Bakteri endofit merupakan bakteri mesofilik yang dapat tumbuh optimal pada suhu
20-45°C (Hogg, 2005). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
Bacillus subtilis UAAC 21622 dengan menggunakan sumber karbon air tebu,
ampas tebu dan molase dan uji aktivitas antibakterinya untuk dapat melawan
bakteri patogen.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mempunyai sifat tersendiri karena dalam batangnya terdapat zat gula. Tebu adalah
dengan industri gula dan produk derivate tebu (hilir). Kondisi hulu perkebunan tebu
Tanaman tebu biasanya tumbuh baik pada daerah yang beriklim panas dengan
kelembaban untuk pertumbuhan adalah > 70%. Suhu udara berkisar antara
28-34°C. Tanah yang baik bagi pertumbuhan tebu adalah tanah subur dan cukup air
tetapi tidak tergenang. Fase pertumbuhan tanaman tebu jatuh pada umur 3 sampai 8
bulan dan fase pemasakan pada umur 9 sampai 12 bulan yang ditandai dengan tebu
mengeras dan berubah warna menjadi kuning pucat. Pengolahan tanah untuk
penanaman tebu di lahan kering pada umumnya dilakukan pada musim kemarau
Kingdom : Plantae
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Genus : Saccharum
a. Air Tebu
Air tebu mengandung air sebanyak 70-75%, sukrosa 11-16%, gula reduksi
0,4-2% (Loto et al, 2012). Air tebu juga mengandung senyawa organik
seperti asam laktat, asam suksinat, dan asam glukonat sebanyak 0,5-1%,
senyawa anorganik seperti Fe2O3, Al2O3, MgO, CaO, K2O, SO3, dan H2SO4
b. Molase
Molase atau tetes tebu merupakan hasil samping industri gula. Molase
cukup tinggi terutama kandungan sukrosa 55% (Yusma, 1999). Selain itu,
molase juga mengandung glukosa 4-9%, dan fruktosa 5-12% (Hidayat et al.,
2006).
5
c. Ampas Tebu
Ampas tebu adalah suatu residu atau limbah dari proses penggilingan
niranya pada industri pembuatan gula, limbah berserat yang biasa disebut
rata-rata 3,3%, dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagasse sebagian besar terdiri
dari selulosa, hemiselulosa dan lignin dan tidak dapat larut dalam air
tumbuhan tanpa menyebabkan efek negatif terhadap tumbuhan tersebut (Schulz &
Boyle, 2006). Mekanisme invasi mikroba endofit ke dalam jaringan tanaman dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain masuk melalui stomata, lentisel,
trachoma yang rusak, titik tumbuh akar lateral, radikula yang sedang tumbuh,
degradasi ikatan polisakarisa dinding sel. Jalan alternatif lainnya diduga mikroba
masuk melalui penyerapan unsur hara tanaman secara pasif akibat transpirasi
sesuai dengan tanaman inangnya merupakan peluang yang sangat besar dan dapat
tersebar di muka bumi ini, masing-masing tanaman mengandung satu atau lebih
mikroba endofit yang terdiri dari bakteri dan jamur (Strobel & Daisy, 2003).
manusia yaitu Candida albicans dan Trichopyton spp. (Strobel et al., 1999).
antivirus. Cytonic acid A dan B ini merupakan protease inhibitor dan dapat
yang pertama kali ditemukan yang diproduksi oleh mikroba endofit. Paclitaxel
7
ini beberapa jenis endofit lainnya telah dapat diisolasi dari berbagai jenis
antimalaria (Lu et al., 2000). Disamping itu beberapa mikroba endofit yang
ini diduga karena struktur molekulnya mirip dengan flavonoid (Strobel et al.,
2002).
menjanjikan karena tidak sebagaimana insulin, senyawa ini tidak rusak jika
8
diberikan peroral. Dalam uji praklinik terhadap binatang coba membuktikan
bahwa aktivitasnya sangat baik dalam menurunkan glukosa darah tikus yang
diabetes. Hasil tersebut diperkirakan dapat menjadi awal dari era terapi baru
2.3 Bakteri
2.3.1 Pengertian
memiliki selubung inti. Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi
genetik berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi pada nukleus dan tidak mempunyai
membran inti. DNA pada bakteri berbentuk sirkuler panjang yang disebut nukleoid.
DNA bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas ekson. Bakteri juga
memiliki DNA kromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil
tongkat atau batang. Bakteri rata-rata memiliki panjang hingga 10 mikron dan lebar
0,5-1 mikron. Bakteri umumnya hidup secara saprofit (hidup dari bahan organk
yang mati) yang terdapat di air dan tanah. Bakteri berperan penting menguraikan
molekul organik kompleks dari hewan dan tumbuhan yang telah mati menjadi
Bakteri jenis ini memiliki selubung sel yang kompleks (tipe gram negatif) yang
terdiri dari membran luar, membran dalam dan lapisan peptidoglikan tipis (yang
memiliki asam muramik dan terdapat hampir pada semua organisme, hanya
beberapa mikroorganisme saja yang telah kehilangan bagian dari selubung sel ini)
berbentuk bulat, lonjong, batang lurus atau lengkung, heliks, dan filamen.
10
b. Eubakteria Gram Positif yang Memiliki Dinding Sel
Bakteri ini memiliki profil dinding sel tipe gram positif, sel-sel umumnya
diwarnai dengan pewarnaan gram positif. Sel berbentuk sferis, batang atau
pembelahan biner. Beberapa bakteri pada kategori ini memproduksi spora sebagai
Mikroorganisme yang tidak memiliki dinding sel sering disebut mikoplasma dan
d. Archaebakteria
teristerial ekstrim dan lingkungan akuatik (kadar garam tinggi, temperatur tinggi,
Golongan ini memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis (5-10 nm) dengan
merupakan komponen yang mendominasi dinding sel gram negatif dan berfungsi
menjaga stabilitas membran luar dan tempat perlekatan pada lapisan peptidoglikan
(Jawetz et al., 2005). Bakteri gram negatif merupakan bakteri yang tidak mampu
mempertahankan warna kristal violet pada dinding selnya saat perwarnaan gram
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet
12
yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan gram yang
Bacillus subtilis UAAC 21622 merupakan mikroba endofit yang diisolasi dari
daun tumbuhan Citrus aurantifolia. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif dan
Adapun urutan 16S rRNA dari mikroba endofit Bacillus subtilis UAAC
Tabel 1. urutan 16S rRNA Bacillus subtilis UAAC 21622 (Zam et al., 2016)
13
2.5 Antibiotika
2.5.1 Pengertian
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang dapat
menghambat dan membunuh mikroba jenis lainnya. Antibiotik sebagai obat yang
memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah
bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik terhadap
(PBP) yang terlibat pada proses transpeptidasi untuk sintesis dinding sel bakteri.
14
b. Golongan aminoglikosida
dan netilmisin. Mempunyai spektrum gram negatif yang sangat baik, termasuk
c. Golongan kuinolon
mempengaruhi enzim yang terlibat dalam proses coiling. Obat utama yaitu
d. Golongan makrolida
yang baik terhadap gram positif dan sedikit aktivitas terhadap bakteri anaerob
dan enterokokus.
15
e. Golongan tetrasiklin
f. Lain-Lain
vankomisin
negatif terbatas
tinidazol
terbagi menjadi:
16
1. Mengganggu sintesis dinding sel
17
meningkatkan permeabilitas membran bakteri yang menyebabkan
2.6 Fermentasi
2.6.1 Pengertian
substrat organik sebagai hasil kerja enzim mikroba, baik secara aerobik maupun
anaerobik. Produk yang dihasilkan dari fermentasi oleh mikroba dapat berbentuk
makanan, bahan kimia industri dan farmasi. Produk bahan kimia industri dapat
tersebut dapat dilakukan melalui beberapa metode fermentasi antara lain fermentasi
padat, fermentasi semi padat dan fermentasi cair. Proses fermentasi senyawa
(Chojnacka, 2010).
secara metabolik dari substrat yang fermentabel seperti glukosa, laktosa atau
18
2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi
1. Nutrisi
a. Sumber Karbon
b. Sumber Nitrogen
Nitrogen adalah salah satu unsur yang dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk sintesis protein asam nukleat dan senyawa-senyawa lain yang
19
pertumbuhan, karena nitrogen tersebut terkandung didalam protein dan
udara dan ada juga yang menggunakan sumber nitrogen anorganik seperti
nitrogen yaitu pepton, beef ekstrak, tripton, yeast ekstrak, kedelai, urea,
c. Sumber Belerang
samping sisteinil dan merionil protein. Belerang dalam bentuk asalnya tidak
d. Sumber Phospor
koenzim seperti NAD, NADP, dan flavin. Fosfat selalu diasimilasi sebagai
2. Kadar Air
20
protoplasma terdiri dari air. Air bertindak sebagai media transformasi makanan
dan hasil metabolisme sel, serta diperlukan juga pada proses enzimatis (Pelczar
3. pH
beberapa jenis mikroba dapat hidup pada pH yang lebih rendah yang dikenal
dengan istilah acidhophiles ataupun pada pH yang lebih tinggi yng dikenal
bakteri sering tumbuh dari kisaran pH yang luas dan jauh dari optimum (Willey
et al., 2008).
4. Suhu
20-45°C yang disebut bakteri mesofilik. Lain halnya dengan bakteri termofilik
5. Tekanan Osmotik
Pada umumnya bakteri dapat hidup pada daerah dengan kandungan garam
yang encer. Tekanan osmotik tergantung pada bahan terlarut, dimana bakteri
21
pada umumnya dapat tumbuh pada rentang tekanan osmotik yang cukup besar
karena adanya enzim permease sehingga konsentrasi garam dalam sel dapat
diatur. Akan tetapi bila konsentrasi ini cukup tinggi, maka air akan keluar dari
sel sehingga pertumbuhan bakteri akan terhenti (Pelczar dan Chan, 2006).
a. Metode Difusi
Metode ini sering digunakan untuk uji antimikroba yang rentan terhadap
senyawa murni, baik senyawa polar maupun non polar. Metode ini menggunakan
kertas filter cakram (diameter 6 mm) yang berisi senyawa uji yang ditempatkan
pada permukaan yang sebelumya telah diinokulasi dengan mikroba uji. Agen
antimikroba akan berdifusi kedalam agar dan akan menghambat pertumbuhan dari
mikroba uji. Cawan petri sebelumnya diinkubasi lalu zona hambatan diukur.
b. Metode Dilusi
pengujian aktivitas antibakteri lainnya. Sampel uji dicampur dengan medium cair
yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji. Prinsip metode ini adalah sampel
22
ada atau tidaknya bakteri dengan melihat kekeruhan dari masing-masing
c. Metode Bioautografi
terletak pada senyawa uji berdifusi ke medium agar dari kromatografi yang
mengandung adsorben atau kertas. Pada bioautografi, plat kromatografi lapis tipis
atau kertas diletakkan pada permukaan agar yang telah diinokulasi dengan mikroba
uji beberapa menit atau beberapa jam agar berdifusi. Kemudian plat dikeluarkan
aerobik. Bakteri ini bersifat invasif dan toksigenik yang mengakibatkan infeksi
pada pasien dengan penurunan daya tahan tubuh dan merupakan patogen
pioverdin yang memberi warna kehijauan pada agar. Bakteri ini menjadi patogenik
hanya jika berada pada tempat dengan daya tahan yang tidak normal, misalnya di
23
selaput lendir dan kulit yang rusak akibat kerusakan lingkungan (Brooks et al.,
2005).
ini merupakan flora normal yang terdapat dalam usus. Bakteri ini menjadi patogen
ketika mencapai jaringan diluar intestinal normal atau tempat flora normal yang
kurang umum. Kebanyakan tempat yang sering mengalami infeksi klinis adalah
pada saluran kemih, sistem billiary dan tempat lain dalam rongga perut (Brooks et
al., 2005).
pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Bakteri ini biasanya ditemukan
pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang paling kondusif
berbentuk seperti anggur. Bakteri ini tumbuh dengan cepat pada beberapa tipe
media dan dengan aktif melakukan metabolisme. Bakteri ini biasanya membentuk
koloni abu-abu hingga kuning emas. Infeksi Staphylococcus aureus dapat juga
24
berasal dari kontaminasi langsung dari luka. Bakteri ini dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit seperti inflamasi pada kulit, infeksi pernapasan, mastitis,
25
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi (Pyrex®),
cawan Petri (Pyrex®), beaker glass (Pyrex®), gelas ukur (Pyrex®), Erlenmeyer
(Pyrex®), batang pengaduk, pipet mikro (Thermo Scientific), jarum ose, lampu
(Etech®), hot plate (Cima rec®), oven (Memert®), tabung appendorf, Magnetic
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri endofit Bacillus
subtilis UAAC 21622, Nutrient Agar (Merck®), air tebu, molase, ampas tebu,
Sulfat (Merck®), NaCl fisiologis, Mc. Farland, alkohol 70%, spiritus, aquadest,
26
kertas cakram, Natrium hidroksida (Merck®), Asam klorida (Merck®), bakteri uji
Alat-alat yang akan disterilkan terlebih dahulu dicuci bersih dan dikeringkan,
cawan petri dibungkus dengan kertas perkamen. Alat-alat gelas (tabung reaksi,
gelas ukur, erlenmeyer) ditutup mulutnya dengan kapas steril yang dibalut dengan
kain kasa steril lalu dibungkus dengan kertas perkamen, kemudian disterilkan
didalam autoclave pada suhu 1210 C selama 15 menit. Pinset dan jarum ose
disterilkan dengan cara flambier. Laminar air flow (LAF) disterilkan dengan
menyalakan lampu UV selama 5 menit. Lemari aseptis dibersihkan dari debu lalu
disemprot dengan alkohol 70%, dan dibiarkan selama 15 menit (Brooks et al.,
2005).
dipanaskan hingga homogen. Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121oC dengan
27
3.3.3 Peremajaan bakteri Bacillus subtilis UAAC 21622
pada Nutrien Agar dengan cara digoreskan secara aseptik, kemudian diinkubasi
dalam 10 mL larutan NaCl 0,9% dalam tabung reaksi steril kemudian divortex.
standar Mc. Farland dibuat dengan cara sebanyak 99,5 mL larutan H2SO4 0,36 N
erlenmeyer, kemudian dikocok sampai terbentuk larutan yang keruh. Kekeruhan ini
Medium pertumbuhan bakteri terdiri dari tebu (air tebu, ampas tebu, molase);
NH4Cl 0,6%; KH2PO4 0,1%; dan MgSO4 0,01%. Selanjutnya media disterilkan
dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C tekanan 15 lbs selama 15 menit
membuat inokulum sebanyak 5% (v/v) dengan jumlah sel bakteri sebanyak 1,5x108
28
(dibandingkan terlebih dahulu dengan larutan Mc. Farland 0,5) dan diinokulasikan
ke dalam medium fermentasi bakteri dengan konsentrasi air tebu, ampas tebu dan
molase masing-masing 10% dan diinkubasi selama 72 jam dengan agitasi 120 rpm
pertumbuhan bakteri.
disentrifus pada kecepatan 3000 rpm selama 20 menit sehingga terpisah antara
dikeringkan dengan oven pada suhu 60°C hingga didapatkan berat kering
biomassa.
karbon terpilih sebesar 10%, 20% dan 30%. Pengkulturan dilakukan dalam rotary
shaker incubator pada putaran 120 rpm dan pH 6 sebagai pH awal. Kemudian
29
rotary shaker incubator pada putaran 120 rpm. Kemudian dilakukan pengujian
aktivitas antibakteri.
yakni 25, 28, 36 dan 45°C. Pengkulturan dilakukan dalam rotary shaker incubator
Bakteri uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Pseudomonas aeruginosa,
bakteri diinokulasikan pada media agar miring NA dalam tabung reaksi dengan
cara digoreskan secara aseptik, kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu
Pembuatan suspensi bakteri uji dibuat dengan cara menggoreskan 1-2 ose koloni
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar. Alat dan
bahan disterilisasi terlebih dahulu menggunakan autoklaf pada suhu 121°C pada
30
tekanan 15 lbs selama 15 menit. Selanjutnya medium NA dimasukkan ke dalam
cawan Petri. Sebanyak 100 µL suspensi bakteri uji dimasukkan ke dalam cawan
kertas cakram steril, lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Kemudian
negatif digunakan pelarut air suling dan sebagai kontrol positif digunakan
Data yang didapatkan dari penelitian disajikan dengan grafik dan tabel,
31
BAB IV
4.1 Hasil
yang memberikan aktivitas antibakteri adalah pada jam ke-42 dan sumber
karbon air tebu memberikan daya hambat yang lebih kecil yaitu pada jam
(Lampiran 2, Tabel 2). Dan pada sumber karbon ampas tebu tidak
karbon air tebu, memberikan daya hambat yang lebih kecil, dengan
32
diameter hambat yang dihasilkan untuk melawan bakteri P. aeruginosa
8). Sedangkan pada sumber karbon air tebu memberikan daya hambat
yang lebih kecil, dengan diameter hambat yang dihasilkan untuk melawan
2, Tabel 10). Sedangkan pada sumber karbon air tebu memberikan daya
hambat yang lebih kecil, dengan diameter hambat yang dihasilkan untuk
33
4.2 Pembahasan
tumbuhan Citrus aurantifolia. Bakteri endofit ini diisolasi oleh Zam et al. (2016)
dan diperoleh 4 isolat bakteri salah satunya yaitu Bacillus subtilis UAAC 21622.
Bakteri endofit ini memiliki aktivitas sebagai antibakteri karena senyawa bioaktif
yang dihasilkan oleh bakteri endofit memiliki potensi yang tinggi untuk melawan
UAAC 21622 untuk melawan bakteri patogen ini, maka diperlukan proses
optimal, maka perlu dilakukan penetapan waktu inkubasi, jenis sumber karbon,
difusi agar, metode ini dipilih karena pengerjaannya sederhana, pengukuran hasil
yang didapat juga cukup mudah dengan cara mengukur diameter (mm) daerah
bakteri. Zona bening dihasilkan karena adanya aktivitas antibakteri dari senyawa
34
yang terdapat pada cakram, senyawa tersebut akan berdifusi ke media yang telah
positif maupun bakteri Gram negatif (Katzung et al., 2004). Kontrol positif ini
pertumbuhannya dengan membentuk zona bening atau diameter hambat .dan juga
suling digunakan sebagai kontrol negatif karena pelarut yang digunakan untuk
media pertumbuhan bakteri adalah air suling. Selain itu air suling juga tidak
Bakteri uji yang digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri ini adalah P.
Gram negatif yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih, kuku, mata,
kulit, dan infeksi nosokomial serta pneumonia (Tekur, 2007). S. aureus merupakan
bakteri Gram positif yang dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit seperti
35
inflamasi pada kulit, infeksi pernapasan, mastitis, sepsis dan sindroma syok toksik
(Bhatia & Zahoor, 2007; Montville & Matthews, 2008). S. mutan merupakan
bakteri Gram positif yang sering ditemukan di dalam rongga mulut manusia dan
merupakan penyebab siginifikan terhadap karies gigi (Kim et al., 2008). Dan E. coli
dan infeksi saluran kemih (Tekur, 2007). Keempat bakteri ini digunakan karena
mewakili kelompok bakteri Gram positif dan Gram negatif. Selain itu, keempat
bakteri ini sering menyebabkan infeksi pada manusia dan memiliki kasus resistensi
yang tinggi.
dengan densitas sel 1,5x108 cfu/mL. Tujuan membandingkan suspensi bakteri uji
dengan kekeruhan Mc Farland 0,5 adalah agar disetiap pengerjaan jumlah sel
a. Air Tebu
antibakteri pada jam ke-30, 36, 42 dan 48, sedangkan pada jam ke-6, 12, 18,
24, 54, 60, 66 dan 72 tidak memberikan diameter hambat terhadap aktivitas
36
antibakteri. Bakteri uji P. aeruginosa dapat dihambat pertumbuhannya pada
jam ke-30 dengan diameter sebesar 7 mm, pada jam ke-36 sebesar 8 mm,
pada jam ke-42 sebesar 7 mm dan pada jam ke-48 sebesar 7 mm (Lampiran
3, Gambar 1). Bakteri uji S. aureus dapat dihambat prtumbuhannya pada jam
ke-36 dengan diameter sebesar 7 mm dan pada jam ke-48 dengan diameter
jam ke-42 dengan diameter 7 mm (Lampiran 3, Gambar 3). Dan bakteri uji E.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa aktivitas antibakteri yang baik
b. Ampas Tebu
aktivitas antibakteri baik pada waktu inkubasi jam ke-6, 12, 18, 24, 30, 36,
42, 48, 54, 60, 66 maupun 72 (Lampiran 2, Tabel 3). Sehingga ampas tebu
tidak bisa digunakan sebagai sumber karbon pada media fermentasi bakteri
37
c. Molase
hambat terhadap aktivitas antibakteri pada jam ke-18, 24, 30, 36, 42 dan 48,
sedangkan pada jam ke-6, 12, 54, 60, 66 dan 72 tidak menunjukkan diameter
pada jam ke-24 sebesar 7 mm, pada jam ke-30 sebesar 9 mm, pada jam ke-36
sebesar 8 mm, pada jam ke-42 sebesar 9 mm dan pada jam ke-48 sebesar 7
pertumbuhannya pada jam ke-24 dengan diameter sebesar 8 mm, pada jam
ke-36 sebesar 10 mm, pada jam ke-42 sebesar 11 mm, pada jam ke-48 sebesar
pertumbuhannya pada jam ke-18 dengan diameter sebesar 8 mm, pada jam
ke-24 sebesar 8 mm, pada jam ke-30 sebesar 8 mm dan pada jam ke-42
pertumbuhannya pada jam ke-18 dengan diameter sebesar 7 mm, pada jam
ke-24 sebesar 7 mm, pada jam ke-36 sebesar 10 mm, pada jam ke-42 sebesar
38
4.2.2 Penetapan Konsentrasi Sumber Karbon
a. Air tebu
bakteri uji S. mutan sebesar 7 mm. Sedangkan pada konsentrasi 10% dan 30%
b. Molase
sumber karbon pada bakteri Bacillus subtilis UAAC 21622 optimum terdapat pada
konsentrasi molase 20%. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi molase 20%
tidak kurang maupun tidak melebihi kebutuhan sumber karbon pada pertumbuhan
bakteri Bacillus subtilis UAAC 21622 ini. Sedangkan konsentrasi molase 10%
21622 ini belum optimal. Lain halnya pada konsentrasi molase 30% yang
mengalami penurunan daya hambat pada pengujian aktivitas antibakteri, hal ini
UAAC 21622 ini melebihi kebutuhan sumber karbon yang seharusnya didapatkan
sehingga tekanan osmotik di dalam dan di luar sel bakteri tidak seimbang yang
bakteri ini tidak optimal sehingga dapat mempengaruhi aktivitas antibakteri yang
a. Air Tebu
40
Pada penetapan pH optimum proses fermentasi Bacillus subtilis UAAC
bakteri uji S. mutan sebesar 7 mm. Sedangkan pada pH 6; 6,5; 7,5; 8 tidak
b. Molase
antibakteri pada semua variasi pH. Bakteri uji P. aeruginosa dapat dihambat
pada pH 6,5 sebesar 13 mm, pada pH 7 sebesar 15 mm, pada pH 7,5 sebesar
41
menunjukkan bahwa pH 7 memberikan diameter hambat yang lebih besar
optimal enzim pada bakteri untuk dapat bekerja secara efektif umumnya yaitu pada
aktivitas antibakteri optimal yaitu pada pH 7, hal ini disebabkan karena enzim
reaksi optimal sehingga metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri juga
optimal. Lain halnya dengan pH 6; 6,5; 7,5; dan 8 yang menunjukkan aktivitas
antibakteri yang kurang baik, hal ini disebabkan karena enzim dapat terdenaturasi
jika pH terlalu asam atau terlalu basa bagi bakteri sehingga kemampuan enzim
dalam mengkatalis tidak optimal dan produk yang dihasilkan juga tidak optimal.
a. Air Tebu
antibakteri pada suhu 36°C yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji
bakteri uji S. mutan sebesar 8 mm. Sedangkan pada suhu 25, 28 dan 45°C
b. Molase
42
Pada penetapan suhu optimum proses fermentasi Bacillus subtilis UAAC
13 mm, pada suhu 36°C sebesar 15 mm dan pada suhu 45°C sebesar 10 mm
(Lampiran 3, Gambar 27). Dari data tersebut, menunjukkan bahwa suhu 36°C
Setiap enzim dapat bekerja dengan efektif pada suhu tertentu dan aktivitasnya
akan berkurang jika berada pada kondisi di bawah atau di atas titik tersebut.
Sebagian besar enzim mempunyai suhu optimal yang mendekati suhu tubuh yaitu
berkisar antara 35-37°C (Chojnacka, 2010). pada suhu tinggi enzim dapat rusak dan
pada suhu rendah enzim menjadi tidak aktif. Dari data menunjukkan bahwa suhu
43
optimal pada pengujian aktivitas antibakteri yaitu pada suhu 36°C hal ini
enzim untuk mengkatalis optimal sehingga produk yang dihasilkan juga optimal.
Pada suhu 25°C dan 28°C menunjukkan aktivitas antibakteri kurang optimal, hal
ini disebabkan karena enzim tidak aktif yang menyebabkan kemampuan enzim
dalam mengkatalis juga tidak aktif sehingga reaksi kimia untuk memproduksi
produk berjalan lambat. Pada suhu 45°C menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri
kurang optimal, hal ini disebabkan karena enzim mengalami kerusakan atau
tidak optimal.
44
BAB V
5.1 Kesimpulan
yang memberikan aktivitas antibakteri adalah pada jam ke-42 dan sumber
5.2 Saran
Adapun saran pada penelitian ini adalah diharapkan agar penelitian ini dapat
bakteri endofit Bacillus subtilis UAAC 21622 serta optimasi lainnya seperti efek
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Horn WS, Simmonds MSJ, Schartz RE, Blaney WM. Phomopsichalasin, a Novel
Antimicrobial Agent from an Endophytic Phomopsis sp. Tetrahedron. 1995; 14:
3969-3978.
Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi XIII. Diterjemahkan oleh Bagian
Farrmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta: Salemba
Medika; 2004.
Kim JE, Kim HE, Kwang JK, Lee HJ, Kwon HK, Kim BI. Antibacterial
Characteristic of Curcuma xanthorrhiza Extract on Streptococcus mutans. J.
Microbiology. 2008: 46(2); 228-232.
Lavarack BP, Griffin GJ, Rodman D. The Acid Hydrolysis of Sugarcane Bagasse
Hemicellulose to Produce Xylose, Arabinose, Glucose and Other Products.
Biomass Bioenerg. 2002; 23: 367-380.
Lee J, Lobkovsky E, Pliam NB, Strobel GA, Clardy J. Subglutinols A and B:
Immunosuppressive Compounds from the Endophytic Fungus Fusarium
subglutinans. J.Org.Chemistry. 1995; 60: 7076- 7077.
Legaz, Maria E. Binding of soluble glycoproteins from sugarcane juice to cells of
Acetobacter diazotrophicus. J Internatl Microbial. 2000; 3: 177-182
Loto CA, Olofinjana A, Popoola API. Effect of Saccharum officinarum Juice
Extract Additive on the Electrosition of Zinc on Mild Steel in Acid Chloride
Solution. International Journal Electrochem Science. 2012; 7: 9795-9811.
Lu H, Zou WX, Meng JC, Hu J, Tan RX. New Bioactive Metabolites Produced by
Colletotrichum sp. an Endophytic Fungus in Artemisia annua. Plant Science. 2000;
151: 76-73.
Jawetz, Melnick, Adelberg’s. Medical Micobiology 24th Edition. New York:
McGraw Hill Medical; 2005.
Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon-White RT. Infection Diseases 6th
Edition. Oxford: Blackwell Publishing; 2004.
Moat GA, Foster JW, Spector MP. Microbial Physiology 4th Edition. New York:
John Wiley & Sons Ltd; 2002.
Montville TJ, Matthews KR. Food microbiology: An introduction. Washington
D.C:ASM Press; 2008.
Nuria MC, Arfin F, Sumantri. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak
Pagar terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli
ATCC 25922 dan Salmonella thypi ATCC 1408. Mediagro. 2009; 5(2).
47
Paju N, Paulina VYY, Novel K. Uji Efektivitas Salep Ekstrak Daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus) yang
Terinfeksi Bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi; 2013. 2(1):
51-61.
Pelczar MJ, Chan ECS. Dasar-Dasar Mikrobiolgi I. Penerjemah: HS Ratna. Jakarta:
Penerbit UI Press; 2006.
Purwanto UMS, Pasaribu FH, Bintang M. Isolasi Bakteri Endofit dari Tanaman
Sirih Hijau (Piper betle L.) dan Potensinya sebagai Penghasil Senyawa Antibakteri.
Curr Biochem. 2014; 1(1): 51-57.
Radji M. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.
Sari WLP, Putra DP, Handayani D. Senyawa Antibiotik Dari Bacillus Sp1 yang
Bersimbiosis pada Spon Laut Haliclona Fascigera. Jurnal Sains Farmasi. 2017;
3(2): 134-140.
Schulz B, Boyle C. What are Endophytes: In Microbial Root Endophytes. Berlin:
Springer-Verlag; 2006.
Shaikh S, Jamale F, Shazi S, Syed MDR, Mohammad AK. Antibiotic Resistance
and Extended Spectrum Beta-Lactamases: Types, Epidemiology and Treatment.
Saudi Journal of Biological Sciences. 2014; 22: 90–101.
Simanjuntak P, Parwati T, Bustanussalam, Prana TK, Wibowo S, Shibuya H.
Isolasi dan Kultivasi Mikroba Endofit Penghasil Senyawa Alkaloid Kinkona dari
Chinchona sp. Journal Mikrobiology Indonesia. 2002; 7(2): 27-30.
Steenis CGJ. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Diterjemahkan oleh Moeso
Sarjowinoto. Jakarta: Prodni Paramita; 2006.
Strobel GA, Miller RV, Miller C, Condron M, Teplow DB, Hess WM.
Cryptocandin, a Potent Antimycotic from Endophytic Fungus
Cryptosporiopsisquercina. Microbiology. 1999; 145: 1919-1926.
Strobel GA, Ford E, Woapong J, Harper JK, Arif AM, Grant DM, Fung PCW, Chan
K. Isopestacin, an Isobenzopuranone from Pestalotiopsis microspora, Possessing
Antifungal and Antioxidant Activities. Pytochemistry. 2002; 60(2): 179-183.
Strobel GA, Daisy B. Bioprospecting for Microbial Endophytes and Their Natural
Products. Microbiology and Molecular Biology Review. 2003; 67(4):491-502.
Sturz AV, Nowak J. Endophytic Communities of Rhizobacteria and the Strategies
Required to Create Yield Enhancing Associations with Crops. Applied Soil
Ecology. 2000; 15(2): 183– 190.
48
Sundararaj TS, Anthoniraj S, Kannan N, Muthuharuppan SM. Microbiology.
Chennai: Tamil Nadu Textbook Corporation; 2004.
Syakir ME, Karmawati N, Bermawie B, Prastowo D, Soetopo DS, Effendi E,
Hadipoentyanti, Siswanto R, Sri H, Yusron M. Inovasi Teknologi Perkebunan
Indonesia. 2011.
Tekur U. Pharmacology-Antimicrobial Agents: Antibacterial Drugs. New Delhi:
Departement of Pharmacology Maulana Azad Medical College; 2007.
Todorova S, Stanchev V, Kozhuharova L. Optimization of Complex Culture
Medium for Increase of Bacillus subtilis TS01 Antimicrobial Activity Againts
Phytopathogens. Asian Journal of Microbiology and Enviromental Science. 2015:
17(3); 549-555.
Widyana W, Siti K, Irwan L. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Lumut Octoblepharum
albidium Hedw terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Epidermidis dan
Pseudomonas aeruginosa. Jurnal Protobiont. 2014; 3(2) : 166 -170.
Willey JM, Sherwood LM, Woolverton CJ. Microbial Interaction. In: Prescott’s
Microbiology 7th Edition. New York: The McGrawth-Hill Companies; 2008.
Yusma. Pemanfaatan Limbah Molase dalam Pembuatan Etanol Secara Fermentasi.
Media Litbang Kesehatan. 1999; 9(3): 3-7.
Zam SI, Syamsuardi, Agustien A, Jannah M, Aldi Y, Djamaan A. Isolation,
Characterization of Endophytic Bacteria from Citrus aurantifolia Swingle Leaves
and Testing of Antifungal Activity towards Fusarium oxysporum. Journal Der
Pharmachia Lettre. 2016; 8(11): 83-89.
Zhang B, Salituro G, Szalkowski D, Li Z, Zhang Y, Royo I, Vilella D, Dez M,
Pelaes F, Ruby C, Kendall RL, Mao X, Griffin P, Calaycay J, Jzierath JR, Heck JV,
Smith RG, Moller DE. Discovery of Small Molecule Insulin Mimetic with
Antidiabetic Activity in Mice. Science. 1999; 284 (5416): 974-981.
Zulkifli L, Jekti DSD, Mahrus, Lestari N, Rasmi DAC. Isolasi Bakteri Endofit Dari
Sea Grass Yang Tumbuh Di Kawasan Pantai Pulau Lombok Dan Potensinya
Sebagai Sumber Antimikroba Terhadap Bakteri Patogen. Jurnal Biologi Tropis.
2016; 16(2): 80-93.
49
Lampiran 1. Skema Kerja
Pemilihan waktu
Pemilihan sumber Pemilihan waktu:
inkubasi dan
karbon: air tebu, tiap 6 jam selama
sumber karbon
ampas tebu, 72 jam
optimum
molase
Pemilihan
Pemilihan konsentrasi
konsentrasi sumber sumber karbon:
karbon optimum 10%, 20%,30%
Analisis data
50
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian
Tabel 2. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri dan Biomassa Bacillus subtilis
UAAC 21622 pada Penentuan Waktu Inkubasi Optimum Menggunakan
Air Tebu sebagai Sumber Karbon
12 6 6 6 6 0,004
18 6 6 6 6 0,018
24 6 6 6 6 0,022
30 7 6 6 6 0,029
36 8 7 7 7 0,036
42 7 6 7 6 0,024
48 7 7 6 7 0,02
54 6 6 6 6 0,014
60 6 6 6 6 0,012
66 6 6 6 6 0,01
72 6 6 6 6 0,01
K+ 32 31 35 30 -
K- - - - - -
51
Lampiran 2. Lanjutan
Tabel 3. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri dan Biomassa Bacillus subtilis
UAAC 21622 pada Penentuan Waktu Inkubasi Optimum Menggunakan
Ampas Tebu sebagai Sumber Karbon
12 6 6 6 6 0,004
18 6 6 6 6 0,006
24 6 6 6 6 0,008
30 6 6 6 6 0,008
36 6 6 6 6 0,01
42 6 6 6 6 0,012
48 6 6 6 6 0,01
54 6 6 6 6 0,009
60 6 6 6 6 0,01
66 6 6 6 6 0,007
72 6 6 6 6 0,008
K+ 31 35 45 31 -
K- - - - - -
52
Lampiran 2. Lanjutan
Tabel 4. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri dan Biomassa Bacillus subtilis
UAAC 21622 pada Penentuan Waktu Inkubasi Optimum Menggunakan
Molase sebagai Sumber Karbon
12 6 6 6 6 0,044
18 8 6 8 7 0,048
24 7 8 8 7 0,056
30 9 6 8 6 0,062
36 8 10 8 10 0,062
42 9 11 10 12 0,078
48 7 8 6 8 0,066
54 6 6 6 6 0,054
60 6 6 6 6 0,044
66 6 6 6 6 0,02
72 6 6 6 6 0,02
K+ 31 32 31 29 -
K- - - - - -
53
Lampiran 2. Lanjutan
0,09
0,08
0,07
0,06
Biomassa
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72
t (jam)
54
Lampiran 2. Lanjutan
Tabel 5. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri Bacillus subtilis UAAC 21622
pada Penentuan Konsentrasi Optimum Menggunakan Air Tebu sebagai
Sumber Karbon
20% 9 6 7 6
30% 6 6 6 6
K(+) 31 32 32 32
K(-) - - - -
10
9
8
Diameter Hambat
7
6 PA
5
SA
4
3 SM
2 EC
1
0
10% 20% 30%
Konsentrasi
55
Lampiran 2. Lanjutan
Tabel 6. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri Bacillus subtilis UAAC 21622
pada Penentuan Konsentrasi Optimum Menggunakan Molase sebagai
Sumber Karbon
20% 13 14 14 13
30% 10 11 11 10
K(+) 30 33 32 32
K(-) 6 6 6 6
16
14
12
Diameter Hambat
10
PA
8
SA
6 SM
4 EC
0
10% 20% 30%
Konsentrasi
56
Lampiran 2. Lanjutan
Tabel 7. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri Bacillus subtilis UAAC 21622
pada Penentuan pH Optimum Menggunakan Air Tebu 20%
12
10
Diameter Hambat
8
PA
6
SA
4 SM
EC
2
0
6 6,5 7 7,5 8
pH
57
Lampiran 2. Lanjutan
Tabel 8. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri Bacillus subtilis UAAC 21622
pada Penentuan pH Optimum Menggunakan Molase 20%
16
14
12
Diameter Hambat
10
PA
8
SA
6 SM
4 EC
0
6 6,5 7 7,5 8
pH
58
Lampiran 2. Lanjutan
Tabel 9. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri Bacillus subtilis UAAC 21622
pada Penentuan Suhu Optimum Menggunakan Air Tebu 20% dan pH 7
28 6 6 6 6
36 11 6 8 6
45 6 6 6 6
K (+) 31 32 30 30
K (-) - - - -
12
10
Diameter Hambat
8
PA
6
SA
4 SM
EC
2
0
25 28 36 45
Suhu
59
Lampiran 2. Lanjutan
Tabel 10. Hasil Skrining Uji Aktivitas Antibakteri Bacillus subtilis UAAC 21622
pada Penentuan Suhu Optimum Menggunakan Molase 20% dan pH 7
28 13 11 14 11
36 15 15 17 12
45 10 6 13 6
K (+) 32 32 30 32
K (-) - - - -
18
16
14
Diameter Hambat
12
10 PA
8 SA
6 SM
4 EC
2
0
25 28 36 45
Suhu
61
Lampiran 3. Lanjutan
Keterangan:
- (-) = Kontrol negatif (air suling)
- (+) = Kontrol positif (kloramfenikol 3 mg/ml)
- A = Jam ke-30
- B = Jam ke-36
- C = Jam ke-42
- D = Jam ke-48
62
Lampiran 3. Lanjutan
63
Lampiran 3. Lanjutan
Keterangan:
- (-) = Kontrol negatif (air suling)
- (+) = Kontrol positif (kloramfenikol 3 mg/ml)
- A = Jam ke-30
- B = Jam ke-36
- C = Jam ke-42
- D = Jam ke-48
64
Lampiran 3. Lanjutan
Keterangan:
- (-) = Kontrol negatif (air suling)
- (+) = Kontrol positif (kloramfenikol 3 mg/ml)
- A = Jam ke-30
- B = Jam ke-36
- C = Jam ke-42
- D = Jam ke-48
66
Lampiran 3. Lanjutan
Keterangan:
- (-) = Kontrol negatif (air suling)
- (+) = Kontrol positif (kloramfenikol 3 mg/ml)
- A = Konsentrasi air tebu 10%
- B = Konsentrasi air tebu 20%
- C = Konsentrasi air tebu 30%
67
Lampiran 3. Lanjutan
68
Lampiran 3. Lanjutan
Keterangan:
- (-) = Kontrol negatif (air suling)
- (+) = Kontrol positif (kloramfenikol 3 mg/ml)
- A = Konsentrasi molase 10%
- B = Konsentrasi molase 20%
- C = Konsentrasi molase 30%
69
Lampiran 3. Lanjutan
Keterangan:
- (-) = Kontrol negatif (air suling)
- (+) = Kontrol positif (kloramfenikol 3 mg/ml)
- A = pH 6
- B = pH 6,5
- C = pH 7
- D = pH 7,5
- E = pH 8
70
Lampiran 3. Lanjutan
71
Lampiran 3. Lanjutan
Keterangan:
- (-) = Kontrol negatif (air suling)
- (+) = Kontrol positif (kloramfenikol 3 mg/ml)
- A = pH 6
- B = pH 6,5
- C = pH 7
- D = pH 7,5
- E = pH 8
72
Lampiran 3. Lanjutan
Keterangan:
- (-) = Kontrol negatif (air suling)
- (+) = Kontrol positif (kloramfenikol 3 mg/ml)
- A = Suhu 20°C
- B = Suhu 28°C
- C = Suhu 36°C
- D = Suhu 45°C
73
Lampiran 3. Lanjutan
74
Lampiran 3. Lanjutan
Keterangan:
- (-) = Kontrol negatif (air suling)
- (+) = Kontrol positif (kloramfenikol 3 mg/ml)
- A = Suhu 20°C
- B = Suhu 28°C
- C = Suhu 36°C
- D = Suhu 45°C
75