Anda di halaman 1dari 28

TEKNOLOGI DAN GEOPOLITIK PANGAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar


dalam Bidang Ilmu dan Teknologi Pangan
pada Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada

Oleh:
Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr.
TEKNOLOGI DAN GEOPOLITIK PANGAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar


dalam Bidang Ilmu dan Teknologi Pangan
pada Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada

Diucapkan di depan Rapat Terbuka Dewan Guru Besar


Universitas Gadjah Mada
pada tanggal 23 Mei 2017
di Yogyakarta

Oleh:
Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr.
Bismillaahir-rahmaanir-rahiim

fang terhormat
Pimpinan dan anggota Majelis Wali Amanat,
Pimpinan dan anggota Senat Akademik,
Pimpinan dan anggota Dewan Guru Besar,
Rektor, Wakil Rektor,
Rekan sejawat, alumni, mahasiswa, para tamu undangan, dan hadirin
yang saya cintai.

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua,

PENDAHULUAN
Pertama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah
Swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada
kita semua, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul di ruang Balai
Senat Universitas Gadjah Mada dalam rangka mengikuti Rapat
Terbuka Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada.
Ucapan terima kasih yang sebesar besamya saya sampaikan
kepada Ketua Dewan Guru Besar, Ketua Senat Akademik, dan Rektor
yang telah memberikan kehormatan pada saya untuk menyampaikan
pidato pengukuhan sebagai guru besar di Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Terima kasih juga saya
sampaikan kepada Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian atas
kesediaannya untuk hadir pada upacara penyampaian pidato
pengukuhan saya sebagai guru besar.
Pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan pidato
pengukuhan sebagai Guru Besar dengan judul:

TEKNOLOGI DAN GEOPOLITIK PANGAN


2

Judul tersebut saya pilih dengan dasar pemikiran bahwa bidang


keilmuan saya adalah teknologi pangan. Akan tetapi, seorang ahli
teknologi pangan juga hams mampu memahami kondisi geografis
negaranya agar terjadi kesesuaian antara ilmu dan teknologi yang
hendak dikembangkannya dengan kondisi geografis negaranya, serta
hams memahami bahwa pangan juga merupakan komoditas yang
dapat bemilai ekonomis, politis, sosial-budaya, bahkan komoditas
pertahanan dan keamanan.
Nilai strategis pangan telah diingatkan oleh Presiden pertama
Republik Indonesia, Ir. Soekamo pada saat peletakan batu pertama
pembangunan gedung Fakultet Pertanian (Sekolah Tinggi Pertanian)
di Bogor tanggal 27 April 1952 bahwa persediaan makanan rakyat
adalah soal hidup matinya bangsa. Substansi dari kalimat ini
dilanjutkan oleh ungkapan Henry Alfred Kissinger (mantan Sekretaris
Negara Amerika Serikat tahun 1973-1977) yang mengatakan bahwa
"Control oil and you control nations; control food and you control the
people".
Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa ada kaitan yang erat
antara teknologi pangan dengan geopolitik pangan. Pembangunan
bidang pangan, termasuk teknologi pangan di dalamnya, juga hams
berdasarkan pada pengetahuan kondisi geografis dan politis negara
sendiri maupun negara lain. Oleh karena itu, setelah mendalami
bidang ilmu ketahanan nasional di Lembaga Ketahanan Nasional RI,
saya berpendapat bahwa seorang ahli teknologi pangan seyogianya
juga hams mengetahui tentang geopolitik pangan.

Hadirin yang saya muliakan,

TEKNOLOGI PANGAN

Pengertian Teknologi Pangan


Pengertian teknologi (technology), menurut Oxford
Dictionaries, sudah dikenal sejak awal abad 17 dari bahasa Yunani,
yaitu tekhnologia yang berarti perlakuan sistematik (systematic
~ treatment). Kata tekhnologia terdiri atas tekhne yang berarti seni (art)
3

atau kerajinan (craft) dan logia (fogy, ilmu). Secara umum teknologi
diartikan sebagai the application of scientific knowledge for practical
purposes, especially in industry (Anonim, 2014a).
Dengan demikian, seorang ahli teknologi pangan harus mampu
menguasai ilmu pangan (food science) sebagai dasar scientific
knowledge terlebih dahulu agar dapat melakukan perlakuan sistematis
untuk tujuan praktis tertentu. Ilmu pangan (food science) didefinisikan
sebagai an interdisciplinary subject involving primarily bacteriology,
chemistry, biology, and engineering (Fenema, 1996). Di pihak lain,
teknologi pangan didefinisikan oleh The Institute of Food
Technologists (1FT) sebagai "the application of food science to the
selection, preservation, processing, packaging, distribution and use of
safe, nutritious and wholesome food." (Anonim, 2016).
Kelemahan utama bahan hasil pertanian adalah mudah rusak
(perishable), bersifat musiman, bulky, nilai ekonomi rendah dalam
bentuk primer, sulit didistribusikan ke daerah yang jauh dari temp at
panen. Untuk menutupi kelemahan tersebut, diperlukan teknologi
pangan dengan tujuan untuk: 1) memberikan nilai tambah;
2) memperpanjang umur simpan; 3) memperluas jangkauan
pemasaran; 4) meningkatkan cadangan pangan; dan 5) meningkatkan
ketahanan pangan nasional.

Hadirin yang saya muliakan,

Teknologi Pangan dan Nilai Tambah


Bahan hasil pertanian dapat ditingkatkan nilai tambahnya
melalui sentuhan teknologi pangan. Di negara negara maju, dari satu
jenis komoditas hasil pertanian, dapat dihasilkan beberapa jenis
produk turunannya sehingga kalau digambarkan nampak seperti
pohon yang disebut dengan pohon industri. Produk turunan dan hasil
pertanian di negara maju jauh lebih banyak dibandingkan dengan
Indonesia. Padahal setiap perubahan dari satu produk turunan ke
produk turunan berikutnya akan menghasilkan nilai tambah dan
sekaligus dapat menyediakan lapangan pekerjaan.
4

Teknologi pangan yang diterapkan dalam skala kecillskala


rumah tangga mampu meningkatkan pendapatan keluarga sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Sebagai contoh, teknologi
pangan untuk mengubah kedelai menjadi tahu di Desa Sumbermulyo,
Kabupaten Gunung Kidul dapat menghasilkan pendapatan sekitar
Rp4,6 jutalbulan (Anonim, 2005), sementara di Desa Gelanglor,
Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, mencapai sekitar
Rp1,5-5 jutalbulan (Wardhini, 2014).
Keterlibatan teknologi pangan pada tataran teknologi yang lebih
tinggi, mampu meningkatkan nilai tambah bahan hasil pertanian.
Sebagai contoh dari satu kilogram rumput laut Eucheuma cottoni
dengan kadar air 35% yang dijual seharga Rp4.000,00 sampai
Rp5.000,00 dapat dihasilkan senyawa aktif biopolimer karaginan
sebanyak 15-20 gram (15-20%) (Marseno, dkk., 2010a) atau setara
dengan Rp135.000,00 sampai Rp180.000,00. Demikian pula nilai
tambah dari satu kilogram kulit markisa, yang relatif tidak memiliki
nilai ekonomi karena sebagai limbah, akan dihasilkan biopolimer
pektin sebanyak sekitar 14 gram (Laga, dkk., 2000) atau setara dengan
nilai Rp. 126.000,00.
Teknologi isolasi dan modifikasi selulosa dari berbagai bahan
hasil pertanian mampu mengubahnya menjadi bahan bemilai ekonomi
tinggi dan dibutuhkan dalam industri pangan seperti karboksi metil
selulosa (CM C), hidroksi propil metil selulosa (HPMC), hidroksi
propil selulosa (HPC), dan metil selulosa (MC) (Adinugraha, dkk.,
2005; Marseno, dkk., 2010b; Hutomo, dkk., 2012). Teknologi pangan
juga dapat digunakan untuk mengisolasi biopolimer bemilai ekonomi
tinggi seperti glukomanan dari umbi porang (Yanuriati, 2017).
Untuk dunia kesehatan, teknologi pangan juga dapat digunakan
untuk memodifikasi pati menjadi pati yang resisten terhadap hidrolisis
enzim pencemaan (resistant starch) sehingga memiliki potensi
sebagai bahan pangan bagi penderita penyakit diabetes militus
(Anugrahati 2015; Anugrahati, 2017a; Anugrahati, 2017b).
5

Hadirin yang saya muliakan,

Teknologi Pangan dan Umur Simpan


Penerapan teknologi pangan pada tingkat paling sederhana yang
merupakan indigenous knowledge telah dipergunakan sejak lama.
Sebagai contoh adalah pembuatan nasi aking, gaplek, selai pisang,
dendeng, ikan asin, kerupuk, dan sebagainya. Dengan pengolahan
minimal tersebut, bahan pangan dapat menjadi lebih awet sehingga
umur simpan dapat lebih lama. Teknologi pangan sederhana biasanya
hanya melibatkan proses dan peralatan sederhana pula.
Pada tingkat teknologi yang lebih kompleks dan memerlukan
peralatan canggih, Nicolas Apert (1749-1841), ahli masak
berkebangsaan Prancis, pada tahun 1795 telah mulai meneliti
pengawetan bahan pangan dalam wadah gelas yang kedap udara
kemudian dipanaskan dan barn berhasil pada tahun 1810. Hal ini
dipicu oleh tawaran dari militer Prancis yang akan memberikan hadiah
sebesar 12.000 franc bagi siapa saja yang dapat menemukan metode
barn untuk mengawetkan bahan pangan (Anonim, 2014d).
Dengan menerapkan prinsip-prinsip teknologi pangan, bahan
pangan menjadi jauh lebih awet dengan umur simpan bertahun-tahun
sehingga dapat dipergunakan sebagai stok penyangga ketika krisis
pangan terjadi. Dengan dukungan teknologi pangan, negara-negara
maju sudah memiliki cadangan pangan tertentu untuk kurun waktu
yangjauh lebih lama dibandingkan negara berkembang.

Hadirin yang saya muliakan,

Teknologi Pangan dan Jangkauan Pemasaran


Keterlibatan teknologi pangan, termasuk teknologi pascapanen,
dapat menghasilkan pangan dan hasil pertanian dengan umur simpan
(shelf life) yang lebih panjang sehinggajangkauan pemasaran menjadi
lebih luas. Dengan menggunakan teknologi pangan modified
atmosphere storage (MAS) atau control atmosphere storage (CAS)
maka pisang cavendish yang diproduksi di Costa Rica (Amerika
6

Tengah) dapat didistribusikan sampai lintas benua seperti Jepang dan


negara lainnya.' Demikian pula daging dari Australia yang dibekukan
bisa dipasarkan di Indonesia dengan kualitas yang masih sangat baik.'
Melihat kondisi geografis Indonesia yang terletak di daerah tropis dan
merupakan negara kepulauan, maka distribusi bahan makanan
antarpulau memerlukan dukungan teknologi pangan, terutama
teknologi pendinginan.

Teknologi Pangan dan Cadangan Pangan


Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
mengamanatkan bahwa cadangan pangan nasional rnerupakan suatu
upaya strategis untuk mendukung penyediaan cadangan pangan dalam
menghadapi kekurangan ketersediaan pangan, kelebihan ketersediaan
pangan, gejolak harga pangan, dan atau keadaan darurat.' Selanjut-
nya, tugas pemenuhan pangan terletak pada pemerintah dan
masyarakat secara bersama-sama. Pemerintah bertugas menyeleng-
garakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan antara
lain melalui penyelenggaraan cadangan pangan nasional, yang terdiri
atas cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat."
Cadangan pangan pemerintah adalah cadangan pangan tertentu yang
bersifat pokok di tingkat nasional, yaitu persediaan pangan pokok
tertentu, misalnya beras, sedangkan di tingkat daerah dapat berupa
pangan pokok masyarakat di daerah setempat. 5
Dari amanat undang-undang tersebut, tampak jelas bahwa beras
merupakan komoditas utama sebagai cadangan pangan tingkat
nasional dan komoditas pangan yang digunakan sebagai cadangan .
pangan tingkat daerah sangat bervariasi tergantung pada sumber
kekayaan daerah masing masing. Dengan melihat kondisi geografis
Indonesia yang sangat beragam, maka diperlukan dukungan teknologi

Global Issues. January 2010. http://www.globalissues.orglarticleI631


2 http://www.beefresearch.orglcmdocs/beefresearch/beef./o20shelf-life.pdf
Undang Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
4 Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.
5 Badan Ketahanan Pangan, 2015. Laporan Pengembangan Cadangan Pangan
Pemerintah.
7

pangan yang bersifat spesifik sesuai lokasi dalam pemenuhan


cadangan pangan di daerah masing masing. Hal ini disebabkan setiap
bahan pangan memiliki sifat spesifik yang berbeda satu dengan
lainnya sehingga memerlukan penanganan dengan teknologi pangan
yang berbeda pula.

Hadirin yang saya muliakan,

Teknologi Pangan dan Ketahanan Pangan


Ketahanan pangan (food security) telah didefinisikan oleh
Komite Ketahanan Pangan Dunia-PBB pada tahun 1996 sebagai
kondisi ketika semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik, sosial,
dan ekonomi untuk mendapatkan makanan yang aman dan bergizi
cukup yang dapat memenuhi kebutuhan makanan mereka dan
preferensi makanan untuk hidup aktif dan sehat".
Sementara itu, pemerintah Indonesia melalui Peraturan
Pemerintah No. 17 Tahun 2015 telah mendefinisikan ketahanan
pangan dan gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan dan
gizi bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tecermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, memenuhi kecukupan gizi, merata dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat,
untuk mewujudkan status gizi yang baik agar dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan".
Dari kedua definisi tersebut tampak bahwa penekanan utama
ketahanan pangan terletak pada aspek ketersediaan, distribusi,
konsumsi dan kualitas pangan dan gizi yang berkelanjutan. Peran
teknologi pangan dalam semua aspek tersebut sangat penting karena
dengan sentuhan teknologi pangan, komoditas pangan dapat awet,
kualitasnya terjaga, jangkauan pasar lebih luas, tersedia sepanjang
tahun, dan mudah diakses.

6 United Nations' Committee on World Food Security. 1996.


7¥ Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2015.
8

Dalam skala global, dunia telah mencanangkan VISI


pembangunan global melalui Tujuan Pembangunan Milenium
(Millenium Development Goals, MDGs) yang telah diubah menjadi
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals,
SDGs) bahwa pada tahun 2030, agenda pembangunan difokuskan
pada keamanan pangan dan gizi, yaitu "mengakhiri kelaparan,
mencapai ketahanan pangan, peningkatan gizi, dan mendukung
pertanian berkelanjutan". 8
Untuk mewujudkan visi pembangunan global tersebut, salah
satu target yang harus dicapai adalah konsumsi daging per kapita.
Menurut FAO, di negara berkembang, pada tahun 1960 konsumsi
daging per kapita tiap tahun hanya sebesar 10 kg, kemudian naik
menjadi 20 kg pada tahun 2000, dan proyeksi tahun 2030 diharapkan
dapat mencapai 37 kg, yang sudah menyamai di negara maju." Untuk
itu, maka teknologi pengolahan daging menjadi salah satu unsur
penting dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional.
Dari narasi tersebut, dapat dikatakan bahwa kontribusi seorang
ahli teknologi pangan harus ditingkatkan dalam rangka memperkokoh
ketahanan pangan nasional. Untuk itu, seorang ahli teknologi pangan
juga harus mengetahui dan memahami kondisi geografis, demografis
dan sumber kekayaan alam negaranya sehingga dapat memberikan
kontribusi pemikiran maksimal ketika komoditas pangan telah
dijadikan komoditas politik baik di dalam maupun luar negeri. Pendek
kata, seorang ahli teknologi pangan juga harus mengetahui geopolitik,
khususnya geopolitik pangan.

8 FA 0, 2016. Monitoring Food Security and Nutrition in Support of the 2030 Agenda for
Sustainable Development: Taking Stock and Looking Ahead. hup.r/www.fao.org/sra-
i6188epdJ
9 ~ FAO, 2016. Meat Processing Technology. jtp://ftpjao. org/docrep/fao/O 10/
ai407e/ai407eOOpdJ
9

Hadirin yang saya muliakan,

GEOPOLITIK PANGAN
Pengertian Geopolitik
Istilah geopolitik pertama kali didengungkan pada tahun 1904.
Geopolitics (geopolitik) didefinisikan sebagai a study of the influence
of such factors as geography, economics, and demography on the
politics and especially the foreign policy of a state, atau dapat juga
dikatakan sebagai the study of how geography and economics have an
influence on politics and on the relations between nationsl"
Sementara pengertian lain mengatakan bahwa geopolitik adalah
politics, especially international relations, as influenced by
geographical factors!', Cohen (2003) mendefinisikan geopolitik
sebagai analisis interaksi yang sangat dinamis dan saling
mempengaruhi antara geographical settings and perspective dengan
proses-proses politik untuk penguasaan kondisi geografis suatu
wilayah.'?
Beberapa ahli geopolitik mancanegara seperti Friederich Ratzel
(1844-1904), Rudolf Kjellen (1864-1922), Karl Houshofer (1869-
1946) memiliki sudut pandang yang hampir sama tentang pengertian
bangs a, yaitu seperti organisme hidup yang dapat turnbuh dan
berkembang serta memerlukan ruang hidup yang boleh diperluas
dengan melakukan ekspansi!'. Dengan demikian geopolitik rnenurut
mereka adalah seni dan praktik penggunaan kekuasaan politik atas
suatu wilayah tertentu. Hal ini berangkat dari kenyataan bahwa
sumber kekayaan alam dalam wilayah negara (ruang hidup) rnereka:
sangat terbatas. Oleh karena itu, menurut mereka diperbolehkan untuk
melakukan ekspansi ruang hidup ke negara lain demi kelangsungan
hidup mereka. Hal ini telah terjadi di Indonesia selama kurang lebih
350 tahun.

10 Miriam-Webster Dictionary, 2016.


11 Oxford Dictionary, 2016.
12 Cohen, S.B. 2003. Geopolitics of the World System. Rowman & Littlejield Publishers,
Inc., USA.
13 Lemhannas RI. 2013. Modul Bidang Studi Geopolitik dan Wawasan Nusantara.
10

Hadirin yang saya muliakan,


Geopolitik Indonesia
Bagi bangsa Indonesia, pemahaman terhadap kondisi geografis
sebagai negara kepulauan dengan visi sebagai negara maritim telah
dilaksanakan sejak zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Para raja
Sriwijaya dan Majapahit menyadari betul bahwa sebagai negara
kepulauan yang terdiri atas pulau (tanah) dan mayoritas laut (air),
pemerintah harus memiliki visi sebagai negara maritim dengan
memiliki armada laut yang kuat agar dapat menguasai, mengendalikan
dan memanfaatkan laut untuk kesejahteraan masyarakat dan
eksistensinya sebagai negara yang berdaulat.
Kesadaran terhadap arti penting geopolitik Indonesia telah
melahirkan produk intelektual, yaitu Pancasila sebagai dasar negara
(1945)14, Deklarasi Djuanda tahun 1957 tentang Batas Perairan
Nasional Indonesia (1957)15, dan Konsepsi Wawasan Nusantara
sebagai geopolitik Indonesia (1972)16. Ketiga produk intelektual
tersebut jelas memberikan mandat bahwa Indonesia yang beragam
suku, bahasa, agama, budaya, dan pulau harus disatukan dalam
bingkai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal
Ika, dan NKRI.
Menurut Bung Kamo, geopolitik adalah ilmu yang mempelajari
keterkaitan antara lahimya suatu negara (sejarah), bangsa dan tanah-
air sendiri (budaya), cita-cita dan ideologi (falsafah) yang disepakati
bersama oleh suatu bangsa yang bernegara!". Esensi geopolitik
menurut para pendiri bangsa adalah menyatunya bangsa dengan
wilayah temp at hidupnya. Dengan kata lain, geopolitik adalah ilmu
yang mempelajari tentang diri dan lingkungan geografis suatu bangsa

14 Pidato Ir. Soekarno, I Juni 1945 di depan sidang Anggota Badan Penyelidik Persiapan
Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai) tentang dasar Negara Indonesia Merdeka
yang dinamakan Pancasila.
15 Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia, Djuanda
Kartawidjaja, yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk
laut sekitar, di antara dan di dalam Kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah
NKRI.
~ 16 Lemhannas RI. 2013. Modul Bidang Studi Geopolitik dan Wawasan Nusantara.
17 Ibid.
11

yang menegara. Bagi bangsa Indonesia tempatlruang hidupnya terdiri


atas daratan (tanah) dan lautan (air) sebagai sumber hidup dan
kehidupan dari Tuhan yang harus disyukuri.
Ada perbedaan mendasar antara konsepsi geopolitik Barat dan
geopolitik Indonesia. Geopolitik Barat mengajarkan bahwa bangsa
seperti organisme hidup yang memerlukan ruang hidup sesuai
pertumbuhan bangsa tersebut yang dimungkinkan untuk melakukan
ekspansi ruang hidup, sedangkan geopolitik Indonesia mengajarkan
bahwa bangsa Indonesia harus mengenal interaksi sejarah, budaya,
filsafat, dan wilayah tanah-aimya sebagai anugerah Tuhan untuk
dijadikan sumber hidup dan kehidupannya.
Dari pengertian dasar tentang geopolitik tersebut dapat
diturunkan sebuah pengertian yang lebih spesifik, yaitu geopolitik
pangan yang secara umum dapat diartikan sebagai sebuah cara
pandang untuk menguasai, mengendalikan, dan memanfaatkan faktor
geografis yang dimiliki suatu negara untuk menghasilkan pangan bagi
kepentingan masyarakatnya.

Hadirin yang saya muliakan,

Geopolitik Pangan Dunia


Sejarah dunia mencatat bahwa wilayah geografis yang kaya
sumber daya alam, termasuk pangan, selalu melibatkan politik untuk
menguasainya. Sebagai contoh adalah kontestasi geopolitik yang
sengit atas rempah-rempah antara Inggris dan Belanda selaku
kekuatan kolonial di Nusantara membuat Pulau Run, sebuah pulau
kecil penghasil pala di Kepulauan Banda, ditukar guling dengan
kawasan Manhattan (di New York) pada April 1667 melalui
Perjanjian Breda antara Inggris dan Belanda (sebagaimana ditulis oleh
Giles Milton dalam buku berjudul Nathaniel's Nutmeg terbitan tahun
1999 yang kemudian diterjemahkan menjadi buku berjudul Pulau Run
- Magnet Rempah-rempah Nusantara yang Ditukar dengan
Manhattan, diterbitkan Pustaka Alvabet tahun 2015)18.

18 Budi Susilo Soepandji. 2015. Geopolitik Kawasan Timur Indonesia. http://www.republika


.eo. id/berita/koran/opini-koran/I5/09/I7 /nutd0724.
12

Dalam konteks kekinian, dunia sedang berada dalam kondisi


multipolar dengan ciri di mana pusat kekuasaan saling bersaing,
hubungan antamegara penuh ketidakpastian, ketegangan antamegara
semakin tinggi, dan rasa nasionalisme terhadap sumber daya masing
masing negara semakin tinggi. Di sinilah peran negara harus lebih
menonjol dalam dukungan, kepemilikan, manajemen bisnis dan
industri strategis seperti pertanian dan pertambangan.'? Margulis te1ah
menganalisis peran sentral organisasi World Trade Organization
(WTO) secara geoplitik sebagai pengendali arus produksi dan
perdagangan pangan antamegara di dunia sekaligus menata ulang
konfigurasi tata ruang produksi dan kekuasaan dalam sistem pangan-
pertanian globalr"
Dengan berkembangnya peradaban dan pemahaman terhadap
hukum dan hak asasi manusia, maka penguasaan suatu negara
terhadap negara lainnya tidak lagi menggunakan kekuatan fisik (hard
power) tetapi dalam bentuk penguasaan nonfisik (soft power)
misalnya regulasi atau penanaman modal melalui organisasi
intemasional. Salah satu contoh adalah World Trade Organization
(WTO) yang dijadikan instrumen untuk menyalurkan aspirasi
geopolitik pangan negara tertentu terhadap negara lain. WTO
mengharuskan bahwa total subsidi pemerintah terhadap sektor
pertanian bagi negara berkembang hanya sebesar 10-15% dari total
subsidi APBN, sedangkan negara maju diperbolehkan melakukan
subsidi yang lebih besar.
Contoh sejarah geopolitik pangan dunia setelah Perang Dunia II
adalah terjadinya "perang dagang" antara industri minyak kelapa dan
minyak kedelai. Hal ini disebabkan karena setelah perang dunia II
selesai, industri berbasis hasil perkebunan, termasuk minyak kelapa
yang dimiliki investor Barat mengalami kebangkrutan. Untuk
menutupi kebutuhan minyak nabati, Barat mendorong tumbuhnya
industri minyak nabati selain kelapa. Tahun 1950-an, mulai terjadi

19 Anonim, 2013. The Emerging Geopolitics of Food. The Hague Center for Strategic
Studies. Dutch Minister for Economic Affairs.
20 Margulis, M.E. 2013. Trading Out of the Global Food Crisis? The World Trade
_ Organization and the Geopolitics of Food Security. Journal of Geopolitics. Volume 19,
2014.
13

persaingan antara industri minyak kelapa dan industri minyak kedelai


yang mencapai puncaknya tahun 1980-an dengan dimunculkannya
slogan no tropical oils menggunakan isu bahwa minyak kelapa dan
kelapa sawit berbahaya dan tidak baik bagi kesehatan karena
mengandung asam lemak jenulr". Akhimya tuduhan ini tidak terbukti
karena pertumbuhan konsumsi minyak kelapa sawit (CPO) justru terus
meningkat dari 17,81 % (1999) menjadi 25,81 % (2004)22.
Geopolitik pangan bangsa asing terhadap Indonesia juga
ditunjukkan dalam bentuk kepemilikan saham pada industri pangan
dan pertanian dalam jumlah besar. Saham asing pada industri air
minum dalam kemasan (AMDK) merek Aqua mencapai 74%, AMDK
merek Ades (100%), rokok kretek Dji Sam Soe (100%),
kecap/sirup/saus ABC (65%), teh Sariwangi (100%), kecap Bango
(100%), makanan ringan Taro (100%), susulmakanan bayi SGM
(82%), biskuit Helios/Nyam Nyam (100%). Hal ini dimungkinkan
karena besamya kepemilikan modal asing terhadap bidang usaha
pangan dan pertanian di Indonesia boleh mencapai 95% seperti sudah
diatur dalam peraturan presiden+'.
Dalam WTO, agenda tentang pertanian (termasuk pangan)
dibahas sangat hati-hati karena berdampak luas di negara anggota
yang bersangkutan. Meski dirundingkan secara intensif sejak 2002,
perundingan di sektor pertanian termasuk yang paling sulit
diselesaikan karena perundingan di bidang ini bersifat multidimensi
dan sangat menyentuh isu sosial-politik"

21 Andy Nur Alamsyah.


https:/lbooks.google.co.idlbooks?hl=id&lr=&id=laJZWBzGglsC&oi=Jnd&pg=
PA3&dq=
22 Wayan R. Susila. Peluang Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia: Perspektif Jangka
Panjang 2025. SOCA http://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/viewFile/4 J 6 J /3 J 46
23 Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang Penanaman Modal Asing.
24 Erwidodo dan Kurnia, D. W Tata Perdagangan Dunia dan Upaya Indonesia Memacu
Ekspor Hasil Pertanian. ".
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffi1es/Pros jO J 2_0 I_MU _Erwidodo.pdJ
14

Hadirin yang saya muliakan,

Ketahanan Pangan dan Ketahanan N asional Saat Ini


Ketahanan pangan (food security) adalah isu yang kompleks
dengan banyak sisi yang dipengaruhi oleh budaya, lingkungan dan
lokasi geografis. Menurut Global Food Security Index (GFSI) yang
dikembangkan oleh Economist Intelligence Unit (EIU) dan DuPont,
ketahanan pangan Indonesia dari 113 negara ada pada posisi 71
(2016), masih kalah dibandingkan dengan Malaysia (35), Thailand
(51), dan Vietnam (57). Indeks ini dihitung berdasarkan 3 isu utama,
yaitu kemampuan memenuhi (affordability), ketersediaan
(availability), serta kualitas dan keamanan (quality and safety)
pangan."
Peringkat indeks ketahanan pangan Indonesia tersebut
seharusnya bisa lebih baik lagi karena kondisi geografis, demografis,
dan sumber kekayaan alam Indonesia memiliki potensi yang besar
dalam memperbaiki isu affordability dan availability. Isu affordability
diukur dari 6 indikator, yaitu (i) rasio besarnya pengeluaran untuk
konsumsi pangan dari total pengeluaran rumah tangga; (ii) proporsi
penduduk miskin; (iii) GDP per kapita; (iv) tarif impor bahan
pertanian; (v) adanya program jaring pengaman pangan; dan (vi) akses
pendanaan (kredit) pada petani. Sedangkan isu availability diukur dari
8 indikator, yaitu (i) kecukupan pasokan; (ii) pengeluaran publik
untuk penelitian dan pengembangan; (iii) infrastruktur pertanian;
(iv) volatilitas produk pertanian; (v) risiko stabilitas secara politik;
(vi) korupsi; (vii) kapasitas penyerapan kota; dan (viii) kehilangan/
susut pangan.
Di pihak lain, indeks kinerja logistik (Logistic Performance
Index, LP!) untuk Indonesia dibandingkan dengan "160 negara lain
dalam kegiatan pengiriman logistik barang, termasuk pangan, ke luar
negeri masih rendah, yaitu pada peringkat 63,lebih rendah
dibandingkan Malaysia dan Thailand yang ada pada peringkat 32 dan
45. Indeks LPI ini secara implisit memberikan informasi bahwa
Indonesia lebih buruk dalam hal supply chain performance input
~
25 Global Food Security Index (20/6). hllp://foodsecurityindex.eiu.coml
15

dalam bentuk policy regulation (dalam hal custom, infrastructure dan


service quality) dan supply chain performance outcome dalam bentuk
service deLivery performance (dalam hal timelines, international
shipments, dan tracking and tracingv".
Di sisi lain, dalam tiga tahun terakhir indeks ketahanan nasional
Indonesia yang diukur dalam delapan aspek kehidupan nasional (gatra
geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan hankam), dalam kondisi kurang tangguh
(warna kuning) dengan nilai 2,56 (2014), 2,55 (2015) dan 2,60 (2016)
dari skala penilai 0-5. Pada tahun 2016, gatra ideo1ogi (nilai 2,06),
sosial budaya (2,14), politik (2,43), dan sumber kekayaan alam (2,56)
dalam kondisi kurang tangguh.t? Data ini secara impJisit menunjukkan
bahwa ketika pemahaman dan implementasi ideologi bangsa menurun,
akan berdampak pada aspek kehidupan politik dan sosial budaya yang
kurang baik dan pada gilirannya berdampak pada pengelolaan
sumberdaya alam yang salah urus (mismanagement), dan berujung
pada ketahanan nasional (termasuk pangan) yang kurang tangguh.
Hasil kajian tersebut sejalan dengan data dari laporan Fragile
State Index 2016 terhadap kerapuhan suatu negara yang memosisikan
Indonesia pada urutan kerapuhan ke-86 (dari 178) negara, di mana
urutan pertama paling tidak stabil adalah Somalia dan paling stabil
adalah Finlandia"
Di sisi lain, ada fenomena importasi komoditas pangan dan
pertanian dalam jenis dan jumlah yang besar dan dalam kurun waktu
yang lama. Untuk kurun waktu Januari-Agustus tahun 2015 saja, total
nilai impor 8 komoditas pangan (beras, jagung, kedelai, biji gandum,
terigu, gula pasir, gula tebu, dan garam) mencapai 3,5 miliar US dolar
atau setara dengan Rp46 triliurr'". Sementara total subsidi bidang
pertanian melalui APBN 2015 sebesar Rp55,6 triliun.l''

26 World Bank. 2016. https:/lwb-lpi-media.s3.amazonaws.comILPI_Report _20 16.pdJ


27 Laporan Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional - 2016. Lembaga Ketahanan
Nasional Republik Indonesia.
28 Fragile State Index 2016. hllp:ll{siflll1dforpeace.orgl
29 hllps://jinance.detik.comlekonomi-bisl1isI302 7833Idajtar-impor-pangal1-ri 25 Sept. 2015.
30 http.r/bisnis. Iiputan6.comireadI21753 161 13 Februari 2015
16

Untuk mengatasi kondisi tersebut, diperlukan pendekatan


menyeluruh dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan yang
meliputi mindset kebangsaan, harmonisasi kelembagaan, regulasi
(inpres, penegakan hukum), tata niaga, dan dukungan kajian akademis
(kalkulasi ekonomi, budaya, teknologi, dan data).'! Dengan demikian
pembangunan pangan di Indonesia memerlukan sebuah paradigma
baru yang berbasis pada pengetahuan geopolitik, yaitu geopolitik
pangan Indonesia.

Hadirin yang saya muliakan,

f Geopolitik Pangan Indonesia


Paradigma dapat diartikan sebagai sebuah kerangka berpikir+'
atau sebagai sebuah cara untuk melihat sesuatu (a way of looking at
somethingv." Kerangka berpikir baru yang mendasar untuk
memecahkan masalah yang ada dapat dikatakan sebagai sebuah
paradigma.
Paradigma baru pembangunan pangan Indonesia hams berbasis
pada pemahaman yang rnendalam terhadap geopolitik Indonesia untuk
mengatasi fenomena yang paradoks di mana Indonesia memiliki
seluruh persyaratan sebagai negara agraris, yaitu memiliki kondisi
geografis (sebagai negara kepulauan, pantai terpanjang, banyak tanah
subur, terletak di daerah tropis), kondisi demografis (jumlah penduduk
besar) dan sumber kekayaan alam melimpah (mega biodiversity),
tetapi justru memiliki ketahanan pangan yang relatif rendah dan
importasi pangan yang besar dalam kurun waktu yang lama.
Untuk itu, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang
geopolitik bangsa dan negaranya dalam menghasilkan pangan.
Pembangunan bidang pangan di Indonesia hams memperhatikan
geopolitik pangan yang memiliki 8 (delapan) dimensi, yaitu:

31 Mochammad Maksurn Machfoedz. (2016). Kedaulatan Pangan dan Stabilisasi


Perekenomian Nasional. Da/am : Dari Bulaksumur untuk Indonesia. Kagama - Kompas
Media Nusantara.
32 http://kbbi.web.id/paradigma
33 https:l/www.vocabulary.comldictionarylparadigm
r
I
17

(I) dimensi geografis (sphere a/production); (2) dimensi demografis;


(3) dimensi sumber kekayaan alam; (4) dimensi ideologis;
(5) dimensi politis; (6) dimensi ekonomis; (7) dimensi sosial budaya;
dan (8) dimensi pertahanan keamanan.
Dimensi geografis adalah dimensi ruang untuk produksi (sphere
of production) yang dapat diartikan bahwa pembangunan bidang
pangan harus disesuaikan dengan kondisi geografis sebagai lahan
untuk produksi bahan pangan baik yang berasal dari daratan maupun
perairan agar diperoleh nilai tambah yang maksimal terhadap
komoditas pangan yang dihasilkan dari suatu wilayah geografis
tertentu.
Dimensi demografis adalah dimensi yang memperhatikan
kualitas, kuantitas, dan distribusi penduduk Indonesia. Pengembangan
pangan di Indonesia harus memperhatikan kualitas sumber daya
manusia, jumlah penduduk yang semakin meningkat, dan sebaran
penduduk yang tidak merata di seluruh Indonesia.
Dimensi sumber kekayaan alam harus menjadi pertimbangan
dalam pembangunan pangan. Dengan potensi sumber kekayaan hayati
yang beragam (biodiversityy; akan dapat diketahui pula cara untuk
menguasai, mengendalikan, dan memanfaatkan dalam rangka
kesejahteraan rakyat.
Dimensi ideologi harus pula dip ertimb angkan dalam
pembangunan bidang pangan dalam arti bahwa pembangunan pangan
harus berlandaskan pada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
ideologi Pancasila, yaitu nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Di sisi lain, dimensi politik harus pula dimasukkan dalam
pembangunan bidang pangan dalam arti bahwa komoditas pangan
tidak boleh digunakan untuk kepentingan politik aliran atau golongan
tertentu dengan mengorbankan kepentingan masyarakat luas.
Dimensi ekonomi dalam pembangunan bidang pangan harus
mempertimbangkan bahwa pangan tidak boleh dikelola melalui sistem
perekonomian yang menguntungkan segelintir orang dan merugikan
masyarakat luas. Pertumbuhan perekonomian berbasis bidang
pangan/pertanian harus berdasarkan pada pertumbuhan yang bersifat
18

inklusif, berdampak pada masyarakat luas, bukan ekslusif untuk


kelompok tertentu.
Dimensi sosial budaya dapat diartikan bahwa pembangunan
bidang pangan juga hams memperhatikan tradisi atau kearifan lokal
yang kemudian diarahkan untuk dikelola ke arah yang lebih baik
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat banyak. Budaya untuk
mewariskan lahan kepada anak dan cucu mungkin perlu diubah ke
arah yang lebih baik sehingga tidak mengganggu secara drastis sektor
produksi pangan.
Dimensi pertahanan dan keamanan dapat diartikan sebagai
sebuah kesatuan sistem kekuatan yang mengamankan keberhasilan
kegiatan pertanian terhadap ancaman dari dalam dan luar negeri.
Kenaikan jumlah penduduk dunia berdampak pada kebutuhan pangan
global yang semakin meningkat sehingga peluang terjadinya konflik
kepentingan global dalam bidang pangan dan pertanian akan semakin
sering terj adi sehingga dimensi pertahanan dan keamanan hams
diperkuat.

Hadirin yang saya muliakan,

PENUTUP
Klsimpulan
Sebelum saya mengakhiri pidato pengukuhan im,
perkenankanlah saya menyampaikan kesimpulan dari pidato yang
telah saya sampaikan.
Pertama. Pengertian pangan dalam pidato ini adalah bahan
pangan hasil pertanian dalam arti luas yang berasal dari daratan dan
perairan. Teknologi pangan mempunyai peran yang besar dalam
mewujudkan ketahanan pangan, bahkan kedaulatan pangan karena
dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap ketersediaan
pangan, distribusi pangan, aksesibilitas pangan, dan konsumsi pangan
berkualitas. Dengan teknologi pangan, bahan pangan dapat menjadi
lebih awet, mempunyai nilai tambah, mudah diakses,
19

menjangkau pasar yang lebih luas, mengurangi susut/kehilangan


panen, meningkatkan cadangan pangan dan ketahanan pangan.
Kedua. Seorang ahli teknologi pangan juga harus mengetahui
tentang geopolitik pangan, yaitu mengenal bangsa dan geografis
negaranya dalam rangka menghadapi tantangan dan ancaman
geopolitik pangan dari luar maupun hambatan dan gangguan dari
dalam. Indonesia memerlukan paradigma baru pembangunan pangan
melalui geopolitik pangan Indonesia dengan 8 (delapan) dimensi
utama, yaitu (1) dimensi geografis (sphere of production); (2) dimensi
demografis; (3) dimensi sumber kekayaan alam; (4) dimensi ideologis;
(5) dimensi politis; (6) dimensi ekonomis; (7) dimensi sosial budaya;
dan (8) dimensi pertahanan keamanan.

Hadirin yang saya muliakan,

Ucapan Terima Kasih


Akhirnya, untuk mengakhiri pidato pengukuhan Guru Besar ini,
perkenankan saya mengucapkan puji syukur kepada Allah Swt., atas
segala rakhmat dan karunia yang diberikan-Nya kepada saya dan
keluarga saya sehingga kami dapat menye1esaikan semua tugas
akademis sampai selesainya pidato pengukuhan guru besar ini.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih
(sekaligus permohonan maaf atas keterlambatan penyampaian pidato
guru besar saya) kepada Maje1is Wali Amanat, Dewan Guru Besar,
Senat Akademik Universitas, Rektor dan Wakil Rektor yang telah
mendorong saya untuk menyelesaikan naskah pidato guru besar ini.
Terima kasih saya haturkan pula kepada pemerintah RI (pemberi izin
tugas be1ajar S-2 dan S-3), World Bank Batch XVII
(pemberi beasiswa S-2) dan Tokyu Foundation - Jepang (pemberi
beasiswa S-3).
Terima kasih saya haturkan kepada guru-guru saya di SDN
Baluel - Jakarta, SMPN XIV-Jakarta, SMAN Xll-Jakarta yang telah
meletakan dasar pendidikan agar saya menjadi warga negara yang
¥baik.
20

Saya juga menghaturkan terima kasih kepada Prof. Ir.


Kamarijani (alm.), Prof. Or. Zuheid Noor, Prof. Dr. Murdijati
Gardjito, Prof. Or. Kapti Rahayu, Prof. Dr. Mary Astuti, Prof. Y.
Marsono, Dr. Supanno, dan Prof. Dr. Endang S. Rahayu, serta guru-
guru saya lainnya di Fakultas Teknologi Pertanian UGM yang telah
mendidik saya untuk mencintai bidang teknologi pangan. Terima
kasih saya ucapkan kepada Dekan (Prof. Dr. Eny Hannayani), para
Wakil Dekan (Prof. Dr. Yudi Pranoto; Dr. Kuncoro Harto Widodo,
dan Dr. Sri Rahayoe), Ketua Departemen Teknologi Pangan dan Hasil
Pertanian (Dr. Nur Cahyanto), dan rekan sejawat dosen dan staf di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan dan Hasil Pertanian -
Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (Prof. Dr. Sri
Anggrahini, Prof. Dr. Umar Santoso, Prof. Dr. Sri Raharjo; Dr. Widi,
dan Dr. Ningrum).
Secara khusus saya juga berterima kasih kepada para guru saya
di Faculty of Applied Biological Science, Hiroshima University -
Jepang, Prof. Dr. Mitsu Kayama, Prof. Dr. Keisuke Miyazawa, Prof.
Dr. Yoshiyuki Ohta, Prof. Or. Noriaki Iijima, dan Prof. Or. Kanji
Hori, yang telah memberikan bimbingan dan semangat "bushido"
selama menempuh studi S-2 dan S-3.
Terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Budi Susilo
Soepandji, DEA, (Guru Besar Fakultas Teknik VI, mantan Gubemur
Lemhannas RI 2011-2016) yang telah mengajak saya ke Jakarta untuk
ikut mengembangkan Lemhannas RI sebagai center of excellence
dalam bidang Ketahanan Nasional. Terima kasih saya sampaikan pula
kepada Letnan Jenderal TNI (Pum.) Agus Widjojo (Gubemur
Lemhannas RI), Marsekal Madya Bagus Puruhito, S.E., M.M. (Wakil
Gubemur Lemhannas RI), Irjen Polisi Drs. Arif Wachjunadi, M.M.
(Sekretaris Utama Lernhannas RI) yang banyak memberikan arahan
dalam mewujudkan Lemhannas RI yang unggul melalui good
educational governance.
Kepada para Deputi, tenaga ahli pengajar, tenaga ahli pengkaji,
tenaga profesional, para Direktur Pengkajian dan staf di Kedeputian
Pengkajian Strategik yang telah menerima saya untuk bekerja sama
mengembangkan Lernhannas RI tercinta. Kepada para sahabat Ikatan
Keluarga Alumni Lemhannas Program Pendidikan Reguler Angkatan
21

XLIX (IKAL 49) saya ueapkan terima kasih atas persahabatan yang
diberikan.
Akhirnya, saya juga sangat berterima kasih kepada kedua orang
tua saya, Bapak Aehmad Soesenohadhie (alm.) dan Ibu Marliyah
(almh.) yang telah mendidik, meneerahkan, dan mengarahkan saya
sebagai seorang anak yang harus hidup bersahaja dan "tidak neko-
neko". Kepada kedua mertua saya, Bapak Noto Djatmiko (alm.) dan
Ibu Kustilah (almh.) yang telah memberikan arahan agar dapat
menjalani hidup dengan baik.
Terima kasih kepada saudara kandung saya, Mas Djoko
(bersama Mbak Ika), Mbak Nining (bersama Mas Winathan), Mbak
Didin (bersama Mas Mulyono), Dik Dewi (bersama Mas Rodji), dan
Dik Harsi (bersama keluarga), yang telah memberikan semangat
kepada saya untuk terus berjuang meneari ilmu dan "menjadi orang
baik" dalam kondisi apa pun.
Akhirnya, kepada istri saya tereinta (Dr. Ir. Retno Indrati,
M.Se.), terima kasih atas totalitas kesabaran, kasih sayang, kesetiaan,
dan dorongan semangat untuk mengarungi bahtera kehidupan selama
ini dan sampai akhir hayat.
Terakhir, saya mengueapkan terima kasih atas kehadiran dan
kesabaran Bapak dan Ibu serta handai taulan semua dalarn sidang
terbuka Dewan Guru Besar UGM pada hari ini.

Wassalamualaikum wr. wb.


22

DAFI'AR PUSTAKA

Adinugraha, M.P., Marseno, D.W., and Haryadi. 2005. "Synthesis and


Characterization of Sodium Carboxymethylcellulose from
Cavendish Banana Pseudo Stem (Musa cavendishii
LAMBERT)". Carbohydrate Polymers. 62: 164-169.
Anonim. 2005. "Analisis Manfaat dan Biaya Sosial Limbah Industri
Tahu dan Limbah Petemakan di Daerah Pedesaan".
http://repository.ugm.ac.id/20526/.
Anonim. 2014a. http://www.oxforddictionaries.comldefinition/
english/ technology
Anonim. 2014d. http://en.wikipedia.org/wiki/Nicolas_Appert.
Anonim. 2016. Resource Guide for Approval and Re-approval of
Undergraduate Food Science Programs. Institute of Food
Technologist.
Anugrahati, N.A., Pranoto Y., Marsono, Y., and Marseno, D.W.
2017a. Structural Changes in Cooked Rice Treated with
Cooling-Reheating Process and Coconut Milk Addition as
Observed with ft-ir and 13c_nmr. Agritech. Vol. 37. (1).
Anugrahati, N.A., Pranoto Y., Marsono, Y., and Marseno, D.W.
2017b. "Physicochemical Properties of Rice (Oryza sativa L.)
Flour and Starch of Two Indonesian Rice Varieties Differing in
Amylose Content". International Food Research Journal.
Vol. 37. (1).
Anugrahati, N.A., Pranoto Y., Marsono, Y., and Marseno, D.W. 2015.
"In Vitro Digestability of Indonesian Cooked Rice Treated with
Cooling-Reheating Process and Coconut Milk Addition".
International Research Journal of Biological Sciences. Vol. 4.
34-39.
Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry. Marcel Dekker, Inc. 270
Madison Avenue, New York 10016.
Hutomo, G.S., Marseno, D.W., Aggrahini, S., and Supriyanto. 2012.
"Synthesis and Characterization of Sodium Carboxymethyl
.Cellulose from Pod Husk of Cacao (Theobroma cacao L.)".
AjricanJournal of Food Science. 6(6): 180--185.
23

Laga, S., Marseno, D.W., dan Haryadi. 2000. "Ekstraksi dan Isolasi
serta Karakterisasi Pectin dari Kulit Buah Markisa (Passiflora
edulis)". Agrosains. Vol. 14 No. 2: 121-128.
Layuk, P., Marseno, D. W., dan Haryadi. 2002. "Karakterisasi Edible
Film Komposit Pektin Daging Buah Pala (Myristica fragrans
Houtt) dan Tapioca". Jur. Teknologi dan Industri Pangan.
Marseno, D.W., Medho, M. S., and Haryadi. 2010a. "Pengaruh Umur
Panen Rumput Laut (Eucheuma cottonii) terhadap Sifat Fisik,
Kimia dan Fungsional Karagenan". Agritech, Vol. 30, No. 4. :
212 - 219.
Marseno, D.W, Adiseno, R, Haryanti, P., and Haryadi. 2010b.
"Synthesis And Characterization of Sodium Carboxymethyl
Cellulose from Oil Palm Empty Fruit Bunches". Proceedings of
The lOth International Hydrocolloids Conference. Shanghai,
China. June 20-24.
Wardhini, I. K, 2014. "Kajian tentang Karakteristik Pengrajin Tahu:
Studi Kasus di Desa Gelanglor, Kecamatan Sukorejo,
Kabupaten, Ponorogo". http://www.scribd.comldocI201079727/.
Yanuriati, A., Marseno, D.W., and Harmayani, E. 2017.
"Characteristics of Glucomannan Isolated from Fresh Tuber of
Porang (Amorphophallus muelleri Blume). Carbohydrate
Polymers. Vol. 156: 56-63
24

BIODATA

1. Nama Djagal Wiseso Marseno


2. Tempat Lahir: Jakarta
3. Tgl. Lahir 22 November 1959
4. Status guru besar aktif UGM
5. SK GB No. 72391/A4.3/KPI2011
(T.m.t. 1 Agustus 2011)

6. Pendidikan:
a. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian UGM (S-l: 1984)
b. Graduate School of Biosphere Science Hiroshima Univ. -
Japan (S-2: 1990).
c. Graduate School of Biosphere Science Hiroshima Univ. -
Japan (S-3: 1993).
7. Alamat Kantor :
Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur,
Jl. Flora No. 1, Yogyakarta 55281.
Telp. : 0274-54-9650;
Fax. : 0274-54-9650;
E-mail: djagal@ugm.ac.id
8. Alamat Rumah:
Cemara Estate A-I, Jl. Sulawesi Raya, Rt-01lRw-58, Purwosari,
Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta 55581.
Telp. : 0274-872-2335;
E-mail: djagal@yahoo.com
9. Bidang Ilmu : teknologi pangan dan hasil pertanian
10. Publikasi I Karya Ilmiah (Unggulan) :
a. Marseno, D. W., Hori, K., and Miyazawa, K. 1992.
25

"Distribution of 5'-Nucleotidase In Muscle of Some Marine


Fishes". Com. Biochem. Physiol. Vol. 102B. No. 2.
pp. 247-253.
b. Marseno, D.W., Hori, K., and Miyazawa, K. 1993.
"Purification and Properties of Membrane-Bound 5'-
Nucleotidase from Black Rockfish Sebastes inermis Muscle".
J Agric. Food Chem. 41: 863-869.
c. Marseno, D.W., Hori, K., and Miyazawa, K. 1993.
"Purification and Properties of Cytosol 5'-nucleotidase from
Black Rockfish Sebastes inermis Muscle". J Agric. Food
Chem. 41 : 1208-1212.
d. Marseno, D.W., Hori, K., and Miyazawa, K. 1994.
Comparison of Membrane-Bound and Cytosol
5'-Nucleotidase from Black Rockfish Sebastes inermis
Muscle And Their Influnece on The Freshness of Fish".
Fisheries Science. Vol. 60. No. 1, pp. 115-12l.
e. Marseno, D.W., Indrati, R., and Ohta, Y. 1998. "A
Simplified Method for Determination of Free Fatty Acids for
Soluble and Immobilized Lipase Activity". Indonesian Food
and Nutrition Progress. Vol. 5. No. 2.: 79-83.
f. Mario A. Nugraha, Haryadi dan Marseno, D.W. 2005.
"Synthesis and Characterization of Sodium
Carboxymethylcellulose from Cavendish Banana Pseudo
Stem (Musa cavendishii LAMBERT)". Carbohydrate
Polymers. Vol. 62: 164-169.
g. Marseno, D.W., Adiseno, B., Haryanti, P., and Haryadi.
2010. "S ynthesis and Characterization of Sodium
Carboxymethyl Cellulose From Oil Palm Empty Fruit
Bunches". Proceedings of the 10th International
Hydrocolloids Conference. Shanghai, China. June 20-24.
h. Anugrahati, N.A., Pranoto Y., Marsono, Y., and Marseno, D.
W. 2017. "Physicochemical Properties of Rice (Oryza sativa
L.) Flour and Starch of Two Indonesian Rice Varieties
Differing in Amylose Content". International Food Research
Journal. Vol. 37. (1).
26

1. Anugrahati, N.A., Pranoto Y., Marsono, Y., and Marseno,


D.W. 2015. "In Vitro Digestability of Indonesian Cooked
Rice Treated with Cooling-Reheating Process and Coconut
Milk Addition". International Research Journal of
Biological Sciences. Vol. 4.34-39
J. Yanuriati, A., Marseno, D.W., and Harrnayani, E. 2017.
"Characteristics of Glucomannan Isolated from Fresh Tuber
of Porang (Amorphophallus muelleri Blume)". Carbohydrate
Polymers. Vol. 156: 56-63.
11. Penghargaan:
a. Penghargaan Publikasi Intemasional dari Direktorat Jenderal
Dikti melalui URGE Project (1994)
b. Dosen Teladan HI FTP dari UGM (1997)
c. Karya Satya Lencana pengabdian 20 tahun dari Pemerintah
Republik Indonesia (2008).
d. Wibawa Seroja Nugraha. Lernhannas RI (2013).

*****

Anda mungkin juga menyukai