Anda di halaman 1dari 7

NAMA : REZA FAHLEVI,S.

Pd
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Hasil eksplorasi Analisis eksplorasi


No.
diidentifikasi penyebab masalah penyebab masalah
1 1. Kurangnya minat baca Hasil Kajian Literatur : Hasil analisis eksplo-
pada anak rasi masalah kurang-
2. Sarana dan prasarana Menurut Mansyur (2019: 3) nya minat baca pada
minat baca merupakan
literasi kurang memadai kesadaran individu untuk
anak :
membaca yang berawal dari 1. Sarana dan prasarana
dorongan diri masing-masing yang mendukung
yang didukung dengan minat baca pada
lingkungan. siswa di sekolah
sangat kurang
Menurut Triatma (Anjani,
2. Kurangnya motivasi
Dantes, dan Artawan,
instrinsik siswa yang
2019 : 75) minat baca
meningkatkan
dipengaruhi oleh faktor
keinginan untuk
dalam diri siswa dan
membaca
faktor luar diri siswa.
3. Kurangnya motivasi
Faktor dari dalam diri
ekstrinsik siswa
siswa meliputi perasaan,
seperti motivasi dari
motivasi, dan perhatian.
guru, orang tua serta
Sedangkan faktor yang
lingkungan mengenai
mempengaruhi minat baca
minat baca pada
dari luar antara lain
anak.
peranan guru, lingkungan,
keluarga dan fasilitas.

Hasil Wawancara :
1. Ketersediaan buku
yang masih kurang di
sekolah.
2. Fasilitas perpustakaan
dan pojok baca belum
mendukung.
3. Kurangnya motivasi
dari orang tua, guru
dan lingkungan kepada
anak untuk
meningkatkan minat
baca.
4. Ketergantungan siswa
pada gadget
(handphone) untuk
mencari informasi.

2 Kesulitan belajar siswa Hasil Kajian Literatur : Hasil analisis eksplo-


ditempat saya mengajar rasi masalah
adalah Kemampuan awal Menurut Winkel dalam rendahnya kemampuan
siswa sedikit kurang Praptiwi dan Handhika awal siswa terutama di
terutama dibidang numerasi (2012 : 42) bidang numerasi dan
dan literasi “kemampuan awal merupa- literasi
kan kemampuan yang 1. Pembelajaran tidak
diperlukan oleh seorang bersifat kontekstual,
siswa untuk mencapai sehingga daya nalar
tujuan instruksional”. siswa kurang terasah
Kemampuan awal akan
2. Rendahnya minat
mempengaruhi berhasil
baca anak
atau tidaknya seorang siswa
dikarenakan
dalam proses pembelajaran.
Faktor-faktor dari dalam kurangnya sarana,
dan luar siswa juga sangat prasarana serta
berpengaruh terhadap motivasi anak untuk
kelancaran belajar siswa, membaca.
dengan kondisi dan 3. Pebelajaran daring
linkungan yang nyaman yang berjalan kurang
akan membuat proses lebih 2 tahun selama
belajar menjadi lebih covid-19, yang
efektif sehingga tujuan menyebabkan
pembelajaran dapat dicapai. sebagaian siswa
Kemampuan awal menjadi mengalami
sangat penting karena akan miskonsepsi dari
mempengaruhi seorang materi yang
siswa dalam menerima diberikan oleh guru.
pengetahuan baru.

Hasil Wawancara :
1. Siswa memiliki ke-
mampuan awal yang
merupakan kemampu-
an prasayarat suatu
materi yang akan
dipelajari.
2. Ingatan siswa terhadap
bahan pelajaran
sebelumnya cukup
rendah.
3. Kurangnya minat baca
pada anak
4. Pembelajaran daring
selama Covid-19
menjadi penyebab
kurang berhasilnya
siswa dalam
pembelajaran
sebelumnya.

3 Kesulitan dalam membangun Hasil Kajian Literatur : Hasil analisis eksplorasi


relasi/hubungan dengan siswa dan masalah sulitnya
orang tua siswa adalah kurang nya Muniarti Sulastri (Ida
perhatian/kepedulian orang tua Susanti,1996: 19) memberikan membangun komuni-
siswa terhadap pendidikan anaknya gambaran tentang perhatian kasi antara guru dan
disekolah, sehingga sulit orang tua sebagai berikut:
membangun komunikasi dengan “Orang tua yang menaruh
orang tua murid :
orang tua siswa. perhatian besar terhadap 1. Kurangnya perhatian
anakanakya dapat dilihat, orang tua siswa
misalnya adanya peringatan- tentang pendidikan
peringatan, teguran-teguran, anaknya di sekolah
memperhatikan penyedia-an
sarana studi dan sebagainya.
karena kesibukan
Lebih lanjut dikatakan bahwa ekonomi orang tua.
orang tua memperhatikan 2. Orang tua selalu menutup
anaknya terutama dalam belajar diri jika guru mau
dapat dilihat dari usaha orang berkomunikasi tentang
tua untuk memenuhi kebutuhan anaknya, terutama
belajar anaknya, banyak anak mengenai hal-hal negatif
yang lemah semangat per-kembangan anaknya.
belajarnya karena orang tua
kurang memperhatikan
kebutuhan fasilitas belajar
anaknya”

Henderson & Bella


sebagaimana dikutip oleh Mc.
Carty, Brennan and
Vecchiarello berpendapat
bahwa keterlibatan orang tua
dalam proses pembelajaran
dapat meningkatkan nilai anak,
kehadiran anak dalam
pembelajaran di sekolah,
menumbuhkan sikap dan
perilaku yang baik pada anak
dan menaikkan angka
kelulusan. Hal ini dikuatkan
dengan adanya hasil penelitian
Dixon (1992), Eccles & Harold
(1993), Henderson & Bella
(1994), dan Jeynes ( 2007) yang
menunjukkan bahwa ketika
orang tua dan guru memiliki
hubungan/kerjasama yang baik,
maka prestasi akademik dan
sosial anak akan meningkat.

Hasil Wawancara :
1. Kurangnya perhatian
orang tua siswa
tentang pendidikan
anaknya di sekolah
2. Kesibukan dalam
kegiatan ekonomi,
menyebabkan
kurangnya waktu
orang tua untuk
sekedar mengetahui
perkembangan
anaknya di sekolah.
3. Orang tua selalu
menutup diri jika guru
mau berkomunikasi
tentang anaknya,
terutama mengenai
hal-hal negatif
perkembangan
anaknya.
4 Dalam kegiatan Hasil Kajian Literatur : Hasil analisis eksplorasi
pembelajaran, siswa Masalah :
cenderung pasif dan tidak Menurut Uno (2013:106) 1. Kegiatan belajar
pembelajaran aktif merupakan
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dimana mengajar masih
pembelajaran. Hal ini model seorang guru harus mampu didominasi oleh guru.
pembelajaran yang dilakukan menciptakan suasana agar 2. Keaktifan siswa
masih bersifat klasik. Oleh siswa aktif bertanya, dalam mengikuti
karena itu, saya memilih mempertanyakan, dan pembelajaran masih
mengemukakan gagasannya.
model pembelajaran Dalam pembelajaran secara rendah, seperti
kooperatif (pembelajaran aktif, anak didik tidak hanya rendahnya siswa
berkelompok) untuk sekedar mendengarkan dalam menanggapi
memancing keaktifan siswa. penjelasan dari guru, namun materi yang
perlu dituntut pula untuk aktif disampaikan guru,
belajar seperti membaca,
menulis, dan berdiskusi untuk
tidak mencatat, dan
memecahkan suatu masalah, kurang mengajukan
dan peran guru hanyalah saran atau pendapat
membimbing sekaligus yang lain.
mengarahkan. Aktivitas belajar 3. Dengan pembelajaran
di dalam kelas tersebut akan kooperatif (pembelajaran
terwujud apabila terjadi kelompok) siswa
interaksi antar warga kelas. teramati lebih aktif
mengikuti pembelajaran.
Menurut Effandi Zakaria
(dalam Isjoni, 2012 : 21),
”Pembelajaran kooperatif
dirancang bagi tujuan
melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran
menelusuri perbincangan
dengan rekan-rekan dalam
kelompok kecil.”

Hasil Wawancara :
1. Keaktifan siswa dalam
mengikuti
pembelajaran masih
rendah, seperti
rendahnya siswa
dalam menanggapi
materi yang
disampaikan guru,
tidak mencatat, dan
kurang mengajukan
saran atau pendapat
yang lain.
2. Kegiatan belajar
mengajar masih
didominasi oleh guru.
3. Dengan pembelajaran
kooperatif
(pembelajaran
kelompok) siswa
teramati lebih aktif
mengikuti
pembelajaran.
5 Pembelajaran dikelas belum Hasil Kajian Literatur : 1. Siswa cenderung
berbasis HOTS belum bernalar kritis
Menurut Thomas & Thorne dan lebih siap
(Ridwan, Pembelajaran
Berbasis HOTS., 3) HOTS
menerima
merupakan “cara berpikir yang pembelajaran
lebih tinggi daripada daripada harus
menghafalkan fakta, berpikir sendiri
mengemukakan fakta, atau mengeksplorasi
menerapkan peraturan, pembelajaran.
rumus, dan prosedur”. 2. Siswa terbiasa
Pendapat ini sependapat melaksanakan
dengan Onosko & pembelajaran
Newman, HOTS berdasarkan perintah
merupakan “ non guru bukan inisiatif
algoritmik dan sebagai atau ide sendiri.
potensi penggunaan 3. Guru cenderung
pikiran untuk menghadapi belum
tantangan baru.yang memaksimalkan
belum pernah dipikirkan dalam menstimulus
siswa sebelumnya”.10 siswa untuk berpikir
menurut Underbakke, tinggi baik dalam
“HOTS juga disebut proses pembelajaran
kemampuan berpikir maupun dalam
strategis yang merupakan evaluasi
kemampuan mengguna- pembelajaran.
kan informasi untuk
menyelesaikan masalah,
menganalisa argumen,
negosiasi isu, atau
membuat prediksi”

Hasil Wawancara :
1. Siswa cenderung
belum bernalar kritis
dan lebih siap
menerima
pembelajaran daripada
harus berpikir sendiri
mengeksplorasi
pembelajaran.
2. Siswa terbiasa
melaksanakan
pembelajaran
berdasarkan perintah
guru bukan inisiatif
atau ide sendiri.
3. Guru cenderung belum
memaksimalkan dalam
menstimulus siswa
untuk berpikir tinggi
baik dalam proses
pembelajaran maupun
dalam evaluasi
pembelajaran.

6 Guru belum optimal Hasil Kajian Literatur : 1. Kurang tersedianya


memanfaatkan teknologi sarana dan prasarana
imformasi ( TIK ) dalam Dalam konteks pem- TIK untuk
pembelajaran. belajaran, menurut pembelajaran di
(Siahaan, 2010) peng- sekolah.
gunaan komputer ditekan- 2. Kurangnya
kan memang ditekankan, keterampilan guru
akan tetapi TIK bukan dalam mengoperasi-
berarti terbatas pada kan perangkat TIK
penggunaan alat-alat untuk pembelajaran.
elektronik yang canggih
(sophisticated), seperti
pemanfaatan komputer dan
internet, melainkan juga
mencakup alat-alat yang
konvensional, seperti: bahan
tercetak, kaset audio, Overhead
Transparancy (OHT)/ Overhead
Projector (OHP), bingkai suara
(sound slides), radio, dan
Televisi.

Pemanfaatan TIK dalam


pembelajaran menjadi
tuntutan yang mendesak
dewasa ini. Maraknya arus
informasi dan ragamnya
sumber informasi
menjadikan guru tidak
menjadi satu-satunya
sumber belajar. Akan
tetapi dalam satuan
pendidikan sekolah guru
memiliki peranan yang
strategis. Oleh karena itu
penggunaan TIK di
sekolah hendaknya
dimulai dari titik pangkal
yang strategis pula yaitu
guru (Miarso, 2004: 494).

Hasil Wawancara :
1. Kurang tersedianya
sarana dan prasarana
TIK untuk pembelajar-
an di sekolah.
2. Kurangnya
keterampilan guru da-
lam mengoperasikan
perangkat TIK untuk
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai