Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ratih Artika Dewanti

NIM : 22229299054
Kelas : Desain dan Produk Kreatif Kriya-B
Prodi : PEND. KRIYA – PPG

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Analisis eksplorasi


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi penyebab masalah
1 1. Peserta didik Sumber Kajian Literatur Lebih lanjut setelah
masih memiliki Jurnal/artikel: dilakukan analisis
semangat 1. Menurut Setiawan, A. (2016) terhadap rendahnya
belajar yang Beberapa faktor yang semangat/motivasi
rendah. menyebabkan motivasi belajar siswa disebabkan:
siswa rendah adalah kurang 1. Pembelajaran di
dukungan dari orang tua, guru dalam kelas masih
atau lingkungan sekitar. monoton
2. Menurut Rohman, A. A., & 2. Guru belum
Karimah, S. (2018) faktor yang merancang
menyebabkan motivasi belajar pembelajaran yang
matematis rendah, adalah aktif. dan
tempat belajar, kondisi fisik menyenangkan.
siswa, kecerdasan siswa, sarana
prasarana, waktu pembelajaran,
kebiasaan belajar siswa, guru,
orangtua, kondisi emosional
siswa, dan faktor kesehatan
siswa.
3. Artikel Kompas (2019)
mengatakan motivasi belajar
siswa tergolong rendah
disebabkan beberapa faktor
internal atau eksternal.

Sumber Wawancara kepada guru:


Nurul Fathiyati, S. Pd (Guru kelas)
1. Peserta didik merasa bosan di
dalam kelas karena
pembelajaran kurang variatif.
2. Peserta didik perlu motivasi
dari guru dan orang tua.
2. Kemampuan Sumber Kajian Literatur Setelah dianalisis lebih
numerasi dan Jurnal/artikel: lanjut diperoleh:
membaca 1. Khaerani, A. A., & Sutama, 1. Peserta didik
sangat kurang, M. P. (2019) Faktor-faktor mempunyai IQ
ada beberapa yang mempengaruhi dibawah rata-rata.
peserta didik kesulitan belajar siswa slow 2. Minat belajar
yang tidak learner adalah faktor internal membaca peserta
dapat membaca meliputi: didik rendah.
sama sekali.  kemampuan penalaran 3. Peserta didik kurang
siswa yang rendah mendapat motivasi.
 sikap belajar 4. Guru belum
 motivasi belajar yang membuat media
rendah. pembelajaran yang
Sedangkan faktor eksternal bisa dipahami oleh
meliputi: anak tunagrahita.
 kurangnya media 5. Peserta didik malas
pembelajaran menghitung angka
 kurikulum yang rumit.
kurang relevan dengan
 kebutuhan belajar
 pembelajaran kurang
bervariasi
 evaluasi pembelajaran
yang kurang tepat
Faktor yang mempengaruhi
anak berkebutuhan khusus
dalam proses perhitungan
terjadi karena siswa malas
menghitung angka yang
besar dan rumit, sehingga
siswa menjadi kurang teliti
dalam menghitungkan
jawaban.
2. Henni Setia Ningsih, Mahmud
Alpusar (2019) Dua faktor
yang mempengaruhi literasi
siswa sekolah dasar kelas
rendah yaitu faktor internal
siswa seperti minat, bakat,
keturunan, IQ atau
kecerdasan siswa,
kematangan usia dan
motivasi. Dan faktor
eksternal seperti keadaan
keluarga, belajar tambahan
atau les.
3. Puput Purnamasari, Tjutju
Soendari (2018) Peningkatan
membaca permulaan anak
tunagrahita ringan melalui
metode VAKT. Pelaksanaan
metode dalam penelitian ini
semua modalitas yang ada
dilakukan secara bersama-
sama dengan anak
memperhatikan kata yang
diperlihatkan oleh guru, guru
mengucapkan kata dengan
benar anak mendengarkan,
kemudian anak menelusuri
dan mengucapkan kata
tersebut dengan benar.
Ketika pembelajaran
berlangsung selain melihat
tulisan dari kata, pengajaran
kepada anak dibantu pula
dengan menggunakan
gambar atau benda konkrit,
supaya anak lebih memahami
kata yang dipelajarinya.
Berdasarkan kedua analisis
data dalam kondisi dan
analisi data antar kondisi
dengan model desain A-B-A
yang telah dideskripsikan
sebelumnya bahwa metode
VisualAuditori-kinestetic-
Tactil (VAKT) dapat
meningkatkan kemampuan
membaca kata anak
tunagrahita ringan.

Sumber Wawancara kepada guru:


Agustin Purwatmi Astuti, S. Pi
(Guru BK/Psikolog)
1. IQ peserta didik Khususnya
tunagrahita dibawah rata-
rata.
2. Peserta didik kurang berlatih
membaca dan berhitung.
3. Gangguan membaca
(disleksia).
4. Ganguan psikologi mental
yang mempengaruhi motivasi
belajar.
5. Kemampuan numeriknya
lebih rendah dari yang lain.
2. Peserta didik kurang Sumber Kajian Literatur Setelah dianalisis lebih
konsentrasi. Jurnal/artikel: lanjut diperoleh:
1. Menurut Novita Sari (2022) 1. Peserta didik
Situasi dan kondisi saat ini ketergantungan
teknologi semakin dengan gadget.
berkembang setiap harinya 2. Peserta didik
pasti ada peningkatan yang sering melihat
membuat peserta didik keluar kelas.
menjadi malas ataupun jenuh 3. Peserta didik
untuk belajar. Rasa malas kesulitan dalam
dan jenuh peserta didik mengingat
berpengaruh pada materi.
konsentrasi belajar yang 4. Peserta didik
dimana peserta didik harus tidak
fokus pada saat mempunyai
pembelajaran. minat belajar.
2. Menurut Mahyani Putri 5. Peserta didik
(2022) Gangguan kosentrasi khususnya
pada saat belajar banyak tunagrahita
dialami oleh para siswa rentan sakit
terutama dalam mempelajari sehingga
mata pelajaran yang membuat
mempunyai tingkat kesulitan konsentrasi
cukup tinggi misalnya belajar rendah.
pelajaran yang berkaitan
dengan ilmu pasti dan mata
pelajaran yang termasuk
kelompok ilmu sosial.
3. Riinawati (2021) Konsentrasi
belajar siswa dipengaruhi
dari kemampuan otak
masing-masing siswa untuk
memusatkan perhatian pada
apa yang sedang dipelajari.
Pemusatan perhatian ini
untuk meningkatkan
kemungkinan siswa dapat
menyerap dan memahami
informasi yang didapat.

Sumber wawancara kepada guru:


Dra. Sri lestari (Guru kelas)
1. Peserta didik terlalu sering
bermain gadget.
2. Intelegensi peserta didik
mempengaruhi tingkat
konsentrasi.
3. Faktor lingkungan yang
ramai membuat siswa kurang
konsentrasi.
4. Minat peserta didik
mempengaruhi tingkat
konsentrasi.
5. Faktor kesehatan.

3 Hubungan komunikasi Sumber Kajian Literatur Setelah dianalisis lebih


antar guru dan orang Jurnal/artikel: lanjut diperoleh:
tua peserta didik 1. Rofiatu Nisa’, dkk. (2020) 1. Orang tua jarang
terkait pembelajaran Bentuk kerja sama orang tua mengikuti rapat
masih kurang. dan guru dalam meningkatkan komite.
motivasi belajar peserta didik
yaitu antara lain: saling
bertukar informasi baik secara 2. Orang tua yang
langsung maupun tidak sibuk bekerja
langsung; adanya buku kurang
penghubung. memperhatikan
2. Pusitaningtyas, A. (2016) belajar anak-
Munculnya kreativitas dapat anaknya.
dipengaruhi dari berbagai faktor
diantaranya adalah 3. Orang tua tidak
faktor komunikasi antara terbuka terhadap
keluarga, dalam hal ini adalah
guru tentang
orang tua, dan sekolah terutama
guru. Adanya sikap saling kekurangan
mempercayai, saling membantu anaknya.
dalam membimbing anak dan
berkomunikasi antara orang tua 4. Orang tua
dan guru, akan membuat anak menyerahkan
merasa memiliki kebebasan tanggung jawab
berkreativitas guna belajar anaknya
pengembanganpotensi dirinya, kepada pihak
sehingga bisa meningkatkan
sekolah secara
kreativitas dan mencapai
keberhasilan dalam belajar. penuh.

Sumber wawancara kepada guru


senior:
Noor Aini, S. Pd (Waka kurikulum)
1. Tidak ada pertemuan antar
orang tua dan guru.
2. Kesibukan orang tua.
3. Orang tua kurang terbuka
dengan kondisi anak yang
sesungguhnya.
4. Orang tua tidak peduli
dengan anak.
4 Guru belum Sumber Kajian Literatur Setelah dianalisis lebih
mengoptimalkan Jurnal/artikel: lanjut diperoleh:
model pembelajaran 1. Artikel BDK Banjarmasin (2022) 1. Guru tidak memiliki
yang inovatif sesuai mengatakan dalam hal waktu yang cukup
dengan karakteristik peningkatan prestasi belajar untuk merancang
materi. siswa ini diperlukan guru kreatif pembelajaran yang
yang dapat membuat inovatif.
pembelajaran menjadi lebih 2. Masih berfokus
menarik dan disukai oleh pada materi yang
peserta didik. Suasana kelas banyak dan
perlu direncanakan dan banyaknya jam
dibangun sedemikian rupa mengajar.
dengan menggunakan model 3. Guru menyiapkan
pembelajaran yang tepat agar materi yang
siswa dapat memperoleh sederhana dan
kesempatan untuk berinteraksi mudah dipahami
satu sama lain sehingga pada oleh peserta didik.
gilirannya dapat diperoleh
prestasi belajar yang optimal.
2. Menurut Arends (dalam Trianto,
2010:92-94) pengajaran
berdasarkan masalah
merupakan suatu pendekatan
pembelajaran di mana siswa
mengerjakan permasalahan
yang autentik dengan maksud
untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri,
mengembangkan inquiri dan
keterampilan berpikir tingkat
lebih tinggi, mengembangkan
kemandirian, dan percaya diri.

Sumber wawancara kepada guru


senior:
Dra. Sri Lestari
1. Guru kurang memiliki waktu
untuk merancang pembelajaran
yang inovatif.
2. Terbatasnya pemahaman guru
dalam menerapkan pembelajaran
yang inovatif.
3. Guru menyesuaikan dengan
kemampuan peserta didik.
5 Pembelajaran di kelas Sumber Kajian Literatur Setelah dianalisis lebih
masih belum berbasis Jurnal/artikel: lanjut diperoleh:
HOTS (Higher Order 1. Guru tidak pernah
Thinking Skill). 1. Artikel Kompas (2019) mendapat pelatihan
mengatakan Pembelajaran di dalam merancang
kelas masih belum berbasis pembelajaran
HOTS Pembelajaran berbasis berbasis HOTS
High Order Thinking Skills 2. Guru Kesulitan
(HOTS) atau ketrampilan dalam merumuskan
berpikir tingkat tinggi belum soal dan penilaian
konsisten diterapkan oleh para berbasis HOTS
guru di kelas. Sebagian guru 3. Sekolah juga tidak
masih mengajar dengan memberikan
paradigma lama antara lain pemahaman
menekankan siswa untuk terhadap
menghafal rumus-rumus atau pembelajaran
teori, bukan melatih berbasis HOTS.
kemampuan bernalar pada 4. Guru menyesuaikan
siswa. dengan intelegensi
2. Menurut hasil penelitian peserta didik.
Andreas Bagas Kiswara dkk.
Jurnal Informasi dan
Komunikasi Administrasi
Perkantoran (2019), mengatakan
Pelaksanaan pembelajaran
berbasis HOTS sebenarnya
sudah berada pada jalur yang
tepat. Namun dalam
pelaksanaanya masih terdapat
hambatan baik itu dari
implementasi kurikulum 2013
maupun dari sisi pembelajaran
HOTS. Kunci utama pada
pembelajaran berbasis HOTS
terletak pada guru yang
mempunyai peran sangat
penting dalam upaya
menjadikan siswa mampu
berada pada level HOTS.

Sumber Wawancara kepada


guru/Kepsek:
Noor Aini, S. Pd (Waka kurikulum)
1. Kurangnya pemahaman
pembelajaran berbasis HOTS
2. Kesulitan dalam merumuskan
soal dan penilaian berbasis
HOTS
3. Kurangnya pelatihan dalam
merancang pembelajaran
berbasis HOTS.
4. Kemampuan intelektual peserta
didik terbatas.
6 Guru masih belum Sumber Kajian Literatur Setelah dilakukan
mengoptimalkan Jurnal/artikel: analisis lebih lanjut
pemanfaatan teknologi 1. Kukuh (2017) Dalam bidang diperoleh:
informasi (TIK) dalam pendidikan, TIK telah 1. Pemahaman guru
pembelajaran. mengubah paradigma terhadap penerapan
penyampaian materi TIK di dalam
pelajaran kepada peserta pembelajaran masih
didik. Salah satu contoh terbatas.
pemanfaat TIK dalam 2. Kurangnya
pendidikan adalah dengan pelatihan TIK yang
memanfaatkan teknologi didapat guru.
seperti komputer/laptop, 3. Guru kurang
jaringan internet, dan smart mengikuti pelatihan
phone sebagai sumber atau TIK.
media belajar bagi siswa. 4. Sarana dan
2. Martinus Tekege (2017) prasarana
Memasuki Abad Teknologi pendukung seperti
Informasi dan Komunikasi proyektor terbatas.
(TIK) sekarang ini sangat 5. Peserta didik tidak
dibutuhkan dan pentingnya dapat menggunakan
penggunaan ICT (Information perangkat seperti
and Communications komputer atau
Teknology) dalam kegiatan telepon selular.
pembelajaran. Melalui
pemanfaatan TIK kita dapat
meningkatkan mutu
pendidikan, yaitu dengan
cara membuka lebar-lebar
terhadap akses ilmu
pengetahuan dan
penyelenggaraan pendidikan
bermutu.
3. Indrawan, (2020:36);
Simarmata, dkk,
(2020:20).Kecakapan guru
dalam mengembangkan
kegiatan pembelajaran
dengan memanfaatkan TIK,
dalam hal perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi
pembelajararan, menjadi
indikator dari pengembangan
kompetensi pedagogik guru di
abad 21.

Sumber Wawancara kepada


guru/Kepsek :
Tri Widiatmoko, S. Pd (Guru TI)
1. Guru jarang menggunakan
teknologi informasi seperti PPT
interaktif.
2. Guru belum pernah mengajar
menggunakan aplikasi TIK
sebagai pendukung
pembelajaran.
3. Guru tidak cakap dalam
penggunaan TIK.
4. Kurangnya sarana prasaran yang
mendukung pembelajaran
dengan penggunaan TIK.
5. Guru cakap menggunakan
sarana prasarana yang memadai
tetapi peserta didik tidak mampu
menggunakan perangkat.

Anda mungkin juga menyukai