Anda di halaman 1dari 14

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama : Neni Azawiah

Masalah yang telah Analisis eksplorasi


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi penyebab masalah
1 Rendahnya motivasi belajar Kajian literatur: Setelah dilakukan
siswa dalam pembelajaran  Berdasarkan penelitian Rohman, dkk (2018) analisis terhadap hasil
matematika mengatakan bahwa faktor yang kajian literatur dan hasil
mempengaruhi rendahnya motivasi belajar wawancara, dapat
siswa dalam pembelajaran matematika diketahui bahwa
diantaranya tempat belajar, fungsi fisik, penyebab rendahnya
kecerdasan, sarana dan prasarana, waktu, motivasi belajar siswa
kebiasaan belajar, guru, orang tua, emosional dalam pembelajaran
dan kesehatan, serta faktor teman matematika adalah:
 Kompasiana (2019) Motivasi terbagi menjadi 1. Lingkungan, orang tua,
dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi sarana dan prasarana
ekstrinsik. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik 2. Kebiasaan belajar
sangat berfungsi dalam kegiatan proses siswa
belajar. Matematika merupakan pelajaran 3. Menganggap
yang dianggap sulit oleh kebanyak orang, matematika adalah
sehingga dengan adanya memotivasi siswa pelajaran yang sulit
sebelum melakukan pembelajaran sangat 4. Guru belum
berguna untuk kelangsungan kegiatan belajar menggunakan
mengajar di dalam kelas pembelajaran yang
Daftar Pustaka: inovatif
 ROHMAN, Ahmad Aunur; KARIMAH,
Sayyidatul. Faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya motivasi belajar siswa kelas
XI. Jurnal At-Taqaddum, 2018, 10.1: 95-108.
 https://www.kompasiana.com/
elitasetyaningsih/
5d34242f0d82301bfd1bd3b2/motivasi-
belajar-dalam-pembelajaran-matematika

Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah, teman Sejawat dan Guru
Matematika
Rendahnya motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika dipengaruhi oleh
bebarapa faktor, diantaranya yaitu : (1)
kemampuan belajar matematika masih
kurang; (2) faktor lingkungan dan (3) teknik
yang digunakan guru dalam membimbing
siswa belum tepat
2. Pakar/dosen (Lisa, M.Pd)
Rendahnya motivasi belajar siswa
dikarenakan siswa masih menganggap bahwa
matematika itu pelajaran yang sulit,
rendahnya literasi siswa sehingga siswa sulit
mamahami materi yang ada dalam
pembelajaran matematika
3. Pengawas Sekolah (Salma, S.Si)
Rendahnya motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika dikarenakan Guru
dalam mengajar matematika lebih bersifat
teoritis, sehingga siswa merasa tidak berguna
belajar matematika
2 Siswa kurang percaya diri Kajian Literatur Setelah dilakukan
ketika menyelesaikan soal-  Trisnawati (2018) Semakin tinggi self analisis terhadap hasil
soal pada materi permutasi confidence padasiswa , maka rasa ingin kajian literatur dan hasil
dan kombinasi tahu siswa akan terdorong dan akan wawancara, dapat
meningkatnya kemampuan berpikir kreatif diketahui bahwa siswa
matematik.Begitupun sebaliknya, semakin kurang percaya diri ketika
rendah self confidence pada siswa, maka rasa menyelesaikan soal-soal
ingin tahu siswa kurang terdorong dan ini pada materi permutasi-
akan berdampak kepada peningkatan kombinasi adalah
kemampuan berpikir kreatif matematik 1. Keadaan emosional
 Sari (2017) Ketidak percayaan diri dapat yang belum matang
terjadi akibat keadaan emosional yang belum 2. Kurangnya
matang, adapun keadaan emosional yang pemahaman konsep
belum matang diataranya adalah: terhadap materi
1. Kecemasan dan amarah yang tidak setabil permutasi-kombinasi
2. Rasa bersalah yang tidak pada tempatnya 3. Siswa jarang diberikan
3. Rasa malu karna mengkritik diri kesempatan
4. Rasa kasian pada diri sendiri yang tidak menyampaikan
berdaya pendapat dalam
memecahkan masalah
Daftar Pustaka permutasi-kombinasi
 TRISNAWATI, Iis, et al. Analisis Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sma Kelas
Xi Pada Materi Trigonometri Di Tinjau Dari
Self Confidence. JPMI (Jurnal Pembelajaran
Matematika Inovatif), 2018, 1.3: 383-394.

 MAYASARI, May. PENGARUH MODEL


PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SELF-
CONFIDENCE SISWA DALAM PELAJARAN
TRIGONOMETRI KELAS X SMA NEGERI 1
KOTA BUMI. 2017. PhD Thesis. UIN Raden
Intan Lampung.

Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah (Nuradinen, M.Pd)
Kurangnya rasa percaya dari siswa ketika
menyelesaikan soal-soal
permutasi/kombinasi dikarenakan siswa
belum menerima konsep pembelajaran yang
tepat
2. Teman Sejawat ( Nurjannah, S.Pd)
Disebabkan siswa kesulitan dalam memahami
konsep dan menganalisis soal
permutasi/kombinasi sehingga terjadi
kesalahan, sehingga membuat siswa merasa
takut dan salah dalam ketika akan
menyelesaikan soal-soal
3. Guru Matematika ( Nurfadhilah, S.Pd)
Hal ini disebabkan karena siswa kurang
memahami pondasi dasar dari
permutasi/kombinasi, sehingga timbul
keraguan dalam diri siswa dalam menelaah
dan menganalisis soal-soal permutasi dan
kombinasi yang berakibat
4. Pakar/dosen (Lisa, M.Pd)
Hal ini terjadi dikarenakan siswa jarang diberi
kesempatan dalam menyampaikan
pendapatnya atau menyelesaikan soal-soal
latihan, terkadang guru jarang mendengar
masukan dari siswa jika ada masalah-
masalah dalam pembelajaran permutasi
kombinasi, hal ini terjadi mungkin guru
merasa dia sudah benar atau tidak pernah
salah. Jika persoalan seperti ini terus saja
terjadi, maka akan berakibat pada siswa
perkembangan rasa percaya diri siswa
5. Pengawas Sekolah (Salma, S.Si)
Hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman konsep tentang
permutasi/kombinasi
3 Hubungan komunikasi Kajian Literatur Setelah dilakukan
antara guru dan orang tua analisis terhadap hasil
siswa terkait  Fane (2019) Prestasi belajar matematika kajian literatur dan hasil
perkembangan siswa masih seorang siswa dapat dipengaruh oleh faktor wawancara, dapat
terbatas eksternal dan internal. Faktor eksternal diketahui bahwa
dapat berupa keterlibatan orang tua dan masalah Hubungan
perilaku guru sedangkan faktor internal komunikasi antara guru
berasal dari motivasi belajar siswa. dan orang tua siswa
Keterlibatan orang tua dalam belajar dapat terkait perkembangan
dilakukan dengan beberapa cara bergantung siswa masih terbatas
pada keadaan orang tuanya, antara lain adalah:
dapat dilihat dari pemberian dukungan 1. Komunikasi yang
terhadap anak, pemberian tambahan belum terjalin dengan
bimbingan belajar, pemberian perhatian baik, dikarenakan
terhadap tugas sekolah dan jadwal harian, beberapa orang tua
serta ditunjukkan pada keterlibatan orangtua tidak memiliki alat
dalam kegiatan sekolah. komunikasi
 Kompasiana (2017) Pada prakteknya dalam 2. Orang tua kurang
keseharian, guru dan orang-tua murid harus peduli terhadap
aktif berkomunikasi satu sama lain. Bisa perkembangan
melalui alat komunikasi (handphone atau anaknya dan tidak
gadget) atau bisa juga bertemu langsung. hadir saat diundang ke
Kegiatan ini dilakukan untuk: sekolah
1. Mengontrol kegiatan anak/murid. 1.
2. Mengevaluasi kemajuan anak/murid
Daftar Pustaka
 FANE, Abdoulaye; SUGITO, Sugito. Pengaruh
keterlibatan orang tua, perilaku guru, dan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 2019, 6.1: 53-61.
 https://www.kompasiana.com/
ronaldhutasuhut/
58cd45557eafbd5d0247597c/pentingnya-
komunikasi-antara-orang-tua-murid-dan-
guru

Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah (Nuradinen, M.Pd)
Terbatasnya hubungan komunikasi antara
guru dan orang tua disebabkan rutinitas
pekerjaan yang harus dilakukan oleh para
orang tua yang menyebabkan tidak
optimalnya waktu bagi orang tua untuk dapat
berkomunikasi dengan pihak sekolah , baik
itu komunikasi secara langsung (pertemuan)
maupun via telpon/media sosial
2. Teman Sejawat (Nurjannah, S.Pd)
Terbatasnya hubungan komunikasi antara
guru dan orang tua disebabkan (1) tidak
tersedianya alat komonikasi para orang tua
siswa (2) kesibukan orang tua siswa sehingga
tidak bisa memenuhi undangan dari guru dan
(3) komunikasi dengan orang tua hanya
terjadi ketika siswa mengalami masalah
3. Guru Matematika ( Nurfadillah, S.Pd)
Hal ini disebabkan karena kurangnya
kepedulian orang tua terhadap perkembangan
anaknya apalagi siswa tingkat sekolah
menengah atas, guru sulit manghubungi
orang tua siswa serta surat pemanggilan
orang tua sering tidak sampai kepada orang
tua.

4. Pakar/Dosen (Lisa, M.Pd)


Komunikasi guru dan orang tua harus
terjalin baik sehingga orang tua mengetahui
perkembangan anaknya karena kepedulian
orang tua sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan kesuksesan anaknya
5. Pengawas Sekolah (Salma, S.Si)
Karena kurangnya kepedulian salah satu atau
kedua pihak terhadap perkembangan belajar
siswa. Guru merasa mereka sudah mengajar
di sekolah, tugasnya sudah selesai. Demikian
juga dengan orang tua, mereka merasa anak-
anak sudah di sekolahkan. Sekolah
bertanggungjawab penuh terhadap
perkembangan anak-anak mereka, sehingga
saling lempar tanggungjawab terkait
perkembangan belajar siswa

4 Guru belum menggunakan Kajian Literatur Setelah dilakukan


pembelajaran inovatif  Pituruh News (2021)Untuk menangani analisis terhadap hasil
dalam proses belajar kurangnya kreatif dan inovatif para pengajar, kajian literatur dan hasil
mengajar pada materi menurut saya kita bisa mengikut sertakan wawancara, dapat
trigonometri para guru dalam kegiatan workshop mengenai diketahui bahwa
pendidikan. Karena pada saat guru ikut masalah guru belum
dalam kegiatan workshop maka wawasan menggunakan
mereka akan bertabah mengenai tatacara pembelajaran inovatif
mengajar yang baik dan benar, guru harus dalam proses belajar
sering melatih diri untuk lebih banyak mengajar pada materi
berkreasi dalam mengajar, yang terpenting trigonometri adalah:
guru harus bisa membuat media-media 1. Rendahnya kualitas
pembelajaran yang inovatif dan kreatif pelatihan/workshop
sehingga dapat menarik perhatian para siswa yang diikuti guru
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di 2. Rendahnya komitmen
kelas. dan motivasi guru
 Khodijah (2022) profesionalisme guru dalam untuk menerapkan
penerapan model-model pembelajaran inovatif model-model
masih belum sesuai harapan. Hal ini terlihat pembelajaran inovatif
baik dari aspek pengetahuan maupun
keterampilan sebagian guru yang masih
rendah dalam menerapkan model-model
pembelajaran inovatif, dan 2) ada dua faktor
yang mempengaruhi penerapan model-model
pembelajaran inovatif, yaitu rendahnya
kualitas pelatihan/workshop yang diikuti dan
rendahnya komitmen dan motivasi guru
untuk menerapkan model-model
pembelajaran inovatif

Daftar Pustaka
 Rendahnya Kreatifitas dan Inovatif Guru
dalam Mengajar di Kelas (pituruhnews.com)

 Khodijah, N. (2022). PROFESIONALISME


GURU DALAM PENERAPAN MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN INOVATIF PADA RINTISAN
SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL. Jurnal Teknodik, Hal. 255 –
264.
https://doi.org/10.32550/teknodik.vi0.27

Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah (Nuradinen, M.Pd)
Kurangnya seminar dan pelatihan terhadap
guru, serta guru terlalu nyaman dengan
metode pembelajaran yang sudah digunakan
2. Teman Sejawat (Nurjannah, S.Pd)
Kurangnya pelatihan kepada guru dalam
mendalami pengetahuannya tentang inovasi
pelajaran
3. Guru Matematika(Nurfadillah, S.Pd)
Guru masih malas dan tidak mau
berkembang sehingga membuat siswa
monoton dalam menerima ilmu
4. Pakar/Dosen (Lisa, M.Pd)
Guru dibiasakan dengan metode
pembelajaran lama
5. Pengawas Sekolah (Salma, S.Si)
Masih kurangnya pengetahuan guru tentang
pembelajaran inovatif, terutama karena
gagap teknologi
5 Proses belajar mengajar di Kajian Literatur Setelah dilakukan
kelas belum berbasis HOTS  Berdasarkan penelitian Najahah (2022), dkk analisis terhadap hasil
diperoleh jenis kesalahan yang dilakukan kajian literatur dan hasil
siswa dalam menyelesaikan soal HOTS berupa wawancara, dapat
kesalahan membaca (reading errors), diketahui bahwa
kesalahan memahami (comprehension errors), masalah proses belajar
kesalahan penulisan rumus (transformation mengajar di kelas belum
errors), kesalahan keterampilan proses berbasis HOTS
(process skill errors), dan kesalahan adalah:
penentuan jawaban akhir (encoding error). 1. Siswa kurang
Faktor yang mempengaruhi kesalahan siswa memahami konsep dari
adalah tidak paham konsep, kesalahan proses materi yang diajarkan
berpikir, lupa, kurang teliti, tidak mengetahui 2. Siswa belum terbiasa
rumus dan langkah penyelesaian soal, dan mengerjakan soal
pengaruh dari kesalahan pada tahapan HOTS
sebelumnya 3. Guru Masih terpaku
 Firdaus, dkk (2021)Kurikulum 2013 dengan kebiasaan
menekankan pada dimensi pedagogik modern lama yaitu masih
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan melaksanakan
pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran berbasis
(scientific approach) dalam pembelajaran LOTS
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, 4. Soal berbasis HOTS
menanya, menalar, mencoba, dianggap lebih sulit
mengkomunikasikan. Siswa dilatih untuk
mampu berpikir logis, runtut dan sistematis,
dengan memenggunakan kapasitas berpikir
tinggi (Higher Order of Thinking Skill/HOTS).
Keterampilan berpikir tingkat tinggi
berbasis pada Taksonomi Bloom yang direvisi
terdapat tiga ranah kognitif yang menjadi
bagian dari kemampuan berpikir tingkat
tinggianalisa, evaluasi dan mencipta

Daftar Pustaka
 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesalahan
yang Dilakukan Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Hots: Analisis Newman | Najahah |
Natural Science Education Research (NSER)
(trunojoyo.ac.id)
 FIRDAUS, Eris Fanny; FASHA, Eka Farida;
ABDUH, M. Faisal. DESAIN BAHAN AJAR
MATEMATIKA SMA/SMK BERBASIS
HOTS. Jurnal Edukasi dan Sains Matematika
(JES-MAT), 2021, 7.1: 75-84.

Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah ( Nuradinen, M.Pd)
Hal ini disebabkan kemampuan literasi
peserta didik yang masih kurang sehingga
guru dalam melakukan pembelajaran harus
menelaah lebih banyak ketika memberi
materi kepada siswa.
2. Teman Sejawat dan Guru
Hal ini disebabkan karena siswa kurang
memahami konsep materi yang
disampaikan, dalam pemecahan soal siswa
belum terbiasa dengan soal-soal HOTS, dan
Pemahaman siswa masih rendah
3. Pakar/Dosen (Lisa, M.Pd )
Hal ini disebabkan Guru tidak membiasakan
siswa menyelesaikan soal soal HOTS, guru
4. Pengawas Sekolah(Salma, S.Si)
Hal ini Guru masih terpaku dengan
kebiasaan lama, yang membuat guru lebih
mudah dalam mengajar, sehingga soal yang
dikasih ke siswa terfokus pada soal-soal yang
ada dibuku.

6 Guru tidak memanfaatkan Kajian Literatur Setelah dilakukan


penggunaan  Krisdiana (2014) faktor social yang analisis terhadap hasil
teknologi/pembelajaran berpengaruh dalam pemanfaatan TIK oleh kajian literatur dan hasil
berbasis TIK dalam proses guru diantaranya terkait: dukungan atasan, wawancara, dapat
belajar mengajar proporsi pengguna TIK, dan kondisi di diketahui bahwa
lingkungan kerja. Dukungan atasan untuk masalah guru tidak
menggunakan perangkat TIK dalam bekerja memanfaatkan
akan sangat mempengaruhi pemanfaatan penggunaan
TIK oleh guru. Dukungan atasan dapat teknologi/pembelajaran
berupa penyediaan fasilitas, pelatihan- berbasis TIK dalam proses
pelatihan, dan teknisi yang membantu guru belajar mengajar
apabila mengalami kesulitan yang mungkin adalah:
timbul saat menggunakan perangkat TIK. 1. Kurangnya sarana dan
Dukungan atasan (kepala sekolah dan wakil prasarana yang
kepala sekolah) dalam pemanfaatan mendukung
TIK tersebut akan menimbulkan rasa 2. Guru belum
nyaman, meningkatkan kebermanfaatan, dan memahami cara
mengurangi tingkat kesulitan, sehingga guru membuat media
akan lebih termotivasi dalam menggunakan pembelajaran berbasis
perangkat TIK untuk proses pembelajaran di TIK
sekolah 3. Kurangnya akses
 Herman Dwi Surjono dan Abdul Gafur, internet
(2010) dalam Ceha, dkk (2016) 4. Masih ada guru yang
Pengimplementasian Teknologi Informasi dan gagab teknologi
komunikasi (TIK) mencakup
sumber daya manusia,
infrastruktur, hardware, dan software.
Hambatan dalam
pengimplementasian di sekolah antara lain:
jumlah tenaga pengelola yang memiliki
kompetensi di bidang teknologi informasi
belum mencukupi, belum semua sekolah
memiliki infrastruktur yang mendukung,
belum semua sekolah memiliki hardware
lengkap baik secara kualitas maupun
kuantitas, dan software original mahal

Daftar Pustaka

 KRISDIANA, Ika; APRIANDI, Davi;


SETYANSAH, Reza Kusuma. Analisis
kesulitan yang dihadapi oleh guru dan peserta
didik sekolah menengah pertama dalam
implementasi Kurikulum 2013 pada mata
pelajaran matematika (studi kasus eks-
karesidenan Madiun). JIPM (Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika), 2014, 3.1.
 Ceha, R., Endang Prasetyaningsih, and Iyan
Bachtiar. "Peningkatan kemampuan guru
dalam pemanfaatan teknologi informasi pada
kegiatan pembelajaran." ETHOS: Jurnal
Penelitian dan Pengabdian kepada
masyarakat (2016): 131-138.

Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah (Nuradinen, M.Pd)
Guru tidak memanfaatkan penggunaan
teknologi/pembelajaran berbasis TIK dalam
proses belajar mengajar
disebabkan karena (1) kurangnya akses
internet sampai ke kelas, (2) guru belum
menguasai pengetahuan berbasis TIK, dan (3)
kurangnya sarana dan prasarana yang
tersedia di sekolah.
2. Teman Sejawat dan Guru
Guru tidak memanfaatkan penggunaan
teknologi/pembelajaran berbasis TIK dalam
proses belajar mengajar disebabkan karena
Kurangnya sarana dan prasarana disekolah,
seperti infocus dan lainnya, serta guru belum
siap menghadapi industri 4.0
3. Pakar dan Pengawas Sekolah
Guru tidak memanfaatkan penggunaan
teknologi/pembelajaran berbasis TIK dalam
proses belajar mengajar disebabkan karena
Guru masih gagab teknologi, hal ini terjadi
karena guru masih malas untuk
memperbaharui ilmu tentang teknologi

Anda mungkin juga menyukai