Anda di halaman 1dari 5

Dirjen Guru Baru dan Profesi Guru

Oleh Indra Yusuf

Sejak dulu keberadaan guru telah diakui sebagai katalisator dan dinamisator

kemajuan suatu bangsa. Peranan guru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia

sungguh besar dan sangat menentukan. Guru merupakan salah satu faktor yang memiliki

peran strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan serta meletakkan dasar untuk

mempersiapkan pengembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa.

Sejak masa penjajahan, guru selalu menanamkan kesadaran akan harga diri

sebagai bangsa dan menanamkan semangat nasionalisme kepada peserta didik dan

masyarakat. Menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air juga merupakan

bagian dari karaker bangsa yang bangun oleh guru. Namun sungguh ironis jika minat

generasi muda untuk menjadi guru sangatlah rendah.

Pernah pada suatu waktu saya melontarkan pertanyaan kepada siswa saya dikelas.

Pertanyaanya adalah “ Siapakah diantara kalian yang bercita-cita menjadi guru?” Namun

apa jawabannya, dari 40 siswa tidak lebih dari 3 siswa saja yang mengacungkan

tangannya, yang artinya hampir tidak ada siswa yang bercita-cita atau berminat menjadi

guru.

Siswa yang bercita-cita menjadi guru pun bukan termasuk siswa yang tergolong

bintang kelas, melainkan hanya siswa yang biasa-biasa saja. Lain halnya dengan profesi

seperti dokter, arsitek, pengacara atau lainnya. Tentu jika ditanya dengan pertanyaan

serupa akan berbeda jawabannya. Sudah dapat dipastikan akan lebih banyak siswa yang

mengacungkan tangannya.
Kembali saya melontarkan pertanyaan kepada siswa saya, kali ini pertanyaanya

“Mengapa kalian tidak ingin menjadi guru, bukankah guru adalah pekerjaan yang

mulia?” sebagian besar mereka menjawab dengan singkat, “ Karena guru gajinya kecil”.

Tentu ini merupakan jawaban yang sangat sederhana namun memiliki makna

yang luas. Dari jawaban itu ada yang membuat kita prihatin, mengapa sikap anak-anak

itu telah berorientasi pada materi, bukan kepada minat, hati nurani atau panggilan jiwa.

Agaknya siswa-siswa kita tanpa disadari telah mengidap sifat materialistik dan

konsumerisme.

Dari dua pertanyaan tersebut tentu kita dapat sedikit memahami akar persoalan

tentang benang kusut profesi guru sekaligus dunia pendidikan kita. Dua hal tersebut

adalah kualitas dan kesejahteraan guru. Sudah bukan rahasia lagi, kualitas dan

kompetensi guru Indonesia masih relatif rendah.

Setidaknya ilustrasi ini didukung dari hasil tes angket yang dilakukan oleh

Balitbang Kemendikbud kepada 512.500 siswa peserta Ujian Nasional Berbasis

Komputer (UNBK) 2019. Hasilnya peserta didik yang tak mau menjadi guru sebanyak 89

persen dan sisanya 11 persen ingin menjadi guru. Penyebabnya adalah dimensi sosial

ekonomi, siswa itu sangat memilih sebuah profesi yang menurut persepsinya memiliki

status sosial ekonomi yang tinggi. Sementara gambaran status sosial ekonomi profesi

guru di mata para siswa masih di bawah profesi lain seperti pengacara dan dokter.
Kita berharap kedua akar persoalan tersebut akan dapat dibenahi olek Kemdikbud

khususnya melalui Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidkan. Dirjen ini memang

dibentuk khusus untuk menangani guru dan tenaga kependidikan ini.

Dirjen ini memang belum lama dibentuk,tepatnya pada tahun 2015 melalui

Peraturan Presiden Nomor 14 tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. Secara umum Dirjen GTK mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan guru dan pendidik lainnya, serta tenaga

kependidikan.

Dengan dilantiknya pejabat Dirjen GTK yang baru, yakni DR. Iwan Syahril,

Ph.D. tentu merupakan harapan baru bagi para guru di seluruh nusantara. Terlebih Beliau

adalah seorang ahli dalam kurikulum dan kebijakan Pendidikan. Jika kita membaca apa

yang menjadi buah pikiran beliau tentang suatu strategi penangan pendidikan yang

pernah ditulisnya dalam media sosial profesional Linkedln, maka kita patut menaruh

harapan besar.

Beliau menulis setidaknya ada tigas strategi penanganan pendidikan dalam sebuah

sistem, yakni : Pertama, penanganan masalah-masalah pendidikan warisan masa lalu.

Untuk konteks Indonesia, kita masih berjuang memenuhi hal-hal mendasar, tuntutan

akses dan kualitas yang baik buat semua anak Indonesia. Terkait dengan ini adalah

bangunan sekolah, fasilitas belajar, buku pelajaran dan perpustakaan, jumlah dan kualitas

guru.

Kedua, merespon perkembangan pemikiran dan ilmu pendidikan saat ini.

Misalnya, ide-ide social emotional learning, cooperative learning, brain-based learning,

higher-order thinking skills, project-based learning, blended learning, flipped classroom,


cultural-responsive pedagogy,, game-based learning, multiple intelligences, problem-

based learning, place-based learning, multiple intelligences dan lain-lain.

Ketiga, membuat untuk program-program pendidikan yang bisa meletakkan

fondasi yang kuat buat para pelajar untuk sukses di dunia masa depan. Hal ini terkait

dengan perbincangan tentang Generation Z atau 4th industrial revolution. Seperti apa

revolusi pembelajaran dan pengajaran yang dibutuhkan untuk dunia berinovasi dengan

percepatan yang amat sangat cepat dengan kemajuan teknologi informasi dan

komunikasi.

Kita berharap Dirjen GTK baru dapat memberikan harapan baru untuk guru.

Nantinya tidak adalagi stigma yang mengatakan kualitas guru yang rendah atau

menyudutkan profesi guru. Sudah cukup banyak kasus yang menjadi bukti bahwa profesi

guru masih dipandang sebelah mata dibandingkan dengan profesi lainnya. Kami para

guru menanti terobosan kebijakan yang pro terhadap profesi guru.

Sejatinya profesi guru menjadi profesi yang lebih terhormat dan banyak dicita-

citakan oleh semua orang. Sehingga pemerintah tidak perlu repot-repot lagi mencari

formula untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Karena jika profesi guru telah menjadi

profesi yang menjanjikan masa depan, saya yakin siswa-siswa terbaik akan saling

bersaing untuk mengejar profesi guru. Tentu dengan input yang baik, proses yang baik

akan menghasil output guru yang profesional, yang dapat menciptakan generasi penerus

bangsa yang unggul.

Penulis adalah guru SMA Negeri 7 Cirebon,Wakil Ketua MGMP Geografi Provinsi Jawa

Barat.
Alamat : Jl. Majalengka No. 11/B7 Nuansa Majasem Kota Cirebon.

No. HP 081324229522

No. Rek 00154 01 50 019 783 1 BTN an Indra Yusuf

Anda mungkin juga menyukai