Anda di halaman 1dari 20

PRATIKUM 8

A. Judul Pratikum
ELISA dan ECLIA
B. Tujuan Pratikum
1. Untuk Mengetahui Alat Elisa dan Eclia
2. Untuk Mengetahui Cara Kerja Alat Elisa dan Eclia
3. Untuk Menambah Pengetahuan Mengenai Cara Mengoperasikan Alat Elisa
dan Eclia
C. Dasar Teori
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) atau nama lainnya
enzyme immunoassay (EIA) merupakan teknik biokimia yang banyak
digunakan di bidang imunologi untuk mendeteksi adanya antibody atau antigen
pada suatu sampel. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann
dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi
di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai reporter label.
Terdapat beberapa jenis teknik ELISA, yaitu (1) Indirect ELISA; (2)
Direct ELISA; (3) ELISA Sandwich; (4) ELISA Multiplex dan (5) ELISA
Biotin Streptavidin. Dalam penggunaan sehari-hari ELISA bisa digunakan
untuk melabel suatu antigen atau mengetahui antibody yang ada dalam tubuh.
Apabila kita ingin mengetahui antigen apa yang ada di dalam tubuh, maka
yang diendapkan adalah antibodinya, begitu pula sebaliknya. Untuk
mendeteksi kadar suatu protein, maka dapat digunakan teknik ELISA sandwich
assay dengan dengan mengedapkan antibody pada well plate.
Fungsi dari test ELISA yaitu bukan hanya untuk mengetahui keberadaan
suatu antigen dengan antibodi tetapi juga untuk mengukur kadar antigen atau
antibodi tersebut dengan menggunakan alat spektrofotometer.
Spektrofotometer adalah sebuah alat yang dapat mengukur jumlah dari cahaya
yang menembus sumuran dari microplate. Kompleks antigen-antibodi yang
terjadi pada well mcroplate dan setelah pemberian substrat, enzim yang terikat
pada antibody ke dua pada kompleks antigen-antibodi yang terbentuk akan
memberikan perubahan warna pada cairan tersebut, sehingga akan memberikan
optical density yang berbeda. Optical density dapat dinyatakan meningkat atau
menurun
berdasarkan pengenceran material standart, sehingga akan menghasilkan kurva
dose-response yang nantinya akan digunakan untuk mengestimasi kadar
protein tersebut.
Pengamatan hasil ELISA dilakukan secara kuantitatif maupun
kualitatif. Hasil ELISA secara kuantitatif dapat diamati dari nilai optical
density (OD) yang diukur dengan menggunakan ELISA reader. Hasil
kuantitatif diinterpretasikan dalam perbandingan dengan kurva standar
(purifikasi antigen) agar dapat secara tepat digunakan untuk menghitung
konsentrasi antigen dalam berbagai sampel. Hasil ELISA secara kualitatif
dapat diamati dengan adanyaperubahan warna menjadi kuning pada reaksi
pengujian jika sampel yang diuji mengandung antigen. Semakin tinggi
intensitas warna yang terbentuk, maka semakin tinggi pula konsentrasi antigen
pada sampel tersebut. Data ELISA biasanya digambarkan dengan nilai optical
density (OD) dan konsentrasilog untuk menghasilkan kurva sigmodial. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggambar grafik langsung atau dengan software
MS Excel curve fitting yang ada pada ELISA reader.
Electro- Chemiluminescence Immunoassay (ECLIA) Anti-SARS-CoV-2
merupakan pemeriksaan laboratorium imunoserologi pada alat otomatik
(autoanalyzer) untuk mendeteksi antibodi terhadap SARS-CoV-2. Mulai dari
sampel dimasukkan ke dalam alat sampai didapatkan hasil, membutuhkan
waktu sekitar 18 menit. Sedangkan total waktu yang diperlukan mulai dari
pengambilan sampel sampai didapatkan hasil kurang lebih 1 jam. Pemeriksaan
semi-kuantitatif ini berguna untuk mengidentifikasi individu dengan respons
imun adaptif terhadap SARS- CoV-2, yang timbul akibat infeksi virus,
termasuk individu yang tidak bergejala dan telah sembuh. Penting untuk
dipahami bahwa pemeriksaan serologi tidak mendeteksi virus itu sendiri, tetapi
mendeteksi antibodi yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh.
Hasil ditentukan secara otomatis oleh perangkat lunak dengan
membandingkan sinyal electrochemiluminescence yang diperoleh dari produk
reaksi antigen-antibodi pada sampel dengan sinyal nilai batas (cutoff) yang
diperoleh dengan kalibrasi. Hasil harus selalu diinterpretasikan dengan melihat
riwayat medis pasien, pemeriksaan klinis, dan penunjang lainnya. Hasil tes
negatif tidak mengesampingkan kemungkinan infeksi dengan SARS-CoV-2.
Sampel serum atau plasma pada fase awal (pra-serokonversi) dapat negatif.
Oleh karena itu, pemeriksaan ECLIA Anti-SARS-CoV-2 tidak dapat digunakan
untuk mendiagnosis infeksi SARS-CoV-2 akut, Pemeriksaan dengan
diagnostik molekuler (misalnya, RT PCR) harus dilakukan untuk mengevaluasi
infeksi aktif pada individu yang bergejala.
Hasil pemeriksaan disajikan dalam bentuk indeks cut off (COI; sampel
sinyal/cut off), dan berupa kata reaktif atau non-reaktif. Hasil pemeriksaan
COI≥1 menunjukkan reaktif terhadap antibodi anti-SARS-CoV-2 (positif),
sebaliknya, COII menunjukkan non-reaktif terhadap antibodi anti-SARS-CoV-
2 (negatif). Alat otomatik dengan teknologi ECLIA juga dapat digunakan untuk
pemeriksaan imunoserologi yang lain, yaitu, pengukuran kadar berbagai
hormon, antigen dan antibodi patogen (virus dan bakteri), petanda keradangan,
petanda tumor. petanda fungsi jantung, dan lain-lain.

D. Alat dan Bahan


a. Alat
ELISA dan ECLIA
b. Bahan
Sampel darah dan Serum/plasma darah

E. Hasil
No Gambar Nama Alat
1 ELISA adalah alat untuk membaca
plate ELISA untuk menentukan
konsentrasi antigen atau antibodi
yang terkandung dalam sampel.
Prinsip kerja ELISA reader dengan
mendeteksi sinyal cahaya yang
dihasilkan oleh sampel yang telah
dipipet ke dalam microplate.
2 ECLIA adalah metode untuk
mendeteksi keberadaan antigen atau
antibody dengan memanfaatkan
reaksi antara antigen dengan
antibodi yang menghasilkan suatu
cahaya. Metode ini bergantung
pada reaksi biochemistry untuk
mengukur konsentrasi suatu analit
(zat/sampel yang akan diperiksa).

F. Pembahasan
1. ELISA
a) Pengertian ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu
teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi
untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel.
ELISA telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis,
patologi tumbuhan, dan juga berbagai bidang industri. Dalam
pengertian sederhana, sejumlah antigen yang tidak dikenal
ditempelkan pada suatu permukaan, kemudian antibodi spesifik
dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga akan berikatan dengan
antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim, dan pada tahap
terakhir, ditambahkan substansi yang dapat diubah oleh enzim menjadi
sinyal yang dapat dideteksi. Dalam ELISA fluoresensi, saat cahaya
dengan panjang gelombang tertentu disinarkan pada suatu sampel,
kompleks antigen/antibodi akan berfluoresensi sehingga jumlah
antigen pada sampel dapat disimpulkan berdasarkan besarnya
fluoresensi.
Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan
spesifitas untuk antigen tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang
tidak diketahui diimobilisasi pada suatu permukaan solid (biasanya
berupa lempeng microtiter polistirene), baik yang non-spesifik
(melalui penyerapan pada permukaan) atau spesifik (melalui
penangkapan oleh
antibodi lain yang spesifik untuk antigen yang sama, disebut
‘sandwich’ ELISA). Setelah antigen diimobilisasi, antibody pendeteksi
ditambahkan, membentuk kompleks dengan antigen. Antibodi
pendeteksi dapat berikatan juga dengan enzim, atau dapat dideteksi
secara langsung oleh antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim
melalui biokonjugasi. Di antara tiap tahap, plate harus dicuci dengan
larutan deterjen lembut untuk membuang kelebihan protein atau
antibodi yang tidak terikat. Setelah tahap pencucian terakhir, dalam
plate ditambahkan substrat enzimatik untuk memproduksi sinyal yang
visibel, yang menunjukkan kuantitas antigen dalam sampel. Teknik
ELISA yang lama menggunakan substrat kromogenik, meskipun
metode-metode terbaru mengembangkan substrat fluorogenik yang
jauh lebih sensitif.
Melakukan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan
kekhususan untuk antigen tertentu.Sampel dengan jumlah yang tidak
diketahui dari antigen diimobilisasi pada dukungan yang solid
(biasanya piring polystyrene microtiter, melihat secara detail di bagian
perangkat ELISA ) baik non-spesifik (melalui adsorpsi ke permukaan)
atau secara khusus (melalui penangkapan oleh antibodi lain spesifik
terhadap antigen yang sama, dalam "sandwich" ELISA ). Setelah
antigen diimobilisasi, antibodi deteksi ditambahkan, membentuk
kompleks dengan antigen. Deteksi antibodi dapat kovalen dihubungkan
dengan enzim, atau sendiri bisa dideteksi dengan antibodi sekunder
yang terkait dengan enzim melalui bioconjugation. Bagian inkubasi
antibodi ELISA mirip dengan yang dari western blot. Antara setiap
langkah, piring biasanya dicuci dengan larutan deterjen ringan untuk
menghilangkan protein atau antibodi yang tidak secara khusus terikat.
Setelah akhir langkah mencuci, piring dikembangkan dengan
menambahkan substrat enzimatik untuk menghasilkan sinyal terlihat,
yang menunjukkan kuantitas antigen dalam sampel.
b) Prinsip Kerja ELISA
Prinsip dasar dari teknik ELISA ini secara simple dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan
pada suatu permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu penempelan secara non
spesifik dengan adsorbs ke permukaan microtiter, dan penempelan
secara spesifik dengan menggunakan antibody atau antigen lain yang
bersifat spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji (cara ini
digunakan pada teknik ELISA sandwich).
Selanjutnya antibodi atau antigen spesifik yang telah ditautkan
dengan suatu enzim signal (disesuaikan dengan sampel => bila sampel
berupa antigen, maka digunakan antibodi spesifik , sedangkan bila
sampel berupa antibodi, maka digunakan antigen spesifik)
dicampurkan ke atas permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi
interaksi antara antibodi dengan antigen yang bersesuaian. Kemudian
ke atas permukaan tersebut dicampurkan suatau substrat yang dapat
bereaksi dengan enzim signal. Pada saat substrat tersebut dicampurkan
ke permukaan, enzim yang bertaut dengan antibodi atau antigen
spesifik yang berinteraksi dengan antibodi atau antigen sampel akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu signal yang dapat
dideteksi. Pada ELISA flourescense misalnya, enzim yang tertaut
dengan antibodi atau antigen spesifik akan bereaksi dengan substrat
dan menimbulkan signal yang berupa pendaran flourescense.
Sebagian besar metode ELISA dikembangkan untuk deteksi
antigen atau antibodi terdiri dari antibodi atau antigen yang cocok
dengan yang dicari, yang kemudian dibentuk dalam fase solid, seperti
permukaan plastik dari plat polivinil atau tube polistirene, di dalamnya
sumuran yang dalam dari microdilution (cairan sejumlah mikro) atau
di bagian luar dari plastik sferis atau bead (mirip seperti kelereng kecil)
yang terbuat dari logam. Sistem tersebut dinamakan Solid Phase
Immonusrbent Assay.
c) Jenis dan bagian-bagian alat ELISA
 Pelat Fase-ELISA yang Solid

Piring 96-baik ELISA kebanyakan pelat yang digunakan


dalam ELISA adalah polystyrene atau turunan dari polistiren yang
diperoleh dengan modifikasi kimia atau radiasi permukaan.
Konfigurasi yang paling umum adalah 96 sumur yang disusun
menjadi 8 baris dan 12 kolom. Setiap sumur memiliki kira-kira 350
ul volume dengan area internal sekitar 2,5 cm 2. Baru-baru ini, 384
sumur dan 1536 pelat sumur telah dikembangkan dengan dimensi
keseluruhan yang sama seperti pelat 96 piring tradisional. Mereka
digunakan dalam penyaringan throughput yang tinggi. Selain itu,
96 piring sumur dengan sumur setengah volume sumur tradisional
tersedia.
Pengujian dilakukan di sumur setengah volume identik dalam
kinerja dengan ukuran tradisional, tetapi mampu menghemat
banyak dalam reagen. Inovasi lain baru-baru ini adalah
mengkonfigurasi sumur sehingga area di mana bagian bawah
bertemu sisi sumur dibulatkan bukan pada sudut 90 derajat. Ini
telah dilaporkan untuk mendapatkan pencucian sumur yang lebih
baik. Namun alternatif lain adalah menambahkan sirip ke bagian
dalam sumur untuk menambahkan lebih banyak area permukaan
untuk adsorpsi. Selain piring yang tidak dilapisi, ada berbagai
modifikasi yang meninggalkan gugus amina atau reaktif seperti
kelompok maleimide, hidrazin atau N-oxysuccinimide pada
permukaan yang dapat digunakan untuk hubungan protein kovalen.

 ELISA Pipet

 Pipet multichannel dan pipet single-channel


 Single-channel, fixed-volume dan volume-disesuaikan (1–20
μL, 10–100 μL, 20–200 μL, dll.)
 Multichannel, 8- dan 12-channel
 Unit pengeluaran otomatis semi-otomatis
 Sistem sepenuhnya otomatis yang dapat memproses beberapa
lempeng
 Sistem Washer

 Sistem pencucian semi-otomatis


 Sistem manual yang mencuci satu baris atau kolom sekaligus
 Sistem semi-otomatis yang menangani satu strip atau pelat
pada satu waktu
 Sistem sepenuhnya otomatis yang dapat memproses beberapa
lempeng

 Pembaca Lempeng ELISA

 Pembaca lempeng otomatis


 Pembaca manual yang membaca satu baris atau sekaligus pada
satu waktu
 Pembaca semi-otomatis yang membaca satu piring sekaligus
 Sistem sepenuhnya otomatis yang dapat memproses beberapa
lempeng secara bersamaan
 Contoh bagian-bagian alat ELISA jenis Mini Vidas:
Alat mini vidas adalah salah satu alat yang digunakan untuk
pemeriksaan imunologi. Prinsip alat ini merupakan modifikasi dari
prinsip ELISA yang pembacaannya berdasarkan fluoresensi.

Komponen-komponen mini vidas:

 Tombol on/off
 Tray
Berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan strip yang berisi
sampel dan reagen.
 Display (Layar)
Berfungsi sebagai tempat untuk menampilkan program pada
alat.
 Printer
 Inkubator
Berfungsi untuk proses inkubasi pada pemeriksaan, agar reaksi
lebih sempurna biasanya pada suhu 370C.

d) Prosedur Pengunaan Alat Elisa


Berikut ini adalah contoh langkah kerja beberapa macam teknik
ELISA, yaitu:
 Pendeteksian antibody dengan ELISA indirect:
a. Melapisi mikrotiter plate dengan antigen yang sudah
dimurnikan dengan membiarkan larutan berisi antigen
menempel pada dinding/ permukaan selama 30-60 menit.
b. Membilas antigen yang tidak terikat dengan buffer.
c. Melapisi sisi-sisi tertentuyang mungkin tidak spesifik
dilekati oleh antigen dengan protein yang tidak
berhubungan/ tidak spesifik (seperti larutan susu bubuk).
d. Membilas protein yang tidak melekat.
e. Menambahkan sampel serum yang akan dideteksi
antibodinya dan membiarkan antibody spesifik untuk
berikatan dengan antigen.
f. Membilas antibody yang tidak terikat.
g. Menambahkan anti-Ig yang akan berikatan pada daerah Fc
pada antibody yang spesifik (sebagai contoh, anti-rantai
gamma manusia yang berikatan dengan IgG manusia).
Daerah Fc pada anti-Ig akan berikatan secara kovalen
dengan enzim.
h. Membilas kompleks antibody-enzim yang tidak terikat.
i. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak
berwarna yang terikat ke enzim akan dikonversi menjadi
produk.
j. Inkubasi sampai muncul warna, dan
k. Ukur dengan spectrometer. Jka semakin pekat warna yang
dideteksi, maka makin besar kadar antibody spesifik dalam
sampel.
 Pendeteksian antigen dengan ELISA sandwich:
a. Melapisi mikrotiter plate dengan antibodi yang sudah
dimurnikandimurnikan dengan membiarkan larutan berisi
antigen menempel pada dinding/ permukaan selama 30-60
menit.
b. Membilas antibodi yang tidak terikat dengan buffer.
c. Melapisi sisi-sisi tertentuyang mungkin tidak spesifik dilekati
oleh antigen dengan protein yang tidak berhubungan/ tidak
spesifik (seperti larutan susu bubuk).
d. Membilas protein yang tidak melekat.
e. Menambahkan sampel yang akan dideteksi antigennya dan
membiarkan antibodi untuk berikatan dengan antigen spesifik
dari sampel.
f. Membilas antigen yang tidak terikat.
g. Menambahkan antibody yang telah terlabeli dengan enzim dan
bersifat spesifik untuk epitope yang berbeda pada antigen
sampel, sehingga terbentuk sandwich.
h. Membilas antibody-enzim yang tidak terikat.
i. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak
berwarna yang terikat ke enzim akan dikonversi menjadi
produk.
j. Inkubasi sampai muncul warna.
k. Ukur dengan spektrofotometer. Jika semakin pekat warna yang
terdeteki, maka makin besar kadarantigen spesifi dalam sampel.

e) Kelebihan dan Kekurangan Alat ELISA


Teknik ELISA ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
 Teknik pengerjaan relatif sederhana
 Relatif ekonomis (karena jenis a antibodi yang digunakan hanya
satu saja, sehingga menghemat biaya untuk membeli banyak jenis
antibodi)
 Hasil memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi.
 Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen walaupun
kadar antigen tersebut sangat rendah (hal ini disebabkan sifat
interaksi antara antibodi atau antigen yang bersifat sangat
spesifik)
 Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian.
Sedangkan kekurangan dari teknik ELISA antara lain :
 Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik
ELISA ini hanya jenis antibodi monoklonal (antibodi yang hanya
mengenali satu antigen).
 Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada antibodi
poliklonal, sehingga pengujian teknik ELISA ini membutuhkan
biaya yang relatif mahal.
 Pada beberapa macam teknik ELISA, dapat terjadi kesalahan
pengujian akibat kontrol negatif yang menunjukkan respons
positif yang disebabkan
 inefektivitas dari larutan blocking sehingga antibodi sekunder
atau antigen asing dapat berinteraksi dengan antibodi bertaut
enzim signal dan menimbulkan signal.
 Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif cepat,
sehingga pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada
perkembangannya, hal ini dapat diatasi dengan memberikan
larutan untuk menghentikan reaksi).

f) Kalibrasi dan Perawatan Alat Elisa


 Kalibrasi ELISA
a. Letakkan strip dan SPR pada Section yang dikehendaki (misal :
section A)
b. Pilih “STATUS SCREEN” pada menu utama.
c. Pilih section yang dikehendaki (misal : section A).
d. Pilih posisi A1 (dengan menekan angka 1 pada keypad).
e. Pilih S dan angka 1 pada keypad (S1untuk posisi A1), lalu
tekan enter. Pilih S dan angka 1 pada keypad (S1untuk posisi
A2), lalu tekan enter.
f. Pilih S dan angka 1 pada keypad (S1untuk posisi A3), apabila
kalibrasi
g. triplo, lalu tekan enter.
h. pilih C dan angka 1 pada keypad (C1 untuk posisi A4), lalu
tekan enter. pilih C dan angka 2 pada keypad (C2 untuk posisi
A5), lalu tekan enter.
i. Pilih sampel ID (pasien untuk posisi A6)
j. Masukkan sampel ID pasien tersebut (max 12 huruf / angka)
lalu tekan
k. enter.
l. Setelah selesai tekan start.
m. Alat tersebut akan mengkalibrasi sendiri.

 Perawatan ELISA
a. Pemeliharaan Harian:
 Matikan alat setelah selesai digunakan
 Bersihkan tray dari kotoran. atau debu
denganmenggunakan spondadu atau dengan tissue
b. Pemeliharaan 6 bulan :
 Lakukan kalibrasi pada alat secara keseluruhan seperti :
Lampu, proses pembacaannya.
2. ECLIA
a) Pengertian ECLIA (Electro Chemiluminescense Immunoassay)
ECLIA (Electro Chemiluminescense Immunoassay) adalah
metode untuk mendeteksi keberadaan antigen atau antibody dengan
memanfaatkan reaksi antara antigen dengan antibodi yang
menghasilkan suatu cahaya. Metode ini bergantung pada reaksi
biochemistry untuk mengukur konsentrasi suatu analit (zat/sampel
yang akan diperiksa).
Sesuai dengan namanya, Metode ini berfungsi untuk melakukan
pemeriksaan dalam bidang immunoserologi seperti antigen dan
antibodi. Metode ini sering digunakan untuk mendiagnostik suatu
penyakit yang berhubungan dengan sistem imun salah satunya seperti
yang sedang banyak dibicarakan adalah COVID-19. Covid-19
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-COV-
2 yang dapat menyerang sistem imun tubuh. Oleh karena itu selain
ELISA, metode ini juga dapat mendeteksi antibodi terhadap virus
SARS-COV-2.
Pemerikaaan semi kualitatif ini berguna untuk mengidentifikasi
individu dengan respon imun adaptif terhadap virus SARS-COV-2,
yang timbul akibat infeksi virus termasuk seseorang yang tidak
bergejala dan telah sembuh dari virus tersebut. Penting untum
dipahami, pemeriksaan ini tidak mendeteksi virus yang masuk, tetapi
mendeteksi antigen atau antibodi yang dibuat oleh sistem kekebalan
tubuh.
Electrochemiluminescence Immunoassay (ELCIA), merupakan
istilah yang mengacu pada teknik baru pengembangan immunoassay
yang menggunakan konsep electrochemiluminescence. Dalam konsep
electroluminescence, intermediet dihasilkan secara elektrokimia.
Perantara yang dihasilkan secara elektronik ini kemudian mencapai
keadaan tereksitasi dan menghasilkan emisi cahaya. Panjang
gelombang di mana cahaya dipancarkan sesuai dengan celah energi.
Chemiluminescence, dengan demikian, diproduksi karena satu
atau lebih reaktan diproduksi secara elektrokimia pada elektroda.
ECLIA adalah aplikasi analitik yang berguna dengan sensitivitas dan
spesifisitas tinggi. Ini terutama digunakan dalam mengidentifikasi
protein yang terkait dengan kondisi patologis dan medis yang berbeda.
Keunggulan utamanya meliputi rentang dinamis yang lebih luas,
keserbagunaan, kontrol spasial dan temporal dengan menerapkan
potensial elektroda, sensitivitas tinggi hingga rentang picomolar.

b) Prinsip Kerja ECLIA


Cahaya yang dihasilkan merupakan hasil dari reaksi kimia yang
distimulasi oleh molekul bermuatan listrik. Berbeda dengan ELISA,
ECLIA menggunakan komplek ruthenium sebagai label dan
tripropylamine (TPA) sebagai pendonor elektron pada ruthenium.
Reaksi chemiluminescence untuk mendeteksi kompleks.
Pada metode ECLIA mengunakan prinsip sandwich dan
kompetitif prinsip kompetitif dipakai untuk menganalisis substrat yang
mempunyai berat molekul yang kecil seperti estradiol dan progesteron.
prinsip sandwich digunakan untuk substrat dengan berat molekul yang
besar seperti prolaktin, LH, dan testosteron.
a. Competitive principle (FT3)
 Sampel dan anti-T3 Ab berlabel khusus dengan rutenium
kompleks Biotinylated-T3 dan microbead magnetik yang
dilapisi streptavidin ditambahkan => membentuk cmplx
antibodi-hapten => seluruh cmplx terikat pada mikrobead
melalui rx dari biotin dan streptavidin.
 Campuran Rx yang mengandung komplek imun yang
diangkut untuk mengukur sel => cmplx kekebalan tersebut
secara magnetis ditangkap pada elektroda => reagen tak
terikat + sampel yang dihanyutkan oleh Procell.
 Reaksi ECL terjadi ketika dirangsang secara elektrik, dan
cahaya yang dihasilkan secara tidak langsung proporsional
dengan [Ag] dalam pt.sampel.
b. Sandwich Principle (HBsAg)
 Pt. sampel ditambahkan reagen yang mengandung
antibody anti-HBsAg biotinylated dan campuran
monoclonal/ poliklonal anti-HBsAg yang berlabel
ruthenium kompleks.
 Mikropartikel yang dilapisi streptavidin ditambahkan
ikatan kompleks melalui interaksi biotin dan streptavidin.
 Campuran rx disedot ke dalam mengukur sel
mikropartikel yang secara magnetis terikat pada
permukaan elektroda dan pereaksi yang tidak terikat
dicuci bersih oleh ProCell.
 Aplikasi tegangan ke elektroda menstimulasi emisi cahaya
kemudian intensitas cahaya yang dipancarkan diukur oleh
photomultiplier. Cahaya yang dipancarkan berbanding
lurus dengan jumlah HBsAg dalam sampel.
c. Bridging Principle (IgG/IgM)
Mirip dengan prinsip sandwich kecuali uji yang dirancang untuk
mendeteksi antibodi, bukan antigen. Ini dicapai dengan
memasukkan antigen yang diberi biotinylated dan ruthenium-
label dalam reagen yang Ab memiliki afinitas.

c) Jenis dan bagian-bagian alat ECLIA


1. Jenis-Jenis ECLIA
Adapun ECLIA ada 2 jenis, yaitu :
 ECLIA Sandwich
ECLIA sandwich digunakan untuk menganalisis analit dengan
berat molekul yang besar seperti prolaktin, LH, dan testosteron.
 ECLIA Kompetitif
ECLIA kompetitif dipakaiuntuk menganalisis analit
yang mempunyai berat molekul kecil seperti estradiol dan
progesterone.

2. Bagian-bagian ECLIA
 Microtube, yang berperan sebagai tempat pembentukkan
kompleks imun,
 Measuring Flowcell dan buffrer ProCell yang berperan dalam
taham imobilisasi.
 Photomultiper, berfungsi sebagai pengukur sinyal.

d) Cara Pemeriksaan Dengan Metode ECLIA


Berdasarkan tesis berjudul “Kadar β-Cross Links Telopeptide Pada
Wanita Postmenopause Dengan Osteoporosis atau Osteopoeni”.
1. Sampel diambil dari wanita postmenopause umur >55 tahun
(minimal 5 tahun sudah menopause), dengan osteopenia atau
osteoporosis setelah pemeriksaan Quantitative Ultrasound (QUS),
dan wanita pramenopause umur 45-50 tahun tanpa osteopenia atau
osteoporosis setelah pemeriksaan QUS.
2. Pemeriksaan kadar β-CTx darah vena yang sebelumnya sudah
puasa selama 12 jam. Darah diambil sebanyak 5 cc dari vena
mediana cubiti, kemudian dimasukkan dalam tabung tanpa
antikoagulan. Diamkan selama lebih kurang 30 menit lalu
disentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit. Simpan dalam
freezer -30℃ sampai waktunya diperiksa.
3. Sampel beku dicairkan dalam suhu ruang. Reagensia, kaliblator,
dan control juga dibuat menjadi suhu ruang (20-25℃), dan buat
menjadi larutan.
4. Reagensia diletakkan pada disk reagensia, kaliblator pada disk
sampel, dan lakukan kalibrasi reagen.
5. Letakkan control dan sampel pada disk sampel, dan lakukan
pemeriksaan. Pemeriksaan ECLIA memiliki tahap :
 Inkubasi pertama (pembentukan kompleks imun), dimana
antigen dari sampel (50 µL), antibodi biotinilasi poliklonal
spesifik β-CrossLaps dan antibody monoclonal spesifik β-
CrossLaps membentuk kompleks sandwich.
 Inkubasi kedua (interaksi Biotin-Streptavidin), yaitu setelah
penambahan mikropartikel yang dilapisi oleh streptavidin
terjadi kompleks antigen antibody melalui interaksi biotin
dan sterptavadin.
 (Imobilisasi) gabungan reaksi ini diaspirasikan ke dalam sel
pengukur elektrokomia dimana sumbstansi yang tidak terikat
dicuci dan mudian dipindahkan oleh buffer procell.
Sedangkan

 kompleks imun yang terbentuk ditangkap secara magnetis.
Aplikasi dari voltase ke elektroda kemudian menginduksi
emisi cahaya chemiluminesncent yang diukur dengan
photomultiplier.
 Hasil ditentukan melalui kurva kalibrasi yang digenerasikan
secara spesifik dengan instrument dengan cara kalibrasi 2
titik terhadap kurva master yang tersedia melalui barcode
reagensia.
 Jumlah cahaya yang dihasilkan berbanding lurus dengan
kadar analit sampel.

e) Kelebihan dan Kekurangan ECLIA


Kelebihan ECLIA yaitu :
1. ECLIA memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi sehingga dapat
mendeteksi sampel konsentrasi rendah seperti mendeteksi HCG
hingga konsentrasi 2.35 pg/mll.
2. Memiliki rentang deteksi yang luas sehingga dapat mendeteksi
analit yang konsentrasinya sangat bervariasi tiap tahapnya.
3. ECLIA tidak membutuhkan waktu inkubasi yang lama, tidak
memerlukan stop solution, dan tidak ada bahaya radioaktif.
Sedangkan Kekurangan ECLIA yaitu :
1. ECLIA yaitu biaya pengerjaan dan reagennya yang cukup mahal.

f) Kalibrasi dan Perawatan ECLIA


1. Kalibrasi ECLIA
Kalibrasi pemeriksaan β-CrossLaps pada alat cobas e 601
analyzers menggunakan caslet Elecsys β-CTx Cat. No 11776576.
Prinsip kalibrasi adalah mengukur 2 kalibrator dan analyzer akan
mencocokan dengan kurva master. Kurva master dibuat oleh pabrik
Roche Diagnostik sewaktu memproduksi reagen.
2. Perawatan ECLIA
 Bersihkan simple probes dengan air deionisasi, bersihkan
dengan mengusap ke arah bawah menggunakan kain kasa.
 Reagen probes dan pre-wash super probe dibersihkan dengan
alcohol dan dilanjutkan dengan air deionisasi, dengan
mengusap kain kasa yang telah diberi cairan pembersih kea rah
bawah pada alat.
G. Simpulan

Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA) merupakan


pemeriksaan antigen atau antibodi menggunakan prinsip reaksi antigen dan
antibodi yang bersifat spesifik. Pemeriksaan anti HBS dengan alat ELISA
metode sandwich menggunakan sampel serum atau plasma. Pemeriksaan anti-
HBs digunakan untuk menentukan antibodi terhadap antigen virus hepatitis B
(Anti HBs) secara in vitro kuantitatif dalam serum manusia atau plasma dengan
tujuan klinis atau untuk menilai antibodi terhadap HBsAg setelah dilakukan
vaksinasi. ELISA memiliki 4 jenis, yaitu ELISA tidak langsung, ELISA
langsung, ELISA sandwich, dan ELISA kompetitif.
ECLIA adalah pemeriksaan serologi atau imunoserologi dengan sampel
darah (plasma atau serum) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
apakah individu tersebut telah terpapar patogen tertentu dengan melihat
respons kekebalan tubuhnya. ECLIA memiliki dua jenis, yaitu ECLIA
sandwich dan ECLIA kompetitif.

H. Daftar Pustaka
Marliana, Nina dan Retno Martini Widhyasih. 2018. Imunoserologi. Jakarta
Selatan: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Morawati, Soufni. 2009. Kadar β-Cross Links Telopeptide Pada Wanita
Postmenopause Dengan Osteoporosis atau Osteopoeni.
Naully, Patricia Gita. 2018. Panduan Analisis Laboratorium Imunoserologi
untuk D3 Teknologi Laboratorium Medis.
Brahmana K. 1981. Immunologi, Serologi dan Tata Kerja Laboratorium. Medan.

Putriani, Tanry. 2015. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)


(Online) Melalui:http://yazhidbazhar.blogspot.com/2015/09/elisa-
enzyme- linked immunosorbent-assay.html

Anda mungkin juga menyukai