Anda di halaman 1dari 16

CABAI (Anonim1, 2011)

Capsicum annum L.

Nama umum (Anonim1, 2011)


Indonesia: Cabai, cabe merah, lombok gede (Jawa), cabe (Sunda),
Inggris: chili pepper
Pilipina: Siling Haba
Cina: la jiao

Cabai

Klasifikasi (Anonim1, 2011)


Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus: Capsicum
Spesies: Capsicum annum L.

Kerabat Dekat (Anonim1, 2011)


Paprika, Cabai Rawit

ELISA (Anonim2, 2011)


Enzim-linked immunosorbent assay (ELISA) atau dalam bahasa indonesianya
disebut sebagai uji penentuan kadar imunosorben taut-enzim,merupakan teknik
pengujian serologi yang didasarkan pada prinsip interaksi antara antibodi dan antigen.
Pada awalnya, teknik ELISA hanya digunakan dalam bidang imunologi untuk
mendeteksi keberadaan antigen maupun antibodi dalam suatu sampel seperti dalam
pendeteksian antibodi IgM, IgG, & IgA pada saat terjadi infeksi (pada tubuh manusia
khususnya). Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik ELISA
juga diaplikasikan dalam bidang patologi tumbuhan, kedokteran, dll.

Sejarah Penemuan dan Prinsip Dasar Teknik ELISA


Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann
dan Eva Engvall. Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam bidang imunologi
(ELISA konvensional) untuk menganalisis interaksi antara antigen dan antibodi di
dalam suatu sampel, dimana interaksi tersebut ditandai dengan menggunakan suatu
enzim yang berfungsi sebagai pelapor/ reporter/ signal.
Prinsip dasar dari teknik ELISA ini secara simpel dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu
permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu secara penempelan secara non spesifik dengan adsorbsi ke permukaan
microtiter, dan penempelan secara spesifik dengan menggunakan antibodi atau antigen
lain yang bersifat spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji (cara ini digunakan
pada teknik ELISA sandwich). Selanjutnya antibodi atau antigen spesifik yang telah
ditautkan dengan suatu enzim signal (disesuaikan dengan sampel=> bila sampel berupa
antigen, maka digunakan antibodi spesifik; sedangkan bila sampel berupa antibodi,
maka digunakan antigen spesifik) dicampurkan ke atas permukaan tersebut, sehingga
dapat terjadi interaksi antara antibodi dengan antigen yang bersesuaian. Kemudian ke
atas permukaan tersebut dicampurkan suatu substrat yang dapat bereaksi dengan enzim
signal. Pada saat substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut
dengan antibodi atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan antibodi atau antigen
sampel akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu signal yang dapat
dideteksi. Pada ELISA flourescense misalnya, enzim yang tertaut dengan antibodi atau

antigen spesifik akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang berupa
pendaran flourescense.
Dalam perkembangan selanjutnya, selain digunakan sebagai uji kualitatif untuk
mengetahui keberadaan suatu antibodi atau antigen dengan menggunakan antibodi atau
antigen spesifik, teknik ELISA juga dapat diaplikasikan dalam uji kuantitatif untuk
mengukur kadar antibodi atau antigen yang diuji dengan menggunakan alat bantu
berupa spektrofotometer atau dengan cara menentukan jumlah penambahan atau kadar
antibodi atau antigen, sehingga dapat dibuat suatu kurva standar dan kadar antigen atau
antibodi yang tidak diketahui dapat ditentukan.
II. Kelebihan & Kekurangan Teknik ELISA
Teknik ELISA ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
• Teknik pengerjaan relatif sederhana.
• Relatif ekonomis (karena jenis antibodi yang digunakan hanya satu saja,sehingga
menghemat biaya untuk membeli banyak jenis antibodi)
• Hasil memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi.
• Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen walaupun kadar antigen
tersebut sangat rendah (hal ini disebabkan sifat interaksi antara antibodi
dan antigen yang bersifat sangat spesifik)
• Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian.
Sedangkan kekurangan dari teknik ELISA antara lain:
• Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik ELISA ini hanya
jenis antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali satu antigen)
• Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada antibody poliklonal,
sehingga pengujian teknik ELISA ini membutuhkan biaya yang relatif cukup mahal.
• Pada beberapa macam teknik ELISA, dapat terjadi kesalahan pengujian akibat
kontrol negatif yang menunjukkan respons positif yang disebabkan inefektivitas dari
larutan blocking sehingga antibodi sekunder atau antigen asing dapat berinteraksi
dengan antibodi bertaut enzim signal dan menimbulkan signal.
• Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif cepat, sehingga
pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada perkembangannya, hal ini dapat diatasi
dengan memberikan larutan untuk menghentikan reaksi).
III. Alat & Bahan Yang Digunakan
Alat paling utama yang digunakan dalam teknik ELISA adalah microtiter.
Microtiter ini berupa suatu papan plastik dengan cekungan sebanyak 96 buah (8
cekungan ke arah bawah dan 12 cekungan ke samping). Microtiter ini terbuat dari
bahan polistirena. Cekungan dari microtiter memiliki tinggi sekitar 1 cm dan
diameter 0,7 cm. Berikut ini adalah gambarnya:

Selain itu, alat dan bahan lain yang umum digunakan dalam teknik ELISA antara
lain:
 Antigen yang dimurnikan (jika sampel yang hendak dideteksi atau dikuantifikasi
berupa antibodi).
 Antibodi yang dimurnikan (jika sampel yang hendak dideteksi atau dikuantifikasi
berupa antigen).
 Larutan standard (kontrol positif dan negatif).
 Sampel yang ingin dites.
 Cairan pencuci (buffer).
 Antibodi atau antigen yang tertaut dengan enzim signal
 Substrat yang bersifat spesifik terhadap enzim signal
 ELISA reader (spektrofotometer) untuk pengukuran kuantitatif.
IV.Macam-Macam Teknik ELISA
Secara umum, teknik ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teknik ELISA
kompetitif yang menggunakan konjugat antigen-enzim atau konjugat antibodi-enzim,
dan teknik ELISA nonkompetitif yang menggunakan dua antibody (primer dan
sekunder). Pada teknik ELISA nonkompetitif, antibodi kedua (sekunder) akan
dikonjugasikan dengan enzim yang berfungsi sebagai signal. Teknik ELISA
nonkompetitif ini seringkali disebut sebagai teknik ELISA sandwich. Dewasa ini,
teknik ELISA telah berkembang menjadi berbagai macam jenis teknik. Perkembangan
ini didasari pada tujuan dari dilakukannya uji dengan teknik ELISA tersebut sehingga
dapat diperoleh hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa macam teknik ELISA
yang relatif sering digunakan, antara lain:
ELISA Direct

Teknik ELISA ini merupakan teknik ELISA yang paling sederhana.Teknik ini
seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen pada sampel.
ELISA direct menggunakan suatu antibodi spesifik (monoklonal)untuk mendeteksi
keberadaan antigen yang diinginkan pada sampel yang diuji. Pada ELISA direct,
pertama microtiter diisi dengan sampel yang mengandung antigen yang diinginkan,
sehingga antigen tersebut dapat menempel pada bagian dinding-dinding lubang
microtiter, kemudian microtiter dibilas untuk membuang antigen yang tidak menempel
pada dinding lubang microtiter. Lalu antibodi yang telah ditautkan dengan enzim signal
dimasukkan ke dalam lubang-lubang microtiter sehingga antibodi dapat berinteraksi
dengan antigen yang diinginkan, yang dilanjutkan dengan membilas microtiter untuk
membuang antibodi tertaut enzim signal yang tidak berinteraksi dengan antigen. Lalu,
ke dalam lubang-lubang microtiter tersebut ditambahkan substrat yang dapat bereaksi

dengan enzim signal, sehingga enzim yang tertaut dengan antibodi yang telah
berinteraksi dengan antigen yang diinginkan akan bereaksi dengan substrat dan
menimbulkan signal yang dapat dideteksi. Pendeteksian interaksi antara antibody
dengan antigen tersebut selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan kolorimetri,
chemiluminescent, atau fluorescent end-point.

ELISA direct memiliki beberapa kelemahan, antara lain:


 Immunoreaktivitas antibodi kemungkinan akan berkurang akibat bertaut dengan
enzim.
 Penautan enzim signal ke setiap antibodi menghabiskan waktu dan mahal.
 Tidak memiliki fleksibilitas dalam pemilihan tautan enzim (label) dari antibodi
pada percobaan yang berbeda.
 Amplifikasi signal hanya sedikit.
 Larutan yang mengandung antigen yang diinginkan harus dimurnikan sebelum
digunakan untuk uji ELISA direct.
Sedangkan kelebihan dari ELISA direct antara lain:
 Metodologi yang cepat karena hanya menggunakan 1 jenis antibodi
 Kemungkinan terjadinya kegagalan dalam uji ELISA akibat reaksi silang dengan
antibodi lain (antibodi sekunder) dapat diminimalisasi.

ELISA Indirect
Teknik ELISA indirect ini pada dasarnya juga merupakan teknik ELISA yang
paling sederhana, hanya saja dalam teknik ELISA indirect yang dideteksi dan diukur
konsentrasinya merupakan antibodi. ELISA indirect menggunakan suatu antigen
spesifik (monoklonal) serta antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal untuk
mendeteksi keberadaan antibodi yang diinginkan pada sampel yang diuji.
Pada ELISA indirect, pertama microtiter diisi dengan larutan yang mengandung
antigen spesifik, sehingga antigen spesifik tersebut dapat menempel pada bagian
dinding lubang microtiter. Selanjutnya microtiter dibilas untuk membuang antigen yang
tidak menempel pada dinding lubang microtiter. Kemudian larutan sampel yang
mengandung antibodi yang diinginkan dimasukkan ke dalam lubang-lubang microtiter,
sehingga terjadi interaksi antara antigen spesifik dengan antibodi yang diinginkan.
Selanjutnya, microtiter kembali dibilas untuk membuang antibody yang tidak
berinteraksi dengan antigen spesifik. Lalu, ke dalam lubang microtiter dimasukkan
larutan yang berisi antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal, sehingga pada
lubang microtiter tersebut terjadi interaksi antara antibodi yang diinginkan dengan
antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal. Selanjutnya microtiter dibilas lagi untuk
membuang antibodi sekunder tertaut enzim signal yang tidak berinteraksi dengan
antibodi spesifik. Kemudian pada tahap akhir ELISA indirect, ditambahkan substrat
yang dapat bereaksi dengan enzim signal, lalu enzim yang tertaut dengan antibodi
sekunder spesifik yang telah berinteraksi dengan antibodi yang diinginkan akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi.
ELISA indirect memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
 Membutuhkan waktu pengujian yang relatif lebih lama daripada ELISA
direct karena pada ELISA indirect membutuhkan 2 kali waktu inkubasi
yaitu pada saat terjadi interaksi antara antigen spesifik dengan antibodi
yang diinginkan dan antara antibodi yang diinginkan dengan antibodi
sekunder tertaut enzim signal, sedangkan pada ELISA direct hanya
membutuhkan 1 kali waktu inkubasi yaitu pada saat terjadi interaksi
antara antigen yang diinginkan dengan antibodi spesifik tertaut enzim
signal.
Sedangkan kelebihan dari ELISA indirect antara lain:
 Terdapat berbagai macam variasi antibodi sekunder yang terjual secara komersial
di pasar.
 Immunoreaktivitas dari antibodi yang diinginkan (target) tidak terpengaruh oleh
penautan enzim signal ke antibodi sekunder karena penautan dilakukan pada
wadah berbeda.
 Tingkat sensitivitas meningkat karena setiap antibodi yang diinginkan memiliki
beberapa epitop yang bisa berinteraksi dengan antibody sekunder.

ELISA Sandwich

Teknik ELISA jenis ini menggunakan antibodi primer spesifik untuk menangkap
antigen yang diinginkan dan antibody sekunder tertaut enzim signal untuk mendeteksi
keberadaan antigen yang diinginkan. Pada dasarnya, prinsip kerja dari ELISA sandwich
mirip dengan ELISA direct, hanya saja pada ELISA sandwich, larutan antigen yang
diinginkan tidak perlu dipurifikasi. Namun, karena antigen yang diinginkan tersebut
harus dapat berinteraksi dengan antibodi primer spesifik dan antibodi sekunder spesifik
tertaut enzim signal, maka teknik ELISA sandwich ini cenderung dikhususkan pada
antigen memiliki minimal 2 sisi antigenic (sisi interaksi dengan antibodi) atau antigen
yang bersifat multivalent seperti polisakarida atau protein. Pada ELISA sandwich,
antibodi primer seringkali disebut sebagai antibodi penangkap, sedangkan antibodi
sekunder seringkali disebut sebagai antibodi deteksi.
Dalam pengaplikasiannya, ELISA sandwich lebih banyak dimanfaatkan untuk
mendeteksi keberadaan antigen multivalent yang kadarnya sangat rendah pada suatu
larutan dengan tingkat kontaminasi tinggi. Hal ini disebabkan ELISA sandwich
memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap antigen yang diinginkan akibat keharusan
dari antigen tersebut untuk berinteraksi dengan kedua antibodi. Pada ELISA sandwich,
pertama microtiter diisi dengan larutan yang mengandung antibodi penangkap, sehingga
antibodi penangkap tersebut dapat menempel pada bagian dinding lubang microtiter.
Selanjutnya microtiter dibilas untuk membuang antibodi penangkap yang tidak
menempel pada dinding lubang microtiter. Kemudian larutan sampel yang mengandung
antigen yang diinginkan dimasukkan ke dalam lubang-lubang microtiter, sehingga
terjadi interaksi antara antibodi penangkap dengan antigen yang diinginkan.
Selanjutnya, microtiter kembali dibilas untuk membuang antigen yang tidak berinteraksi
dengan antibody penangkap. Lalu, kedalam lubang microtiter dimasukkan larutan yang
berisi antibodi detektor, sehingga pada lubang microtiter tersebut terjadi interaksi antara
antigen yang diinginkan dengan antibodi detektor. Selanjutnya microtiter dibilas
lagi untuk membuang antibodi detektor yang tidak berinteraksi dengan antibody
spesifik. Kemudian pada tahap akhir ELISA indirect, ditambahkan substrat yang
dapat bereaksi dengan enzim signal, lalu enzim yang tertaut pada antibody detektor
yang telah berinteraksi dengan antigen yang diinginkan akan bereaksi dengan substrat
dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi.
Dalam ELISA sandwich, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
sensitivitas dari hasil pengujian, antara lain:
 Banyak molekul antibodi penangkap yang berhasil menempel pada dinding
lubang microtiter
 Afinitas dari antibodi penangkap dan antibodi detektor terhadap antigen
Sebenarnya, teknik ELISA sandwich ini merupakan pengembangan dari teknik
ELISA terdahulu, yaitu ELISA direct. Kelebihan teknik ELISA sandwich ini pada
dasarnya berada pada tingkat spesitifitasnya yang relatif lebih tinggi karena antigen
yang diinginkan harus dapat berinteraksi dengan 2 jenis antibodi, yaitu antibodi
penangkap dan antibodi detektor. Namun demikian, teknik ELISA sandwich ini juga
memiliki kelemahan, yaitu teknik ini hanya dapat diaplikasikan untuk mendeteksi
antigen yang bersifat multivalent serta sulitnya mencari dua jenis antibodi yang dapat
berinteraksi antigen yang sama pada sisi antigenic yang berbeda (epitopnya harus
berbeda).

ELISA Biotin Streptavidin (Jenis ELISA modern)


Pada perkembangan selanjutnya, teknik ELISA sandwich ini juga dikembangkan
untuk mendeteksi antibodi dengan tingkat sensitivitas relatif lebih tinggi. Teknik ini
dikenal sebagai teknik ELISA penangkap antibodi, dimana prinsip kerjanya sama
dengan ELISA sandwich, hanya saja yang digunakan pada teknik ini adalah antigen
penangkap dan antigen detektor (antigen bertaut enzim signal, bersifat optional apabila
antibodi yang diinginkan tidak tertaut dengan enzim signal).

Contoh dari aplikasi teknik ini adalah teknik ELISA untuk mendeteksi vitamin
biotin yang tertaut dengan suatu antibodi avidin dengan mengubah antibody avidin
menjadi antibody streptavidin, dimana satu molekul streptavidin dapat mengikat empat
molekul biotin (pengembangan dari ELISA indirect), sehingga signal yang
teramplifikasi menjadi semakin kuat akibat interaksi antara biotin dengan enzim yang
menjadi semakin banyak.

ELISA Kompetitif

Teknik ELISA jenis ini juga merupakan pengembangan dari teknik ELISA
terdahulu. Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menambahkan suatu kompetitor
ke dalam lubang microtiter. Teknik ELISA kompetitif ini dapat diaplikasikan untuk
mendeteksi keberadaan antigen maupun antibodi.
Pada pendeteksian antigen, pertama microtiter diisi antibodi spesifik yang dapat
berinteraksi dengan antigen yang diinginkan maupun antigen spesifik tertaut enzim
signal, sehingga antibodi spesifik tersebut dapat menempel pada bagian dinding-dinding
lubang microtiter, kemudian microtiter dibilas untuk membuang antibodi spesifik yang
tidak menempel pada dinding lubang microtiter. Lalu larutan yang mengandung antigen
spesifik yang telah ditautkan dengan enzim signal dan larutan sampel yang mengandung
antigen yang diinginkan dimasukkan ke dalam lubang-lubang microtiter sehingga terjadi
kompetisi antara antigen spesifik tertaut enzim signal dengan antigen yang diinginkan
untuk dapat berinteraksi dengan antibodi spesifik, yang dilanjutkan dengan membilas
microtiter untuk membuang antigen spesifik tertaut enzim signal atau antigen

yang tidak berinteraksi dengan antibodi spesifik. Lalu, kedalam lubang-lubang


microtiter tersebut ditambahkan substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal yang
tertaut pada antigen spesifik, sehingga enzim yang tertaut dengan antigen yang telah
berinteraksi dengan antibodi spesifik akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan
signal yang dapat dideteksi. Pada proses pendeteksian ini, pendeteksian positif ditandai
oleh tidak adanya signal yang ditimbulkan, yang berarti bahwa antigen yang diinginkan
telah menang berkompetisi dengan antigen spesifik tertaut enzim signal dan berinteraksi
dengan antibodi spesifik.
Sedangkan, pada pendeteksian antibodi, pertama microtiter diisi antigen spesifik
yang dapat berinteraksi dengan antibodi yang diinginkan maupun
antibodi spesifik tertaut enzim signal, sehingga antigen spesifik tersebut dapat
menempel pada bagian dinding-dinding lubang microtiter, kemudian microtiter dibilas
untuk membuang antigen spesifik yang tidak menempel pada dinding lubang microtiter.
Lalu larutan yang mengandung antibodi spesifik yang telah ditautkan dengan enzim
signal dan larutan sampel yang mengandung antibody yang diinginkan dimasukkan ke
dalam lubang-lubang microtiter, sehingga terjadi kompetisi antara antibodi spesifik
tertaut enzim signal dengan antibodi yang diinginkan untuk dapat berinteraksi dengan
antigen spesifik, yang dilanjutkan dengan membilas microtiter untuk membuang
antibodi spesifik tertaut enzim signal atau antibodi yang tidak berinteraksi dengan
antigen spesifik. Lalu, kedalam lubang-lubang microtiter tersebut ditambahkan substrat
yang dapat bereaksi dengan enzim signal yang tertaut pada antibodi spesifik, sehingga
enzim yang tertaut dengan antibodi yang telah berinteraksi dengan antigen spesifik akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi. Pada proses
pendeteksian ini, pendeteksian positif juga ditandai oleh tidak adanya signal yang
ditimbulkan, yang berarti bahwa antibodi yang diinginkan telah menang berkompetisi
dengan antibodi spesifik tertaut enzim signal dan berinteraksi dengan antigen spesifik.

Kelebihan dari teknik ELISA kompetitif ini adalah tidak diperlukannya


purifikasi terhadap larutan sampel yang mengandung antibodi atau antigen yang
diinginkan, tapi hasil yang diperoleh tetap memiliki tingkat sensitivitas tinggi
akibat sifat spesifisitas dari antibodi dan antigen.

ELISA Multiplex

Teknik ELISA merupakan pengembangan teknik ELISA yang ditujukan untuk


pengujian secara simultan, sedangkan prinsip dasarnya mirip dengan teknik ELISA
terdahulu.

V.Contoh Langkah Kerja Teknik ELISA


Berikut ini adalah contoh langkah kerja beberapa macam teknik ELISA,
yaitu:
Pendeteksian antibodi dengan ELISA indirect:
1. Melapisi mikrotiter plate dengan antigen yang sudah dimurnikan dengan
membiarkan larutan berisi antigen menempel pada dinding/ permukaan selama
30-60 menit.
2. Membilas antigen yang tidak terikat dengan buffer
3. Melapisi sisi-sisi tertentu yang mungkin tidak spesifik dilekati oleh antigen
dengan protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik (seperti larutan susu
bubuk),
4. Membilas protein yang tidak melekat.
5. Menambahkan sampel serum yang akan dideteksi antibodinya dan membiarkan
antibodi spesifik untuk berikatan dengan antigen.
6. Membilas antibodi yang tidak terikat.
7. Menambahkan anti-Ig yang akan berikatan pada daerah Fc pada antibody yang
spesifik (sebagai contoh, anti-rantai gamma manusia yang berikatan dengan IgG
manusia). Daerah Fc pada anti-Ig akan berikatan secara kovalen dengan enzim.
8. Membilas kompleks antibodi-enzim yang tidak terikat.
9. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak berwarna yang terikat
ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
10. Inkubasi sampai muncul warna dan
11. ukur dengan spektrofotometer. Jika semakin pekat warna yang terdeteksi, maka
makin besar kadar antibodi spesifik dalam sampel.
Pendeteksian antigen dengan ELISA sandwich:
1. Melapisi mikrotiter plate dengan antibodi yang sudah dimurnikan dengan
membiarkan larutan berisi antibodi menempel pada dinding/ permukaan selama
30-60 menit.
2. Membilas antibodi (yang tidak terikat) dengan buffer
3. Melapisi sisi-sisi tertentu yang mungkin tidak spesifik dilekati oleh antigen
dengan protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik (seperti larutan susu
bubuk),
4. Membilas protein yang tidak melekat.
5. Menambahkan sampel yang akan dideteksi antigennya dan membiarkan
antibody untuk berikatan dengan antigen spesifik dari simpel.
6. Membilas antigen yang tidak terikat.
7. Menambahkan antibody yang telah terlabeli dengan enzim dan bersifat spesifik
untuk epitop yang berbeda pada antigen sampel, sehingga terbentuk sandwich.
8. Membilas antibodi-enzim yang tidak terikat.
9. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak berwarna yang terikat
ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
10. Inkubasi sampai muncul warna.
11. Ukur dengan spektrofotometer. Jika semakin pekat warna yang terdeteksi, maka
makin besar kadar antigen spesifik dalam sampel.

Anonim1, 2011, CABAI Capsicum annum L, http://www.plantamor.com/index.php?plant=271,


diakses tanggal 4 Maret 2011
Anonim2, 2011, TUGAS TEKNIK ANALISA DNA - ENZIM-LINKED
IMMUNOSORBENT ASSAY, http://www.scribd.com/doc/39010855/ELISA, DIAKSES
TANGGAL 4 Maret 2011

Anda mungkin juga menyukai