Capsicum annum L.
Cabai
antigen spesifik akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang berupa
pendaran flourescense.
Dalam perkembangan selanjutnya, selain digunakan sebagai uji kualitatif untuk
mengetahui keberadaan suatu antibodi atau antigen dengan menggunakan antibodi atau
antigen spesifik, teknik ELISA juga dapat diaplikasikan dalam uji kuantitatif untuk
mengukur kadar antibodi atau antigen yang diuji dengan menggunakan alat bantu
berupa spektrofotometer atau dengan cara menentukan jumlah penambahan atau kadar
antibodi atau antigen, sehingga dapat dibuat suatu kurva standar dan kadar antigen atau
antibodi yang tidak diketahui dapat ditentukan.
II. Kelebihan & Kekurangan Teknik ELISA
Teknik ELISA ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
• Teknik pengerjaan relatif sederhana.
• Relatif ekonomis (karena jenis antibodi yang digunakan hanya satu saja,sehingga
menghemat biaya untuk membeli banyak jenis antibodi)
• Hasil memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi.
• Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen walaupun kadar antigen
tersebut sangat rendah (hal ini disebabkan sifat interaksi antara antibodi
dan antigen yang bersifat sangat spesifik)
• Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian.
Sedangkan kekurangan dari teknik ELISA antara lain:
• Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik ELISA ini hanya
jenis antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali satu antigen)
• Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada antibody poliklonal,
sehingga pengujian teknik ELISA ini membutuhkan biaya yang relatif cukup mahal.
• Pada beberapa macam teknik ELISA, dapat terjadi kesalahan pengujian akibat
kontrol negatif yang menunjukkan respons positif yang disebabkan inefektivitas dari
larutan blocking sehingga antibodi sekunder atau antigen asing dapat berinteraksi
dengan antibodi bertaut enzim signal dan menimbulkan signal.
• Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif cepat, sehingga
pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada perkembangannya, hal ini dapat diatasi
dengan memberikan larutan untuk menghentikan reaksi).
III. Alat & Bahan Yang Digunakan
Alat paling utama yang digunakan dalam teknik ELISA adalah microtiter.
Microtiter ini berupa suatu papan plastik dengan cekungan sebanyak 96 buah (8
cekungan ke arah bawah dan 12 cekungan ke samping). Microtiter ini terbuat dari
bahan polistirena. Cekungan dari microtiter memiliki tinggi sekitar 1 cm dan
diameter 0,7 cm. Berikut ini adalah gambarnya:
Selain itu, alat dan bahan lain yang umum digunakan dalam teknik ELISA antara
lain:
Antigen yang dimurnikan (jika sampel yang hendak dideteksi atau dikuantifikasi
berupa antibodi).
Antibodi yang dimurnikan (jika sampel yang hendak dideteksi atau dikuantifikasi
berupa antigen).
Larutan standard (kontrol positif dan negatif).
Sampel yang ingin dites.
Cairan pencuci (buffer).
Antibodi atau antigen yang tertaut dengan enzim signal
Substrat yang bersifat spesifik terhadap enzim signal
ELISA reader (spektrofotometer) untuk pengukuran kuantitatif.
IV.Macam-Macam Teknik ELISA
Secara umum, teknik ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teknik ELISA
kompetitif yang menggunakan konjugat antigen-enzim atau konjugat antibodi-enzim,
dan teknik ELISA nonkompetitif yang menggunakan dua antibody (primer dan
sekunder). Pada teknik ELISA nonkompetitif, antibodi kedua (sekunder) akan
dikonjugasikan dengan enzim yang berfungsi sebagai signal. Teknik ELISA
nonkompetitif ini seringkali disebut sebagai teknik ELISA sandwich. Dewasa ini,
teknik ELISA telah berkembang menjadi berbagai macam jenis teknik. Perkembangan
ini didasari pada tujuan dari dilakukannya uji dengan teknik ELISA tersebut sehingga
dapat diperoleh hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa macam teknik ELISA
yang relatif sering digunakan, antara lain:
ELISA Direct
Teknik ELISA ini merupakan teknik ELISA yang paling sederhana.Teknik ini
seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen pada sampel.
ELISA direct menggunakan suatu antibodi spesifik (monoklonal)untuk mendeteksi
keberadaan antigen yang diinginkan pada sampel yang diuji. Pada ELISA direct,
pertama microtiter diisi dengan sampel yang mengandung antigen yang diinginkan,
sehingga antigen tersebut dapat menempel pada bagian dinding-dinding lubang
microtiter, kemudian microtiter dibilas untuk membuang antigen yang tidak menempel
pada dinding lubang microtiter. Lalu antibodi yang telah ditautkan dengan enzim signal
dimasukkan ke dalam lubang-lubang microtiter sehingga antibodi dapat berinteraksi
dengan antigen yang diinginkan, yang dilanjutkan dengan membilas microtiter untuk
membuang antibodi tertaut enzim signal yang tidak berinteraksi dengan antigen. Lalu,
ke dalam lubang-lubang microtiter tersebut ditambahkan substrat yang dapat bereaksi
dengan enzim signal, sehingga enzim yang tertaut dengan antibodi yang telah
berinteraksi dengan antigen yang diinginkan akan bereaksi dengan substrat dan
menimbulkan signal yang dapat dideteksi. Pendeteksian interaksi antara antibody
dengan antigen tersebut selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan kolorimetri,
chemiluminescent, atau fluorescent end-point.
ELISA Indirect
Teknik ELISA indirect ini pada dasarnya juga merupakan teknik ELISA yang
paling sederhana, hanya saja dalam teknik ELISA indirect yang dideteksi dan diukur
konsentrasinya merupakan antibodi. ELISA indirect menggunakan suatu antigen
spesifik (monoklonal) serta antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal untuk
mendeteksi keberadaan antibodi yang diinginkan pada sampel yang diuji.
Pada ELISA indirect, pertama microtiter diisi dengan larutan yang mengandung
antigen spesifik, sehingga antigen spesifik tersebut dapat menempel pada bagian
dinding lubang microtiter. Selanjutnya microtiter dibilas untuk membuang antigen yang
tidak menempel pada dinding lubang microtiter. Kemudian larutan sampel yang
mengandung antibodi yang diinginkan dimasukkan ke dalam lubang-lubang microtiter,
sehingga terjadi interaksi antara antigen spesifik dengan antibodi yang diinginkan.
Selanjutnya, microtiter kembali dibilas untuk membuang antibody yang tidak
berinteraksi dengan antigen spesifik. Lalu, ke dalam lubang microtiter dimasukkan
larutan yang berisi antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal, sehingga pada
lubang microtiter tersebut terjadi interaksi antara antibodi yang diinginkan dengan
antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal. Selanjutnya microtiter dibilas lagi untuk
membuang antibodi sekunder tertaut enzim signal yang tidak berinteraksi dengan
antibodi spesifik. Kemudian pada tahap akhir ELISA indirect, ditambahkan substrat
yang dapat bereaksi dengan enzim signal, lalu enzim yang tertaut dengan antibodi
sekunder spesifik yang telah berinteraksi dengan antibodi yang diinginkan akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi.
ELISA indirect memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
Membutuhkan waktu pengujian yang relatif lebih lama daripada ELISA
direct karena pada ELISA indirect membutuhkan 2 kali waktu inkubasi
yaitu pada saat terjadi interaksi antara antigen spesifik dengan antibodi
yang diinginkan dan antara antibodi yang diinginkan dengan antibodi
sekunder tertaut enzim signal, sedangkan pada ELISA direct hanya
membutuhkan 1 kali waktu inkubasi yaitu pada saat terjadi interaksi
antara antigen yang diinginkan dengan antibodi spesifik tertaut enzim
signal.
Sedangkan kelebihan dari ELISA indirect antara lain:
Terdapat berbagai macam variasi antibodi sekunder yang terjual secara komersial
di pasar.
Immunoreaktivitas dari antibodi yang diinginkan (target) tidak terpengaruh oleh
penautan enzim signal ke antibodi sekunder karena penautan dilakukan pada
wadah berbeda.
Tingkat sensitivitas meningkat karena setiap antibodi yang diinginkan memiliki
beberapa epitop yang bisa berinteraksi dengan antibody sekunder.
ELISA Sandwich
Teknik ELISA jenis ini menggunakan antibodi primer spesifik untuk menangkap
antigen yang diinginkan dan antibody sekunder tertaut enzim signal untuk mendeteksi
keberadaan antigen yang diinginkan. Pada dasarnya, prinsip kerja dari ELISA sandwich
mirip dengan ELISA direct, hanya saja pada ELISA sandwich, larutan antigen yang
diinginkan tidak perlu dipurifikasi. Namun, karena antigen yang diinginkan tersebut
harus dapat berinteraksi dengan antibodi primer spesifik dan antibodi sekunder spesifik
tertaut enzim signal, maka teknik ELISA sandwich ini cenderung dikhususkan pada
antigen memiliki minimal 2 sisi antigenic (sisi interaksi dengan antibodi) atau antigen
yang bersifat multivalent seperti polisakarida atau protein. Pada ELISA sandwich,
antibodi primer seringkali disebut sebagai antibodi penangkap, sedangkan antibodi
sekunder seringkali disebut sebagai antibodi deteksi.
Dalam pengaplikasiannya, ELISA sandwich lebih banyak dimanfaatkan untuk
mendeteksi keberadaan antigen multivalent yang kadarnya sangat rendah pada suatu
larutan dengan tingkat kontaminasi tinggi. Hal ini disebabkan ELISA sandwich
memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap antigen yang diinginkan akibat keharusan
dari antigen tersebut untuk berinteraksi dengan kedua antibodi. Pada ELISA sandwich,
pertama microtiter diisi dengan larutan yang mengandung antibodi penangkap, sehingga
antibodi penangkap tersebut dapat menempel pada bagian dinding lubang microtiter.
Selanjutnya microtiter dibilas untuk membuang antibodi penangkap yang tidak
menempel pada dinding lubang microtiter. Kemudian larutan sampel yang mengandung
antigen yang diinginkan dimasukkan ke dalam lubang-lubang microtiter, sehingga
terjadi interaksi antara antibodi penangkap dengan antigen yang diinginkan.
Selanjutnya, microtiter kembali dibilas untuk membuang antigen yang tidak berinteraksi
dengan antibody penangkap. Lalu, kedalam lubang microtiter dimasukkan larutan yang
berisi antibodi detektor, sehingga pada lubang microtiter tersebut terjadi interaksi antara
antigen yang diinginkan dengan antibodi detektor. Selanjutnya microtiter dibilas
lagi untuk membuang antibodi detektor yang tidak berinteraksi dengan antibody
spesifik. Kemudian pada tahap akhir ELISA indirect, ditambahkan substrat yang
dapat bereaksi dengan enzim signal, lalu enzim yang tertaut pada antibody detektor
yang telah berinteraksi dengan antigen yang diinginkan akan bereaksi dengan substrat
dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi.
Dalam ELISA sandwich, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
sensitivitas dari hasil pengujian, antara lain:
Banyak molekul antibodi penangkap yang berhasil menempel pada dinding
lubang microtiter
Afinitas dari antibodi penangkap dan antibodi detektor terhadap antigen
Sebenarnya, teknik ELISA sandwich ini merupakan pengembangan dari teknik
ELISA terdahulu, yaitu ELISA direct. Kelebihan teknik ELISA sandwich ini pada
dasarnya berada pada tingkat spesitifitasnya yang relatif lebih tinggi karena antigen
yang diinginkan harus dapat berinteraksi dengan 2 jenis antibodi, yaitu antibodi
penangkap dan antibodi detektor. Namun demikian, teknik ELISA sandwich ini juga
memiliki kelemahan, yaitu teknik ini hanya dapat diaplikasikan untuk mendeteksi
antigen yang bersifat multivalent serta sulitnya mencari dua jenis antibodi yang dapat
berinteraksi antigen yang sama pada sisi antigenic yang berbeda (epitopnya harus
berbeda).
Contoh dari aplikasi teknik ini adalah teknik ELISA untuk mendeteksi vitamin
biotin yang tertaut dengan suatu antibodi avidin dengan mengubah antibody avidin
menjadi antibody streptavidin, dimana satu molekul streptavidin dapat mengikat empat
molekul biotin (pengembangan dari ELISA indirect), sehingga signal yang
teramplifikasi menjadi semakin kuat akibat interaksi antara biotin dengan enzim yang
menjadi semakin banyak.
ELISA Kompetitif
Teknik ELISA jenis ini juga merupakan pengembangan dari teknik ELISA
terdahulu. Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menambahkan suatu kompetitor
ke dalam lubang microtiter. Teknik ELISA kompetitif ini dapat diaplikasikan untuk
mendeteksi keberadaan antigen maupun antibodi.
Pada pendeteksian antigen, pertama microtiter diisi antibodi spesifik yang dapat
berinteraksi dengan antigen yang diinginkan maupun antigen spesifik tertaut enzim
signal, sehingga antibodi spesifik tersebut dapat menempel pada bagian dinding-dinding
lubang microtiter, kemudian microtiter dibilas untuk membuang antibodi spesifik yang
tidak menempel pada dinding lubang microtiter. Lalu larutan yang mengandung antigen
spesifik yang telah ditautkan dengan enzim signal dan larutan sampel yang mengandung
antigen yang diinginkan dimasukkan ke dalam lubang-lubang microtiter sehingga terjadi
kompetisi antara antigen spesifik tertaut enzim signal dengan antigen yang diinginkan
untuk dapat berinteraksi dengan antibodi spesifik, yang dilanjutkan dengan membilas
microtiter untuk membuang antigen spesifik tertaut enzim signal atau antigen
ELISA Multiplex