PRODI SARJANA
KEPERAWATAN DAN
PENDIDIKAAN PROFESI
NERS
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS MEDIKA
SUHERMAN
Jl. Raya Industri Pasir Gombong, Jababeka Kab.
Bekasi
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
Visi
KATA PENGANTA
DAFTAR ISI
Menurut Yosep (2010) Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran dan perasaan dan
pendapat dalam memberikan nasehat dimana terjadi antara dua orang atau lebih bekerjasama.
Komunikasi yang terjadi diantara perawat dan pasien merupakankomunikasi yang komplek dan
berlangsungintens jika dibandingkan dengan komunikasi antara pasien dengan petugas
kesehatanlainnya. Komunikasi yang terjadi diantaraperawat dan pasien tidak hanya
percakapanbiasa saja tapi merupakan suatu proses pendekatan yang terencana
untukmempelajari pasien (Potter &Perry, 2010).
Menurut Kelliat, dkk (2019) bahwa respon seseorang dengan skizofrenia diantaranya adalah
perilaku kekerasan, halusinasi, isolasi sosial, harga diri rendah, waham, dan lain sebagainya.
Waham itu sendiri merupakan keyakinan salah yangdidasarkan oleh kesimpulan yang
salahtentang realita eksternal dan dipertahankandengan kuat (Kelliat, 2019).
B. KOMPETENSI / TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum komunikasi terapeutik dengan pasien yang mengalami waham adalah untuk
membangun hubungan saling percaya dan empati antara perawat dan pasien, sehingga perawat
dapat membantu pasien dalam mengelola, memahami, dan mengurangi gejala waham yang
dialaminya. Komunikasi terapeutik bertujuan untuk memfasilitasi pemahaman yang mendalam
tentang waham pasien, serta memberikan dukungan emosional, informasi yang akurat, dan
strategi pengelolaan yang efektif. Melalui komunikasi terapeutik yang baik, diharapkan pasien
dapat merasa didengar, dipahami, dan terbantu dalam proses pemulihan dan pemahaman diri.
2. Tujuan khusus
1. Pemahaman tentang waham: Memahami secara mendalam tentang jenis dan karakteristik
waham yang dialami oleh pasien, termasuk faktor-faktor penyebab, mekanisme, dan
dampaknya pada kehidupan sehari-hari.
Menurut Yosep (2010) Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran dan perasaan dan
pendapat dalam memberikan nasehat dimana terjadi antara dua orang atau lebih bekerjasama.
Manusia memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat di
sekitarnya. Tentu saja komunikasi yang terjadi memerlukan alatnya, yaitu bahasa. Bahasa yang
digunakan dalam berkomunikasi tentu saja dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti tempat,
lawan bicara dan situasi saat pembicaraan terjadi. Salah satu contohnya adalah komunikasi
yang terjadi diantara perawat dan pasien di rumah sakit.
Berbagai macam masalah kehilangan dapat terjadi pada paska bencana, baik itu kehilangan
harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini merupakan stressor yang
menyebabkan stress pada mereka yang mengalaminya, bila stress ini berkepanjangan dapat
memicu masalah gangguan jiwa dan pasien mengalami waham.
1. Waham Kebesaran
Menyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau ketruasaan khusus diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh :
"Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho....."atau "Saya punya tambang
emas".
2. Waham Curiga
Menyakini Bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh :
"Saya tahu.....seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka iri
dengan kesuksesan saya".
3. Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh :
"Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari".
4. Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh:
"Saya sakit kanker". Setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-
tanda
kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5. Waham Nililistik
Menyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal, di ucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh:
"Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh".
11. Waham Berdosa adalah suatu keadaan dimana klien menunjukan keyakinan
dirinya sebagai orang yang berdosa, seseorang yang telah berbuat keji dan merusak
nama baik keluarganya, karena itu dia beranggapan kalua dirinya perlu mendapat
hukuman, tidak perlu mendapat pembelaan lagi, tidak bisa di maafkan llagi dan
lain-lain.
12. Waham Kemiskinan
Adalah suatu keadaan dimana klien berkeyakinan bahwa dia telah jatuh miskin dan
menganggap bahwa kemelaratan akan mengancam dirinya.
3. Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi terapeutik dengan pasien yang mengalami waham adalah untuk
membangun hubungan yang terapeutik, memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
waham yang dialami pasien, mengurangi kecemasan dan ketakutan pasien, serta membantu
pasien dalam mengelola dan mengurangi gejala-gejala wahamnya. Melalui komunikasi
yang terapeutik, tenaga medis dapat memfasilitasi penyampaian informasi yang akurat dan
memberikan dukungan emosional kepada pasien.
2. Pendekatan yang aman dan ramah: Mulailah dengan menciptakan iklim yang
aman dan nyaman bagi pasien. Sapa mereka dengan ramah, perkenalkan diri
Anda, dan berikan penegasan bahwa Anda adalah seseorang yang bersedia
mendengarkan dan membantu mereka.
3. Mendengarkan dengan penuh perhatian: Berikan perhatian penuh pada pasien
saat mereka berbicara. Hindari gangguan dan jangan memotong pembicaraan
mereka. Dengan mendengarkan secara aktif, Anda memperlihatkan empati dan
kepedulian pada apa yang sedang mereka alami.
6. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas: Ketika berkomunikasi dengan pasien
waham, gunakan bahasa yang mudah dipahami dan hindari penggunaan
kosakata atau frasa yang rumit. Pastikan pesan Anda disampaikan dengan jelas
dan tidak ambigu.
7. Berfokus pada perasaan dan fungsi: Alihkan perhatian dari konten waham yang
tidak realistis ke perasaan yang mendasarinya dan fungsi sehari-hari pasien.
Tanyakan bagaimana perasaan itu mempengaruhi kehidupan mereka dan apa
yang bisa Anda lakukan untuk membantu.
8. Jaga batasan dan keamanan: Tetapkan batasan yang jelas dalam hubungan
terapeutik. Pastikan bahwa pasien merasa aman dan tidak terancam. Bantu
pasien memahami batasan peran Anda sebagai terapis.
1. Fase 1 ORIENTASI
Perawat :"Assalamu'alaikum."
pasien :"Wa'alaikum Salam".
Perawat :Perkenalkan nama saya'ani' (nama samaran), saya perawat yang dinas pagi ini
di ruang Melati, saya dinas dari pukul 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat
abang hari ini, "Nama abang siapa".
Pasien :abang "Z".
Perawat :Senangnya di panggil apa?
Pasien :Terserah suster saja.
Perawat :Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yamh abang "Z" rasakan sekarang?.
Pasien :Boleh, kenapa dengan saya, saya tidak sakit karena setiap malam Malaikat
selalu turun menjaga saya tidur, saya kan seorang Nabi jadi kalian semua harus
mengikuti perintah saya.
Perawat :Berapa lama bang "W" mau kita berbincang-bincang, bagaimana kalau 15
menit?
Pasien :Ya, tapi jangan lewat dari 15 menit.
Perawat :Dimana enaknya kita berbincang-bincang bang? Bagaimana kalau di taman
tempat saya biasa duduk.
2. Fase 2 KERJA
Perawat :Saya mengerti bang "Z" merasa bahwa bang "Z" adalah Nabi tapi sulit bagi
saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua Nabi sudah tidak ada
lagi.
Pasien :Siapa bilang “ buktinya saya masih ada”
Perawat :Bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang, tampaknya bang
"Z" gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang bang "Z" rasakan?
Pasien :saya sudah tidak tahan lagi hidup di rumah ini. Saya takut nanti mereka semua
terllalu mengatur-atur saya .
Perawat :oo.. jadi abang “Z” merasa takut kalua nanti di atur – atur oleh orang lain yang
tidak bisa seenaknya mengatur abang, lalu menurut abang “Z” siapa yang
sering mengatur – atur abang ?.
Pasien :Ibu, adik dan kaka saya, merekalah yang serig megatu saya.
Perawat :jadi ibu, adik , dan kaka abang yang suka mengatur abang “z”.
Pasien :Ya.
Perawat :kalua abang sendiri inginya seperti apa?
Pasien :Saya ingin mempunyai kegiatan di luar rumah, supaya saya bisa keluar, karena
saya merasa muak dan bosan jika di rumah terus, dan merasa tidak suka karena
sering di atur atur oaleh mereka.
Perawat :o seperti itu ya abang, bagus abang sudah punya jadwal untuk diri sendiri cob
akita tuliskan rencana dan jadwal tersebut bang.
Pasien :misalnya dalam satu minggu ini saya ingin keluar 2 atau 3 kali untunk
memancing ikan di danau, dan ingin mencari kegiatan lainya.
Perawat :Wahh.. bagus sekali, jadi setiap minggunya abang ingin ada kegiatan di luar
rumah ya abang, karena bosan di rumah terus ya.?
Pasien :Ya, suster.
Perawat :bagaimana perasaan abang “Z” setelah berbincang – bincang dengan saya ?
Pasien : aya merasa lebih lega, dan semua yang saya pendam bisa saya utaraka , dan
semua keinginan saya sudah saya sampaikan juga sus.
Perawat : apa saja tadi yang telah kita bicarakan ?
Pasien :tentang keluarga saya yang sering mengatur – atur saya, dan masalah kegiatan
saya di luar rumah.
Perawat ;bagaimana kalua jasdwal ini abang mulai lakukan di minggi berikutnya, setuju
bang ?
Pasien :baiklah, susster saya akan tunggu suster, tapia pa yang akan kita bicarakan
sus?
Perawat :kita akan membicarakan tentang kemampua pa saja yang pernah abang miliki.
Pasien :baiklah sus saya menyetujuinya.
Perawat :baiklah kita akan bertemu di tempqat ini lagi ya di taman rs ini.
Pasien :baik sus
Perawat :baik abang terimakasih ya sudah mau berbincang – bincang dengan saya, saya
permisi dulu yaa asalamualaikum .
Pasien :waalaikumsalam
B. Berikut adalah contoh komunikasi antara perawat dan pasien yang mengalami waham
1. Tahap Orientasi:
Perawat : Selamat pagi, saya perawat Lisa. Bagaimana kabar Anda hari ini?
Pasien : Waham... saya merasa ada orang yang selalu menguntit saya.
Perawat : Saya mengerti bahwa Anda merasa khawatir dengan hal tersebut. Apakah
Anda ingin bercerita lebih lanjut tentang pengalaman yang Anda alami?
Pasien : Ya, saya melihat seseorang yang mengikuti saya di mana pun saya pergi.
2. Tahap Kerja:
Perawat : Terima kasih telah berbagi pengalaman Anda. Saya ingin membantu Anda
mengatasi perasaan ini. Apakah Anda pernah membicarakannya dengan orang
lain sebelumnya?
Pasien : Tidak, saya takut mereka tidak akan mempercayai saya.
Perawat : Saya mendengarkan Anda dan percaya pada pengalaman yang Anda alami.
Saya akan mencatat informasi yang Anda berikan agar kami dapat memahami
situasi Anda dengan lebih baik. Kami juga akan bekerja sama untuk mencari
solusi yang tepat.
3. Tahap Terminasi:
Perawat : Sudah beberapa sesi kita melalui proses ini dan saya melihat perkembangan
yang baik. Bagaimana perasaan Anda saat ini?
Pasien : Saya merasa lebih tenang dan yakin bahwa ini hanya waham semata.
Perawat : Itu sangat baik untuk didengar. Saya senang bahwa Anda merasa lebih baik.
Apakah Anda memiliki pertanyaan terakhir sebelum kita mengakhiri sesi hari
ini?
4. Tahap Dokumentasi:
Perawat : Saya akan mencatat perkembangan kita hari ini dalam catatan medis Anda.
Saya akan menuliskan bahwa Anda mengalami waham yang berkurang dan
merasa lebih tenang. Juga, bahwa Anda telah memperoleh pemahaman bahwa
hal ini hanyalah waham dan bukan sesuatu yang nyata. Apakah ada hal lain
yang ingin Anda sampaikan sebelum saya menutup catatan medis ini?
Pasien : Tidak ada, terima kasih atas bantuan Anda.
Perawat : Sama-sama. Jika ada yang perlu Anda bicarakan lagi, jangan ragu untuk
menghubungi kami. Semoga Anda terus merasa lebih baik. Sampai jumpa
lagi!’
F. ALOKASI WAKTU
Total waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Teknik komunikasi dengan pasien waham
antara 15-20 menit tergantung pada kondisi dan kebutuhan pasien. Namun, alokasi waktu ini
bisa bervariasi dan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien, serta peraturan dan
kebijakan yang berlaku di tempat kerja atau institusi medis yang
bersangkutan.
G. REFERENSI
Thompson, A. R., Stuart, H., Bland, R., Arboleda-Florez, J., Warner, R., & Dickson, R. A.
(2010). Attitudes about schizophrenia from the pilot site of the WPA worldwide campaign
against the stigma of schizophrenia. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, 45(11),
1363-1374.
Beck, A. T., Rector, N. A., Stolar, N., & Grant, P. (2009). Schizophrenia: Cognitive theory,
research, and therapy. Guilford Press.
Morrison, A. P., Pyle, M., & Gumley, A. I. (2016). Cognitive therapy for people with psychosis
in therapy: A therapist's manual. Routledge.
Tampubolon, T., & Pandin, M. (2015). Terapi kognitif perilaku pada gangguan waham
kepercayaan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 4(3), 207-212.
SOAL LATIHAN
1. A
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
KUNCI JAWABAN
A. Komunikasi antara terapis dan pasien
B. Komunikasi antara keluarga pasien
C. Komunikasi antara rekan sejawat
D. Komunikasi melalui teknologi modern