Anda di halaman 1dari 24

HUKUM

&HAM

TWAIL (Third World Approaches to International Law)


Mengenal Pendekatan Negara Dunia Ketiga Terhadap
Hukum Internasional & HAM
Keysar Khoirullah Hisam
(21103040172)
Today's Agenda
Mengenal TWAIL

HAM dalam Hukum Internasional

HAM dalam Hukum Nasional

TWAIL, HAM, & Negara Dunia Ketiga


Introduction
TWAIL (Thirld World Approaches to International Law)

Karakterisasi
Pengertian
Latar Belakang
01 TWAIL
School of Thought
Movement
Theory

02 Negara Dunia Ketiga

Karakterisasi Negara-negara pasca perang dunia kedua yang


mimilih untuk tidak memihak pada blok tertentu
Negara non-blok

Kata Kunci
Negara berkembang
Perekonomian lemah

03 Pascakolonialisme(Postcolonialism)
Mengenal pengertian dan sifat dari kata kunci Masa setelah kolonialisme
Pendekatan studi dalam memahami masyarakat
utama dalam kajian ini bekas jajahan setelah berakhirnya imperium
kolonialisme modern
Proses berlanjutnya kolonialisasi/penjajahan
menyadari telah eksisnya independensi dan
kebebasan masyarakat/negara bekas jajahan

04 Hukum Internasional
Hukum yang hadir guna menjaga kestabilan,
kesejahteraan, dan perdamaian dunia ditandai melalui
dibentuknya PBB setelah perang dunia kedua.
Hukum yang hadir guna menjaga pengaruh para
negara yang telah memenangi perang dunia ketiga
dalam keberlakuan superioritas mereka terhadap
dunia politik global
PENGERTIAN

TWAIL (Third World Approaches to International Law)

Sebuah konsep gerakan dalam menghadapi


ketidakadilan yang diterima oleh negara-negara
dunia ketiga yang di akomodasi dan di legitimasi
secara global melalui Hukum Internasional. Hadir
dengan tujuan untuk memerangi ketidakadilan
tersebut serta untuk mentransformasi Hukum
Internasional menjadi Instrumen Emansipatif demi
mencapai keadilan global.
PENGERTIAN

TWAIL (Third World Approaches to International Law)


Ketidakadilan tersebut ditunjukkan melalui
bagaimana independensi politik ataupun
independensi ekonomi negara-negara tersebut
tetap bergantung pada keputusan negara-
negara yang memenangi perang dunia kedua
melalui hak veto yang mereka miliki
Negara-Negara Pemegang Hak
Veto Dewan Keamanan PBB
01. Amerika Serikat
Manifestasi ketidakadilan
Intervensi Rusia terhadap Independensi
Ukraina, salah satunya penggunaan hak veto
02. Rusia Rusia dalam konflik Referendum Crimea
Intervensi Amerika Serikat terhadap negara-
negara timur tengah, asia tenggara, dan
03. China venezuela
Kejahatan Cina terhadap etnis uyghur serta
konflik 9 Dash Line atau Konflik Laut Cina
04. Perancis
Selatan dan Debt Trap atau jebakan hutang
yang dilakukan Cina terhadap Negara-Negara
Asia Tenggara dan Afrika
05. Inggris
Blokade Ekonomi Perancis terhadap minyak
sawit Indonesia
Latar Belakang Lahirnya TWAIL?

Konferensi Asia-Afrika (Bandung Afro-Asian First Academic


Solidarity Conference in 1955) Conference of
TWAIL at
Harvard Law
Konferensi Beograd, Yugoslavia (Belgrade School in March
Conference in 1961) 1977 entitled
“New
Approaches to
Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement) Third World
Legal Studies”
Latar Belakang
Pemetaan TWAIL 01
TWAIL I
Generasi sebelum Konferensi TWAIL Pertama di
Mengikuti perkembangan diskursus TWAIL, pada Harvard Law School 1977, para tokoh ataupun pakar
akhirnya para pakar dalam bidang ini memetakan yang teridentifikasi dalam golongan ini ialah para
bagaimana gerakan TWAIL terbagi berdasarkan pakar dan tokoh dalam Konferensi Asia Afrika di
generasi dan karakterisasinya Bandung dan Konferensi Beograd di Yugoslavia
Sate Centric
Political & Economical Independence of a Nation

TWAIL II
02
Generasi dari masa Konferensi TWAIL Pertama di
Harvard Law School 1977 hingga saat ini
People Centric
Uphold Marginalized Communities Rights Within
Third World Countries
Introduction
HAM dalam Hukum Internasional & Nasional

Pengertian
Latar Belakang
Perkembangan
PENGERTIAN

Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia (“HAM”) adalah hak dasar atau
pokok yang dimiliki manusia. Secara harfiah, istilah
HAM berasal dari bahasa Prancis “droits de ‘I
home” , dalam bahasa Inggris “human rights” , dan
dalam bahasa Arab “huquq al-insan”. HAM
merupakan hak yang melekat pada martabat
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan HAM
dibawa sejak manusia ada di muka bumi, sehingga
HAM bersifat kodrati dan bukan pemberian
manusia atau negara.
LATAR
BELAKANG

Hukum HAM Internasional


Pengakuan umum terhadap perlindungan HAM
dalam hukum internasional tertulis bermula
sesudah Perang Dunia II. Piagam PBB menjadi
dasar HAM yang mengawali pembentukan
instrumen hukum HAM Internasional. Salah satu
dokumen “International Bill of Human Right” adalah
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM).
PERKEMBANGAN

Hukum HAM Internasional


Langkah PBB berikutnya dalam
mengembangkan instrumen hukum HAM
internasional terwujud dengan ditetapkan
dua perjanjian internasional, yaitu Kovenan
Hak-Hak Sipil dan Politik dan Kovenan Hak-
Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
Secara normatif, definisi HAM di Indonesia
dapat Anda temukan dalam Pasal 1 angka 1
UU HAM yang berbunyi:
HAM dalam Hak Asasi Manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan
Hukum keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
Nasional anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
Indonesia negara, hukum, Pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Hukum HAM Indonesia
Ratifikasi:
Dalam pengaturan 01
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan
Politik telah diratifikasi oleh Indonesia
terhadap perlindungan melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2005 tentang Pengesahan International
HAM di Indonesia, Covenant on Civil and Political Rights
Indonesia sangatlah (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil
dan Politik) (“UU Sipol”)
integratif dengan Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi,
02 Sosial, dan Budaya telah diratifikasi dalam
peraturan dan nilai-nilai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005
HAM ynag terkandung tentang Pengesahan International Covenant
on Economic, Social and Cultural Rights
dalam Hukum HAM (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya) (“UU Ekosob”).
Internasional melalui
Menunjukkan bagaimana Integrasi yang dilakukan
ratifikasi yang Indonesia melalui ratifikasi dan adopsi nilai-nilai
HAM berdasarkan Hukum Internasional juga
dilakukannya terhadap menunjukkan bahwa Indonesia mengikuti standar
konvenan-konvenan yang parameter global dalam perlindungan HAM

berkaitan dengan HAM


HAM
NASIONAL

Hak Asasi Manusia


Sebelum meratifikasi Kovenan Internasional Hak
Sipol dan Kovenan Internasional Hak Ekosob,
Indonesia juga telah membentuk Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(“UU HAM”). Menurut praktisi hak-hak perempuan
dari Lembaga Samahita, Annisa Yovani, UU HAM
juga telah memasukkan hak-hak terkait sipol dan
ekosob.
Diskursus TWAIL terhadap Hukum &
HAM Internasional
Karakteristik
Diskursus
Karakteristik
HAM & Hukum 01 Over-Generalisir

Internasional 02 Over-Simplisistik

dalam 03 Eksklusif

Diskursus
04 Instrumen Politik

TWAIL
Diskursus TWAIL 01
Menyuarakan permasalahan HAM yang dihadapi

Terhadap Hukum &


oleh kelompok marginal, terutama dalam negara
dunia ketiga

HAM Internasional 02
Melawan tendensi Hukum HAM Internasional yang
terlalu mengeneralisir karakteristik kehidupan
berbangsa yang beradab dan bermartabat, yang
mana generalisasi tersebut datang dari karakteristik
dan tipologi masyarakat eropa tanpa
mempertimbangkan kutur masyarakat dunia ketiga
seperti masyarakt Afrika, Asia Tenggara, Timur
Tengah

Menanamkan penerapan pendekatan negara dunia


03 ketiga dalam memperbaharui dan mentransformasi
nilai serta aturan Hukum Internasional dan Hukum
HAM internasional
That's a wrap!
Thank you for participating.
Referensi

Ramina, Larissa. TWAIL - “Third World Approaches to International Law” and


human rights: some considerations. Revista de Investigações Constitucionais,
Curitiba, vol. 5, n. 1, p. 261-272. Jan-Apr 2018. DOI:
https://doi.org/10.5380/rinc.v5i1.54595
Paulina Garcia-Del Moral. FEMINICIDIO: TWAIL IN ACTION. AJIL UNBOUND.
Vol. 110. 2016.
https://www.academia.edu/27515046/Feminicidio_TWAIL_in_Action
Battista Pridana Adventura. HAK VETO DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN
BANGSA-BANGSA DAN ASAS EQUALITY OF THE STATES DALAM ERA
GLOBALISASI. Justitia et Pax. Volume 37, Nomor 2, Tahun 2021.
https://ojs.uajy.ac.id/index.php/justitiaetpax/article/view/3849 DOI:
https://doi.org/10.24002/jep.v37i2.3849
John Dixon Haskell. The TWAL Paradox. RGNUL Financial and Mercantile Law
Review, Vol.1 (January 2014)
https://www.academia.edu/5603113/The_TWAIL_Paradox
Referensi

I Gede Angga Adi Utama, Dewe Gede Sudika Mangku, Ni Putu Rai Yuliartini.
YURISDIKSI INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN
KASUS ROHINGNYA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL. Vol. 3
No. 3 (2020): November, Jurnal Komunitas Yustisia
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jatayu/issue/view/1650https://doi.o
rg/10.23887/jatayu.v3i3.32867
Saraswati, A. N. (2017). KRITERIA UNTUK MENENTUKAN HAK ASASI
MANUSIA SEBAGAI "JUS COGENS" DALAM HUKUM INTERNASIONAL. Arena
Hukum, 10(2), 163–184.
https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2017.01002.1
Andrey Sujatmoko. Hak atas Pemulihan Korban Pelanggaran Berat HAM di
Indonesia dan Kaitannya dengan [rinsip Tanggung Jawab Negara dalam
Hukum Internasional. PJIH Volume 3 Nomor 2 Tahun 2016 [ISSN 2460-1543]
[e-ISSN 2442-9325] DOI: https://doi.org/10.22304/pjih.v3n2.a6
Referensi

S. Setiyani, and J. Setiyono, "Penerapan Prinsip Pertanggungjawaban Negara


Terhadap Kasus Pelanggaran HAM Etnis Rohingya Di Myanmar," Jurnal
Pembangunan Hukum Indonesia, vol. 2, no. 2, pp. 261-274, May. 2020.
https://doi.org/10.14710/jphi.v2i2.261-274
M. A. Darmansyah, E. Farida, and P. Susetyorini, "INKONSISTENSI HAK VETO
ANGGOTA TETAP DEWAN KEAMANAN PBB DENGAN PRINSIP SOVEREIGN
EQUALITY (STUDI KASUS VETO RUSIA DALAM REFERENDUM CRIMEA),"
Diponegoro Law Journal, vol. 11, no. 3, Jul. 2022.
Jurnal Justisia: Jurnal Ilmu Hukum, Perundang-undangan dan Pranata Sosial
Vol 3, No 2 (2018) DOI:
http://dx.doi.org/10.22373/justisia.v3i2.5929https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/Justisia/article/view/5929
Referensi

Dr. Marcia Denny. The Effect of the United States’ and Russia’s Veto Power on
the UN Security Council’s Ability to Protect Human Rights. Special Supplement
- Issue No.(3) Part (1) May 2018 - Shaban 1439.
https://journal.kilaw.edu.kw/wp-content/uploads/2018/12/65-140-Myra-
E.J.B.Williamson.pdf
Muhammadin, Fajri, Universalitas Hak Asasi Manusia Dalam Hukum
Internasional - Sebuah Pendekatan Post-Colonial - VERSI SUBMISI (The
Universality of Human Rights in International Law - A Post-Colonial Approach -
SUBMISSION VERSION) (December 10, 2017). "Universalitas Hak Asasi
Manusia Dalam Hukum Internasional - Sebuah Pendekatan Post-Colonial", in
Al-Khanif; Herlambang P. Wiratraman'; and Manunggal Kusuma Wardaya (Eds),
Hak Asasi Manusia: Dialektika Universalisme vs Relativisme di Indonesia,
Penerbit LKiS, Yogyakarta, pp.1-20, Available at SSRN:
https://ssrn.com/abstract=3055611

Anda mungkin juga menyukai