Anda di halaman 1dari 8

PENILAIAN KINERJA SEKTOR PUBLIK MENGGUNAKAN KONSEP

BALANCED SCORE CARD PADA UNIVERSITAS SYIAH KUALA

NAMA : VITA OLIN PUSPITA


NIM : C1C020006

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
PENDAHULUAN

Organisasi sektor publik berhubungan langsung dengan penyediaan services and


goods untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini
masyarakat merupakan pelanggan yang harus dilayani dengan baik sehingga dalam
rangka memenuhi customer satisfaction, sangat perlu ditanamkan pola pikir (mind set)
terhadap para pengelola organisasi layanan publik tentang bagaimana meningkatkan
kepuasan pelanggan (masyarakat). Kinerja organisasi publik harus dilihat secara luas
dengan mengidentifikasi keberhasilan organisasi tersebut dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pendekatan dalam pengukuran kinerja bisa dimodifikasi agar layak
digunakan untuk menilai kinerja akuntabilitas publik dengan sebenarnya. Balanced
Scorecar bisa digunakan dalam berbagai macam cara agar mampu mendeteksi
ketercapaian organisasi publik dalam melayani pelanggan (masyarakat).
Pada awal diluncurkannya, konsep balanced scorecard memang diterapkan untuk
mengukur kinerja sektor privat atau organisasi yang mengutamakan laba (profit
oriented). Strategi organisasi yang dituangkan pada balanced scorecard
disosialisasikan kepada seluruh elemen dalam organisasi sampai level individu
sehingga mereka dapat bekerja secara efektif dan efisien sejalan dengan tujuan
organisasi secara umum, yaitu pen ingkatan laba. Konsep tersebut pada dasarnya
relevan juga apabila diterapkan pada sektor publik yakni bagaimana strategi
dijalankan mencapai tujuan.
Meski sektor publik tidak berorientasi pada laba, penerapan balanced scorecard
dapat membantu mereka dalam menerjemahkan visi misi organisasi dalam strategi,
tujuan, serta target yang ingin dicapai secara komprehensif. Pada organisasi sektor
publik, balanced scorecard dapat digunakan untuk memonitor dan men gevaluasi
kinerja organisasi pada perspektif proses, kepuasan pelanggan (masyarakat,
pemerintah, inves tor, dan lainnya), keuangan (misalnya efektivitas penggunaan
anggaran), dan pada perspektif lainnya.
BSC menyarankan bahwa kita melihat suatu kinerja organisasi dari empat
perspektif berikut: (1) The Learning and Growth Perspective, (2) The Business
Process Perspective, (3) The Customer Perspective, dan (4) The Financial
Perspective.
Balanced Scorecard Model ini pada awalnya memang ditujukan untuk
memperluas area pengukuran kinerja organisasi swasta yang profit-oriented.
Pendekatan ini mengukur kinerja berdasarkan:
1. Perspektif Pelanggan.
Perspektif pelanggan merupakan faktor-faktor seperti customer satisfaction, customer
retention, customer profitability, dan market share
2. Perspektif Proses Internal
Perspektif ini mengidentifikasi faktor kritis dalam proses internal organisasi dengan
berfokus pada pengembangan proses baru yang menjadi kebutuhan pelanggan.
3. Perspektif Inovasi dan Pembelajaran.
Perspektif ini mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan teknologi,
pengembangan pegawai, sistem dan prosedur, dan faktor lain yang perlu diperbaharui.
4. Perspektif Finansial
Perspektif ini melihat kinerja dari sudut pandang profitabilitas ketercapaian target
keuangan, sehingga didasarkan atas sales growth, return on investment, operating
income, dan cash flow.
Perpustakaan perguruan tinggi telah lama mengadopsi BSC sebagai sistem
pengukuran kinerja manajemen. Perpustakaan merupakan sebuah perangkat
penyelenggara pendidikan baik formal maupun nonformal yang berupaya untuk
membantu pencapaian misi lembaga induknya. Keunggulan apabila balanced
scorecard digunakan pada perpustakaan yaitu dapat membantu dalam efektivitas
pendanaan, membentuk kesadaran pelanggan dan pemangku kepentingan dalam
menunjukkan akuntabilitas, memberikan pengukuran kreatif yang mendukung peran
penting perpustakaan dalam universitas, memberikan bantuan dalam penilaian dan
akreditasi, mendukung pengendalian internal yang mempromosikan lingkungan yang
beretika, dan dapat meningkatkan produktivitas perpustakaan.
Penelitian mengenai BSC pada perpustakaan ini berkontribusi untuk memperluas
implementasi BSC pada organisasi nonprofit, khususnya pada perpustakaan
perguruan tinggi di Indonesia. Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai
konsep kinerja dan pengukuran kinerja serta konsep BSC sebagai alat penilaian
kinerja pada organisasi nonprofit yaitu perpustakaan.
ISI

Penilaian kinerja sektor publik dengan mennggunnakan Balance Score Card


dilakukan di UPT Perpustakaan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Ressponden pada
kasus ini yaitu pegawai perpustakaan dan pengguna layanan pustaka. Distribusi
responden pegawai perpustakaan terbagi atas empat kategori yaitu berdasarkan usia,
latar belakang pendidikan, masa kerja, dan bidang pekerjaan. Berikut hasil penilaian
kinerja UPT Perpustakaan Unsyiah dengan Metode Balance Score Card.

1. Nilai Balance Score Card


a. Perspektif Pelanggan
Untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan, menggunakan 3 dimensi, yaitu :
1) Pada dimensi affect of service yaitu pelayanan yang diberikan oleh petugas
pustaka kepada pengunjung perpustakaan diperoleh nilai rata-rata 3,96 yang
termasuk pada kriteria baik yang berarti pengguna layanan pustaka merasa
puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pustakawan.
2) Pada dimensi information control yang meliputi akses dan sumber daya
perpustakaan yang tersedia memiliki nilai rata-rata sebesar 3,6 dan termasuk
pada kriteria baik, artinya pengguna layanan pustaka merasa puas dengan
akses dan sumber daya perpustakaan yang tersedia.
3) Dimensi library as place ditanggapi sangat baik oleh para
pengunjung/pengguna layanan perpustakaan. Hal dapat dilihat dengan nilai
rata-rata yang diperoleh yaitu 4,04 lebih tinggi dari kedua dimensi lainnya
dan termasuk pada kriteria sangat baik yang artinya pengunjung/pengguna
layanan pustaka sangat puas dengan sarana dan prasarana yang tersedia di
dalam perpustakaan.

b. Perspektif Bisnis Internal


Terdapat tiga aspek yang dinilai yaitu sarana dan prasarana, inovasi, dan
kegiatan/proses untuk mengetahui kinerja berdasarkan perspektif proses bisnis
internal. Pada perspektif proses bisnis internal Nilai yang diperoleh UPT
Perpustakaan sebesar 3,87 dalam skala 5 atau 77,4 dalam skala 100, dan nilai tersebut
termasuk pada kriteria baik. Ketiga dimensi yang diukur dalam perspektif ini
termasuk pada kriteria baik dengan nilai yang beragam. Dimensi inovasi dan kegiatan
memiliki nilai tertinggi yaitu 3,9, sedangkan dimensi sarana dan prasarana memiliki
nilai terendah yaitu 3,8. Pada tabel juga dapat dilihat bahwa ketiga dimensi tersebut
memiliki nilai rata-rata yang termasuk pada kriteria baik, yang artinya pegawai
perpustakaan puas atau menilai baik proses operasional yang ada di UPT
Perpustakaan Unsyiah.

c. Pembelajaran dan Pertumbuhan


Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan pondasi untuk mencapai
tiga perspektif lain pada balanced scorecard. Keterampilan petugas yang termasuk
pada indikator kemampuan perpustakaan, kapabilitas sistem informasi, dan kepuasan
pegawai dapat menjadi indikator yang mewakili dalam perspektif ini. Pada perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan UPT Perpustakaan memperoleh nilai 3,9 dalam skala
5 atau 78 dalam skala 100, dan nilai tersebut termasuk pada kriteria baik. Kriteria nilai
dari ketiga dimensi dalam aspek ini termasuk baik dengan nilai tertinggi pada dimensi
kapabilitas sistem informasi dan motivasi dan pemberdayaan dengan nilai 4, Maka
dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ketiga aspek yang diukur dengan 15 indikator
pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan masih berada dibawah 4,01 dan
termasuk pada kriteria baik, yang artinya sumber daya yang tersedia pada
perpustakaan dinilai baik oleh pegawai pustaka.

d. Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan pada UPT Perpustakaan Unsyiah diukur melalui tiga dimensi,
yaitu
1) Proporsi belanja perpustakaan dan total pengeluaran universitas.
Proporsi belanja UPT Perpustakaan dan total pengeluaran Universitas Syiah Kuala
sebesar 1,40% dan berada dibawah target yang ditetapkan (<2,25%).
2) Penggunaan unit cost e-journal
Penggunaan unit cost e-journal pada UPT Perpustakaan Unsyiah mengalami
penurunan sebesar ±1% dari tahun sebelumnya.
3) Realisasi anggaran BOPT dan PNBP
Realisasi anggaran BOPT dan PNBP yang digunakan untuk kegiatan operasional
perpustakaan, seperti pengadaan buku pustaka, honor operasional, berlangganan
e-book dan e-journal, pemeliharaan dan belanja modal lainnya, serta penguatan mutu
SDM tata kelola perpustakaan bernilai negatif (dibawah 100%).
Pada perspektif keuangan, nilai yang diperoleh UPT Perpustakaan adalah sebesar
dalam skala 5 atau 80 dalam skala 100, dan termasuk pada kriteria baik. Pada
perspektif ini terdapat tiga dimensi yang memiliki nilai maupun kriteria
yangberbeda-beda. Dimensi penggunaan unit cost e-journal memiliki nilai tertinggi
dan termasuk pada kriteria sangat baik dengan nilai 5, sedangkan dimensi prporsi
belanja perpustakaan termasuk pada kriteria kurang baik dengan nilai 3.
Secara keseluruhan, kinerja UPT Perpustakaan Unsyiah dinilai baik dengan . Nilai
keseluruhan dari empat perspektif balanced scorecard sebesar 3,91 dalam skala 5 atau
78,2 dalam skala 100. Nilai tertinggi terdapat pada persepektif keuangan dengan nilai
4 dalam skala 5, dan nilai terendah pada perspektif pelanggan dan proses bisnis
internal dengan nilai 3,87 dalam skala 5. Upaya peningkatan kualitas pelayanan untuk
kepuasan pelanggan dalam proses operasional perpustakaan menjadi fokus untuk
memperbaiki kinerja perpustakaan di masa yang akan datang

2. Manfaat Balance Score Card


Penilaian kinerja dengan metode BSC memberikan beberapa manfaat bagi
stakeholders perpustakaan, diantaranya:
1) Informasi dan instrumen BSC sangat relevan, terdiri dari perspektif-perspektif dan
adanya indikator sehingga lebih mudah dipahami dan keputusan maupun tindakan
perbaikan dapat segera diambil.
2) Balanced scorecard dapat diterapkan di perpustakaan sebagai alat penilaian kinerja,
untuk memperoleh sertifikasi ISO, dan bahan evaluasi secara keseluruhan.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilaian kinerja pada UPT Perpustakaan Unsyiah yang dinilai
dengan metode balanced scorecard (BSC) secara keseluruhan berada pada kriteria
baik dengan total skor 78,2. Tingkat kinerja pada masing-masing perspektif dimulai
dari nilai kinerja paling baik yaitu perspektif keuangan berada pada kategori baik
dengan total skor 20. Kinerja pelanggan dan proses bisnis internal termasuk pada
kriteria baik dengan total skor 19,35 serta kinerja perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan berada pada kriteria baik dengan total skor 19,5. Hal ini membuktikan
bahwa baik pengunjung/pengguna layanan pustaka dan pegawai/ pustakawan
perpustakaan puas terhadap pelayanan perpustakaan Unsyiah.
Hasil penilaian BSC menurut stakeholders(Manajemen Perpustakaan dan Staf
Penjaminan Mutu) dapat digunakan dalam menilai kinerja oleh manajemen UPT
Perpustakaan karena BSC memberikan informasi yang relevan dan mendetail untuk
pengambilan keputusan maupun pengendalian kinerja perpustakaan.
Namun, ada juga kendala yang dihadapi organisasi dalam penerapan balanced
scorecard meliputi: (1) sulitnya dipahami kata-kata yang terdapat pada visi dan misi,
(2) masih adanya free rider yang tidak mengerti substansi pen erapan balanced
scorecard, (3) manajemen sering kali tidak konsisten dengan implementasi strategi,
dan (4) progressnya serta butuhnya biaya dan usaha yang besar dalam penerapan
balanced scorecard.

B. Saran
Terdapat beberapa saran bagi peneliti selanjutnya yang memiliki ketertarikan
pada bidang yang sama yaitu dapat menambah keragaman responden pengunjung/
pengguna layanan pustaka seperti dosen dan pengunjung, serta menambah
stakeholders eksternal perpustakaan seperti Rektor Universitas, juga dapat menambah
objek penelitian yang di beberpaa perpustakaan perguruan tinggi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai