Anda di halaman 1dari 5

Dampak Perubahan yang Diatur dalam RUU Cipta Kerja terhadap Sektor Kelautan dan

Perikanan

Berbagai Ancaman di Sektor Kelautan & Perikanan

•llegal, Unreported and Unregulated Fishing oleh kapal asing maupun kapal Indonesia

• Perusakan daerah mangrove

• Reklamasi yang mengancam kelestarian lingkungan laut

• Pencemaran akibat aktivitas pemanfaatan ruang laut yang tidak bertanggung jawab

• Perusakan terumbu karang

• Polusi sampah plastik dan lain lain

Keberlanjutan Sektor Kelautan dan Perikanan Sangat Pentingbagi Indonesia

• Sektor perikanan menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan pangan Indonesia

• Banyak sekali orang yang keberlangsungan hidupnya sangat bergantung pada sektor kelautan
dan perikanan

• Laut memiliki peran yang besar untuk memitigasi dampak akibat perubahan iklim dan
bencana alam

• Indonesia memegang peran yang besar dalam pemenuhan target Marine Protected Areas
dunia

Pertanggung jawaban Pidana Korporasi


RUU Cipta Kerja tidak berubah pengaturan tentang pertanggungajwaban pidana korporasi
dalam UU Perikanan, padahal ketentuannya mengandung kelemahan.Selain itu, bagaimana
untuk pengaturan yang diubah menjadi sanksi administrative

Pengurus korporasi sebagai pelaku dan pengurus yang bertanggung jawab

• Korporasi sebagai pelaku dan pengurus yang bertanggung jawab


• Korporasi sebagai pelaku dan korporasi dan/atau persons in control yang bertanggung
jawab
Pengaturan Sektor Kelautandan Perikanan

LATAR BELAKANG DICIPTAKANNYA RUU (OMNIBUS LAW) CIPTA KERJA

Omnibus Law memang sudah diterapkan di beberapa negara lain. Namun, di Indonesia sektor
yang disentuh sangat luas (sejumlah 79 UU dan 11 klaster).

❖ Kelebihan Omnibus Law:

1. Menghemat waktu

2. Menghemat biaya

3. Memudahkan kesepakatakn politik

4. Memudahkan harmonisasi

❖ Kelemahan Omnibus Law:

1. Multi & Diverse Subjects menyebabkan kelompok kritis dalam parlemen dan masyarakat sulit
dan terbatas untuk berkomentar

2. Penyelundupan pasal-pasal yang condong pada kepentingan kelompok tertentu (ch:


pemodal)

3. Tidak dapat mengakomodir kepentingan masyarakat luas


Beberapa Perubahan Pengaturan yang Menjadi Titik Beratpada Diskusi ini

✓ Resentralisasi kewengangan dari kementrian sektoral dan pemerintah daerah ke


pemerintah pusat
✓ Ppenyederhaan perizinan
✓ Perubahan berdampak pada pengawasan kepatihan
✓ Perubahan pada penegakan hukum
✓ Perubahan ketentuan nelayan kecil

Penyebaran izin

1. Izin menjadi hanya PERIZINAN BERUSAHA

2. Sistem perizinan menjadi Risk Based Approach dan hanya high risk yang wajib izin

3. Izin yang awalnya diurus di beberapa kementerian sektoral ditarik ke pemerintah pusat
(melalui OSS)

Perubahan pengaturan sanksi

Sanksi Pidana yang Diubah Menjadi Sanksi Administratif

➢ UU Kelautan
o Pemanfaatan laut tanpa izin lokasi (Pasal 49 UU Kelautan, Pasal 20 ayat (1) RUU CK)

➢ UU Perikanan
o Penanganan dan pengolahan ikan yang tidak memenuhi dan tidak menerapkan
persyaratan kelayakan pengolahan ikan, sistem jaminan mutu, dan keamanan hasil
perikanan (Pasal 89 UU Perikanan, Pasal 28 angka 23 RUU CK
o Kapal berbendera Indonesia (Pasal 93ayat (1) UU Perikanan, Pasal 28 angka 25 ayat (1)
RUU CK) dan asing (Pasal 93 ayat (2) UU Perikanan, Pasal 28 angka 25 ayat (2) RUU CK)
menangkap tanpa izin
o Kapal berbendera Indonesia (Pasal 93 ayat (3) UU Perikanan, Pasal 28 angka 25 ayat (3)
RUU CK) dan asing (Pasal 93 ayat (4) UU Perikanan, Pasal 28 angka 25 ayat (3) RUU CK)
menangkap tanpa membawa izin
o Melakukan pengangkutan ikan tanpa izin (Pasal 94 UU Perikanan, Pasal 28 angka 26 ayat
(1) RUU CK)
o Membangun, mengimpor, dan memodifikasi kapal tanpa persetujuan (Pasal 95 UU
Perikanan, Pasal 28 angka 28 ayat (1) RUU CK)
o Tidak mendaftarkan kapal perikanannya (Pasal 96 UU Perikanan, Pasal 28 angka 29 RUU
CK)
o Sanksi untuk Nelayan Kecil (Pasal 100B UU Perikanan, Pasal 28 angka 32 ayat (1) RUU CK

➢ Sanksi Pidana yang Tidak Berubah


o Melakukan usaha tanpa perizinan berusaha, yang sebelumnya merupakan SIUP (Pasal
92 UU Perikanan, Pasal 28 angka 4 RUU CK)
o Kapal asing melakukan pengangkutan tanpa izin (UU Perikanan tidak mengatur, Pasal 28
angka 26 ayat (3) RUU CK)
o Memalsukan izin (Pasal 94A UU Perikanan, Pasal 28 angka 27 RUU CK)
o Kapal asing tidak menyimpan alkap di palka (Pasal 97 ayat (1) UU Perikanan, Pasal 28
angka 30 ayat (1) RUU CK)
o Kapal asing membawa alkap lain selain yang diizinkan (Pasal 97 ayat (2) UU Perikanan,
Pasal 28 angka 30 ayat (2) RUU CK)
o Tidak memiliki persetujuan berlayar (Pasal 98 UU Perikanan, Pasal 28 angka 31 RUU CK)

PERUBAHAN PADA KETENTUAN AMDAL

1. Kriteria kegiatan dampak penting yang wajib Amdal menjadi tidak jelas

2. Komisi penilai Amdal dihapuskan

3. Partisipasi publik dikurangi secara signifikan. Masyarakat yang dapat berpartisipasi


dalam penyusunan Amdal hanyalah masyarakat terdampak.

Anda mungkin juga menyukai